Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 14

Hukum Bisnis Korporasi


KJ101 8141

Makalah Hukum Perlindungan Konsumen


Pada Perusahaan Jasa Konstruksi
Daiwa Tetra Manunggal Konstruksi

Arrange by : Zaini Abdilah


NIM 20210103261
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 1/
6
Pembangunan nasional di Indonesia salah satunya didukung oleh sektor jasa konstruksi
dimana sektor jasa konstruksi ini adalah salah satu sektor yang cukup strategis. Karena sektor
jasa konstruksi ini memiliki keterkaitan dengan sektor - sektor lainnya. Jasa konstruksi
sesungguhnya merupakan bagian penting dari terbentuknya produk konstruksi, karena jasa
konstruksi menjadi arena pertemuan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. Pada wilayah
penyedia jasa juga bertemu sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perkembangan sektor
konstruksi seperti pelaku usaha, pekerjanya dan rantai pasok yang menentukan keberhasilan
dari proses penyediaan layanan jasa konstruksi, yang menggerakkan pertumbuhan sosial
ekonomi. Oleh karena itu, pengembangan jasa konstruksi menjadi agenda publik yang penting
dan strategis bila melihat perkembangan yang terjadi secara cepat dalam konteks globalisasi
dan liberalisasi, kemiskinan dan kesenjangan, demokratisasi dan otonomi daerah, serta
kerusakan dan bencana alam. Selain itu, perkembangan jasa konstruksi juga tidak bisa
dilepaskan dari konteks proses transformasi politik, budaya, ekonomi, dan birokrasi yang
sedang terjadi. Saat ini pengembangan jasa konstruksi dihadapkan pada masalah domestik
berupa dinamika penguatan masyarakat sipil sebagai bagian dari proses transisi demokrasi di
tingkat daerah dan nasional serta berkembangnya beragam model transaksi dan hubungan
antara penyedia dengan pengguna jasa konstruksi dalam lingkup pemerintah dan swasta.
Sejumlah tantangan tersebut membutuhkan upaya penataan dan penguatan kembali pengaturan
kelembagaan dan pengelolaan sektor jasa konstruksi, untuk menjamin sektor konstruksi
Indonesia dapat tumbuh, berkembang, memiliki nilai tambah yang meningkat secara
berkelanjutan, profesionalisme dan daya saing. Salah satu upaya tersebut ditempuh dengan
mengevaluasi pelaksanaan dan perbaikan terhadap Undang- 2 Undang Nomor 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi (untuk selanjutnya disebut “Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi”)
yang telah berlaku selama 15 (lima belas) tahun. Evaluasi dan perbaikan tersebut ditujukan
untuk menjawab sejumlah persoalan saat ini dan ke depan. Pada prinsipnya, Undang-Undang
tentang Jasa Konstruksi mengatur jenis, bentuk, dan bidang usaha jasa konstruksi, pengikatan
kontrak, tanggungjawab penyedia dan pengguna jasa, penataan partisipasi masyarakat jasa
konstruksi, kegagalan bangunan, peran masyarakat jasa konstruksi, pembinaan, penyelesaian
sengketa dan ketentuan pidana. Secara kontekstual akibat perubahan yang terjadi di tingkat
masyarakat dan iklim usaha, beberapa ketentuan di dalam Undang-Undang tentang Jasa
Konstruksi perlu memperhatikan perkembangan usaha jasa konstuksi di tingkat global. Salah
satunya terkait dengan aspek pembagian bidang usaha, dimana Undang-Undang tentang Jasa
Konstruksi membagi bidang usaha ke dalam Arsitek, Sipil, Mekanikal, Elektrikal, dan Tata
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 2/
6
Lingkungan (ASMET). Pada tingkat global sesuai dengan standar Persatuan Bangsa-Bangsa
(PBB) usaha jasa konstruksi dibagi berdasarkan Central Product Classification (CPC). CPC
menganut bidang usaha berdasarkan produk bukan ilmu yang dikembangkan di perguruan
tinggi yang lebih cocok untuk pembagian dunia profesi. Selain itu, Undang-Undang tentang
Jasa Konstruksi belum menyentuh kenyataan bahwa jenis pekerjaan atau usaha jasa konstruksi
bukan hanya perencanaan, penyelenggaraan, dan pengawasan, tetapi sudah berkembang
berdasarkan product life cycle. Hal tersebut bukan hanya sekedar konsep tetapi sudah
berkembang menjadi realitas dari pasar konstruksi. Dari sisi penataan kelembagaan
pengembangan jasa konstruksi yang menempatkan proses sertifikasi sebagai instrumen
mengontrol kualitas pelayanan penyedia jasa konstruksi memerlukan penyesuaian terkait
dengan aspek pengembangan prosedur, terutama dalam memperjelas kualitas akuntabilitas dan
pembagian peran diantara para pemangku kepentingan di jasa konstruksi. Prosedur yang perlu
ditata kembali terkait dengan prosedur registrasi.

Konsumen adalah setiap orang yang pemakai barang dan /atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain
dan tidak unuk diperdagangkan. Hal ini dapat bersifat dalam segala transaksi jual beli, secara
langsung maupun secara online seperti yang kini kian marak. Walaupun adanya transaksi yang
tidak melalui tatap muka, konsumen tetap berhak untuk mendapatkan barang yang sesuai
dengan pemberitahuan sebelumnya atau barang yang sesuai dengan yang dijanjikan, Hak
Konsumen

Hak sebagai konsumen diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Nomor 8


Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Republik Indonesia yang berlandaskan pada
Undang Undang Dasar 1945 Pasal 5 ayat (1), Pasal 21 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 33.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.


Keterkaitan Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen dengan Undang-Undang tentang
Jasa Konstruksi yaitu bahwa konsumen sebagai pengguna jasa dan selaku pemakai akhir dari
jasa yang diperdagangkan oleh pelaku usaha dan memiliki peranan yang sangat dominan
dalam menentukan pilihan jasa yang akan digunakan sehingga pemberdayaan konsumen
sangat penting untuk dilakukan agar pengguna jasa memahami hak dan kewajibannya. Dalam
Undang-Undang tentang Jasa Konstruksi, para pihak yang terlibat dalam kegiatan jasa
konstruksi adalah unsur pengguna dan penyedia jasa. Posisi konsumen dalam perspektif
Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen adalah sebagai bagian dari pengguna jasa,
sehingga pemberdayaan terhadap konsumen diharapkan mampu meningkatkan peran
konsumen dalam menentukan standar dari produk konstruksi yang dihasilkan, baik dari segi
kualitas mutu (quality assurance), waktu penyerahan (product delivery), maupun harga (cost of
product). Pemahaman bahwa konsumen selaku pengguna jasa belum sepenuhnya menjangkau
kepentingan konsumen sebagai pengguna produk akhir dari kegiatan jasa konstruksi sehingga

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3/
6
pemberdayaan masyarakat khususnya penyadaran akan hak-hak konsumen dalam menerima
dan menggunakan produk konstruksi perlu memperhatikan rujukan kepada Undang-Undang
tentang Perlindungan Konsumen. Kebutuhan konsumen jasa konstruksi dijabarkan dari hak-
hak konsumen secara umum, sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang tentang Perlindungan
Konsumen yang hak-haknya sebagai berikut : a. hak untuk mendapatkan produk barang/jasa
yang sesuai dengan nilai tukar yang diberikan; 86 b. hak untuk mendapatkan ganti rugi; c. hak
untuk mendapatkan penyelesaian hukum; d. hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang
sehat; e. hak untuk dilindungi dari akibat negatif persaingan curang; dan f. hak untuk
mendapatkan pendidikan konsumen. Dari sisi ekonomi, bahwa kepuasan konsumen menjadi
hal yang penting dalam pemenuhan demand atas kebutuhan pengguna jasa sebagai konsumen,
maka konsumen jasa konstruksi berhak mendapatkan produk konstruksi yang sesuai dengan
keinginannya. Pada produk perumahan dan bangunan lainnya seperti ruko, gudang yang
ditawarkan developer kepada konsumen melalui brosur harus sesuai dengan apa yang
diperjanjikan ditawarkan kepada konsumen. Kebanyakan ketentuan-ketentuan dan persyaratan
dalam brosur yang disebarkan pengembang substansinya digolongkan kedalam bentuk klausula
baku. Klausula baku dalam Pasal 1 angka 10 Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen
di definisikan sebagai “setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah disiapkan dan
ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu
dokumen dan atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”. Hal yang
memprihatinkan dalam klausula adalah pencantuman klausula eksonerasi (exemption clausule)
dalam perjanjian. klausula eksonerasi ini mengandung kondisi membatasi atau bahkan
menghapus sama sekali tanggung jawab yang semestinya dibebankan kepada pihak pelaku
usaha. Pasal 18 Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen melarang dengan tegas
pencantuman klausula pada setiap dokumen dan atau penyampaian yang tujuannya merugikan
konsumen, bahkan pada ayat 3 ditegaskan bahwa “setiap klausula baku yang telah ditetapkan
oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dinyatakan batal demi hukum”.

Tanggung Jawab PT Daiwa Tetra Manunggal Konstruksi sebagai kontraktor

Selain itu, dalam setiap penyelenggaraan jasa konstruksi, pengguna jasa dan penyedia jasa
wajib memenuhi standar keamanan, keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan. Jika
penyelenggaraan jasa konstruksi tidak memenuhi standar-standar tersebut, pengguna jasa
dan/atau penyedia jasa dapat menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kegagalan
bangunan.

Kegagalan bangunan yang dimaksud adalah suatu keadaan keruntuhan


bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil jasa konstruksi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4/
6
Adanya kegagalan bangunan tersebut ditentukan oleh penilai ahli yang ditetapkan oleh menteri
paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak diterimanya laporan mengenai terjadinya kegagalan
bangunan.

Selanjutnya, penyedia jasa konstruksi wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan bangunan
yang disebabkan kesalahannya. Pasal 65 UU Jasa Konstruksi kemudian merinci lebih lanjut
perihal pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan tersebut sebagai berikut.

1. Penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu
yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi.
2. Dalam hal rencana umur konstruksi tersebut lebih dari 10 tahun, penyedia jasa wajib
bertanggung jawab atas kegagalan bangunan dalam jangka waktu paling lama 10 tahun
terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan jasa konstruksi.
3. Pengguna jasa bertanggung jawab atas kegagalan bangunan yang terjadi setelah jangka
waktu yang telah ditentukan di atas.
4. Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus
dinyatakan dalam kontrak kerja konstruksi.

Sanksi Terkait Tanggung Jawab Daiwa Tetra Manunggal Konstruksi sebagai konraktor

Setiap penyedia jasa dan/atau pengguna jasa yang tidak memenuhi standar keamanan,
keselamatan, kesehatan, dan keberlanjutan dalam penyelenggaraan jasa konstruksi dikenai
sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan konstruksi;
d. layanan jasa pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan perizinan berusaha; dan/atau
f. pencabutan perizinan berusaha.

Lalu, penyedia jasa konstruksi yang tidak memenuhi kewajiban untuk mengganti atau
memperbaiki kegagalan bangunan dikenai sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis;
b. denda administratif;
c. penghentian sementara kegiatan layanan jasa konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
e. pembekuan izin; dan/atau
f. pencabutan izin.

Di sisi lain, masyarakat yang dirugikan bisa ajukan gugatan dan upaya mendapatkan ganti
kerugian atau kompensasi terhadap dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan jasa konstruksi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5/
6
Standar Bangunan Gedung dan Gugatan Konsumen

Selain berdasarkan UU Jasa Konstruksi, jika bangunan konstruksi merupakan sebuah gedung,
terdapat aturan dalam UU Bangunan Gedung yang perlu diperhatikan terkait standar teknis
penyelenggaraan gedung. Penjelasan lebih lanjut tentang standar-standar tersebut dapat Anda
simak dalam Rincian Standar Teknis Bangunan Gedung Menurut UU Cipta Kerja.

Bahkan, terdapat ancaman pidana penjara atau denda bagi yang tidak memenuhi ketentuan UU
Bangunan Gedung dan mengakibatkan kerugian harta benda orang lain, kecelakaan bagi orang
lain yang mengakibatkan cacat seumur hidup, atau mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.

Selain ketentuan di atas, Anda juga bisa menggunakan UU Perlindungan Konsumen.


Konsumen (pengguna jasa) berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya. Caranya dengan mengajukan gugatan ke Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen atau melalui pengadilan.

Sehingga dapat disimpulkan, terdapat banyak aturan yang mengatur tentang kewajiban
penyedia jasa konstruksi untuk memenuhi standar-standar tertentu, yang jika dilanggar maka
penyedia jasa konstruksi dapat diancam dengan sanksi administratif, digugat, dan bahkan
dijerat pidana sebagaimana yang kami jelaskan.

Dinamisnya perkembangan regulasi seringkali menjadi tantangan Anda dalam memenuhi


kewajiban hukum perusahaan. Selalu perbarui kewajiban hukum terkini dengan platform
pemantauan kepatuhan hukum dari Hukumonline yang berbasis Artificial Intelligence,
Regulatory Compliance System (RCS).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6/
6

Anda mungkin juga menyukai