Menurut PP no.29 tahun 2000 pasal 20 ayat 1, “Kontrak kerja konstruksi pada
dasarnya dibuat secara terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstuksi yang terdiri
dari kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan perencanaan, kontrak kerja konstruksi
untuk pekerjaan pelaksanaan, dan kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan
pengawasan”. Pada ayat 2, PP no.29 tahun 2000 pasal 20 dijelaskan bahwa, “Dalam hal
pekerjaan terintegrasi, kontrak kerja konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
dapat dituangkan dalam 1 (satu) kontrak kerja konstruksi”. Sedangakan pada ayat
selanjutnya yaitu PP no.29 tahun 2000 pasal 20 ayat 1, yang berbunyi, “Kontrak kerja
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dibedakan berdasarkan“:
Tiga jenis kontrak pada proyek konstruksi adalah :
1. Kontrak Harga Satuan (Unit Price Contract)
2. Kontrak Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee Contract)
3. Kontrak Biaya Menyeluruh (Lump Sum Contract)
Kontrak jenis ini umumnya digunakan jika biaya aktual dari proyek
belum bisa diestimasi secara akurat, karena perencanaan belum
selesai, proyek tidak dapat digambarkan secara akurat, proyek harus
diselesaikan dalam waktu singkat, sementara rencana dan spesifikasi
belum dapat diselesaikan. Kekurangan dari kontrak jenis ini, yaitu
pemilik tidak dapat mengetahui biaya aktual proyek yang akan
dilaksanakan.
Kontrak Biaya Menyeluruh (Lump Sum Contract)
Kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai
dengan rancangan biaya tertentu. Jika terjadi perubahan dalam kontrak, perlu
dilakukan negosiasi antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan besarnya
pembayaran (tambah atau kurang) yang akan diberikan kepada kontraktor
terhadap perubahan tersebut.
2. Swakelola
• Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan
diawasi sendiri.
• Contoh: suatu instansi pemerintah melaksanakan suatu pekerjaan dengan
mempekerjakan sekumpulan orang dalam instansi itu sendiri, yang memberi
perintah, yang mengawasi, dan yang mengerjakan adalah orang-orang dari
satu instansi yg sama.
STUDI KASUS PEMUTUSAN KONTRAK
PROYEK JALAN DI KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR
• Pembangunan Jalan di Kabupaten Indragiri Hilir sepanjang 5 Km
• Dalam pelaksanaan Perusahaan A tidak melaksanakan pembangunan jalan
sesuai dengan sepesifikasi yang telah disetujui, seperti kurangnya tebal jalan
dan tidak sesuainya adukan beton di lapangan dan keterlambatan pelaksanaan
sehingga masa berlaku kotrak telah berakhir dalam satu tahun anggaran.
• Instansi pengguna jasa memiliki hak untuk memutuskan kontrak sehingga
membuat Perusahaan harus membayar klaim jaminan pelaksanaan sebesar 5%
dari biaya kontrak