PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam struktur terdapat 3 klasifikasi, yaitu Balok, Portal atau Rangka Batang. Sebuah
balok adalah bagian struktur yang hanya menerima beban beban transversal saja, dan dapat
dianalisa secara lengkap bilamana bidang momen dan gesernya telah dicari. Sebuah portal
(gabungan antara balok mendatar dan kolom vertikal), atau rangka kaku adalah suatu
struktur yang terdiri dari bagian-bagian yang dihubungkan oleh sambungan sambungan
kaku, misalnya sambungan las. Suatu portal dapat dianalisa secara lengkap bilamana variasi
tegangan-tegangan normal, geser dan momen sepanjang bagian bagiannya telah dicari.
Sedangkan rangka batang adalah suatu struktur dimana semua bagian bagiannya telah selalu
dianggap dihubungkan oleh sendi sendi sehingga menghilangkan momen di dalam bagian
bagian strukturnya. Sebuah rangka batang dapat dianalisa secara lengkap bilamana
tegangan-tegangan normal didalam semua bagian bagiannya telah dicari.
Konstruksi STATIS TAK TENTU, apabila reaksi reaksi pada balok tidak dapat dicari
dengan menggunakan persamaan statika. Jika balok terletak lebih dari 2 perletakan atau
sebagai tambahannya salah satu atau kedua ujungnya terjepit akan terdapat lebih dari 2
reaksi luar yang harus ditentukan.
Dalam Struktur Statis Tak Tentu ini terdapat tiga Metode Clapeyron, Metode Slope
Deflection dan Metode Consistent Deformation. Tentunya dalam metode ini menggunakan
cara yang berbeda dan tujuan yang sama.
2
Pada suatu struktur balok dan portal, sambungan antara batang-batang pada
struktur tersebut diasumsikan sebagai sambungan kaku, dimana dalam sambungan
kaku harus dipenuhi dua persyaratan yaitu :
a). Keseimbangan
Jumlah momen batang-batang yang bertemu pada sebuah titik simpul yang
disambung secara kaku sama dengan nol.
b). Kestabilan
Rotasi batang-batang yang bertemu pada sebuah titik simpul yang disambung
secara kaku sama besar dan arahnya.
Perhatikan konstruksi di bawah ini ! Batang T1, T2, T3 bertemu di titik simpul T
dengan sambungan kaku maka;
3
c). Beban Merata
c). Akibat perpindahan (translasi) relatif ujung balok terhadap ujung balok yang
lain.
4
Metode Clapeyron memakai momen-momen batang sebagai variabel (bilangan
yang tidak diketahui) dan pergoyangan ( defleksi D ) pada struktur-struktur yang
dapat bergoyang.
Untuk menentukan apakah sebuah struktur dapat bergoyang atau tidak, dapat dilihat
dari teori sebagai berikut:
1). Suatu titik simpul mempunyai dua kemungkinan arah pergerakan, yaitu vertikal
dan horizontal.
2). Perletakan jepit dan perletakan sendi tidak bergerak vertikal maupun horisontal.
Sedaangkan perletakan rol dapat bergerak hanya satu arah yaitu searah bidang
perletakan.
3). Batang dibatasi oleh dua titik simpul, sehinggga pergerakan titik simpil searah
batang sama.
Dimana :
Untuk menghitung variabel yang ada, disusun persamaan sejumlah variabel yang
ada dari dua syarat sambungan kaku seperti yang disebutkan diatas :
1). Jumlah momen-momen batang yang bertemu pada satu titik simpul sama
dengan nol.
2). Rotasi batang-batang yang bertemu pada sau titik sama, besar dan arahnya. Dan
kalau ada variabel perlu persamaan keseimbangan struktur.
5
2.1.2 Metode Consisten Deflection
6
1. Tentukan derajat ketidaktentuan statis (DKS) struktur .
2. Buat struktur menjadi statis tertentu dengan menghilangkan gaya kelebihan
(redundant) yang ada.
3. Hitung deformasi struktur statis tertentu tersebut akibat beban yang ada.
4. Beban yang ada dihilangkan, gaya kelebihan dikerjakan sebagai beban, dan
dihitung deformasinya (jika gaya kelebihan lebih dari satu, maka dikerjakan satu
persatu secara bergantian).
5. Setelah deformasi akibat beban yang ada dan gaya-gaya kelebihan dari struktur
statis tertentu tersebut dihitung dengan memperhatikan kondisi struktur aslinya,
yaitu struktur statis tak tentu, dan disusun persamaan Consistent Deformation.
6. Dengan bantuan persamaan Consistent Deformation, gaya-gaya kelebihan dapat
dihitung. Setelah gaya-gaya kelebihan didapat, gaya-gaya yang lain dapat dihitung
dengan bantuan 3 persamaan keseimbangan yang ada.
7
Dalam metode Slope Deflection ini pula ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya :
Pada bentangan AB, MA dan MB dinyatakan dalam suku-suku rotasi ujung A dan B
dengan pembebanan yang diberikan W1 dan W2. Dengan pembebanan yang diberikan
pada batang tersebut, diperlukan momen-momen ujung terjepit MA dan MB untuk
menahan garis-garis singgungnya tetap diujung.
Momen-momen diujung tambahan M’A dan M’B harus sedemikan besarnya sehingga
menyebabkan rotasi A dan b. Jika A merupakan rotasi ujung yang diebabkan oleh
MB maka syarat-syarat bentuk yang diperlukan adalah :
Pers. (1) :
𝜽A = +𝜽𝑨𝟏 − 𝜽𝑨𝟐
𝜽B = −𝜽𝑩𝟏 + 𝜽𝑩𝟐
Pers. (2) :
𝑴𝑨 = 𝑴𝟎𝑨 + 𝑴′𝑨
𝑴𝑩 = 𝑴𝟎𝑩 + 𝑴′𝑩
Pers. (3) :
𝑴′ 𝑨𝑳 𝑴′ 𝑩𝑳
𝜽𝑨𝟏 = + -
𝟑𝑬𝑰 𝟔𝑬𝑰
𝑴′ 𝑩𝑳
𝜽𝑨𝟐 = 𝟔𝑬𝑰
𝑴′ 𝑨𝑳 𝑴′ 𝑩𝑳
𝜽𝑩𝟏 =− +
𝟔𝑬𝑰 𝟔𝑬𝑰
𝑴′ 𝑩𝑳
𝜽𝑩𝟐 = 𝟑𝑬𝑰
8
Pers. (3) disubstitusikan ke (1), sehingga diperoleh
𝑴′ 𝑨𝑳 𝑴′ 𝑩𝑳
A = + −
𝟑𝑬𝑰 𝟔𝑬𝑰
𝑴′ 𝑨𝑳 𝑴′ 𝑩𝑳
B = − +
𝟔𝑬𝑰 𝟑𝑬𝑰
Pers (6) merupakan persamaan defleksi kemiringan (Lope Deflection) untuk batang yang
mengalami lentur.
9
Balok diatas tiga tumpuan, A jepit, B dan C rol, dengan beban seperti tergambar,
maka : j = 3 ; m = 2 ; f = 1 ; h = 0 ; r = 2
n = 2 j – (m + 2f + 2 h + r)
= (2 x 3) - ((2 + (2 x 1) + (2 x 0) + 2)) = 0 --------> Tidak ada pergoyangan
Suatu portal dengan perletakan A dan B sendi, dengan ukuran dan beban seperti
tergambar, maka :
j=4;m=3;f=0;h=2;r=0
n = 2 j – (m + 2f + 2 h + r) =
(2 x 4) - ((3 + (2 x 0) + (2 x 2) + 0)) = 1 --------> Ada pergoyangan
2). Kalau ada pergoyangan, gambarkan bentuk pergoyangan dan tentukan arah rotasi
batang-batang akibat pergoyangan tersebut. Dalam menggambarkan bentuk
pergoyangan ada dua ketentuan yang harus diperhatikan yaitu:
a). Batang tidak berubah panjang, suatu batang ( ij ) kalau joint i bergerak ke kanan
sebesar , maka joint j juga akan berpindah ke kanan sebesar .
10
b). Batang dapat berotasi akibat perpindahan relatif ujung-ujung batang. Perpindahan
relatif antara ujung-ujung batang dapat digambarkan tegak lurus sumbu batang
dan arah rotasi digambarkan dari arah asli sumbu batang ke arah sumbu batang
setelah bergoyang.
3). Gambarkan permisalan arah momen-momen batang. Untuk momen kantilever, dapat
dihitung besarnya dan ditentukan secara pasti arah putarannya, sedangkan untuk
momen-momen batang yang lain besar maupun arahnya dimisalkan dengan
mengingat ketentuan bahwa jumlah momen-momen batang yang bertemu pada satu
titik simpul sama dengan nol. Jadi kalau pada satu titik simpul bertemu dua batang ,
maka besarnya momen-momen batang tadi sama, tetapi arahnya berlawanan.
11
4). Gambar pemisalan bentuk garis elastis struktur
Untuk menggambarkan permisalan bentuk garis elastis struktur, harus mengingat
ketentuan bahwa:
a). Rotasi batang-batang yang bertemu pada satu titik simpul adalah sama besarnya
maupun arahnya. Jadi kalau salah satu batang yang bertemu pada satu titik
dimisalkan rotasinya searah jarum jam, maka batang-batang yang lain yang
bertemu pada titik dimpul tersebut harus digambarkan dengan rotasi yang sama
yaitu searah jarum jam.
b). Ujung batang yang terjepit tetap mengalami rotasi (pada saat pemisalan garis
elastis batang yang ujungnya terjepit di asumsikan sebagai tumpuan sendi,
sehingga mengalami rotasi).
12
5). Dari langkah 1-4 yang telah dikerjakan diatas dapat ditentukan jumlah variabelnya,
yaitu momen-momen batang yang belum diketahui besarnya dan perpindahan
relatif yang ujung batang kalau ada goyangan.
6). Untuk menghitung variabel-variabel diatas dapat ditentukan jumlah variabel yang
ada. Penyusunan persamaan-persamaan tersebut berdasarkan ketentuan-ketentuan
keseimbangan momen dan rotasi batang-batang pada titik sampul atau perletakan.
a). Momen batang-batang yang bertemu pada suatu titik simpul sama dengan nol.
Untuk momen batang Yng digmbRKn dengan arah sama, diberi tanda sma.
Misalanya searah jarum jam maka diberi tanda positif. Maka yang berlawanan arah
jarum jam diberi tanda negatih,.
b). Rotasi batang dengan perletakan jepit sama dengan nol.
c). Rotasi batang-batang yang bertemu pada titik simpul sama besar maupun arahnya.
Untuk menyusun persamaan rotasi harus memperhatikan permisalan garis elastis
13
dengan beban dan momen-momen yang ada pada batang tersebut. Kalau arah rotasi
batang pada permisalan garis elastis dengan rotasi batang yang diakibatkan oleh
beban dan momen.
2.2.2 Metode Consisten Deflection
Berikut prosedur penyelesaian metode consisten deflection
14
15
16
17
2.2.3 Metode Slope Deflection
Penggunaan metode Slope Deflection pada balok stati tak tentu dengan dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :
1). Tentukan momen-momen ujung terjepit di ujung-ujung setiap bentangan untuk beban
yang diberikan.
2). Semua ujung dinyatakan sebagai suatu fungsi dari momen-momen ujung terjepit dan
rotasi sambungannya dengan menggunakan pers (6)
3). Teapkan suatu sistem persmaan simultan dengan menggunakan kondii keseimbangan,
jumlah momen disetiap sambungan harus sama dengan nol.
4). Selesaikan persamaan simultan untuk memperoleh rotasi-rotasi sambungan yang tak
diketahui.
5) subtitusikan nilai-nilai rotasi yang sudah diketahui kedalam persamaan slope deflection
dan hitung momen ujungnya .
18
6). Tentukan semua reaksi dengan free body diagram, kemudian gambarkan diagram gaya
geser dan momen.
Bentang AB :
24(6)2
𝑀𝐴𝐵 = − = −72 𝑘𝑁𝑚
12
𝑀𝐵𝐴 = +72 𝑘𝑁𝑚
Bentang BC :
19
16(12)2 80(12)
𝑀0𝐵𝐶 =− − = −312 𝑘𝑁𝑚
12 8
𝑀0𝐵𝐶 = +312 𝑘𝑁𝑚
Bentang CD :
72(2)(4)2
𝑀0𝐶𝐷 =− = −64 𝑘𝑁𝑚
62
72(4)(2)2
𝑀0𝐷𝐶 = + = +32 𝑘𝑁𝑚
62
b). Persamaan Slope Deflection
2𝐸(3𝐼)
𝑀𝐴𝐵 = 𝑀0𝐴𝐵 + (2𝜃𝐴 + 𝜃𝐵 ) = −72 + 2𝐸𝐼𝜃𝐴 + 𝐸𝐼𝜃𝐵
6
2𝐸(3𝐼)
𝑀𝐵𝐴 = 𝑀𝜃𝐵𝐴 + (2𝜃𝐵 + 𝜃𝐴 ) = +72 + 2𝐸𝐼𝜃𝐵 + 𝐸𝐼𝜃𝐴
6
2𝐸(10𝐼)
𝑀𝐵𝐶 = 𝑀0𝐵𝐶 + (2𝜃𝐵 + 𝜃𝐶 ) = −312 + 3,33𝐸𝐼𝜃𝐵 + 1,67𝐸𝐼𝜃𝐶
12
2𝐸(10𝐼)
𝑀𝐶𝐵 = 𝑀0𝐶𝐵 + (2𝜃𝐶 + 𝜃𝐵 ) = +312 + 3,33𝐸𝐼𝜃𝐶 + 1,67𝐸𝐼𝜃𝐵
12
2𝐸(2𝐼)
𝑀𝐶𝐷 = 𝑀0𝐶𝐷 + (2𝜃𝐶 + 𝜃𝐷 ) = +64 + 1,33𝐸𝐼𝜃𝐶 + 0,67𝐸𝐼𝜃𝐷
6
2𝐸(2𝐼)
𝑀𝐷𝐶 = 𝑀0𝐷𝐶 + (2𝜃𝐷 + 𝜃𝐶 ) = +32 + 1,33𝐸𝐼𝜃𝐷 + 0,67𝐸𝐼𝜃𝐶
6
c). Syarat Batas
pertemuan di A : MAB = 0
Pertemuan di D : MDC – 36 = 0
20
+1,67EIB + 4,67EIC + 0,67EID =_248
+0,67EIC + 1,33EID = + 14
EIA = +0,20
EIB = +71,60
EIC = _85,23
EID = +45,62
21
h). Diagram momen lentur
22
BAB III
PERHITUNGAN
Diketahui :
P1= 4,05
P2= 2,05
Q1= 2,05
Q2= 4,05
L1= 2 m
L2= 4 m
L3= 2 m
L4= 2 m
L5= 2 m
Penyelesaian:
Q= q1.L
= 2,05 x 4
= 8,2
Q= q2.L
= 4,05 x 2
23
= 8,1
Mb= P1.L
= 4,05 x 2
= 8,1
Md = Q.1/2.L
=8,1 x ½ x 2
= 8,1
𝑃1.𝐿
A2 = ½.L( ) t2 = P2.a.b/L
4
2,05 𝑋 4
= ½. X 4 ( ) = 2,05 x 2 x 2/4
4
= 4,1 = 2,05
𝐿1 𝐿2 −6.𝐴.𝑡1 −6.𝐴2.𝑡2
2mc =( 𝑙1 + 𝑙2 ) = +
𝐿1.𝑙1 𝐿2.𝑙2
4 4 −6.21,6.8,1 −6.4,1.2,05
2mc =(2𝑖 + 3𝑖) = +
4.2𝑖 4.3𝑖
16 −1,049 −50,43
2mc = 6 = +
8 12
16 −51,479
2mc = 6 = = -0,1456
20
Reaksi Perletakan
24
Pada tumpuan B =
VB1 akibat beban luar : P1 = 4,05 (bentang A-B)
VB2 akibat beban luar : Q.1/2 = 8,2 x ½ = 4,1 (bentang B-C)
VB1 akibat momen : 18,95/2 = 9,475 (bentang A-B)
VB2 akibat momen : 9,475/2 = 4,73 (bentang B-C)
VB total = VB1+VB2+VB1+VB2
= 4,05 + 4,1 + 9,475 + 4,73 = 22,35
Pada tumpuan C =
VC1 akibat beban luar = Q. ½ = 8,2 x ½ = 4,1 (bentang B-C)
VC2 akibat beban luar = ½.P = ½ x 2,05 = 1,025 (bentang C-D)
VC1 akibat momen = 12 x 12 /2 = 6,06 (bentang B-C)
VC2 akibat momen = 6,06/2 = 3,03 (bentang C-D)
VC total = 4,1 + 1,025 + 6,06 + 3,03 = 14,215
Tumpuan D =
VD1 akibat beban luar = P.1/2 = 2,05 x ½ = 1,025
VD2 akibat beban luar = Q.½. = 8,2 x ½ = 4,1
VD1 akibat momen = 14,89 . ½ = 7,44
VD2 akibat momen = 7,44/2 = 3,72
VD total = 1,025 + 4,1 + 7,44 + 3,72 = 16,28
25
3.2 Metode Slope Deflection
3.2.1 Soal
BAB IV
KESIMPULAN
Melalui Analisis struktur kita dapat mengetahui gaya-gaya yang bekerja pada sebuah struktur,
serta dapat mengetahui beban yang mempengaruhi keseimbangan dan gaya pada struktur. Pada
Analisis struktur statis tak tentu kita mengenal tiga metode yang dapat kita pelajari. suatu
struktur yang mempunyai kondisi di mana jumlah reaksi perletakannya melebihi jumlah syarat
kesetimbangan statika
26
DAFTAR PUSTAKA
https://docplayer.info/32161508-Analisis-struktur-statis-tak-tentu-dengan-metode-distribusi-
momen.html
https://ocw.upj.ac.id/files/Slide-TSP202-AnalisisStruktur-TSP-202-P13.pdf
https://ekhalmussaad.files.wordpress.com/2010/09/bab-i2.pdf
https://www.google.co.id/search?safe=strict%client=ucweb-b-
bookmark^sxsrf=ACYBGNQgKLx5lyhpDAuHxHPVghpsDq8scQ%3A1579287235642&oq=&
aqs+mobile-gws-
lite.1.35i39I3.3&source=hp&q=makalah+metode+analisis+struktur+statis+tak+tentu
https://www.slideshare.net/luqmanrahmawan/analisa-struktur-metode-slope-deflection
http://zacoeb.lecture.ub.ac.id/files/2014/10/13-Metode-Clapeyron.pdf
https://www.academia.edu/8497885/4-Consistent_Deformation
27