(PORTLAND CEMENT, AIR, PASIR DAN KERIKIL) DAN PASTA SEMEN SEMEN (PORTLAND CEMENT) Semen sangat dikenal sebagai material bangunan dan memiliki tempat yang penting dalam pekerjaan konstruksi. Terdapat berbagai macam jenis semen yang ada di pasaran dan masing-masing jenis digunakan berdasarkan kondisi tertentu sesuai dengan sifat-sifat khusus masing-masing jenis semen tersebut. Gabungan semen dan pasir ketika di campur dengan air akan membentuk Mortar Semen. Bila semen, pasir dan kerikil atau batu pecah dicampur bersama- sama dengan air, maka akan membentuk Beton Semen atau kadang Cuma disebut BETON. Sifat yang unik dari semen adalah kemampuannya untuk mengeras bila dicampur dengan air. Karenanya semen dikenal sebagai bahan hidrolis. Guna mendapatkan beton yang kuat, awet dan murah, sifat atau karakteristik bahan dasar/susun beton harus diketahui dengan baik. Pada dasarnya bahan susun beton diklasifikasikan menjadi dua, yaitu aktif dan inaktif/non aktif. Bahan susun aktif terdiri atas campuran semen dan air sedangkan inaktif terdiri atas agregat baik halus maupun kasar. LANJUTAN SEMEN---1 Meskipun semua material yang digunakan dalam campuran beton adalah penting, tetapi semen sejauh ini menempati peringkat pertama karena semen yang mengikat bahan susun lain sehingga membentuk suatu beton. Fungsi dari semen adalah : Mengikat agregat kasar dan agregat halus Mengisi rongga antara agregat halus dan agregat kasar untuk membentuk masa yang kompak (solid) Walaupun proporsi semen hanya sekitar 10% dari volume campuran beton, semen adalah bagian yang aktif sebagai media perekat dan merupakan bahan susun yang dapat dikontrol secara ilmiah. LANJUTAN SEMEN-2 Semen merupakan bahan yang mempunyai sifat adesif dan kohesif, serta merupakan media perekat antar fraksi-fraksi agregat. Semen diperoleh dengan membakar (dengan temperatur yang sangat tinggi, yaitu sekitar 1450º C) beberapa bahan dasar yang dicampurkan dalam proporsi tertentu, yaitu argillacius (mengandung alumina) dan calcareous (mengandung kalsium karbonat atau lime). Dari pembakaran tersebut akan diperoleh klingker yang kemudian dijatuhkan dalam udara normal membentuk faksi-faksi lebih kecil dan kemudian digilas untuk memperoleh butiran yang sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Butiran-butiran sangat halus tersebut dinamakan SEMEN. Selama penggerusan klinker, gypsum atau CaSO4 ditambahkan untuk mengatur waktu pengerasan atau setting time. Penambahan gypsum mencapai 3 % dari berat klingker. Hal tersebut juga mengurangi pengembangan volume sebagian porsi semen setelah waktu pengikatan terjadi (increases the soundness of cement). LANJUTAN SEMEN-3 LANJUTAN SEMEN-4
Komposisi Semen Portland dan senyawa kimia yang
ada berpengaruh terhadap sifat-sifat semen. Ada empat macam senyawa kimia penting yang mempengaruhi sifat semen yaitu sifat ikatan dan sifat pengeras semen. Adapun keempat senyawa kimia tersebut adalah :
Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CiO2SiO2
Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaOSiO2 Trikalsium Aluminat (C3A) atau 2 CaAl2O3 Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaOAl2O3Fe2O3 LANJUTAN SEMEN-5 Peraturan Beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya di halaman 1, membagi semen Portland menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu : Tipe I, semen Portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya Tipe II, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Biasanya digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertanam di dalam tanah yang mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa Tipe III, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Kekuatan pada umur 7 hari pada semen jenis ini setaraf dengan kekuatan pada umur 28 hari untuk semen tipe I dan II. Semen jenis ini dipergunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin atau winter season. Tipe IV, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah. Semen ini dimaksudkan untuk pembetonan massif (jumlah yang banyak pada suatu tempat), untuk menghindari keretakan akibat perbedaan temperatur antara satu bagian pengecoran dengan bagian yang lain, misalkan untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya Tipe V, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Semen ini juga sangat cocok untuk pembetonan yang berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam prosentase yang tinggi. LANJUTAN SEMEN-6 LANJUTAN SEMEN-7 Jenis-jenis semen khusus yang lain seringkali dapat diperoleh dengan pemesanan secara khusus ke pabrik semen, misalnya semen yang bercampur dengan kerak tungku atau abu terbang dengan kadar optimal, semen yang dicampur dengan pozzolan atau Portland pozzolana dengan kadar optimal, semen bermutu tinggi, semen dengan kadar aluminium tinggi (untuk penyetelan waktu ikat awal dan waktu ikat akhir), semen kedap air, semen berwarna, semen putih, dan semen hidropobi (untuk menjaga agar kadar air udara sekitar tidak mempengaruhi fas adukan dengan membentuk lapisan tipis (film) penyekat). Namun demikian, dengan adanya bermacam-macam bahan tambah atau additive yang telah diproduksi yang semakin murah dan semakin mudah digunakan, maka kecenderungan penggunaan bahan tambah untuk maksud pembetonan khusus lebih meningkat dibandingkan dengan penggunaaan semen khusus. HIDRASI SEMEN Bila semen kontak dengan air, terjadi lah proses hidrasi. Proses hidrasi terjadi dengan arah ke dalam dan keluar. Maksudnya, hasil hidrasi mengendap di bagian luar, semen yang bagian dalamnya belum terhidrasi secara bertahap akan terhidrasi sehingga volumenya mengecil (susut). Reaksi ini berlangsung lambat ( sekitar 2-8 jam) sebelum mengalami percepatan setelah kulit permukaaan pecah. Pada tahap berikutnya akan terbentuk pasta semen yang terdiri dari gel (tobermorite) yang mempunyai kemampuan sebagai perekat dan sisa semen yang tidak bereaksi, seperti kalsium Ca(OH)2, air dan senyawa yang lainnya. Kristalin senyawa tersebut membentuk suatu rangkaian tiga dimensi yang saling melekat secara acak, dan sedikit demi sedikit mengisi ruangan yang ditempati air, lalu membeku dan mengeras sehingga mempunyai kekuatan tertentu. Selama proses hidrasi berlangsung, akan keluar panas yang dinamakan PANAS HIDRASI. Pasta semen yang telah mengeras memiliki struktur berpori dengan ukuran yang sangat kecil dan bervariasi, ukurannya sekitar 4 x 107 mm. Setelah hidrasi berlangsung, endapan pada permukaan butiran semen akan menyebabkan difusi air ke bagian dalam yang belum terhidrasi semakin sulit sehingga proses menjadi lambat. Proses ini dapat mencapai umur 50 tahun dalam peningkatan kekuatan beton. LANJUTAN HIDRASI SEMEN---1
Secara umum berikut rumus HIDRASI SEMEN :
2C3S + 6H2O (C3S2H3) + 3Ca(OH)2
2C2S + 4H2O (C3S2H3) + Ca(OH)2
Keterangan : C= CaO, S = SiO2, H = H2O (C3S2H3) = 3CaO.2SiO2.3H2O Tobermorite (gel)
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air, dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butir semen. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton, terutama pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan. Semua jenis semen umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas totalnya pada satu hingga tiga hari pertama, 70% pada hari ketujuh, serta 83-91% setelah 6 bulan. Laju perubahan panas ini bergantung pada komposisi semen. LANJUTAN HIDRASI SEMEN--2 Brandt (1995) dan Neville (1995) menyatakan bahwa semen halus memberikan kecepatan hidrasi dan kekuatan akhir lebih tinggi. Selain itu, partikel semen yang halus meningkatkan kebutuhan air, meningkatkan kelecakan, mengurangi bleeding, dan juga dapat meningkatkan susutnya. Sedangkan Bentz dkk (1999) mengatakan bahwa semen yang lebih kasar memerlukan waktu lebih lama untuk pengerasan (setting) dan derajat hidrasinya juga lebih rendah. Oleh karena itu, perkembangan kekuatannya juga akan lambat bila dibandingkan semen yang lebih halus. KEKUATAN PASTA SEMEN DAN FAKTOR AIR SEMEN (FAS) Banyaknya air yang dipakai selama proses hidrasi akan mempengaruhi karakteristik kekuatan beton jadi. Pada dasarnya jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi tersebut adalah sekitar 25% dari berat semen, yakni untuk kebutuhan reaksi dan mengisi pori gel. Jika air yang digunakan kurang dari 25% maka kelecakan atau kemudahan dalam pengerjaan tidak akan tercapai. Perbandingan antara berat air terhadap berat semen disebut faktor air semen (FAS) atau Water Cement Ratio (W/C Ratio). LANJUTAN KEKUATAN PASTA SEMEN DAN FAS---1 Fas yang terlalu rendah akan menyebabkan proses hidrasi tidak sempurna karena menyebabkan air yang berada di antara bagian-bagian semen sedikit dan jarak antara butiran-butiran semen menjadi pendek, akibatnya massa semen lebih menunjukkan keterkaitannya (kekuatan awal lebih berpengaruh). Sedangkan Fas yang terlalu tinggi akan menyebabkan terlalu banyaknya air yang mengisi pori-pori gel, yang nantinya akan mengering dan menimbulkan banyak pori. Dengan demikian, Fas yang terlalu rendah ataupun terlalu tinggi akan menyebabkan kuat desak beton semakin berkurang. Tergantung dari banyak faktor, pada Fas tertentu akan dicapai beton dengan kekuatan maksimal. Fas dalam keadaan tersebut dapat dikatakan sebagai fas optimal. AIR Secara umum kebutuhan air untuk beton sangat tinggi dan pengadukan beton juga sangat peka terhadap kandungan air. Apalagi pada beton mutu tinggi. Air mempunyai pengaruh yang penting dalam pembentukan pasta semen yang berpengaruh pada sifat mudah dikerjakan atau workability, kekuatan, susut dan keawetan mortalnya. Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut Faktor air semen atau water cement ratio. Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang telalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton. Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling. LANJUTAN AIR—1 Disamping itu, kepekaan beton terhadap kandungan air tergantung pada penggunaan bahan tambah mineral dan volume bahan pengikat (semen + bahan tambah mineral) keseluruhan. Kelakuan bahan tambah mineral terhadap kebutuhan air ini berbeda, bergantung kepada sifat-sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri. Weigel et al (1990) mendapatkan bahwa penggunaan abu terbang di dalam campuran peka terhadap kebutuhan air karena pada pengadukan beton tanpa abu terbang kepekaan ini tidak begitu terlihat. Menurut Loo et al (1984), penggunaan abu sekam padi meningkatkan kebutuhan air atau mengurangi workabilitas yang lebih tinggi dibanding abu terbang. SYARAT AIR UNTUK BETON : Dalam pemakaian air untuk beton, sebaiknya air memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gram/liter Tidak mengandung garam-garaman yang dapat merusak beton (asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter AIR UNTUK HIDRASI DAN WORKABILITY Air didalam beton diberikan dalam bentuk perbandingan dengan semen atau fas. Untuk kebutuhan hidrasi semen yaitu reaksi semen dan air, satu bagian semen membutuhkan sekitar 0,25 bagian berat air. Akan tetapi, beton yang mengandung proporsi air yang sangat rendah, adukan menjadi sangat kering dan sukar untuk dipadatkan. Oleh karena itu dibutuhkan tambahan air untuk menjadi pelumas campuran agar dapat dikerjakan dan jika seluruh bagian air menguap ketika beton mengering maka akan meninggalkan rongga-rongga. Untuk itu perlu diperhatikan untuk menjaga agar air yang digunakan seminimal mungkin. LANJUTAN AIR UNTUK HIDRASI DAN WORKABILITY---1 Beton yang tidak dipadatkan secara sempurna, dapat menimbulkan gelembung udara yang terperangkap, sehingga akan timbul rongga. Jadi terdapat dua sumber utama rongga di dalam beton, yaitu gelembung udara yang terperangkap dan air pelumas yang akhirnya menguap. Gelembung udara lebih mudah dikeluarkan dari campuran basah daripada campuran kering. Pada campuran kering dibutuhkan banyak tenaga untuk membebaskan udara. Selanjutnya terdapat suatu kadar air optimum dimana volume udara yang terperangkap dan volume air di dalam rongga adalah minimum. Hal ini dapat tercapai jika dilakukan dengan cara pemadatan yang benar, seperti menggunakan vibrator atau cara lain yang direkomendasikan. Beton dengan volume rongga minimal adalah yang terpadat dan terkuat. Jadi jumlah air berpengaruh pada sifat workable beton segar dan kualitas beton segar serta kekuatan beton keras. Kuantitas air ditentukan oleh perbandingan terhadap berat semen dan tingkat kemudahan dalam pengerjaan. AIR UNTUK PERAWATAN Perlu adanya suatu perawatan beton untuk mempertahankan beton supaya terus menerus berada dalam keadaan basah/lembab selama periode beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Usaha ini diantaranya dengan cara perendaman di dalam air. Air yang digunakan untuk perawatan ini harus air yang memenuhi kriteria yang sama dengan air untuk pengadukan/hidrasi semen, karena jika air terdapat kandungan bahan-bahan yang merusak, maka beton yang dihasilkan akan bermutu rendah. Penggunaan air dari perpipaan harus hati-hati, kalau perlu dilakukan uji laboratorium terlebih dahulu. Menurut Murdock dan Brock (1979), air dari sistem perpipaan dapat mengandung larutan besi yang cukup tinggi dan dapat menyebabkan noda kotoran. Besi dalam air umumnya sebagai penyebab utama pengotoran atau perubahan warna terutama jika perawatan cukup lama. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan pipa yang digalvanisir atau dari bahan paralon (PVC). Suhu air untuk perawatan hendaknya diusahakan sama dengan suhu beton. AGREGAT Agregat menempati sekitar 60-70% volume dari beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi akan tetapi karena komposisinya cukup besar, maka peran agregat menjadi sangat penting. Menurut Neville (1995), Agregat tidak hanya memberikan batas limit kekuatan beton, karena agregat yang lemah tidak akan menghasilkan beton yang kuat, tetapi sifat-sifat agregat juga berpengaruh yang signifikan terhadap durabilitas dan perilaku beton segar, beton keras serta struktur beton. LANJUTAN AGREGAT--1 Agregat berperan sebagai pengisi, mengurangi susut, dan menambah kekuatan baik kuat tekan, kuat lentur, kuat tarik belah maupun kuat geser. Murdock dan Brook (1979) menyatakan bahwa sifat paling penting dari agregat adalah kekuatan hancur dan tekstur permukaannya, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta semen. LANJUTAN AGREGAT-2 Secara umum, agregat dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu agregat kasar dan agregat halus. Di dalam beton, kedua jenis agregat ini saling mengisi untuk menghasilkan beton yang padat. Agregat kasar memiliki butiran yang lebih besar bila dibanding agregat halus, dimana diantara butir-butir kasar tersebut terdapat rongga yang cukup besar. Dengan adanya pemadatan, agregat kasar akan memposisikan dirinya dalam keadaan yang paling padat, kemudian rongga- rongga yang ada akan terisi oleh agregat halus. Dengan demikian, antara kedua agregat ini terjadi mekanisme saling mengisi, sehingga akan diperoleh beton yang padat. FUNGSI AGREGAT : Agregat pada beton mempunyai fungsi sebagai berikut : Bahan pengisi beton Memberikan stabilitas volume dan keawetan Memberikan sifat dapat dikerjakan dan keseragaman campuran Membantu semen dalam merekat agregat kasar Mencegah segresi pasta semen dan agregat kasar Memberikan kekuatan pada beton UKURAN AGREGAT : LANJUTAN UKURAN AGREGAT ---1 Gradasi agregat menunjukkan keragaman/distribusi ukuran butir agregat. Gradasi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton yang dihasilkan. Tingkat gradasi mempengaruhi jumlah volume pori, kemampatan dan kebutuhan perekat (semen). Semakin bervariasi ukuran butir, semakin kecil pori diantara butiran, semakin mampat dan semakin sedikit bahan perekat untuk merekatkan dan mengisi ruang diantara butiran. Gradasi dinyatakan dalam nilai prosentase berat butiran yang tertinggal atau lewat dalam susunan ayakan tertentu (76 mm, 38 mm, 19 mm, 4.8 mm, 2.4 mm, 1.2 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, dan 0.15 mm.