Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTEK

ACUAN DAN PERANCAH

Disusun oleh :
DANANG WAHYU WIDIHASTA
1641320119
2 MRK 4

POLITEKNIK NEGERI MALANG


MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
JURUSAN TEKNIK SIPIL
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
bimbingan dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
mengenai “ Acuan dan perancah “.
Dalam laporan ini dibahas mengenai apa itu acuan dan perancah, bagian dari acuan
dan perancah, apa fungsinya, dan bagaimana mengukur beberapa komponen dengan
menggunan landasan teori yang telah diajarkan serta bagaimana cara pelaksanaan secara
langsung dilapangan.
Laporan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa teknik sipil khususnya mahasiswa
Manajemen Rekayasa Konstruksi (MRK). Adapun penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu
yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/Form Work yang berupa
cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk
mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai
bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat dan kokoh, namun
mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton.

Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari
mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti
kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat
mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut
harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup
tentang acuan dan perancah.

Karena perkerjaan acuan dan perancah merupakan suatu pekerjaan yang sangat
menentukan dalam mendapatkan ukuran dan bentuk struktur beton, maka jenis pekerjaan ini
perlu mendapatkan perhatian yang khusus pula di samping pekerjaan lainnya.

Pada saat ini, sudah ada beton jadi atau beton siap pakai (ready mix) maka kontraktor
pada umumnya telah menyiapkan acuan dan perancahnya untuk kemudian dituangkan beton
yang telah dipesan sebelumnya. Kemudian dalam perkembangannya cetakan atau acuan dan
perancah ini memiliki variasi dalam hal harga baik persiapan maupun bahan dengan
mempertimbangkan syarat-syarat acuan dan perancah yang harus dipenuhi serta efesiensi
dalam hal pemakaian berulang kali.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemasangan bowplank yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara pemasangan scaffolding yang baik dan benar?
3. Bagaimana cara pemasangan acuan pada kolom yang baik dan benar?
4. Bagaimana cara pemasangan acuan pada balok dan plat yang baik dan benar?
5. Bagaimana cara pemasangan bekesting pada tangga yang baik dan benar?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum perancah dan bekisting ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori tentang pekerjaan beton yang mana
harus menggunakan acuan ataupun perancah.
2. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan acuan dan perancah secara nyata
seperti kenyataan yang terdapat dilapangan.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Definisi Acuan dan Perancah


Acuan dan perancah adalah suatu konstruksi yang bersifat sementara yang berupa mal
/ cetakan pada bagian kedua sisi atas dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki.
Acuan berfungsi sebagai konstruksi yang diinginkan, Sedangkan Perancah berfungsi
sebagai pembantu memperkuat bentuk konstruksi.
Acuan dan perancah itu sendiri memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Memberikan bentuk kepada konstruksi beton
2. Untuk mendapatkan permukaan struktur yang diharapkan
3. Menopang beton sebelum sampai kepada konstruksi yang cukup keras dan mampu
memikul beban sendiri maupun beban luar
4. Mencegah hilangnya air semen ( air pencampur ) pada saat pengecoran
5. Sebagai isolasi panas pada beton.

2.2 Syarat - Syarat Acuan Perancah


a) Kuat
Didalam pekerjaan ini beban-beban beton yang berada pada bekisting dan beban
lain yang dipikul oleh bekisting itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan suatu
acuan perancah yang kuat untuk dapat memikul beban yang diterimanya.
b) Berat Hidup
Cetakan harus sanggup menahan beban hidup, yaitu : baik orang yang sedang
mengerjakan beton tersebut, Vibrator, dan adanya kemungkinan terjadinya suatu Gempa
atau Retakan.
c) Mudah Dibongkar
Acuan dan perancah harus mudah dibongkar karena acuan hanya bersifat sementara,
dan hal ini menyangkut efisiensi kerja, yaitu tidak merusak beton yang sudah jadi dan
acuan perancahnya dapat digunakan berkali-kali.
d) Ekonomis dan Efesien
Didalam pembuatan acuan dan perancah tidak perlu bahan yang terlalu bagus, namun
jangan pula bahan yang sudah tidak layak pakai. Karena kita harus membuat acuan dan
perancah sehemat mungkin dengan tidak mengurangi mutu dari bekisting dan didalam
pembongkarannya acuan dapat digunakan kembali sehingga menghemat biaya.
e) Rapat
Kerapatan suatu bekisting sangat mempengaruhi didalam proses pengecoran. Karena
apabila bekisting yang kita pakai tidak rapat maka adukan yang kita pakai tadi akan
keluar dan akan mengakibatkan mutu beton yang kurang bagus karena pasta semen keluar
dari bekisting.
f) Rapi
Rapi dalam penyusunan sehingga bisa enak dilihat dengan kasat mata dan mudah
dalam penyusunan dan pembongkaran.
g) Bersih
Untuk mendapatkan hasil yang baik cetakan harus bersih apabila cetakan
tidak bersih, maka dalam proses pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke
dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton dan apabila kotoran tidak naik
maka kotoran tersebut akan melekat pada bagian bawah beton sehingga sulit untuk
dibersihkan.
2.3 Kerugian Acuan Perancah
1) Perubahan Geometrik
Perubahan ini mengakibatkan bentuk yang kita harapkan tidak sesuai dengan rencana,
misalkan : suatu konstruksi yang menyiku menjadi tidak siku, akibatnya akan
mengadakan perbaikan lagi atau misalkan perlu ditambahkan pekerjaan finishing lagi.
2) Penurunan Mutu Beton
Seperti halnya terjadi kebocoran pada acuannya, hal ini akan mengakibatkan air yang
diikuti semen tadi keluar sehingga mutu / kekuatan beton menjadi berkurang.
3) Perubahan Dimensi
Terjadinya perubahan ukuran dari dimensi yang kita rencanakan akibatnya jika terjadi
perubahan ini maka akan memperbesar dan memperkecil volumenya. Sedangkan untuk
melakukan perbaikan akan membutuhkan waktu dan biaya lagi, hal ini akan menghambat
pekerjaan yang lainnya.
2.4 Bagian–bagian Acuan dan Perancah
a) Bagian pada acuan
1. Papan Cetakan
Dapat digunakan papan sebagai dinding acuan. Apabila digunakan papan maka
penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar ataupun memanjang, perlu
diiperhatikan dalam penyanbungan papan harus benar-benar rapat agar tidak ada air yang
keluar.

2. Klam Perangkai
Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi :
a) Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun melebar
b) Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
Klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu dipotong potong sesuai
ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan papan sisa yang masih cukup
panjang dengan lebar papan yang disambung.

b) Bagian pada perancah


1. Tiang acuan/Tiang Penyangga
Tiang acuan biasanya digunakan kasau, kayu gelam, ataupun berbahan besi.
Umumnya jumlah tiang kolom 4 buah dan diletakkan diluar sudut kolom.
Perletakan tiang pada tanah biasanya diletakkan diatas papan atau juga ditanam pada
tanah. Apabila tiang langsung berhubungan dengan tanah sebaiknya ditanam sedalam 20
cm untuk menjaga agar konstruksi tidak bergeser. dari ketinggian kedudukan acuan.
Jarak pemasangan tiang penyangga tergantung dari :
1. beban yang ditopang
2. ukuran balok
3. ukuran penampang maupun panjang tiang penyangga itu sendiri
4. skur/pengaku.

2. Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat
berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar terbuat dari
bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu
berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari perencanaan pemakaian
bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan untuk
menopang beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran 4 x 6 cm
maupun papan 2 x 20 cm.
Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.
Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar bagian
tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar bagian tengah
Jarak pemasangan gelagar tergantung dari ;
1. Ukuran penampang bahan gelagar
2. Beban yang dipikul
3. Ketebalan papan acuan.

3. Skur
Skur merupakan bagian dari acuan perancah yang berfungsi untuk memperkokoh atau
memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada. Agar didapat suatu sistem acuan
perancah yang memenuhi persyaratan kekakuan, maka skur dipasang pada dua posisi :
a) Skur horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk mempersatukan tiang
penyangga yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut akan bekerja bersamaan pada saat
mendapatkan gaya
b) Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal, yang
mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-gaya horizontal ( goyangan ) yang timbul
pada tiang penyangga.
Skur horizontal saja tidak mampu mengatasi gaya. Skur diagonal saja tidak mampu
menerima gaya karena tidak ada persatuan antar tiang penyangga dan yang bisa terjadi
tiang akan melendut. Kombinasi antara skur horizontal dan diagonal akan mempunyai
kemampuan menopang gaya, karena terjadi kekompakan tiang dan skur.
4. Landasan
Landasan merupakan untuk tiang penyangga agar tidak bergerak-gerak. Landasan
yang digunakan biasanya berupa balok kayu, baja atau beton.
Landasan berfungsi sebagai:
1) Sebagai bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung -ujung tiang
penyangga
2) Sebagai bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung tiang akibat
adanya gaya-gaya horizontal
3) Sebagai bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang -tiang apabila tiang-
tiang tersebut harus dipasang pada tempa- tempat bergelombang.

5. Penyokong
Setelah papan landasan siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong diletakkan diatas
papan tersebut dan dipasangkan penyokong agar tiang–tiang tersebut dapat berdiri
dengan tegak dan kokoh.

2.5 Metode yang digunakan Dalam Acuan dan Perancah


1. System Tradisional
Yaitu suatu metode yang masih menggunakan material lokal, sedangkan
konstruksinya konvensional. Penggunaan terbatas hanya sampai pada beberapa kali
penggunaan untuk bentuk yang rumit akan banyak memakan waktu dan tenaga.
2. Semi System
Yaitu suatu metode dimana material dan konstruksinya sudah merupakan campuran
antara material lokal dan buatan pabrik akan bisa kita pakai terus-menerus, oleh karena itu
penggunaan metode ini hanya untuk pekerjaan yang mengalami beberapa kali pembuatan
terus-menerus.
3. Full System
Yaitu suatu metode dimana semua materialnya merupakan buatan pabrik dan
konstruksinya tidak lagi konstruksi konvensional. Materialnya bisa digunakan secara
terus-menerus dan penggunaannya sangat mudah dan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
pembuatannya. Untuk menginvestasikannya memerlukan banyak pertimbangan karena
harga bekisting ini cukup mahal. Sebelum pekerjaan dimulai kita harus menghitung
terlebih dahulu beban-beban yang akan diterima.

2.6 Sambungan-Sambungan
a) Sambungan Papan Dengan Papan.
Sambungan harus dibuat sedemikian rupa agar benar-benar rapat. Ujung\ujung
papan dibuat berselang seling agar papan tidak mudah pecah dan kuat.

Untuk balok, papan-papan dirangkaikan dengan klam-klam dipasang melintang arah serat
papan dengan jarak 50 – 60 cm sesuai dengan jarak tiang yang dipakai.

Untuk kolom papan-papan dirangkaikan dengan klam dengan jarak 40 – 55 cm.


Klam
Sambungan
Ujung Papan
Paku

Pemakuan papan dengan klam

b) Sambungan Gelagar Dengan Tiang.


Pada konstruksi yang labil biasanya untuk gelagar dipakai papan dan sambungannya
dengan tiang cukup dipakukan saja tanpa adanya sambungan.

Gelagar
Paku

Tiang

Sambungan gelagar dengan tiang

Tapi untuk konstruksi cetakan yang memikul beban berat dan menumpang diatas
tiang juga untuk menjaga tergulingnya gelagar dari atas tiang pada tiap sambungan
diberi klam yang dipaku pada tiang dan gelagar.
Gelagar

Klam

Tiang
Perancah

Sambungan gelagar dengan Tiang

c) Sambungan Tiang.
Karena ketingian lantai yang tidak terjangkau oleh tiang, atau untuk memanfaatkan
potongan-potongan tiang, maka perlu dibuat sambungan. Konstruksi bangunan tadi
tidaklah terlalu sukar, cukup menyambungan dua potongan penampang kayu dan
sekeliling sambungan diperkuat dengan klam.

Syaratnya adalah :

- Usahakan sambungan jangan diletakkan ditengah-tengah tinggi tiang, karena


pada tempat ini akan terjadi tekuk yang besar.
- Perletakan sambungan pada tiang perancah untuk satu dan lainnya jangan
diletakan dalam satu garis lurus.
- Tidak boleh memiliki lebih dari satu sambungan yang tidak disokong kearah
samping.

Klam

Paku

Tiang Perancah

Sambungan Tiang
2.7 Definisi K3
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu sistem kerja yang baik dan
bijaksana serta bagaimana seorang pekerja dapat memelihara suatu tempat kerja
yang baik. Sistem kerja yang dimaksud meliputi pekerja, mesin dan peraturan yang
berlaku. Tiga unsur pokok dalam K3 adalah Kesehatan, Keselamatan dan Kerja :
1. Kesehatan
Setiap pekerja harus bekerja dalam kondisi dan situasi yang sehat baik sehat jasmani,
rohani maupun lingkungan yang sehat.
2. Keselamatan

3. Kerja
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Job 1 Bowplang


3.1.1 Pendahuluan
Bowplang adalah papan yang dipakai untuk pedoman sementara dari dasar bangunan,
ketinggian bangunan ,letak bangunan agar sesuai dengan rencana. Wujud dari bowplang
adalah lembaran papan yang diratakan salah satu sisinya. Kemudian papan tersebut
dipakukan pada tiang-tiang yang telah ditancapkan pada tempat nya dengan ketinggian yang
telah ditentukan. Pembuatan bowplang biasanya dilakukan setelah observasi lapangan dan
setelah dilakukan pemetaan.
Syarat pembuatan bowplang :
1. Harus kuat dan kokoH
2. Jarak antara bowplang dengan dinding kerja tidak terlalu rapat
3. Bowplang harus berhadapan dengan bangunan
4. Semua elevasi harus sama

3.1.2 Alat dan Bahan


 Alat
1. Palu
2. Gergaji potong
3. Waterpass penggaris
4. Waterpass ( timbang air)
5. Unting - unting
6. Benang
7. Meteran
 Bahan
1. Kayu 4/6
2. Papan 2/20
3 Paku

3.1.3 Langkah Kerja


1. Menentukan titik yang akan diberi patok.
2. Pasang semua patok pada titik yang telah ditandai, yaitu 60 cm untuk sisi kiri dan
100 cm disisi kanan dengan tinggi elevasi 60 cm yang diberi papan kayu 2/20 yang
mengelilingi area kerja.
3. Cek papan dengan menggunakan waterpass apakah sudah lurus atau tidak.
4. Pasang benang antar patok yang bersebrangan, kemudian cek perpotongan antar
benang pada titik as menggunakan unting-unting.
5. Potong kelebihan patok

3.1.4 Gambar

3.2 Job 2 Pemasangan Scaffolding


3.2.1 Pendahuluan
Perancah (scaffolding) adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi atau perbaikan gedung dan bangunan-
bangunan besar lainnya. Biasanya perancah berbentuk suatu sistem modular dari pipa atau
tabung logam, meskipun juga dapat menggunakan bahan-bahan lain.

3.2.2 Alat dan Bahan


 Alat
1. Meteran
2. Unting – unting
3. Waterpass (selang)
4. Waterpass penggaris
5. Palu
6. Siku
7. Klam hidup dan mati
8. Kunci pas
9. Jack base
 Bahan
1. Kayu 2/20
2. Paku
3. Pipa besi
4. Tangga
5. Frame 170 cm dan 140 cm
6. Cross
7. Platform
8. Joint

3.2.3 Langkah Kerja


1. Perisapan alat dan bahan
2. Persiapan tempat
3. Pasang papan landasan
4. Pasang jack base dengan jarak antar jack base 185 cm
5. Pasang frma, cross, platform, joint dan tangga
6. Ukur ketegakkan dan kedataran
7. Ulangi langkah 5 sampai tingkat ke-4

3.2.4 Gambar
3.3 Job 3 Acuan Kolom
3.3.1 Pendahuluan
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur.
Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan
meneruskannya ke pondasi.
a) Bentuk penampangan kolom:
1. Bujur sangkar
2. Empat persegi panjang
3. Lingkaran
4. Segi banyak
Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya, disesuaikan dengan
beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika.

b) Syarat-syarat Acuan Kolom, yaitu:


1. Syarat Umum
2. Tegak
3. Posisi tepat/As

c) Bagian–bagian dari Acuan Kolom


1. Papan Acuan
Papan acuan dapat terbuat dari multiplek atau papan acuan. Apabila menggunakan
papan, maka sebaiknya penyambungan dapat dilakukan dalam arah melebar atau memanjang
sesuai dengan lebar kolom yang kita kehendaki. Jika menggunakan plywood, maka
penyambungan dengan arah melebar tidak diperlukan.
2. Klem-klem Perangkai
Penyambungan papan dengan arah melebar dapat dilakukan dengan menggunakan
klem dari sisa-sisa potongan kayu yang masih cukup panjangnya dengan lebar papan yang
akan disambung. Sedangkan jarak klem-klem perangkai tergantung dari besarnya penampang
kolom yang akan dibuat.
3. Papan Penjepit Dinding
Papan ini dipasang sesuai dengan jarak klem yang dibuat. Papan terpasang satu
dengan yang lainnya pada tiang yang telah dipasang. Fungsi papan penjepit adalah agar
papan cetakan tidak pecah ketika beton di cor dan dipasang dengan jarak 40 – 65 cm.
4. Penyetelan Acuan Kolom
Apabila semua sudah siap, maka semua bahan acuan disiapkan di tempat yang akan
dipasang cetakan. Pertama-tama dinding yang telah dirangkai satu sama lain dipakukan pada
ketiga sisinya dan apabila terjadi menggunakan tulangan, maka tulangan dipasang dan
kerangka acuan dirangkai. Agar kolom tegak dan kokoh, digunakan Rapid Clamp atau Plat
Clamp. Namun sebelumnya cek dulu menggunakn unting-unting agar benar-benar pada
posisi tegak dan tepat As.

3.3.2 Alat dan Bahan


 Alat
1. Palu
2. Klem panjang dan pendek
3. Meteran
4. Waterpass ( timbang air)
5. Siku
6. Benang
7. Unting-unting
8. Scaffolding
9. Pipa skur/steel proof
 Bahan
1. Bekisting
2. Multiplex sesuai ukuran dinding kolom
3. Paku
4. Papan 2/20

3.3.3 Langkah Kerja


1. Persiapan alat dan bahan
2. Pembersihan lapangan
3. Pemasangan bekisting kolom dengan tinggi 330 cm
4. Cek kesikuan bekisting
5. Pemasangan klem pendek dan panjang di bagian bawah
6. Menempatkan papan landasan
7. Memasang scaffolding
8. Memasang klem pendek dan panjang di bagian atas
9. Memasang perancah diantara 2 kolom
10. Meluruskan dan menegakkan perancah dengan bantuan benang dan waterpass
11. Menegakkan kolom dengan menggunakan unting-unting
12. Jika sudah tegak, pasang steel proof atau pipa skur agar kolom tetap tegak

3.3.4 Gambar

3.4 Job 4 Acuan Balok dan Plat Lantai


3.4.1 Pendahuluan

 Balok
Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom. Syarat-syarat acuan balok:
1. Syarat umum
2. Ketepatan posisi/as
3. Elevasi
4. Kedataran
 Plat Lantai
Yang dimaksud dengan pelat lantai yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus
pada apabila struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat
kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi
sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban
gravitasi (beban mati atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi
momen lentur (seperti pada kasus balok).
Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping
cetakan konstruksi yang harus kuat dan kokoh.
a) Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu:
1. Syarat umum
2. kedataran
3. Elevasi

b) Bagian-bagian yang penting dari plat lantai :


1. Tiang acuan dan pengaku
Tiang acuan dipasang di atas papan landasan yang berada di atas tanah.
Pemasangan tiang ini bersamaan dengan sebagian papan pengaku yang berfungsi
sebagai perangkai-perangkai tiang itu sendiri dan sisanya dipasang setelah gelagar.
2. Gelagar
Gelagar-gelagar yang dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan
ketinggian yang dibutuhkan. Pemasangan dimulai dengan gelagar-gelagar bagian tepi
dan kemudian bagian tengah. Bagian atas gelagar ini kita hubungkan dengan dua atau
tiga benang yang fungsinya untuk pedoman ketinggian dari gelagar-gelagar bagian
tengah. Jika papam gelagar sudah dipasang, maka papan pengaku dipasang semuanya.
3. Lantai cetakan
Lantai cetakan dipasang di atas tiang gelagar. Apabila pada pekerjaan ini
menggunakan papan, maka sisi papan harus diketam terlebih dahulu. Untuk pekerjaan
beton yang tidak memerlukan finishing biasanya lantai cetakan memakai plywood
lebih licin dari pada permukaan papan.
3.4.2 Alat dan Bahan
 Alat
1. Palu
2. U hide
3. Meteran
4. Waterpass ( timbang air)
6. Benang
 Bahan
1. Balok girder
2. Multiplex sesuai ukuran dinding dan alas balok
3. Paku
4. Suri-suri

3.4.3 Langkah Kerja


 Acuan pada balok :
1. Persiapan alat dan bahan
2. Tarik benang dari ujung multiplek ke multiplek untuk mengukur ketinggian dan
kedataran.
3. Pasang U hide diatas frame untuk menopang balok girder
4. Pasang balok girder
5. Pasang suri-suri diatas balok girder, jarak antar suri-suri ± 50 cm
6. Pasang dinding bekisting balok
7. Jika bekisting untuk balok sudah terpasang, selanjutnya memasang bekisting untuk
plat (pasang scaffolding lebih tinggi dari scaffolding balok, lalu pasang U hide dan
girder serta suri-suri diatasnya)
8. Pasang multiplek sebagai alas plat
3.4.4 Gambar

3.5 Job 5 Memasang Tangga


3.5.1 Pendahuluan
Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua tingkat
vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga adalah jalur yang memiliki undak-
undak(trap) atau anak tangga yang menghubungkan satu lantai dengan lantai diatasnya dan
mempunyai fungsi sebagai jalan untuk naik dan turun antara lantai bertingkat. Ukuran tangga
dan penempatannya diatur sesuai dengan kebutuhan dan diatur sedemikian rupa agar sesuai
dengan standar tangga.
 Syarat-Syarat Acuan Tangga:
Yang harus diketahui sebelum merencanakan sebuah tangga ialah ketinggian dari tangga,
yaitu jarak tinggi dari lantai yang satu kelantai atasnya. Apabila ruangan yang ada terlalu
sempit, maka direncanakan suatu tangga dengan beberapa bordes sehingga kemiringan dari
tangga ini tidak terlalu curam dan tidak terasa melelahkan bila dijalani.
1. Lebar tangga
Ø Rumah tinggal ≥ 90cm
Ø Umum ≥ 120cm
2. Optride
Ø Rumah tinggal ≥ 20cm
Ø Umum ≥ 17cm
3. Antride ≥ 25cm
4. Kemiringan maximum 45° atau dengan menggunakan perbandingan
5. Syarat Tangga Ideal = 2 x Optride + 1 Antride = 1 Langkah (57cm-65cm)

3.5.2 Alat dan Bahan


 Alat
1. Meteran
2. Gergaji
3. Palu Cakar
4. Rapid Clamp
5. Linggis
6. Waterpass
7. Siku
8. Pensil
9. Benang
 Bahan:
1. Kayu 4/6 x 40
2. Papan
3. Paku
4. Multiplek

3.5.3 Langkah Kerja:


1. Pemasangan Tiang
Sebelum pemasangan, tiang yang akan dikerjakan harus diukur dahulu tinggi tiang yang
dibutuhkan, dengan jalan menarik benang dari lantai di bawahnya sepanjang bentang tangga
yang direncanakan. Kemudian ditentukan letak tiang-tiangnya. Pada tempat-tempat itu diukur
tinggi dan ukuran-ukurannya, ini adalah ukuran tinggi tiang yang dibutuhkan lalu dipasang
pada masing-masing tempat tadi. Tinggi tiang jangan diukur tepat dengan ukuran tadi tapi
dikurangi sedikit, dengan maksud agar lebih mudah di dalam penimbangan gelagar.
Pemasangan tiang-tiang ini tidak berbeda dengan pemasangan tiang pada balok dan lantai,
baik dudukannya ataupun pemasangan pada skornya.

2. Penimbangan Gelagar
Setelah pemasangan tiang-tiang selesai lalu dilanjutkan dengan penimbangan dan
pemasangan gelagar. Penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan gelagar untuk
cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan
tangga.
3. Pemasangan Papan Lantai
Pemasangan papan lantai tidak banyak berbeda dengan pemasangan papan lantai acuan
pada cetakan lantai. Kita tinggal memasang di atas gelagar-gelagar yang sudah terpasang di
bawahnya dan memakukannya pada gelagar tersebut.

4. Pemasangan Dinding Cetakan Beserta Penggambaran Tride-Tridenya


Bagian tepi lantai yang sudah terpasang tadi harus lurus sesuai dengan lebar tangga. Baru
setelah itu, dinding cetakan dipasang pada tepi lantai cetakan, berdiri vertikal kemudian
disokong pada bagian atasnya dengan tiang bagian luar di samping dinding tadi, sedang
bagian bawah ditahan oleh papan penguat yang dipakukan pada gelagar. Penggambaran tride-
tridenya dengan menggunakan waterpass, siku dan meteran.

5. Pemasangan Papan Pencetak Optride


Setelah semua tride tergambar pemasangan papan-papan pencetak, optride tidak bisa
langsung dipasang tapi harus terlebih dahulu dilakukan pemasangan penulangan. Setelah
pemasangan penulangan selesai, papan-papan optride dipasang dengan diperkuat oleh klos
yang dipakukan pada dinding cetakan. Pada bagian tengah papan ini diberi sokong dipakukan
dengan sebilah kayu yang kita pasang miring dari atas ke bawah.

3.5.4 Gambar
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa proses praktek perancah dan bagesting yang dilakukan antara
lain :
1.Pengenalan alat dan bahan
2. Perancangan desain produk
3. Pemilihan bahan
4. Pengukuran dan pemotongan bahan
5. Pembuatan alas dasar
6. Penentuan layout pada alas
7. Perakitan bekisting kolom, balok, pelat lantai, tangga dan perancah
8. Penghalusan bahan & pembersihan

4.2 Saran
Setelah melakukan praktek perancah dan bagesting disimpulkan bahwa tiap-
tiap pekerjaan dalam praktek tersebut harus direncanakan dengan baik dan sistematis. Hal ini
dimaksudkan agar proses pembuatan dan perakitan maket berjalan dengan baik dan lancar,
serta meminimalisir masalah, yang akan menghambat pekerjaan.
Selain itu kerjasama dan pembagian tugas antar anggota juga harus ditegaskan dengan
jelas di awal pekerjaan, agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan atau kekosongan sub-
pekerjaan, misalnya: anggota yang memotong menjadi terlalu banyak, sedangkan anggota
yang merakit atau mengelem sedikit, sehingga terjadi penumpukan bahan dan mengakibatkan
kehilangan atau kesulitan mengelompokkan bahan.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai