Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS KASUS

KEGAGALAN PROYEK KONTRUKSI

Menurut UU Nomor 18 Tahun 1999 dan UU Nomor 8 Tahun 1999

Dosen Pengampuh : Nana Adriana, S.E., Ak., M.Acc

Disusun Oleh :

Desy Yunita

16030074

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERTIBA PANGKALPINANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan materi maupun pemikirannya.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, saya yakin masih banyak


kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pangkalpinang, 18 Oktober 2019

Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sektor jasa konstruksi adalah salah satu sektor strategis dalam mendukung
tercapainya pembangunan nasional. Posisi strategis tersebut dapat dilihat dari
adanya keterkaitan dengan sektor lain. Jasa konstruksi sesungguhnya merupakan
bagian penting dari terbentuknya produk konstruksi, karena jasa konstruksi
menjadi arena pertemuan antara penyedia jasa dengan pengguna jasa. Pada
wilayah penyedia jasa juga bertemu sejumlah faktor penting yang mempengaruhi
perkembangan sektor konstruksi seperti pelaku usaha, pekerjanya dan rantai
pasok yang menentukan keberhasilan dari proses penyediaan jasa konstruksi,
yang menggerakkan pertumbuhan sosial ekonomi.

Di dalam konsep jasa konstruksi dikenal adanya kontrak kerja konstruksi


yang merupakan landasan bagi penyelenggaraan jasa konstruksi di Indonesia.
Kontrak kerja ini menjadi fokus dalam mengadakan suatu kegiatan jasa
konstruksi, dikarenakan substansi kontrak yang memuat kepentingan hak dan
kewajiban para pihak dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
pemutusan kontrak kerja konstruksi yang memuat ketentuan tentang
pemutusan kontrak kerja konstruksi, keadaan memaksa (Force Majeure) yang
memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul diluar kemauan dan kemampuan
para pihak, kegagalan bangunan yang memuat ketentuan tentang kewajiban
penyedia jasa atau pengguna jasa, perlindungan pekerja yang memuat ketentuan
tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan keselamatan, aspek lingkungan
yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan.
Masalah jasa konstruksi di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, di mana jasa konstruksi diberikan
arti adalah layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi.
Adapun alasan mengapa pengaturan jasa konstruksi itu dibuat yaitu untuk
memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan demi mewujudkan struktur
usaha yang kokoh, handal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi
yang berkualitas. Kemudian untuk mewujudkan penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan
penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setelah itu guna
mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi, jenis dan
badan usaha konstruksi.
Dalam hal ini, penyusun akan membahas kasus yang terkait dengan UU No.
18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan UU No.8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun dapat merumuskan rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Jasa Konstruksi dan Perlindungan Konsumen?
2. Bagaimana contoh kasus yang terkait dengan UU tentang Jasa Konstruksi dan
UU tentang Perlindungan Konsumen ?
3. Apa saja sanksi pelanggaran jasa konstruksi ?
4. Bagaimana Tanggung Jawab Hukum Penyedia Jasa Konstruksi Dalam
Melaksanakan Pekerjaan Jasa Konstruksi ?
5. Apa saja penyebab terjadinya kegagalan kontruksi ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Jasa Konstruksi dan Perlindungan
Konsumen
2. Untuk mengetahui contoh kasus yang pernah terjadi terkait dengan UU
tentang Jasa Konstruksi dan UU tentang Perlindungan Konsumen
3. Untuk mengetahui sanksi pelanggaran jasa konstruksi
4. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Hukum Penyedia Jasa Konstruksi
Dalam Melaksanakan Pekerjaan Jasa Konstruksi
5. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan kontruksi
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jasa Kontruksi dan Perlindungan Konsumen
Pengertian jasa kontruksi menurut UU No 18 Tahun 1999 Jasa konstruksi adalah
layanan jasa konsultansi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa
pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Pekerjaan konstruksi adalah keseluruhan atau
sebagian rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan beserta
pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal,
dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya. untuk mewujudkan
suatu bangunan atau bentuk fisik lain.

Dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaan konstruksi bahwa jasa


konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan
budaya yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian berbagai sasaran
guna menunjang terwujudnya tujuan pembangunan nasional

Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian


hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen.

B. Kasus-kasus Kegagalan Kontruksi


Kegagalan bangunan adalah keadaan bangunan. yang setelah diserahterimakan
oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik secara
keseluruhan maupun sebagian dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam kontrak kerja konstruksi atau pemanfaatannya yang
menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa

1) konstruksi tiang beton Light Rail Transit (LRT) yang roboh di Kayu Putih,
Jakarta Timur, Senin (22/1/2018). Proyek LRT rute Kelapa Gading-
Velodrome itu dalam rangka menghadapi Asian Games 2018.
Pemerintah sudah mengidentifikasi penyebab kecelakaan saat proyek
dilaksanakan atau konstruksi pada pemasangan PCI girder yang terjadi di
proyek LRT Jabodebek rute Kelapa Gading-Velodrome.
1. Kondisi tidak stabil
2. gantungan crane mengalami pelonggaran sehingga gelagar berotasi
3. vertikalitas gantungan sulit dikontrol
4. bracing baja tulangan tidak mampu menahan gaya guling
5. jack hidraulic yang tidak bekerja dengan baik
6. proses stressing dan sambungan beton basah

"Jadi kecelakaan disebabkan belum dipenuhinya sebagian standard


operating procedure (SOP), terutama dalam hal pengangkatan balok
(erection girder), pemasangan pengaku atau bracing, dan proses penarikan
kabel," jelas Syarif.

2) Runtuhnya balkon Tower II gedung BEI (15/1/2018)

berdasarkan laporan teknis kejadian pendahuluan Direktorat Jenderal Cipta


Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dugaan
sementara runtuhnya balkon di lantai I Tower II BEI karena konsentrasi
beban terkumpul pada salah satu titik balkon dan mengakibatkan salah
satu penggantung terlepas. Lepasnya satu penggantung ini memicu lepasnya
penggantung lain.

Kegagalan bangunan juga diduga disebabkan oleh beban momen yang terjadi
tidak mampu dipikul oleh tumpuan pada dinding vertikal. Dugaan kegagalan
bangunan gedung dapat terjadi karena sling yang putus, penjepit sling yang
lepas, baut tidak kencang atau patah, penurunan kekuatan sling, baut, atau
penjepit akibat korosi, hingga robeknya pertemuan baja dengan beton kolom
atau balok.

Adapun tindak lanjut yang perlu dilakukan adalah pengamatan lebih dekat,
terutama pada area yang diperkirakan sebagai titik pemicu kegagalan
bangunan dan pengkajian lebih lanjut terhadap dokumen pembangunan
gedung. Selain itu, perlu dilakukan simulasi rekonstruksi pembebanan untuk
menilai kemampuan struktur dalam memikul beban yang terjadi dikomparasi
terhadap beban rencana.
Adapun korban yang dirawat di rumah sakit berjumlah 51 orang. Dari jumlah
tersebut 26 di antaranya harus menjalani operasi pada Selasa 16 Januari 2018.

C. Sanksi Pelanggaran Jasa Kontruksi


Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang dapat
dikenakan kepada penyedia jasa berupa:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;

c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;

d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi;

e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi.

D. Tanggung Jawab Hukum Penyedia Jasa Konstruksi Dalam


Melaksanakan Pekerjaan Jasa Konstruksi

Bahwa dalam hal terjadi kegagalan pekerjaan konstruksi bangunan pihak


penyedia jasa bertanggung jawab secara hukum baik dalam kontrak yang masih
berjalan antara kedua belah pihak maupun kontrak pekerjaan konstruksi sudah
selesai sampai batas waktu 10 (sepuluh) tahun yaitu terhitung sejak penyerahan
akhir pekerjaan konstruksi.

Jika memperhatikan juga Pasal 11 UndangUndang Nomor 18 Tahun 1999


tentang Jasa Konstruksi disebutkan bahwa :

Pasal 11
(1) Badan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan orang perseorangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 harus bertanggung jawab terhadap hasil
pekerjaannya.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilandasi prinsip-prinsip
keahlian sesuai dengan kaidah keilmuan, kepatutan, dan kejujuran intelektual
dalam menjalankan profesinya dengan tetap mengutamakan kepentingan umum.
(3) Untuk mewujudkan terpenuhinya tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 dan ayat 2 dapat ditempuh melalui mekanisme pertanggungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.1

E. Penyebab Kegagalan Proyek Kontruksi


Penyebab kegagalan kontruksi sangat beraneka ragam baik yang berasal dari luar
(ekternal) maupun yang berasal dari dalam (internal). Adapun beberapa faktor
yang secara garis besar berpengaruh dan menjadi parameter terhadap kegagalan
kontruksi , antara lain akan dijelaskan sebagai berikut :
1) Kesalahan Dalam Proses Studi Kelayakan

Kesalahan dalam tahapan studi kelayakan memberikan dampak yang cukup


meluas ke beberapa aspek tidak hanya yang bersifat fisik tetapi non fisik juga.
Dalam proses pembuatan dan analisis studi kelayakan tentunya perlu
memperhatikan aspek-aspek secara menyeluruh/komprehensif yang akan di
proyeksikan ke depan baik pada tahap pelaksanaan/konstruksi maupaun
pasca konstruksi dimana berdampak langsung terhadap daerah di sekitarnya
baik dari segi pemanfaatan, perawatan, sosial, ekonomi, lingkungan dan
peraturan yang berlaku.

2) Kesalahan Dalam Perencanaan dan Perancangan


Kesalahan perencanaan dan perancangan merupakan faktor yang sangat
penting dan vital dimana sangat berpengaruh terhadap desain konstruksi yang
akan dilaksanakan dilapangan, jika dalam aspek perencanaan dan
perancangan pihak konsultan salah memperhitungkan atau menganalisis
maka konsekuensi dan dampak yang dapat ditimbulkan ke depan akan sangat
signifikan berpengaruh terhadap kegagalan fisik bangunan. Perencanaan
dalam hal ini dapat berupa perencanaan dan perancangan desain fisik/ukuran
dan keamanan, perencanaan anggaran, perencanaan mutu, perencanaan
waktu pelaksanaan, perencanaan manfaat/benefit, perencanaan fungsi dan
perencanaan yang mendukung terhadap produk konstruksi yang akan
dihasilkan
3) Kesalahan Dalam Pelaksanaan
Kesalahan pelaksanaan merupakan tindak lanjut dari proses perencanaan
kontruksi, dimana dalam tahap pelaksanaan juga memegang peranan penting
terhadap kegagalan kontruksi yang tentunya lebih berorientasi kepada pihak
pelaksana proyek/kontraktor. Dalam tahap pelaksanaan faktor-faktor tersebut
antara lain dapat dari segi metode pelaksanaan yang salah, kualitas material
yang tidak sesuai spesifikasi dalam kontrak dan perencanaan, penggunaan
tenaga kerja yang tidak ahli/berpengalaman, penggunaan peralatan yang tidak
efektif, kurangnya pengawasan dan manajemen proyek yang
buruk. Tentunya jika aspek tersebut dapat lebih diperhatikan maka tingkat
risiko kegagalan konstruksi dari aspek pelaksanaan dapat direduksi.
4) Kesalahan Operasional
Dalam hal ini lebih berorientasi kepada pihak pemilik proyek konstruksi
dalam tahap penggunaan dan operasional dari produk konstruksi tersebut,
dimana jika pihak pemilik melakukan kesalahan dalam hal merubah dari
fungsi awalnya maka dapat berpotensi menimbulkan terjadinya kegagalan
konstruksi.
5) Maintanance/Perawatan
Perawatan bangunan juga berperan penting terhadap kelangsungan umur dan
kualitas produk konstruksi, tentunya dalam hal ini diperluhkan sistem
manajemen perawatan bangunan. Jika tingkat frekuensi perawatan tidak
dilakukan secara rutin dan berkala maka dapat juga berpotensi terhadap
meningkatnya risiko kegagalan bangunan. Inspeksi perawatan bangunan
berfungsi untuk mendeteksi secara dini kerusakan dari fisik
bangunan/infrastruktur sehingga langkah repair/perbaikan dapat dilakukan
sejak dini sehingga menghindari tingkat kerusakan yang lebih buruk serta
pembengkakan biaya.
6) Usia/Umur Bangunan
Umur bangunan juga berperan dan berpengaruh terhadap kegagalan
konstruksi bangunan dimana jika umur suatu produk bangunan melampaui
dari umur yang direncanakan maka dapat berpotensi menyebabkan kegagalan
bangunan, hal ini diakibatkan karena tingkat kekuatan bangunan mengalami
penurunan selama umurnya serta kelelahan material /material fatique yang
terus-menerus selama umur bangunan tersebut.
7) Manfaat dan Dampak
Manfaat dalam hal ini lebih ke dampak terhadap produk konstruksi yang telah
dibuat/terealisasi dan dioperasikan. Kegagalan konstruksi juga bukan hanya
masalah kegagalan fisik semata melainkan dapat dilihat dari
aspek manfaatnya setelah beroperasi. Kadang banyak hasil produk
konstruksi berupa bangunan yang setelah selesai dibuat sesuai dengan
sesifikasi perencanaan dan dioperasikan sesuai dengan fungsinya, tetapi dari
aspek manfaat justru memberikan dampak yang buruk terhadap masyarakat
dan lingkungan disekitarnya. Misalnya pencemaran lingkungan, rusaknya
vegetasi disekitarnya, terjadinya kesenjangan sosial dsb.
8) Disaster/Bencana
Faktor ini merupakan faktor diluar dugaan dan kemampuan manusia yang
sulit untuk diprediksi secara tepat (Act of God), faktor bencana merupakan
faktor yang sangat fatal terhadap kegagalan konstruksi. Bencana dalam hal
ini dapat berupa bencana alam maupun akibat faktor internal/kelalaian
manusia seperti bencana gempa, banjir, Tsunami, tanah longsor, Topan,
kebakaran, ledakan, Amblas, dsb. Oleh karena itu untuk mengurangi tingkat
risiko akibat faktor ini maka banyak pihak pemilik produk konstruksi
mengalihkan risiko tersebut ke pihak ke-3 seperti asuransi
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanggung jawab hukum penyedia jasa konstruksi dalam melaksanakan pekerjaan
jasa konstruksi pada proyek pemerintah menurut Undang-Undang Nomor 18
Tahun 1999, sangat jelas bahwa antara penyedia
jasa dan pengguna jasa bersama-sama bertanggung jawab penuh terhadap
pekerjaan yang telah dibuat kontrak antar Penyedia Jasa dan pengguna. Hal
kegagalan pekerjaan karena kesalahan penyedia jasa, maka penyedia jasa harus
bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan konstruksi tersebut sesuai dengan
kontrak yang dibuat.

B. Saran
Tanggung Jawab dalam suatu jasa konstruksi harus memiliki Peran aktif dari
masyarakat agar kejadian dalam suatu kecurangan dalam pembangunan bisa
teratasi dan meminimalisir dampak negatif dalam bangunan tertentu bukan hanya
dari masyarakat setempat tetapi juga pemerintah dalam penjagaan kejadian
tersebut.
dalam tanggung jawab jasa konstruksi harus menyelenggarakan kegiatan yang
erat dengan kaitannya dengan faktor-faktor bisnis dan ekonomi, lingkungan
hidup, keselamatan dalam suatu pekerja konstruksi dan ketertiban umum, serta
ketenagakerjaan.
Dari pemahaman faktor penyebab terjadinya kegagalan kontruksi tersebut
tentunya penyelenggaraan konstruksi baik dari pemilik proyek, konsultan
maupaun pelaksana. Dengan pemahaman dan tanggung jawab yang tinggi akan
hal tesebut baik dilihat dari segi profesionalisme dan etika profesi maka tentu
saja dapat mengurangi terjadinya kasus-kasus kegagalan konstruksi yang dapat
menimbulkan banyak korban jiwa dan kerugian materi ke depannya, Dalam
melakukan pengadaan suatu proyek konstruksi diperlukan persiapan yang sangat
matang dari proses perencanaan hingga pengawasan , yang terpenting adalah
tidak adanya pihak yang dirugikan serta tercapainya tujuan suatu proyek.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3239788/ada-kesalahan-di-proyek-lrt-kontraktor-
bakal-kena-sanksi Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019

https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/2018/01/16/ini-dugaan-kuat-penyebab-
robohnya-selasar-bei-418007 Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU18-1999JasaKonstruksi.pdf Diakses pada tanggal 17


Oktober 2019

Undang-Undang-tahun-1999-08-99.pdf Diakses pada tanggal 17 Oktober 2019

http://duniatekniksipil76.blogspot.com/2017/01/kegagalan-konstruksi-dilihat-dari-
sudut.html Diakses pada tanggal 18 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai