Anda di halaman 1dari 3

Pelanggaran hukum kontruksi di Indonesia

Suatu proyek konstruksi yang besar maka akan besar dan tinggi juga tingkat resiko yang
dihadapi, sehingga banyak hal yang perlu diperhatikan agar proyek tersebut dapat berjalan lancar
khususnya masalah hukum yang berkaitan dengan konstruksi. Munculnya kasus hukum pada
proyek konstruksi terjadi karena adanya penyimpangan terhadap kontrak baik penyimpangan
terhadap volume, kualitas maupun waktu proyek. Kasus hukum ini dapat memberikan dampak
berupa sanksi hukum baik perdata maupun pidana. Agar semua pihak yang terlibat dalam
pengelolaan proyek konstruksi terhindar dari hal tersebut maka perlu untuk mengetahui aspek
hukum dan kasus serta pelanggaran yang sering terjadi dalam proyek konstruksi. Hal ini juga
didukung oleh UU No.18/99 tentang Jasa Konstruksi yang menyatakan bahwa apabila terjadi
‘kegagalan bangunan/konstruksi” maka semua pihak yang terlibat dapat diinvestigasi dan
dimintai pertanggungjawaban baik dari pihak owner, perencanan, pelaksana maupun konsultan.
Training ini akan mempelajari tentang aspek hukum dan kasus kasus yang terjadi dalam
pengelolaan proyek konstruksi. Berbagai contoh kasus akan dibahas untuk mendapatkan ‘Lesson
learn’ agar semua pihak yang terlibat dalam pengelola proyek lebih berhati hati.

Berikut adalah pelanggaran hukum yang terjadi dalam bindang kontruksi yang terjadi beberapa
tahun silam.

Jakarta, CNN Indonesia -- Peristiwa longsor di underpass rel kereta bandara Soekarno-Hatta,


Senin (5/2), menambah daftar kecelakaan kerja pada proyek pembangunan infrastruktur. Satu
orang tewas dan satu korban lain masih dirawat akibat insiden itu.

Sehari sebelumnya, crane proyek rel empat jalur kereta api Jatinegara, Jakarta Timur, ambruk
dan menewaskan empat pekerja. Kecelakaan kerja juga terjadi dalam proyek LRT Kelapa
Gading 22 Januari lalu. Sebuah beton girder roboh hingga menyebabkan lima pekerja luka-luka.
Kemudian, akhir tahun 2017, beton proyek LRT di Cawang roboh menimpa mobil.

Rentetan peristiwa kecelakaan yang terjadi, tak jarang hanya menjadi 'angin lalu'

.
Tak ada kejelasan maupun tanggung jawab hukum dari pihak jasa konstruksi. Padahal aturan UU
2/2017 tentang jasa konstruksi menyebutkan bahwa pengerjaan proyek yang tidak memenuhi
ketentuan hingga menyebabkan kegagalan kerja dapat dipidana maksimal lima tahun penjara
atau denda maksimal 10 persen dari nilai kontrak.

Konsekuensi hukum atas penyebab kecelakaan itu terakomodasi dalam UU Jasa Konstruksi.
Saat ini, imbuhnya, ketiadaan tanggung jawab hukum dari penanggung jawab proyek umumnya
terjadi lantaran peristiwa itu hanya dianggap sebagai kecelakaan kerja.

"Mengapa UU ini belum efektif ya karena sering diselesaikan dengan pendekatan kecelakaan
kerja. Jika digunakan pendekatan pidana, yang bisa dikenakan penanggung jawab proyek," ujar
Fickar kepada CNNIndonesia.com.

Tetapi, berkaca pada sejumlah kasus serupa yang terjadi sebelumnya, pemeriksaan itu tak
menjamin kelanjutan proses hukumnya.

Pengamat tata kota Yayat Supriyatna berpendapat, perlu ada investigasi khusus terhadap
peristiwa kecelakaan yang terjadi dalam sejumlah proyek pembangunan infrastruktur. Ia
menduga ada prosedur standar teknis yang tidak dipatuhi.

"Seperti peristiwa yang di bandara Soekarno-Hatta itu. Kemungkinan ada percepatan dalam
pengerjaan sehingga mengabaikan standar teknis. Itu boleh diinvestigasi," ucap Yayat.

Sejumlah proyek infrastruktur di ibu kota memang dikerjakan dalam waktu bersamaan. Di
sepanjang jalan dapat ditemui pengerjaan proyek LRT, MRT, pembangunan underpass, hingga
perluasan jalan.

Pemerintah menyatakan sengaja mengebut sejumlah pembangunan proyek infrastruktur untuk


mengejar ketertinggalan dengan negara lain. Namun Yayat mengatakan, sistem kebut dalam
pengerjaan ini tak berarti mengabaikan prosedur pengerjaan proyek infrastruktur.

"Karena mengebut itu ada kemungkinan membuat orang lelah bekerja. Jadi ada titik jenuh,"
tuturnya.

Tak heran, kata dia, kecelakaan kerja proyek kerap terjadi pada malam atau dini hari. Padahal di
waktu-waktu tersebut, tiap orang butuh tidur dan istirahat.

Menurutnya, pemerintah maupun pihak penanggung jawab harus mengevaluasi standar prosedur
pengerjaan proyek. Sertifikasi bagi pekerja proyek juga harus ditingkatkan.
"Kalau tidak ada upaya perbaikan, kita akan membiarkan kecelakaan terus terjadi. Yang kasihan,
ya, yang bekerja itu. Tidak hanya mengejar cepat, tapi juga harus selamat," ucapnya. (wis/gil)

Anda mungkin juga menyukai