Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Bangunan rumah toko dan kantor (rukan) tiga lantai yang terletak di kompleks

Cendrawasih Permai, Jl Ahmad Yani, Kecamatan Sunga Pinang Kota Samarinda Kalimantan
Timur runtuh pada tanggal 3 Juni 2014 saat masih dalam proses pengerjaan yang
menyebabkan 12 pekerjanya tewas. Bangunan ini memiliki lebar 15 meter dan panjang 98
meter dengan biaya konstruki senilai kurang dari 15 Milyar rupiah. Merupakan bentuk
kegagalan dari sebuah struktur bangunan yang dibangun pada zaman modern seperti saat ini.
Seluruh bangunan runtuh tak tersisa, tampak seperti mengalami bencana gempa bumi. Setelah
dilakukan observasi, runtuhnya rukan disebabkan oleh empat perkara yang sangat fatal.
Pertama, kegagalan pondasi dimana tanah yang ada di area konstruksi adalah tanah rawa dan
merupakan tanah lempung sehingga memerlukan waktu lama untuk terkonsolidasi jika tanpa
penanganan khusus seperti vertical drain. Kedua, kegagalan struktur utama. Struktur yang
dimaksud adalah balok-kolom. Hal ini didasarkan fakta bahwa adanya retakan pada kolom di
lantai 2, tentunya hal ini merupakan indikasi awal bahwa ada masalah pada struktur tersebut.
Ketiga, kesalahan sistem perancah pengecoran lantai. Keempat, orgaisasi proyek tidak benar
karena faktanya proyek ini tidak memiliki konsultan perencana. Kelima, adanya pengalihan
pekerjaan secara serampangan dan tidak ada pengawasan dari kontraktor utama. Melihat
kasus ini banyak pihak yang perlu bertanggung jawab atas kesalahan fatal yang telah
diakibatkan oleh pihak-pihak terkait sebagai mana diatur dalam UU Nomor 18/1999
mengenai Jasa Konstruksi.
Runtuhnya rukan cendrawasih merupakan salah satu dari banyaknya contoh kasus
kegagalan konstruksi. Kegagaln kostruksi tidak haya akan merugikan pihak pertama (owner)
saja melainkan juga pihak kedua (sebagai pelaksana) karena tidak hanya masalah uang,
waktu, tenaga, dan material yang akan terbuang sia-sia bahkan nyawa seseorang yang menjadi
taruhannya. Martabat perusahan juga akan dipertaruhkan di mata masyarakat yang nantinya
akan mempengaruhi kredibilitas perusahaan dimasa depan. Timbulnya implikasi negatif
terhadap politik, sosial dan teknis dari suatu konstruksi merupakan kegagalan konstruksi.
Konstruksi rusak, negara rusak. Konstruksi gagal adalah gagalnya pembangunan negara.
Untuk mendapatkan faktor penyebab kegagalan pekerjaan konstruksi tidaklah mudah.
Kadangkala sumber dari kegagalan itu sendiri merupakan akumulasi dari berbagai faktor.
Sumber kegagalan konstruksi seringkali dipengaruhi oleh faktor alam dan perilaku manusia
(Pranoto,1997). Faktor alam dicontohkan sebagai kegagalan yang terjadi akibat perubahan
1

dinamik dari alam, seperti letusan gunung berapi, banjir, gelombang laut dan gempa bumi.
Perilaku manusia juga berperan signifikan. Vicknasyon (2003) mengemukakan, 80% dari total
kegagalan konstruksi dimungkinkan penyebabnya faktor manusia. Riset yang dilakukan Oyfer
(2002) menyatakan hal seperti itu di Amerika disebabkan oleh faktor manusia (54%), desain
(17%), perawatan (15%), material (12%) dan hal yang tak terduga (2%). (Suara Merdeka,
Kamis 26 September 2006).
Salah satu sumber

penyimpangan

kegagalan

pekerjaan

konstruksi

adalah

penyimpangan terhadap tatanan, prosedur internal, prosedur eksternal dan manajemen


konstruksi serta sistem yang telah disepakati dalam kontrak pekerjaan konstruksi.
Mengingat fenomena dari kegagalan konstruksi, merupakan hal yang mulai dianggap
lumrah oleh sebagian masyarakat yang merasa memiliki kepintaran lebih dalam hal
konstruksi dan terkadang secara tidak sengaja, membuat citra negatif dalam pandangan
masyarakat awam terhadap hal jasa konstruksi. Fenomena kegagalan konstruksi inipun
termasul hal yang masih sulit untuk dihilangkan.
Pernyataan tentang fenomena kegagalan pekerjaan konstruksi termasuk hal yang
masih sulit untuk dihilangkan, karena seperti yang telah banyak diketahui bahwa banyak
sekali faktor penyebab kegagalan konstruksi, yang diantaranya adalah tidak terlaksananya
sistem manajemen konstruksi dan sistem manajemen kualitas yang baik.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas kajian pustaka yang akan dibahas adalah:
1. Apa saja aspek hukum yang ada dalam bidang jasa konstruksi?
2. Apa penyebab kegagalan konstruksi rukan cendrawasih di tinjau dari ilmu teknik
sipil dan jika ada ketidak sesuaian dengan metode konstruksi, bagaimana
seharusnya?
3. Bagaimana kajian

hukum mengenai

kasus

kegagalan

konstruksi rukan

cendrawasih?
a. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam kegagalan konstruksi rukan
cendrawasih?
b. Apa saja aspek hukum yang akan diterima oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas kasus runtuhnya rukan cendrawasih?
1.3.

Maksud dan Tujuan Penulisan Makalah


Maksud dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui aspek hukum yang dapat diberlakukan dalam bidang jasa
konstruksi.

2. Untuk mengetahui penyebab kegagalan konstruksi rukan cendrawasi di tinjau dari


ilmu teknik sipil. Memberikan penjelasan mengenai metode konstruksi yang
seharusnya dipakai jika ada ketidak sesuaian metode.
3. Untuk mengetahui kajian hukum mengenai kasus kegagalan konstruksi rukan
cendrawasih.
a. Untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam kegagalan konstruksi rukan
cendrawasih.
b. Untuk mengetahui aspek hukum yang akan diterima oleh pihak-pihak yang
bertanggung jawab atas kasus runtuhnya rukan cendrawasih.
Tujuan dari penulisan kajian ini adalah:
Menemukan indikator-indikator yang menyebabkan terjadinya kegagalan konstruksi
beserta aspek hukum yang akan menjerat para pelakunya.
1.4.

Manfaat Penulisan Makalah


1. Manfaat Teoritis / Akademis.
Untuk menambah wawasan kajian manajemen konstruksi yang ada pada Jurusan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang, mengingat secara
tematik pembahasan dan referensi tentang kegagalan konstruksi, manajemen
kualitas dan aspek hukum pembangunan masih sangat minim.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Pemerintah
Memberikan masukan bagi pemerintah tentang fenomena kegagalan
konstruksi yang seringkali terjadi serta membantu memberikan solusi dan
alternatif strategi pemecahan.
b. Bagi Masyarakat
Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat umum berupa
informasi-informasi tentang kegagalan konstruksi, manajemen kualitas dan
aspek hukum pembangunan. Karena masyarakat merupakan konsumen utama
dalam jasa konstruksi.
c. Bagi Penulis
Studi ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu yang telah penulis peroleh,
hingga kelak penulis dan penyelenggara konstruksi pada umumnya dapat
menerapkannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Aspek Hukum yang Berkaitan dengan Jasa Konstruksi


2.1.1. Hukum Pidana
4

BAB XXI Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan


Pasal 359
Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan
selama-lamanya satu tahun.
Pasal 360
1) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan
selama-lamanya satu tahun
2) Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian
rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat
menjalankan jabatan atau pekrjaannya sementara, di hukum dengan
hukuman penjara selama-lamanya enam bulan atau hukuman kurungan
selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya tiga
ratus rupiah.
2.1.2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1999 Tentang Jasa
Konstruksi
BAB III Usaha Jasa Konstruksi
Pasal 8
Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang
berbentuk badan usaha harus:
a. memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi
b. memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi.
Pasal 9
1) Perencana konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus
memiliki sertifikat keahlian.
2) Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat
keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.
3) Orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai
perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu
dalam badan usaha pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat
keahlian.
4) Tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan keteknikan yang bekerja
pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keterampilan dan
keahlian kerja.
5

BAB VI Kegagalan Bangunan


Pasal 24
1) Penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dapat
menggunakan subpenyedia jasa yang mempunyai keahlian khusus sesuai
dengan masing-masing tahapan pekerjaan konstruksi.
2) Subpenyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9.
3) Penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi hakhak subpenyedia jasa sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja
konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa.
4) Subpenyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib memenuhi
kewajiban-kewajibannya sebagaimana tercantum dalam kontrak kerja
konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa.
BAB X Sanksi
Penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai sanksi administratif
dan/atau pidana atas pelanggaran Undang-undang ini.
Pasal 42
1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang dapat
dikenakan kepada penyedia jasa berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
d. pembekuan izin usaha dan/atau profesi;
e. pencabutan izin usaha dan/atau profesi.
2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 yang dapat
dikenakan kepada pengguna jasa berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara pekerjaan konstruksi;
c. pembatasan kegiatan usaha dan/atau profesi;
d. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi;
e. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
f. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
3) Ketentuan mengenai tata laksana dan penerapan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 43
1) Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang
tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan
pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling
6

lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10%
(sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
2) Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah
ditetapkan dan mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau
kegagalan bangunan dikenakan pidana paling lama 5 (lima) tahun
penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima per seratus) dari
nilai kontrak.
3) Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang
melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap
ketentuan keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan
konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5
(lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh
per seratus) dari nilai kontrak.
2.1.3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000
Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
BAB IV Penyelenggaraan Pekerjaan Konstruksi
Pasal 25
Lingkup tahap perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi prastudi kelayakan,
studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
Pasal 26
1) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko tinggi
harus dilakukan prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum,
dan perencanaan teknik.
2) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko sedang
harus dilakukan studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan
teknik.
3) Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko kecil
harus dilakukan perencanaan teknik.
Pasal 28
1) Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi
meliputi pelaksanaan fisik, pengawasan, uji coba, dan penyerahan hasil
akhir pekerjaan.
2) Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi dilakukan
berdasarkan hasil perencanaan teknik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26.
7

3) Pelaksanaan beserta pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dan ayat (2) dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan
pengakhiran.
Pasal 29
1) Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 harus didukung dengan ketersediaan lapangan,
dokumen, fasilitas, peralatan, dan
2) tenaga kerja konstruksi serta bahan/komponen bangunan yang masingmasing

disesuaikan

dengan

kegiatan

tahapan

pelaksanaan

dan

pengawasan.
3) Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan serta
pengawasan yang meliputi hasil tahapan pekerjaan, hasil penyerahan
pertama dan hasil penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat mutu, dan
tepat waktu.
4) Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil
pelaksanaan pekerjaan beserta pengawasan secara tepat jumlah dan tepat
waktu.
5) Untuk pekerjaan tertentu uji coba wajib dilakukan atau disahkan oleh
instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 30
1) Untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan
konstruksi, penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi
ketentuan tentang :
a. keteknikan, meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi
bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu bahan dan atau
komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan standar
atau norma yang berlaku;
b. keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan pekerjaan
konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d. tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2) Ketentuan keteknikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a
diatur oleh Menteri teknis yang bersangkutan.
8

3) Ketentuan pembinaan dan pengendalian tentang keselamatan dan

kesehatan kerja di tempat kegiatan konstruksi diatur lebih lanjut oleh


Menteri bersama Menteri teknis yang terkait.
BAB IV Kegagalan Pekerjaan Konstruksi
Pasal 31
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan
konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana
disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
Pasal 32
1) Perencana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau
memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, pelaksana
konstruksi, dan pengawas konstruksi.
2) Pelaksana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau
memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, perencana
konstruksi, dan pengawas konstruksi.
3) Pengawas konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau
memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan pengguna jasa, perencana
konstruksi, dan pelaksana konstruksi.
4) Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan pekerjaan
konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan
kesalahan penyedia jasa atas biaya sendiri.
BAB VIII Sanksi Administratif
Pasal 56
1) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi
administratif yang ditetapkan oleh Pemerintah kepada Lembaga,
berupa peringatan tertulis.
2) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi
administratif yang ditetapkan oleh Pemerintah kepada penyedia jasa,
berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan
konstruksi;
9

c.
d.
e.
f.
g.

pembekuan izin usaha;


pencabutan izin usaha;
pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi;

atau
h. larangan melakukan pekerjaan.
3) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi
administratif yang ditetapkan oleh Pemerintah kepada pengguna jasa,
berupa :
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan
konstruksi;
c. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
d. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi; atau
e. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi.
4) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi
administratif yang ditetapkan oleh Lembaga kepada penyedia jasa dan
asosiasi, berupa :
a. peringatan tertulis; atau
b. pembatasan bidang usaha dan atau profesi.
5) Pelanggaran terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi
administratif yang ditetapkan oleh asosiasi kepada anggota, berupa :
a. peringatan tertulis; atau
b. pembekuan sertifikat.

10

BAB III
PEMBAHASAN
Rukan Cendrawasih Permai dibangun sejak Desember 2013 oleh CV Abadi pada areal
kompleks Perumahan Cendrawasih Permai di atas lahan seluas 50 x 100 m 2 dengan luas
bangunan 15 x 98 m2. Rencana Rukantersebut akan dibangun sebanyak 17 petak bangunan
dan masing-masing bangunan berdiri diatas tiga lantai. Rumah toko (Ruko) tiga lantai di
kompleks perumahan Cendrawasih Permai di jalan Ahmad Yani, kota Samarinda, Kalimantan
Timur roboh pada selasa pagi sekitar pukul 06.25 WITA tanggal 3 Juni 2014. Robohnya
rukan mengakibatkan tewasnya 12 orang pekerja dan 6 orang luka berat. Proyek ini
mempekerjakan 84 orang pekerja.
Kontraktor proyek rukan ini semula PT. Firma Abadi yang beralamat di Surabaya
menyerahkan sepenuhnya pekerjaan kepada perseorangan/individu yang merupakan
pemborong berinisial NI yang beralamat di Samarinda yang kemudian menyerahkan lagi
kepada mandor yang berinisial S. Pengalihan pekerjaan ini meliputi keseluruhan pekerjaan.
Robohnya Rukan cendrawasih diakibatkan karena kegagalan pekerjaan konstruksi.
Rukan cendrawsih ambruk sebelum pekerjaaan konstruksi terselesaikan. Setelah diselidiki
ternyata ada beberapa kesalahan yang dilakukan dan penyebab kegagalan pekerjaan
konstruksi di proyek Rukan Cendrawasih :
1. Izin Mendirikan Bangunan Bermasalah
Setelah di telusuri ternyata izin awal mendirikan bangunan di kompleks
Cendrawasih Permai di Jl. A Yani diperuntukkan untuk membangun gedung kantor.
Namun dalam pelaksanaannya fungsi bangunan berubah menjadi rukan (rumah
kantor).
2. Kegagalan Pondasi
Menurut warga sekitar, sebagian besar bangunan di sekitar lokasi setidaknya
memerlukan setahun untuk pematangan lahan, untuk lahan yang merupakan timbunan
diperlukan waktu perawatan tanah sebelum melanjutkan proses pengerjaan konstruksi.
11

Sedangkan pengurukan rawa sampai bangunan lantai satu rampung hanya memakan
tenggang 6 bulan. Diketahui tipe tanah di areal konstruksi terebut bertipe tanah rawa
yang merupakan tanah lempung lunak. Tanah bertipe lempung perlu waktu lama untuk
terkonsolidasi jika tanpa penanganan khusus. Tanah lempung merupakan tanah yang
memiliki permeabilitas kecil, ketika tanah jenuh maka air akan tertampung dan jika
dibebani tanah tidak akan mampu menahan beban yang diberikan. Terdapat beberapa
metode yang bisa dilakukan guna memperbaiki tanah lunak:
Pertama memasang vertical drain, tanah lempung lunak jenuh adalah tanah
dengan rongga kapiler yang sangat kecil sehingga proses konsolidasi saat tanah
dibebani memerlukan waktu cukup lama, sehingga untuk mengeluarkan air dari tanah
secara cepat adalah dengan mebuat vertical drain pada radius tertentu sehingga air
yang terkandung dalam tanah akan termobilisasi keluar melalui vertical drain yang
telah terpasang. Vertical drain ini dapat berupa stone column atau menggunakan
material fabricated yang diproduk oleh geosinindo atau pabrik yang lainnya.
Pekerjaan vertical drain ini biasanya dikombinasikan dengan pekerjaan pre-load
berupa timbunan tanah, dengan maksud memberikan beban pada tanah sehingga air
yang terkandung dalam tanah bisa termobilisasi dengan lebih cepat.
Kedua dengan menggunakan cerucuk bamboo atau corduroy, prinsip
kerjanya sebelum dilakukan penimbunan terlebih dahulu memasang bantalan baik
yang terbuat dari bamboo (cerucuk) atau dari kayu gelondongan (corduroy) sehingga
saat tanah dihampar tidak bercampur dengan tanah asli dibawahnya dan tanah
timbunan tersebut membentuk satu kesatuan yang mengapung diatas tanah aslinya
semacam pontoon yang mengapung diatas air. Terdapat pondasi cerucuk bamboo yang
telah dimodifikasi dan dipatentkan oleh Pak Mansyur Irsyam (dosen ITB) yang telah
diaplikasikan pada bebepara daerah diindonesia serta telah terbukti mamfaatnya.
Ketiga dengan menggunakan tiang pancang, bisa berupa bore pile atau PC
spun pile, sehingga struktur yang akan kita bangun diatas tanah tersebut tidak lagi
menumpuh pada tanah lunak tersebut akan tetap menumpu pada lapisan tanah keras
dibawahnya. Satu hal yang perlu diperhatikan saat merencanakan pondasi tiang
pancang pada tanah lunak adalah negative skin friction.
3. Kegagalan Struktur Utama
Berdasarkan random sampling yang diambil dari reruntuhan rukan, ada deviasi
perencanaan dan pelaksaan yang dilakukan oleh kontraktor, seperti tulangan beton
yang direncakanan seharusnya menggunakan ukuran 15 - 16 mm tetapi fakta
12

dilapangan hanya menggunakan 12 - 13 mm. Ukuran kolom yang digunakan 25x25


cm padahal untuk wilayah samarinda bangunan berlantai lebih dari dua, ukuran
minimal kolom yang digunakan biasanya 45x50 cm. Fatalnya lagi pihak kontraktor
juga mengurangi campuran semen. Hal ini tentunya akan berdampak pada ketahanan
struktur yang direncanakan kuat untuk menahan beban sendiri, beban hidup, dan
beban tambahan (gempa).
Kegagalan struktur juga disebabkan lantaran plat lantai di tingkat dua
bangunan tersebut belum kering sempurna. Dalam 1m3 beton terdapat beban air
sebesar 500 kg, belum lagi termasuk beban berat pekerja dan alat. Jadi biarpun tiang
penyangga sudah siap kalau lantainya belum kering sempurna tidak bisa bisa diberi
beban dahulu. Pada pelaksanaannya pekerjaan pengecoran sudah sampai di lantai ke
tiga padahal plat lantai, kolom, dan balok di lantai bawahnya masih belum kuat
menahan beban. Seharusnya lantai itu baru bisa diberi beban setelah 4x7 hari, kecuali
diberi campuran addictive supaya lebih cepat kering.
4. Kesalahan Sistem Perancah Pengecoran Lantai
Kesalahaan pada sequence pembongkaran bekisting yang terlihat tidak
diperhitungkan dengan cermat terutama beban ke lantai bawah oleh sistem perancah
dan asumsi kekuatan beton pada saat dilakukan pembongkaran bekisting. sistem
perancah yang digunakan menggunakan scafolding besi dan beberapa menggunakan
kayu dolken. Bekisting dan sistem perancah seharusnya didesain secara detail baik
dalam desain maupun metode pemasangannya. Inspeksi harus dilakukan secara ketat
termasuk pengecekan terhadap kekuatan beton yang telah dicor yang akan menopang
perancah tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan atas peristiwa ini
Kehati-hatian yang tinggi dalam desain struktur adalah penting untuk

menghindari terjadinya keruntuhan beruntun


Beban konstruksi harus diperhitungkan dengan baik dalam desain metode

pelaksanaan. Ini harus dikontrol oleh pihak terkait


Bekisting dan sistem perancah harus detail dalam desain dan metode atau

sequence nya
Test beton harus dilakukan sebelum bongkar bekisting
Inspeksi harus memastikan bahwa kontraktor telah memasang perancah
yang benar dan beton yang telah tercor telah mencapai kekuatan

desainnya.
5. Keorganisasian
Organisasi proyek ini tidak lengkap, karena faktanya proyek ini tidak memiliki
konsultan perencana yang ahli dan bersertifikat. Dalam perencanaan proyek ini tidak
13

diketahui darimana dibuatnya. Konsultan perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh
pemberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa
perorangan atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Peran konsultan
perencana dalam pelaksanaan proyek konstruksi adalah:
Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keiinginan pemilik

bangunan
Membuat gambar kerja pelaksanaan
Membuat rencanan kerja dan syarat-syarat
Membuat Rencana kerja dan syarat syarat pelaksanaan bangunan (RKS)

sebagai pedoman pelaksanaan.


Membuat rencana anggaran biaya bangunan.
Memproyeksikan keinginan keinginan atau ide ide pemilik ke dalam

desain bangunan.
Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan
pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan desain terwujud di

wujudkan.
Mempertanggung jawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi

kegagalan konstruksi.
Agar pelaksanaan proyek pembangunan dapat berjalan dengan baik
diperlukan konsultan perencana yang bagus dalam menghasilkan setiap detail
perencanaan bangunan, misalnya gambar kontrak yang jelas tanpa adanya
pertentangan perbedaan antar gambar serta perbedaan gambar rencana dengan kondisi
dilapangan. selain itu dalam hal spesifikasi bangunan juga dijelaskan dengan detail
agar tidak terjadi hambatan dalam pemilihan material saat pekerjaan pembangunan
berlangsung.
6. Tidak Adanya Pengawas di Lapangan
Dalam proyek ini, ada pengalihan pekerjaan secara serampangan dan tidak ada
pengawasan dari kontraktor utama. Lagi-lagi tidak adanya pengawasan dari seorang
ahli yang mengawasi jalannya proyek. Pengawasan proyek ini pun hanya dilakukan
oleh mandor dari pemborong saja.
Konsultan pengawas dalam suatu proyek mempunyai tugas sebagai berikut:
1.

Menyelenggarakan administrasi umum mengenai pelaksanaan kontrak


kerja.

2.

Melaksanakan pengawasan secara rutin dalam perjalanan pelaksanaan


proyek.

3.

Menerbitkan laporan prestasi pekerjaan proyek untuk dapat dilihat oleh


pemilik proyek.
14

4.

Konsultan pengawas memberikan saran atau pertimbangan kepada pemilik


proyek maupun kontraktor dalam proyek pelaksanaan pekerjaan.

5.

Mengoreksi dan menyetujui gambar shop drawing yang diajukan


kontraktor sebagai pedoman pelaksanaan pembangunan proyek.

6.

Memilih dan memberikan persetujuan mengenai tipe dan merek yang


diusulkan oleh kontraktor agar sesuai dengan harapan pemilik proyek
namun tetap berpedoman dengan kontrak kerja konstruksi yang sudah
dibuat sebelumnya.

BAB IV
ANALISIS
15

Berdasarkan pemaparan yang dijelaskan pada BAB PEMBAHASAN penulis dapat


mengambil analisa sebagai berikut :
Pembangunan rukan di Cendrawasih Permai yang ambruk Selasa 3 Juni 2014 itu tidak
sesuai dengan aturan dunia konstruksi. Bahkan ambruknya rukan menyebabkan kematian 12
orang pekerjanya. Kejanggalan pertama adalah pengalihan pekerjaan (subkontraktor) yang
begitu panjang. Dari pemilik modal yaitu Juliansyah Gojali alias Liang Yu, pekerjaan
diserahkan kepada PT Firma Abadi. Kontraktor asal Surabaya ini dipimpin seseorang
bernama Djoni Tandjung yang berkantor di Surabaya, Jawa Timur.
DJoni yang berkedudukan di Surabaya lalu memercayakan pekerjaan kepada Nanang
Ismail yang tinggal di Samarinda. Limpahan pekerjaan diduga tak berakhir di tangan Nanang.
Orang kepercayaan Joni itu memercayakan pekerjaan di lapangan kepada Siswanto yang
menjadi kepala mandor. Dalam proyek pemerintah, menurut Ketua Lembaga Pengembangan
Jasa Konstruksi (LPJK) Kaltim Slamet Suhariadi, pekerjaan yang bisa disubkontraktorkan
hanya 20 persen.
Djoni Tanjung selaku sub-kontraktor utama dan kepala proyek tidak melakukan
tugasnya dengan benar serta tidak mengawasi pekerjaan yang di kerjakan di lapangan dan
hanya melimpahkan semua urusan lapangan kepada Nanang Ismail selaku orang
kepercayaannya. Struktur keorganisasian usaha kontraktor Djoni Tanjung juga tidak lengkap
yang mana badan usahanya tidak memiliki konsultan perencana ahli, artinya jasa usaha
kontraktornya tidak bersertifikat ahli. Bahkan Djoni Tanjung juga telah merubah izin
mendirikan bangunan yang semula sebagai kantor kemudian setelah pelaksanaannya menjadi
rukan (rumah kantor).
Dari deskripsi diatas Djoni Tanjung selaku subpenyedia jasa telah melanggar Undangundang No. 18 tahun 1999 Pasal 24 ayat 2 dan 4. Pasal 24 ayat 2 berbunyi Subpenyedia
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9. Sudah dijelaskan di Pasal 8 bahwa Perencana
konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha
harus: a) memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi; b) memiliki
sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Pasal 9 ayat 1) perencana
konstruksi dan pengawas konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keahlian; 2)
pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja dan
sertifikat keahlian kerja; 3) orang perseorangan yang dipekerjakan oleh badan usaha sebagai
perencana konstruksi atau pengawas konstruksi atau tenaga tertentu dalam badan usaha
16

pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat keahlian; 4) tenaga kerja yang melaksanakan
pekrjaan keteknikan yang bekerja pada pelaksana konstruksi harus memiliki sertifikat
keterampilan dan keahlian kerja. Pasal 24 ayat 2 berbunyi Subpenyedia jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) wajib memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagaimana tercantum
dalam kontrak kerja konstruksi antara penyedia jasa dan subpenyedia jasa.
Selain itu UU No. 18 tahun 1999 yang juga dilanggar adalah Pasal 22 ayat 2 butir d
yang berbunyi Kontrak kerja konstruksi sekurang-kurangnya harus mencajup uraian
mengenai : tenaga ahli, yang memuat ketentuan tentang jumlah, klasifikasi dan kualifikasi
tenaga ahli untuk melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Maka Sanksi dari UU No.18 tahun 1999 yang di berikan kepada Djoni Tanjung adalah
Pasal 43 ayat 1 yang berbunyi Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan
konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dan mengakibatkan kegagalan
pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun
penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
Djoni Tanjung selaku subkontraktor juga melanggar Peraturan Pemerintah No. 29 tahun
2000 Pasal 30, untuk menjamin terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi,
penyelenggara pekerjaan konstruksi wajib memenuhi ketentuan tentang : a) keteknikan,
meliputi persyaratan keselamatan umum, konstruksi bangunan, mutu hasil pekerjaan, mutu
bahan dan atau komponen bangunan, dan mutu peralatan sesuai dengan standar atau norma
yang berlaku; b) keamanan, keselamatan, dan kesehatan tempat kerja konstruksi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c) perlindungan sosial tenaga kerja
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku; d) tata lingkungan setempat dan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kemudian Pasal 31 yang berbunyi Kegagalan
pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
Dari hasil analisa peraturan yang dilanggar Djoni Tanjung maka sesuai Pasal 32 ayat 4
Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan penyedia jasa atas biaya
sendiri.
Maka sanksi dari PP No.29 tahun 2000 Pasal 56 ayat 1 yang isinya, pelanggaran
terhadap Peraturan Pemerintah ini dikenakan sanksi administratif yang ditetapkan oleh
Pemerintah kepada penyedia jasa, berupa :
17

a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara sebagian atau keseluruhan pekerjaan konstruksi;
c. pembekuan izin usaha;
d. pencabutan izin usaha;
e. pembekuan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
f. pencabutan izin pelaksanaan pekerjaan konstruksi;
g. larangan sementara penggunaan hasil pekerjaan konstruksi; atau
h. larangan melakukan pekerjaan.
Selain Djoni Tanjung selaku subkontarktor utama juga ada Nanang Ismail selaku
pemborong atau pelaksana lapangan yang menerima pekerjaan dari Kontraktor Djoni
Tanjung. Nanang Ismail juga tidak mempunyai sertifikasi ahli dan hanya mengandalkan
pengalamannya saja dibidang konstruksi. Padahal pengalaman tanpa didasari analisa dan teori
masih belum disebut sempurna dalam menyelesaikan sebuah kasus konstruksi yang pada
kenyataannya berbeda tergantung berbagai macam variable yang mengikat. Pada tahap
pematangan lahan pelaksana konstruksi tidak memperhatikan kondisi tanah yang merupakan
tanah rawa yang mana harus dilakukan perawatan kusus agar tanah siap menahan beban
konstruksi. Dalam melaksanakan pekerjaannya pemborong Nanang Ismail juga tidak
memperhatikan spesifikasi bangunan sesuai perencanaan serta SOP dan melakukan kesalahan
teknis dalam menangani konstruksi beton. Setelah dilakukan pengambilan random sampling
dari reruntuhan ruko dapat diketahui bahwa ada deviasi dari perencanaan dan pelaksanaan
yang mana ukuran kolom dan balok tidak sesuai spesifikasi di dalam gambar kerja dan
kontrak selain itu juga pembesian yang dikerjakan juga tidak sesuai dengan perencanaan
bahkan campuran semen juga ikut dikurangi. Karena ketidak tahuan Nanang Ismail dalam
sistem peranca dan teknis beton dalam penanganannya juga terjadi kesalahan. Akibatnya
terjadilah kegagalan pekerjaan konstruksi. Terlebih lagi Nanang Ismail ditunjuk sebagai
pengawas oleh Djoni Tanjung.
Dari analisa di atas Nanang Ismail Melanggar Undang-undang No. 18 tahun 1999 Pasal
9 ayat 2 yang berbunyi Pelaksana konstruksi orang perseorangan harus memiliki sertifikat
keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja.
Maka Sanksi dari UU No.18 tahun 1999 yang di berikan kepada Djoni Tanjung adalah
Pasal 43 ayat 2 yang berisi Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi
yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang telah ditetapkan dan
mengakibatkan kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan bangunan dikenakan pidana
paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima per seratus)
18

dari nilai kontrak. Ayat 3 yang berisi Barang siapa yang melakukan pengawasan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain
yang melaksanakan pekerjaankonstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan
keteknikan dan menyebabkan timbulnya kegagalan pekerjaan konstruksi atau kegagalan
bangunan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling
banyak 10% (sepuluh per seratus) dari nilai kontrak.
Nanang Ismail juga melanggar PP No. 29 tahun 2000 yang berbunyi Kegagalan
pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai dengan
spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian
maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
Maka sanksi dari PP No.29 tahun 2000 Pasal 56 ayat 2 butir b yang isinya, tidak
memenuhi persyaratan perencanaan tersebut pada huruf a paling lama 6 (enam) bulan sejak
peringatan tertulis dan atau penghentian sementara dikenakan sanksi administratif berupa
pembatasan bidang usaha dan atau profesi atau pembekuan izin usaha dan atau profesi. Psal
56 ayat 3 butir b yang isinya, apabila pengawas tidak memenuhi ketentuan perencanaan
tersebut pada huruf a paling lama 6 (enam) bulan sejak peringatan tertulis dan atau
penghentian sementara, dikenakan sanksi administratif berupa pembatasan bidang usaha dan
atau pembekuan izin usaha dan atau profesi.
Djoni Tanjung dan Nanang Ismail juga dikenakan KUHP pasal 359 yang isinya, barang
siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun. Pasal 360
ayat 1 Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka berat dihukum penjara
selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun. Ayat 2,
Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang luka sedemikian rupa sehingga orang
itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat menjalankan jabatan atau pekrjaannya sementara,
di hukum dengan hukuman penjara selama-lamanya enam bulan atau hukuman kurungan
selama-lamanya enam bulan atau hukuman denda setinggi-tingginya tiga ratus rupiah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1.

Kesimpulan
19

Kesimpulan yang dapat di ambil dari pembahasan makalah adalah :


1. Penyebab runtuhnya rukan cendrawasih di samarinda
a. Kesalahan pada tahap pengawasan
b. Kesalahan pada tahap pelaksanaan
c. Kesalahan pada tahap pemilihan metode pelaksanaan
d. Material dan alat yang tidak sesuai perencanaan.
2. Djoni Tanjung dikenai KUHP pasal 359 dan 360 tentang kelalaian yang
menyebabkan luka berat dan kematian. Sanksi UU No. 18 tahun 1999 tentang jasa
konstruksi pasal 43 ayat 1. Sanksi UU No. 29 tahun 2000 Pasal 56 ayat 1 .
3. Nanang Ismail dikenai KUHP pasal 359 dan 360 tentang kelalaian yang
menyebabkan luka berat. Sanksi UU No. 18 tahun 1999 tentang jasa konstruksi
pasal 43 ayat 2. Sanksi UU No. 29 tahun 2000 Pasal 56 ayat 2 butir b, ayat 3 butir
b.

1.2.

Saran
Suatu proyek yang benar adalah proyek yang mematuhi semua aturan hukum
yang ada serta melaksanakan manajemen konstruksi dan manajemen kualitas dengan
baik dan benar. Sebagai owner proyek seharusnya memilih pengusaha jasa konstruksi
yang bersertifikat, tidak hanya mengandalakan pengalaman kerja lapangan saja. Agar
tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kegagalan konstruksi. Selain itu
pengawasan dilapangan juga sangat penting untuk meminimalisir kesalahan yang bisa
saja terjadi pada sebuah proyek konstruksi. Sebagai warga negara hukum, sudah
sepatutnya menegakkan aturan yang ada. Hukum dibuat bukan untuk di hindari tetapi
untuk dipatuhi agar terciptanya keselarasan, keamanan dan kedamaian.

DAFTAR PUSTAKA

http://beritaborneo.co.id/saksi-ahli-tentukan-proses-hukum-ruko-runtuh/
http://beritakaltim.com/?p=687
http://deswitam.blogspot.nl/2012/06/kegagalan-bangunan-dan-kegagalan.html
http://fakultasonline.blogspot.nl/2013/05/skripsi-hukum-peranan-hukum-dibidang_22.html
20

http://hukumpidana.bphn.go.id/bidangkuhpout/konstruksi-bangunan/
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_perdata
http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_pidana
http://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Undang-undang_Hukum_Perdata
http://kabar7.com/kabar7-terkait-runtuhnya-toko-polisi-periksa-7-saksi.html
http://kuliahinsinyur.blogspot.nl/2012/06/hukum-konstruksi-dindonesia.html#.VPvNeS4yOT8
http://padepokannurulhudaalfatawy.blogspot.nl/2012/12/perbedaan-hukum-pidana-denganhukum.html
http://simomot.com/2014/06/06/korban-ruko-ambruk-jadi-9-orang-3-korban-lainnya-masihtertimbun/
http://www.arrahmah.com/news/2014/06/03/dua-pekerja-meninggal-terhimpit-ambruknyaruko-di-samarinda.html
http://www.slideshare.net/ayufatimahzahra/kegagalan-konstruksi?next_slideshow=1
http://www.sorot.co.id/695-2-kontraktor-ruko-runtuh-di-samarinda-didakwa-pasalberlapis.html

21

Anda mungkin juga menyukai