Anda di halaman 1dari 4

Untuk mempermudah didalam memahami analisis penampang balok bertulangan rangkap, berikut

diberikan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Anggap bahwa segenap penulangan meluluh, maka fs = fs’ = fy dan As2 = As’
2. Dengan menggunakan persamaan pasangan kopel beton tekan dan tulangan baja tarik dan As1
= As-As’ hitunglah tinggi blok tegangan tekan a.
(𝐴𝑠 − 𝐴𝑠1)𝑓𝑦 𝐴𝑠1 𝑓𝑦
𝑎= ′
=
(0,85𝑓𝑐 )𝑏 (0,85𝑓𝑐 ′ )𝑏
3. Tentukan letak garis netral
𝛽1
𝑐=
𝑎
4. Dengan menggunakan diagram regangan memeriksa regangan tulangan baja tekan maupun
tarik, untuk membuktikan apakan anggapan pada langkah awal benar.
𝑐 − 𝑑′
Ɛ′𝑠 = (0,003)
𝑐
𝑑−𝑐
Ɛ𝑠 = (0,003)
𝑐
Dengan menganggap Ɛs > Ɛy, yang berarti tulangan baja tarik telah meluluh, akan timbul salah
satu dari dua kondisi berikut ini :
a. Kondisi I : Ɛs’ > Ɛy menunjukkan bahwa anggapan awal sudah benar dan tulangan baja tekan
meluluh.
b. Kondisi II : Ɛs’ < Ɛy menunjukkan bahwa anggapan pada langkah awal tidak benar, dan
tulangan baja tekan belum meluluh.

Harap dicatat bahwa masih ada dua kemungkinan lagi, salah satunya ialah Ɛs’ < Ɛy, yang berarti
tegangan tulangan baja tarik masih belum melampaui tegangan luluh. Keadaan tersebut
termasuk jarang terjadi, tetapi terkadang timbul pada balok atau plat bertulangan rangkap
dengan penulangan berlebihan.

KONDISI I :

5. Apabila Ɛs’ dan Ɛs keduanya melampaui Ɛy, hitunglah kapasitas momen teoritis Mn1 dan Mn2
Untuk pasangan kopel gaya tulangan tekan dan tarik : Mn1 = As’ fy (d - d’)
Untuk pasangan kopel gaya beton tekan dan tulangan tarik : Mn2 = As1 (d - 1/2 a)
Dengan demikian Mn = Mn1 + Mn2
6. MR = ØMn
7. Pemeriksaan syarat daktilitas dengan membuktikan bahwa rasio penulangan (ρ) pasangan kopel
gaya beton tekan dan tulangan baja tarik tidak melampaui 0,75 ρb (tabel A-6) atau
membuktikan bahwa luas penampang tulangan baja tarik tidak lebih dari As maks.
𝐴𝑠1
𝜌 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑏𝑑
Untuk balok bertulangan rangkap didapatkan hubungan sebagai berikut :
𝐴𝑠 ′ 𝑓𝑠′
𝐴𝑠(𝑚𝑎𝑘𝑠) = 𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 (𝑑) +
𝑓𝑦
Dalam keadaan seimbang dimana fs’ = fy maka As (maks) = ρmaks + As’

KONDISI II :

5. Jika Ɛs’ < Ɛy dan Ɛs > Ɛy untuk mendapatkan nilai c digunakan persamaan sebagai berikut :

(0,85fc’ b β1) c2 + (600 As’ – As fy) c – 600 d’As’ = 0

Dapatkan nilai c dari persamaan kuadrat baik dengan cara biasa ataupun pendekatan seperti
berikut :

𝑐 = ± √(𝑄 + 𝑅 2 – 𝑅

600 𝐴𝑠′ − 𝐴𝑠 𝑓𝑦 600 𝑑′𝐴𝑠′


Dimana , 𝑅 = 𝑑𝑎𝑛 𝑄 =
1,7 𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝛽1 0,85𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝛽1

6. menghitung tegangan pada tulangan baja tekan,

𝑐 − 𝑑′
𝑓𝑠 ′ = (600)
𝑐

7. dapatkan a dengan menggunakan persamaan : a = β1 c


8. menghitung gaya-gaya tekan
ND1 = (0,85fc’)ba
ND2 = As’fs’
Kemudian diperiksa dengan menghitung gaya tarik,
NT = As fy
Dimana NT harus sama dengan ND1 + ND2
9. menghitung kuat momen tahanan ideal untuk masing-masing kopel,
Mn1 = ND1 (d – ½ a)
Mn2 = ND2 (d – d’)
Mn = Mn1 + Mn2
10. MR = ØMn
11. Pemeriksaan syarat daktilitas dengan membuktikan bahwa rasio penulangan pasangan kopel
gaya beton tekan dan tulangan baja tarik tidak melampaui nilai 0,75ρb (Tabel A-6) dan As1
dihitung berdasarkan keadaan bahwa tegangan pada tulangan baja tekan belum mencapai fy
𝐴𝑠 ′ 𝑓𝑠′ 𝐴𝑠1
𝐴𝑠1 = 𝐴𝑠 − 𝑑𝑎𝑛 𝜌𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑓𝑦 𝑏𝑑
Atau persyaratan daktilitas diperiksa dengan membandingkan As dan As maks seperti yang telah
di jabarkan pada bab sebelumnya, dimana dilakukan penyelidikan apakan kondisi seimbang
tercapai.
Langkah-langkah perencanaan balok bertulangan rangkap adalah sebagai berikut :
Ukuran balok sudah ditentukan.
1. Anggap bahwa d = h – 100
2. Menghitung momen rencana total Mu
3. Dilakukan pemeriksaan apakah benar-benar perlu balok bertulangan rangkap. dari tabel
Appendiks A diperoleh nilai k maksimum untuk digunakan menghitung MR balok bertulangan
baja tarik saja
𝑀𝑅 (𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚) = ∅ 𝑏𝑑2 𝑘
4. Apabila MR < Mu, rencanakan balok sebagai balok bertulangan rangkap. Apabila MR > Mu balok
di rencanakan sebagai balok bertulangan tarik saja.

Apabila harus direncanakan sebagai balok bertulangan rangkap :

5. Menghitung rasio penulangan pasangan kopel gaya beton tekan dan tulangan baja tarik,
𝜌 = 0,90 (𝜌𝑚𝑎𝑘𝑠 ) = 0,90 (0,75𝜌𝑏 )
6. Menentukan kapasitas momen dari pasangan kopel gaya beton tekan dan tulangan baja tarik
𝑀𝑅1 = ∅𝑏𝑑2 𝑘
Menghitung tulangan baja tarik yang diperlukan untuk pasangan kopel gaya beton tekan dan
tulangan baja tarik,
𝐴𝑠1 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = 𝜌𝑏𝑑
7. Menghitung selisih momen, atau momen yang harus ditahan oleh pasangan gaya tulangan baja
tekan dan tarik tambahan, MR2 = Mu – MR1
8. Dengan berdasarkan pada pasangan kopel gaya tulangan baja tekan dan tarik tambahan, hitung
gaya tekan pada tulangan yang di perlukan (anggap bahwa d’ = 70 mm)
𝑀𝑅2
𝑁𝐷2 =
∅ (𝑑 − 𝑑′ )
9. Dengan ND2 = As’ fs’, hitung fs’ sedemikian sehingga As’ dapat ditentukan. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan letak garis netral dari pasangan gaya beton tekan dan tulangan
baja tarikkemudian memeriksa regangan Ɛs’ pada tulangan tekan, sedangkan nilai Ɛy didapat
dari tabel.
𝐴𝑠1 𝑓𝑦
𝑎=
(0,85𝑓𝑐 ′ )𝑏
𝑎
𝑐=
𝛽1

𝑐 − 𝑑′
Ɛ𝑠 = (0,003)
𝑐
Apabila Ɛs’ > Ɛy, tulangan baja tekan telah meluluh pada momen ultimit dan fs’ = fy sedangkan
apabila Ɛs’ < Ɛy. Hitunglah fs’ = Ɛs’Es dan gunakan teganga tersebut untuk langkah berikutnya.
10. Karena ND2 = As’fs’ maka :
𝑁𝐷2
𝐴𝑠′ 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑓𝑠′
11. Menghitung As2 Perlu,
𝑓𝑠 ′ 𝐴𝑠′
𝐴𝑠2 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 =
𝑓𝑦
12. Menghitung luas tulangan baja tarik total yang diperlukan, As = As1 + As2
13. Memilih batang tulangan baja tekan As’
14. Memilih batang tulangan baja tarik (As). Periksa lebar balok dengan mengusahakan agar
tulangan dapat dipasang dalam satu lapis saja.
15. Memeriksa d aktual dan bandingkan dengan d teoritis. Apabila d aktual sedikit lebih besar,
berarti rancangan agak konsevatif (lebih aman). Apabila d aktual lebih kecil yang berarti
perencanaan kurang aman, dilakukan perencanaan ulang.
16. Buat sketsa rancangan.

Anda mungkin juga menyukai