Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MAKALAH

BENTUK-BENTUK KONTRAK KONTRUKSI

(LUMP-SUM)

Disusun Oleh:

Sarrobi Kamal (3336170004)

Dosen Pengampu:

Siti Asyiah, M.T

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................... 1
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.1 Kontrak Kontruksi ...................................................................... 2
2.2 Uraian Kontrak Kontruksi............................................................ 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pelaksanaan kontruksi, kontrak merupakan ikatan antara pemilik


proyek selaku pengguna jasa dengan pelaksana/kontraktor selaku penyedia jasa
kontruksi. Kontrak menjabarkan bentuk kerjasama, baik dalam hal teknik, komersial
maupun dari segi hokum dengan poin-poin yang telah disepakati oleh pihak owner
dengan kontraktor. Dalam kontrak mencakup tentang hak dan kewajiban diantara
belah pihak. Sehingga kedua belah pihak harus mencermati pasal-pasal yang ada
dalam kontrak guna menghindari permasalah yang ditimbulkan dari kontrak yang
telah disepakati. Dalam proyek-proyek konstruksi yang menggunakan kontrak Lump-
sum, dibutuhkan ketelitian yang tinggi dalam menghitung BQ (volume), membaca
gambar beserta spesifikasinya, sehingga dapat meminimalisir terjadinya
permasalahan pada proyek konstruksi yang menggunakan kontrak Lump-sum adalah
perbedaan interpretasi antara owner dan kontraktor terhadap volume, spesifikasi dan
gambar (Parwoto, 2014).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, ialah :
1. Apa itu kontrak kontruksi?
2. Apa pengertian dari bentuk kontrak lump-sum?
3. Apa saja komponen pembentuk kotrak lump-sum ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, ialah :
1. Mendiskripsi pengertian dari kontrak konstruksi.
2. Mendiskripsi pengertian dari bentuk kontrak Lump-sum.
3. Mendiskripsi komponen-komponen pembentuk kontrak Lump-sum.

1
BAB II

ISI
2.1 Kontrak Kontruksi
A. Landasan Teori
Keberadaan kontrak konstruksi sangatlah penting mengingat pada umumnya
penyedia jasa hamper selalu mempunyai kedudukan lebih lemah dari posisi pengguna
jasa atau pengguna jasa lebih dominan ketimbang pengguna jasa, dimana penyedia
jasa hamper selalu harus memenuhi draft kontrak yang dibuat oleh pengguna jasa
karena pengguna jasa selalu menempatkan dirinya lebih tinggi daripada penyedia jasa
(Yasin, 2014).
Permasalahan klaim adalah permasalahan yang dapat menimbulkan
perselisihan dan permohonan akan tambahan uang, tambahan waktu pelaksanaan,
atau perubahan metode pelaksanaan pekerjaan. Klain berlanjut dengan pembuatan
dokumen klain yang dormal yang diajukan oleh kontraktor kepada pemilik bangunan.
Hal ini akan menjadi dasar kebijakan pemilik bangunan dalam mempertimbangkan
klaim potensial sedini mungkin. Setiap klain potensial hendaknya dibicarakan dan
diamati oleh perencana atau pemilik bangunan (Fisk, 1997).
Keppres 80/2003 menguraikan bahwa kontrak lump-sum adalah kontrak
pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua risiko yang mungkin
terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia
barang/jasa.
Dalam Perpres 54/2010 sebagaimana diubah melalui Perpres 70/2012 bahwa
Kontrak Lump-sum merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak,
dengan ketentuan sebagai berikut :
 Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
 semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa;

2
 pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai
denga nisi kontrak;
 sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
 total harga penawaran bersifat mengikat; dan
 tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang

B. Kontrak Kontruksi

Garner (1999) medefinisikan kontak konstruksi sebagai “A contract setting


forth the specifications for a building project;s construction”. Kontrak konstruksi
adalah suatu kontrak yang memuat spesifikasi untuk suatu pembangunan proyek
konstruksi.

C. Kontrak Lump-sum

Kontrak Lump-sum adalah suatu kontrak dimana volume pekerjaan yang


tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang (a fixed Lump-sum contract is a
contract where the bill of quantities is not subject to measurement). (Yasin, 2003).
Pada kontrak Lump-sum ada komponen-komponen penting yang mempengaruhi
harga kontrak.

Sedikit penambahan pada Perpres 54/2010 sebagaimana diubah melalui


Perpres 70/2012 adalah klausul tidak dimungkinkan penyesuaisan harga dan tidak
diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.
Untuk konstruksi bangunan Permen PU 45/2007 tentang Pedoman Teknis
Bangunan Negara dijelaskan bahwa :
 Kontrak Lump-sum adalah suatu kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah
harga total penawaran yang pasti dan tetap. Dengan demikian, semua risiko
yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan tersebut

3
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa yang melakukan kontrak tersebut,
sepanjang lingkup pekerjaan atau gambar dan spesifikasi tidak berubah.
 Dalam pelaksanaan kontrak Lump-sum, khusus untuk pelaksana konstruksi,
daftar volume dan harga (bills of quantity/BQ) bersifat tidak mengikat dalam
kontrak sehingga tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan
pembayaran. Tahap Pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi fisik
pekerjaan yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.

D. Komponen Pembentuk Kontrak Lump-sum

Komponen-komponen pada kontrak Lump-sum terdiri dari item pekerjaan,


volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan dan total nilai kontrak. Kontrak Lump-sum
mengikat pada total biaya. Item pekerjaan adalah komponen yang membentuk daftar
kuantitas dan harga (Ramli, 2013).
Pengertian dari volume pekerjaan adalah menghitung jumlah banyaknya
volume pekerjaan dalam satu satuan biasanya disebut sebagai kubikasi pekerjaan,
Kubikasi pekerjaan yang dimaksud dalam pengertian ini bukanlah merupakan volume
(isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan,
dimana volume pekerjaan tersebut dihitung berdasarkan pada gambar bestek dari
bangunan yang akan dibuat.
Harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan perhitungan analisis. Harga bahan didapat dari pasaran, dikumpulkan
dalam suatu daftar yang dinamakan daftar harga satuan bahan, sedangan upah kerja
didapatkan di lokasi dikumpulkan dan dicatat dalam satu daftar yang dinamakan
daftar harga satuan upah (Faiz,2011)
Timbulnya perubahan harga kontrak dipengaruhi oleh ketiga komponen tersebut.

4
2.2 Uraian Kontrak kontruksi (Lump-sum)

A. Pada Bidang Kontruksi

Dalam konteks yang satu ini, akan ada pelelangan yang dilakukan sebelum
pembayaran secara lump sum dilakukan. Ini dilakukan untuk mendapatkan penyedia
jasa yang sesuai. Baik secara pembayaran, juga secara kualitas barang dan jasa yang
disediakan.
Karena pembayaran dilakukan secara kontan, kita tetap akan mendapatkan
fixed price. Artinya, kita tidak akan membayar kenaikan harga yang terjadi. Tentunya
setelah kontak ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Untuk menjalin kontrak secara lump-sum sendiri, kedua belah pihak harus
melakukan perhitungan terlebih dahulu. Baik kontraktor, maupun penyedia jasa.
Kontraktor memperhitungkan biaya dimiliki. Sedangkan penyedia jasa, menghitung
keuntungan sekaligus biaya yang harus dikeluarkan.
Ketika kontrak sudah terbentuk, maka penyedia jasa akan menanggung semua
pembiayaan lebih, yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Baik itu
menyangkut harga bahan baku yang naik di tengah produksi atau biaya-biaya
tambahan lainnya.

B. Melakukan Perencanaan Berlibur di Masa Depan

Pembayaran yang satu ini, mungkin sering dilakukan oleh Anda yang sangat
gemar sekali bepergian, baik secara domestik maupun internasional. Penyedia jasa
biasanya berasal dari sebuah perusahaan maupun aplikasi travel yang sering dijumpai
saat ini.
Hal ini biasanya terjadi kepada Anda, yang paling tidak bisa bepergian tanpa
rencana. Alasan lainnya adalah, karena Anda super sibuk sehingga untuk melakukan
perjalanan wisata, merupakan hal yang harus direncanakan dari jauh-jauh hari.
Biasanya, orang-orang dengan kebiasaan seperti ini akan datang ke sebuah
perusahaan travel untuk merencanakan negara mana yang akan dituju, sekaligus

5
tempat apa saja yang akan dikunjungi. Perencanaan secara mandiri juga bisa
dilakukan. Tapi pembayaran secara Lump Sum hanya dilakukan kepada
perusahaan travel saja.
Teknik pembayaran yang satu ini, memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan transaksi yang dilakukan oleh proyek bangunan. Pelelangan dilakukan oleh
berbagai perusahaan travel yang menawarkan produknya. “Kontraktor”nya adalah
orang yang akan bepergian.
Karena terhitung sebagai penjualan sebuah produk yang ditawarkan oleh
perusahaan travel, maka pembayaran pun bisa dilakukan secara kontan. Sekalipun,
pembayar masih belum bisa menikmati produk yang dibeli dari perusahaan tersebut.
Hampir sama seperti proyek bangunan, perusahaan travel yang terikat kepada
kontrak tidak bisa mengubah harga yang telah ditawarkan. Meskipun, nanti sebelum
perjalanan dilakukan ada kenaikan harga. Misalnya, tiket masuk ke sebuah tempat
wisata.
Sebagai penyedia jasa, perusahaan travel harus bisa menangani kemungkinan
tersebut. Karena mereka sudah terikat kontrak dengan konsumen sebelumnya. Jadi,
kontrak yang ada tidak bisa begitu saja diubah setelah pembayaran.

C. Pembayarana Uang Pensiun Secara kontan

Bagi khalayak umum, mungkin pembayaran ini merupakan sebuah hal yang
asing. Masyarakat lebih akrab jika pensiun dibayar secara periodik yakni dana
pensiun yang dibayarkan secara bulanan seperti gaji.
Padahal, pembayaran dana pensiun secara kontan itu ada. Biasanya,
pembayaran yang satu ini dianut oleh perusahaan swasta. Terutama, mereka yang
tidak memberlakukan program pensiun kepada karyawannya.
Biasanya, dana pensiun yang diberikan oleh perusahaan ini berbentuk
santunan karena sudah bertahun-tahun mengabdi. Dana yang diberikan biasanya
sebagai bentuk apresiasi atas loyalitas tersebut.

6
Dana pensiun nantinya akan diberikan kepada karyawan ketika mencapai usia
yang ditentukan. Mereka akan diputus hubungan kerjanya (PHK) karena sudah
dianggap tidak akan bisa melakukan kegiatan secara aktif, karena faktor usia.
Usia karyawan untuk pensiun di Indonesia sendiri berada di kisaran 55-60
tahun. Hal tersebut diatur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003, tentang
ketenagakerjaan. Dalam pasal 167 ayat 1 di UU tersebut menyebutkan bahwa
perusahaan berhak melakukan PHK. Jika karyawannya sudah menginjak usia pensiun
yang sudah ditentukan. Usia tepatnya diatur sendiri oleh perusahaan dan karyawan,
dalam kontrak perjanjian kerja. Jumlahnya pun akan berbeda-beda tergantung
kebijakan perusahaan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas, sebagai berikut:

1. Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang memuat spesifikasi untuk suatu
pembangunan proyek konstruksi.
2. Kontrak Lump-sum adalah suatu kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga
total penawaran yang pasti dan tetap.
3. Komponen-komponen pada kontrak Lump-sum terdiri dari item pekerjaan,
volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan dan total nilai kontrak.

7
DAFTAR PUSTAKA

Asyiah, Siti. “Aspek Hukum Teknik Sipil”. Bentuk-bentuk Kontrak Konstruksi.


Cilegon. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Yasin, N. (2014). Kontrak Konstruksi di Indonesia. Edisi Kedua. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Indonesia
Fisk, Edward R. (1997). Construction Project Administration. Fifth Edition.
Prentice Hall. New Jersey. America.

Anda mungkin juga menyukai