Anda di halaman 1dari 26

Pertemuan ke- 5 By taufik Dwi Laksono, ST MT

BAHAN PENYUSUN BETON


(PORTLAND CEMENT, AIR,
PASIR DAN KERIKIL) DAN
PASTA SEMEN
SEMEN (PORTLAND
  CEMENT)
 Semen sangat dikenal sebagai material bangunan dan memiliki
tempat yang penting dalam pekerjaan konstruksi. Terdapat berbagai
macam jenis semen yang ada di pasaran dan masing-masing jenis
digunakan berdasarkan kondisi tertentu sesuai dengan sifat-sifat
khusus masing-masing jenis semen tersebut. Gabungan semen dan
pasir ketika di campur dengan air akan membentuk Mortar Semen.
Bila semen, pasir dan kerikil atau batu pecah dicampur bersama-
sama dengan air, maka akan membentuk Beton Semen atau
kadang Cuma disebut BETON. Sifat yang unik dari semen adalah
kemampuannya untuk mengeras bila dicampur dengan air.
Karenanya semen dikenal sebagai bahan hidrolis.
 Guna mendapatkan beton yang kuat, awet dan murah, sifat atau
karakteristik bahan dasar/susun beton harus diketahui dengan baik.
Pada dasarnya bahan susun beton diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu aktif dan inaktif/non aktif. Bahan susun aktif terdiri atas
campuran semen dan air sedangkan inaktif terdiri atas agregat baik
halus maupun kasar.
LANJUTAN SEMEN---1
 Meskipun semua material yang digunakan dalam
campuran beton adalah penting, tetapi semen sejauh ini
menempati peringkat pertama karena semen yang
mengikat bahan susun lain sehingga membentuk suatu
beton.
Fungsi dari semen adalah :
 Mengikat agregat kasar dan agregat halus
 Mengisi rongga antara agregat halus dan agregat kasar
untuk membentuk masa yang kompak (solid)
 Walaupun proporsi semen hanya sekitar 10% dari volume
campuran beton, semen adalah bagian yang aktif sebagai
media perekat dan merupakan bahan susun yang dapat
dikontrol secara ilmiah.
LANJUTAN SEMEN-2
 Semen merupakan bahan yang mempunyai sifat adesif dan kohesif,
serta merupakan media perekat antar fraksi-fraksi agregat. Semen
diperoleh dengan membakar (dengan temperatur yang sangat tinggi,
yaitu sekitar 1450º C) beberapa bahan dasar yang dicampurkan dalam
proporsi tertentu, yaitu argillacius (mengandung alumina) dan
calcareous (mengandung kalsium karbonat atau lime). Dari
pembakaran tersebut akan diperoleh klingker yang kemudian
dijatuhkan dalam udara normal membentuk faksi-faksi lebih kecil dan
kemudian digilas untuk memperoleh butiran yang sesuai dengan
ukuran yang dikehendaki. Butiran-butiran sangat halus tersebut
dinamakan SEMEN. Selama penggerusan klinker, gypsum atau
CaSO4 ditambahkan untuk mengatur waktu pengerasan atau setting
time. Penambahan gypsum mencapai 3 % dari berat klingker. Hal
tersebut juga mengurangi pengembangan volume sebagian porsi
semen setelah waktu pengikatan terjadi (increases the soundness of
cement).
LANJUTAN SEMEN-3
LANJUTAN SEMEN-4

 Komposisi Semen Portland dan senyawa kimia yang


ada berpengaruh terhadap sifat-sifat semen. Ada
empat macam senyawa kimia penting yang
mempengaruhi sifat semen yaitu sifat ikatan dan sifat
pengeras semen. Adapun keempat senyawa kimia
tersebut adalah :

 Trikalsium Silikat (C3S) atau 3CiO2SiO2


 Dikalsium Silikat (C2S) atau 2CaOSiO2
 Trikalsium Aluminat (C3A) atau 2 CaAl2O3
 Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) atau 4CaOAl2O3Fe2O3
LANJUTAN SEMEN-5
 Peraturan Beton 1989 (SKBI.1.4.53.1989) dalam ulasannya di halaman 1, membagi semen
Portland menjadi lima jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :
 Tipe I, semen Portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus
seperti jenis-jenis lainnya
 Tipe II, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan
panas hidrasi sedang. Biasanya digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang terus
menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk pondasi yang tertanam di
dalam tanah yang mengandung air agresif (garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau
bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa
 Tipe III, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan awal yang tinggi
dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Kekuatan pada umur 7 hari pada semen jenis
ini setaraf dengan kekuatan pada umur 28 hari untuk semen tipe I dan II. Semen jenis ini
dipergunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai
musim dingin atau winter season.
 Tipe IV, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah.
Semen ini dimaksudkan untuk pembetonan massif (jumlah yang banyak pada suatu tempat),
untuk menghindari keretakan akibat perbedaan temperatur antara satu bagian pengecoran
dengan bagian yang lain, misalkan untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau
pekerjaan besar lainnya
 Tipe V, semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi
terhadap sulfat. Semen ini juga sangat cocok untuk pembetonan yang berhubungan dengan air
laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia yang agresif
serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam
prosentase yang tinggi.
LANJUTAN SEMEN-6
LANJUTAN SEMEN-7
 Jenis-jenis semen khusus yang lain seringkali dapat diperoleh
dengan pemesanan secara khusus ke pabrik semen, misalnya
semen yang bercampur dengan kerak tungku atau abu terbang
dengan kadar optimal, semen yang dicampur dengan pozzolan
atau Portland pozzolana dengan kadar optimal, semen bermutu
tinggi, semen dengan kadar aluminium tinggi (untuk penyetelan
waktu ikat awal dan waktu ikat akhir), semen kedap air, semen
berwarna, semen putih, dan semen hidropobi (untuk menjaga
agar kadar air udara sekitar tidak mempengaruhi fas adukan
dengan membentuk lapisan tipis (film) penyekat).
 Namun demikian, dengan adanya bermacam-macam bahan
tambah atau additive yang telah diproduksi yang semakin murah
dan semakin mudah digunakan, maka kecenderungan
penggunaan bahan tambah untuk maksud pembetonan khusus
lebih meningkat dibandingkan dengan penggunaaan semen
khusus.
HIDRASI SEMEN
 Bila semen kontak dengan air, terjadi lah proses hidrasi. Proses hidrasi terjadi
dengan arah ke dalam dan keluar. Maksudnya, hasil hidrasi mengendap di
bagian luar, semen yang bagian dalamnya belum terhidrasi secara bertahap
akan terhidrasi sehingga volumenya mengecil (susut). Reaksi ini berlangsung
lambat ( sekitar 2-8 jam) sebelum mengalami percepatan setelah kulit
permukaaan pecah. Pada tahap berikutnya akan terbentuk pasta semen yang
terdiri dari gel (tobermorite) yang mempunyai kemampuan sebagai perekat dan
sisa semen yang tidak bereaksi, seperti kalsium Ca(OH)2, air dan senyawa
yang lainnya. Kristalin senyawa tersebut membentuk suatu rangkaian tiga
dimensi yang saling melekat secara acak, dan sedikit demi sedikit mengisi
ruangan yang ditempati air, lalu membeku dan mengeras sehingga mempunyai
kekuatan tertentu. Selama proses hidrasi berlangsung, akan keluar panas yang
dinamakan PANAS HIDRASI. Pasta semen yang telah mengeras memiliki
struktur berpori dengan ukuran yang sangat kecil dan bervariasi, ukurannya
sekitar 4 x 107 mm. Setelah hidrasi berlangsung, endapan pada permukaan
butiran semen akan menyebabkan difusi air ke bagian dalam yang belum
terhidrasi semakin sulit sehingga proses menjadi lambat. Proses ini dapat
mencapai umur 50 tahun dalam peningkatan kekuatan beton.
LANJUTAN HIDRASI SEMEN---1
 
Secara umum berikut rumus HIDRASI SEMEN :
 
2C3S + 6H2O  (C3S2H3) + 3Ca(OH)2
 
2C2S + 4H2O  (C3S2H3) + Ca(OH)2
 
Keterangan : C= CaO, S = SiO2, H = H2O
(C3S2H3) = 3CaO.2SiO2.3H2O  Tobermorite (gel)
 
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air, dinyatakan
dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain bergantung pada jenis semen
yang dipakai dan kehalusan butir semen. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat
mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa
struktur beton, terutama pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan.
Semua jenis semen umumnya telah membebaskan sekitar 50% panas totalnya pada satu
hingga tiga hari pertama, 70% pada hari ketujuh, serta 83-91% setelah 6 bulan. Laju
perubahan panas ini bergantung pada komposisi semen.
LANJUTAN HIDRASI
SEMEN--2
 Brandt (1995) dan Neville (1995) menyatakan
bahwa semen halus memberikan kecepatan hidrasi
dan kekuatan akhir lebih tinggi. Selain itu, partikel
semen yang halus meningkatkan kebutuhan air,
meningkatkan kelecakan, mengurangi bleeding,
dan juga dapat meningkatkan susutnya. Sedangkan
Bentz dkk (1999) mengatakan bahwa semen yang
lebih kasar memerlukan waktu lebih lama untuk
pengerasan (setting) dan derajat hidrasinya juga
lebih rendah. Oleh karena itu, perkembangan
kekuatannya juga akan lambat bila dibandingkan
semen yang lebih halus.
KEKUATAN PASTA SEMEN DAN
FAKTOR AIR SEMEN (FAS)
 Banyaknya air yang dipakai selama proses
hidrasi akan mempengaruhi karakteristik
kekuatan beton jadi. Pada dasarnya jumlah air
yang dibutuhkan untuk proses hidrasi tersebut
adalah sekitar 25% dari berat semen, yakni untuk
kebutuhan reaksi dan mengisi pori gel. Jika air
yang digunakan kurang dari 25% maka kelecakan
atau kemudahan dalam pengerjaan tidak akan
tercapai. Perbandingan antara berat air terhadap
berat semen disebut faktor air semen (FAS) atau
Water Cement Ratio (W/C Ratio).
LANJUTAN KEKUATAN PASTA
SEMEN DAN FAS---1
 Fas yang terlalu rendah akan menyebabkan proses hidrasi
tidak sempurna karena menyebabkan air yang berada di
antara bagian-bagian semen sedikit dan jarak antara
butiran-butiran semen menjadi pendek, akibatnya massa
semen lebih menunjukkan keterkaitannya (kekuatan awal
lebih berpengaruh). Sedangkan Fas yang terlalu tinggi akan
menyebabkan terlalu banyaknya air yang mengisi pori-pori
gel, yang nantinya akan mengering dan menimbulkan
banyak pori. Dengan demikian, Fas yang terlalu rendah
ataupun terlalu tinggi akan menyebabkan kuat desak beton
semakin berkurang. Tergantung dari banyak faktor, pada
Fas tertentu akan dicapai beton dengan kekuatan maksimal.
Fas dalam keadaan tersebut dapat dikatakan sebagai fas
optimal.
AIR
 Secara umum kebutuhan air untuk beton sangat tinggi dan pengadukan
beton juga sangat peka terhadap kandungan air. Apalagi pada beton
mutu tinggi.
 Air mempunyai pengaruh yang penting dalam pembentukan pasta semen
yang berpengaruh pada sifat mudah dikerjakan atau workability,
kekuatan, susut dan keawetan mortalnya. Karena pasta semen
merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan
perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting,
tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut
Faktor air semen atau water cement ratio. Air yang berlebihan akan
menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai,
sedangkan air yang telalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak
tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton.
Untuk air yang tidak memenuhi syarat mutu, kekuatan beton pada umur 7
hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan
kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling.
LANJUTAN AIR—1
 Disamping itu, kepekaan beton terhadap kandungan air
tergantung pada penggunaan bahan tambah mineral
dan volume bahan pengikat (semen + bahan tambah
mineral) keseluruhan. Kelakuan bahan tambah mineral
terhadap kebutuhan air ini berbeda, bergantung kepada
sifat-sifat fisik dan kimia bahan itu sendiri. Weigel et al
(1990) mendapatkan bahwa penggunaan abu terbang di
dalam campuran peka terhadap kebutuhan air karena
pada pengadukan beton tanpa abu terbang kepekaan ini
tidak begitu terlihat. Menurut Loo et al (1984),
penggunaan abu sekam padi meningkatkan kebutuhan
air atau mengurangi workabilitas yang lebih tinggi
dibanding abu terbang.
SYARAT AIR UNTUK
BETON :
Dalam pemakaian air untuk beton, sebaiknya air
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
 Tidak mengandung lumpur atau benda melayang
lainnya lebih dari 2 gram/liter
 Tidak mengandung garam-garaman yang dapat
merusak beton (asam, zat organik dan
sebagainya) lebih dari 15 gram/liter
 Tidak mengandung khlorida (Cl) lebih dari 0,5
gram/liter
 Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1
gram/liter
AIR UNTUK HIDRASI DAN
WORKABILITY
 Air didalam beton diberikan dalam bentuk
perbandingan dengan semen atau fas. Untuk
kebutuhan hidrasi semen yaitu reaksi semen dan air,
satu bagian semen membutuhkan sekitar 0,25 bagian
berat air. Akan tetapi, beton yang mengandung proporsi
air yang sangat rendah, adukan menjadi sangat kering
dan sukar untuk dipadatkan. Oleh karena itu
dibutuhkan tambahan air untuk menjadi pelumas
campuran agar dapat dikerjakan dan jika seluruh
bagian air menguap ketika beton mengering maka akan
meninggalkan rongga-rongga. Untuk itu perlu
diperhatikan untuk menjaga agar air yang digunakan
seminimal mungkin.
LANJUTAN AIR UNTUK HIDRASI
DAN WORKABILITY---1
 Beton yang tidak dipadatkan secara sempurna, dapat menimbulkan
gelembung udara yang terperangkap, sehingga akan timbul rongga.
Jadi terdapat dua sumber utama rongga di dalam beton, yaitu
gelembung udara yang terperangkap dan air pelumas yang akhirnya
menguap. Gelembung udara lebih mudah dikeluarkan dari campuran
basah daripada campuran kering. Pada campuran kering dibutuhkan
banyak tenaga untuk membebaskan udara. Selanjutnya terdapat
suatu kadar air optimum dimana volume udara yang terperangkap dan
volume air di dalam rongga adalah minimum. Hal ini dapat tercapai
jika dilakukan dengan cara pemadatan yang benar, seperti
menggunakan vibrator atau cara lain yang direkomendasikan. Beton
dengan volume rongga minimal adalah yang terpadat dan terkuat.
 Jadi jumlah air berpengaruh pada sifat workable beton segar dan
kualitas beton segar serta kekuatan beton keras. Kuantitas air
ditentukan oleh perbandingan terhadap berat semen dan tingkat
kemudahan dalam pengerjaan.
AIR UNTUK PERAWATAN
 Perlu adanya suatu perawatan beton untuk mempertahankan beton
supaya terus menerus berada dalam keadaan basah/lembab selama
periode beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Usaha ini
diantaranya dengan cara perendaman di dalam air.
 Air yang digunakan untuk perawatan ini harus air yang memenuhi
kriteria yang sama dengan air untuk pengadukan/hidrasi semen,
karena jika air terdapat kandungan bahan-bahan yang merusak, maka
beton yang dihasilkan akan bermutu rendah. Penggunaan air dari
perpipaan harus hati-hati, kalau perlu dilakukan uji laboratorium
terlebih dahulu. Menurut Murdock dan Brock (1979), air dari sistem
perpipaan dapat mengandung larutan besi yang cukup tinggi dan
dapat menyebabkan noda kotoran. Besi dalam air umumnya sebagai
penyebab utama pengotoran atau perubahan warna terutama jika
perawatan cukup lama. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan
pipa yang digalvanisir atau dari bahan paralon (PVC). Suhu air untuk
perawatan hendaknya diusahakan sama dengan suhu beton.
AGREGAT
 Agregat menempati sekitar 60-70% volume
dari beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai
pengisi akan tetapi karena komposisinya cukup
besar, maka peran agregat menjadi sangat
penting. Menurut Neville (1995), Agregat tidak
hanya memberikan batas limit kekuatan beton,
karena agregat yang lemah tidak akan
menghasilkan beton yang kuat, tetapi sifat-sifat
agregat juga berpengaruh yang signifikan
terhadap durabilitas dan perilaku beton segar,
beton keras serta struktur beton.
LANJUTAN AGREGAT--1
 Agregat berperan sebagai pengisi,
mengurangi susut, dan menambah
kekuatan baik kuat tekan, kuat lentur,
kuat tarik belah maupun kuat geser.
Murdock dan Brook (1979) menyatakan
bahwa sifat paling penting dari agregat
adalah kekuatan hancur dan tekstur
permukaannya, yang dapat
mempengaruhi ikatannya dengan pasta
semen.
LANJUTAN AGREGAT-2
 Secara umum, agregat dapat dibedakan menjadi dua
kelompok yaitu agregat kasar dan agregat halus. Di
dalam beton, kedua jenis agregat ini saling mengisi
untuk menghasilkan beton yang padat. Agregat kasar
memiliki butiran yang lebih besar bila dibanding agregat
halus, dimana diantara butir-butir kasar tersebut
terdapat rongga yang cukup besar. Dengan adanya
pemadatan, agregat kasar akan memposisikan dirinya
dalam keadaan yang paling padat, kemudian rongga-
rongga yang ada akan terisi oleh agregat halus. Dengan
demikian, antara kedua agregat ini terjadi mekanisme
saling mengisi, sehingga akan diperoleh beton yang
padat.
FUNGSI AGREGAT :
Agregat pada beton mempunyai fungsi sebagai
berikut :
 Bahan pengisi beton
 Memberikan stabilitas volume dan keawetan
 Memberikan sifat dapat dikerjakan dan
keseragaman campuran
 Membantu semen dalam merekat agregat kasar
 Mencegah segresi pasta semen dan agregat
kasar
 Memberikan kekuatan pada beton
UKURAN AGREGAT :
LANJUTAN UKURAN AGREGAT ---1
 Gradasi agregat menunjukkan keragaman/distribusi
ukuran butir agregat. Gradasi agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat beton yang dihasilkan.
Tingkat gradasi mempengaruhi jumlah volume pori,
kemampatan dan kebutuhan perekat (semen). Semakin
bervariasi ukuran butir, semakin kecil pori diantara
butiran, semakin mampat dan semakin sedikit bahan
perekat untuk merekatkan dan mengisi ruang diantara
butiran. Gradasi dinyatakan dalam nilai prosentase
berat butiran yang tertinggal atau lewat dalam susunan
ayakan tertentu (76 mm, 38 mm, 19 mm, 4.8 mm, 2.4
mm, 1.2 mm, 0.6 mm, 0.3 mm, dan 0.15 mm.

Anda mungkin juga menyukai