(LUMP-SUM)
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
FAKULTAS TEKNIK
2022
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................... 1
BAB II ANALISIS DAN PEMBAHASAN
2.1 Kontrak Kontruksi ...................................................................... 2
2.2 Uraian Kontrak Kontruksi............................................................ 3
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
ISI
2.1 Kontrak Kontruksi
A. Landasan Teori
Keberadaan kontrak konstruksi sangatlah penting mengingat pada umumnya
penyedia jasa hamper selalu mempunyai kedudukan lebih lemah dari posisi pengguna
jasa atau pengguna jasa lebih dominan ketimbang pengguna jasa, dimana penyedia
jasa hamper selalu harus memenuhi draft kontrak yang dibuat oleh pengguna jasa
karena pengguna jasa selalu menempatkan dirinya lebih tinggi daripada penyedia jasa
(Yasin, 2014).
Permasalahan klaim adalah permasalahan yang dapat menimbulkan
perselisihan dan permohonan akan tambahan uang, tambahan waktu pelaksanaan,
atau perubahan metode pelaksanaan pekerjaan. Klain berlanjut dengan pembuatan
dokumen klain yang dormal yang diajukan oleh kontraktor kepada pemilik bangunan.
Hal ini akan menjadi dasar kebijakan pemilik bangunan dalam mempertimbangkan
klaim potensial sedini mungkin. Setiap klain potensial hendaknya dibicarakan dan
diamati oleh perencana atau pemilik bangunan (Fisk, 1997).
Keppres 80/2003 menguraikan bahwa kontrak lump-sum adalah kontrak
pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua risiko yang mungkin
terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia
barang/jasa.
Dalam Perpres 54/2010 sebagaimana diubah melalui Perpres 70/2012 bahwa
Kontrak Lump-sum merupakan kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam kontrak,
dengan ketentuan sebagai berikut :
Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;
semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa;
2
pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan sesuai
denga nisi kontrak;
sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);
total harga penawaran bersifat mengikat; dan
tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang
B. Kontrak Kontruksi
C. Kontrak Lump-sum
3
sepenuhnya ditanggung oleh penyedia jasa yang melakukan kontrak tersebut,
sepanjang lingkup pekerjaan atau gambar dan spesifikasi tidak berubah.
Dalam pelaksanaan kontrak Lump-sum, khusus untuk pelaksana konstruksi,
daftar volume dan harga (bills of quantity/BQ) bersifat tidak mengikat dalam
kontrak sehingga tidak dapat dijadikan dasar perhitungan untuk melakukan
pembayaran. Tahap Pembayaran dilakukan berdasarkan prestasi fisik
pekerjaan yang kriterianya ditetapkan dalam kontrak yang bersangkutan.
4
2.2 Uraian Kontrak kontruksi (Lump-sum)
Dalam konteks yang satu ini, akan ada pelelangan yang dilakukan sebelum
pembayaran secara lump sum dilakukan. Ini dilakukan untuk mendapatkan penyedia
jasa yang sesuai. Baik secara pembayaran, juga secara kualitas barang dan jasa yang
disediakan.
Karena pembayaran dilakukan secara kontan, kita tetap akan mendapatkan
fixed price. Artinya, kita tidak akan membayar kenaikan harga yang terjadi. Tentunya
setelah kontak ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Untuk menjalin kontrak secara lump-sum sendiri, kedua belah pihak harus
melakukan perhitungan terlebih dahulu. Baik kontraktor, maupun penyedia jasa.
Kontraktor memperhitungkan biaya dimiliki. Sedangkan penyedia jasa, menghitung
keuntungan sekaligus biaya yang harus dikeluarkan.
Ketika kontrak sudah terbentuk, maka penyedia jasa akan menanggung semua
pembiayaan lebih, yang terjadi selama proses produksi berlangsung. Baik itu
menyangkut harga bahan baku yang naik di tengah produksi atau biaya-biaya
tambahan lainnya.
Pembayaran yang satu ini, mungkin sering dilakukan oleh Anda yang sangat
gemar sekali bepergian, baik secara domestik maupun internasional. Penyedia jasa
biasanya berasal dari sebuah perusahaan maupun aplikasi travel yang sering dijumpai
saat ini.
Hal ini biasanya terjadi kepada Anda, yang paling tidak bisa bepergian tanpa
rencana. Alasan lainnya adalah, karena Anda super sibuk sehingga untuk melakukan
perjalanan wisata, merupakan hal yang harus direncanakan dari jauh-jauh hari.
Biasanya, orang-orang dengan kebiasaan seperti ini akan datang ke sebuah
perusahaan travel untuk merencanakan negara mana yang akan dituju, sekaligus
5
tempat apa saja yang akan dikunjungi. Perencanaan secara mandiri juga bisa
dilakukan. Tapi pembayaran secara Lump Sum hanya dilakukan kepada
perusahaan travel saja.
Teknik pembayaran yang satu ini, memiliki karakteristik yang hampir sama
dengan transaksi yang dilakukan oleh proyek bangunan. Pelelangan dilakukan oleh
berbagai perusahaan travel yang menawarkan produknya. “Kontraktor”nya adalah
orang yang akan bepergian.
Karena terhitung sebagai penjualan sebuah produk yang ditawarkan oleh
perusahaan travel, maka pembayaran pun bisa dilakukan secara kontan. Sekalipun,
pembayar masih belum bisa menikmati produk yang dibeli dari perusahaan tersebut.
Hampir sama seperti proyek bangunan, perusahaan travel yang terikat kepada
kontrak tidak bisa mengubah harga yang telah ditawarkan. Meskipun, nanti sebelum
perjalanan dilakukan ada kenaikan harga. Misalnya, tiket masuk ke sebuah tempat
wisata.
Sebagai penyedia jasa, perusahaan travel harus bisa menangani kemungkinan
tersebut. Karena mereka sudah terikat kontrak dengan konsumen sebelumnya. Jadi,
kontrak yang ada tidak bisa begitu saja diubah setelah pembayaran.
Bagi khalayak umum, mungkin pembayaran ini merupakan sebuah hal yang
asing. Masyarakat lebih akrab jika pensiun dibayar secara periodik yakni dana
pensiun yang dibayarkan secara bulanan seperti gaji.
Padahal, pembayaran dana pensiun secara kontan itu ada. Biasanya,
pembayaran yang satu ini dianut oleh perusahaan swasta. Terutama, mereka yang
tidak memberlakukan program pensiun kepada karyawannya.
Biasanya, dana pensiun yang diberikan oleh perusahaan ini berbentuk
santunan karena sudah bertahun-tahun mengabdi. Dana yang diberikan biasanya
sebagai bentuk apresiasi atas loyalitas tersebut.
6
Dana pensiun nantinya akan diberikan kepada karyawan ketika mencapai usia
yang ditentukan. Mereka akan diputus hubungan kerjanya (PHK) karena sudah
dianggap tidak akan bisa melakukan kegiatan secara aktif, karena faktor usia.
Usia karyawan untuk pensiun di Indonesia sendiri berada di kisaran 55-60
tahun. Hal tersebut diatur dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003, tentang
ketenagakerjaan. Dalam pasal 167 ayat 1 di UU tersebut menyebutkan bahwa
perusahaan berhak melakukan PHK. Jika karyawannya sudah menginjak usia pensiun
yang sudah ditentukan. Usia tepatnya diatur sendiri oleh perusahaan dan karyawan,
dalam kontrak perjanjian kerja. Jumlahnya pun akan berbeda-beda tergantung
kebijakan perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas, sebagai berikut:
1. Kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang memuat spesifikasi untuk suatu
pembangunan proyek konstruksi.
2. Kontrak Lump-sum adalah suatu kontrak pengadaan barang/jasa atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga
total penawaran yang pasti dan tetap.
3. Komponen-komponen pada kontrak Lump-sum terdiri dari item pekerjaan,
volume pekerjaan, harga satuan pekerjaan dan total nilai kontrak.
7
DAFTAR PUSTAKA