Disusun oleh :
DANANG WAHYU WIDIHASTA
1641320119
2 MRK 4
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
bimbingan dan penyertaannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
mengenai “ Acuan dan perancah “.
Dalam laporan ini dibahas mengenai apa itu acuan dan perancah, bagian dari acuan
dan perancah, apa fungsinya, dan bagaimana mengukur beberapa komponen dengan
menggunan landasan teori yang telah diajarkan serta bagaimana cara pelaksanaan secara
langsung dilapangan.
Laporan ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa teknik sipil khususnya mahasiswa
Manajemen Rekayasa Konstruksi (MRK). Adapun penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk membentuk beton menjadi bentuk yang diinginkan diperlukan suatu alat bantu
yang biasa dikenal dengan sebutan Acuan dan Perancah/Bekisting/Form Work yang berupa
cetakan, atau suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang berfungsi untuk
mendapatkan suatu konstruksi beton yang diinginkan sesuai dengan porsinnya sebagai
bangunan pembantu. Acuan Perancah bersifat sementara yang harus kuat dan kokoh, namun
mudah dibongkar agar tidak menimbulkan kerusakan pada beton.
Baik buruk dari pengerjaan acuan dan perancah dapat mempengaruhi hasil akhir dari
mutu beton yang dikerjakan. Acuan yang kurang baik dapat menimbulkan kerugian seperti
kehilangan material, perubahan dimensi beton, perubahan struktur bangunan, dan juga dapat
mempengaruhi keselamatan pekerja. Dalam pelaksanaannya seorang ahli di bidang tersebut
harus mempunyai keterampilan khusus dan mempunyai pengetahuan dasar yang cukup
tentang acuan dan perancah.
Karena perkerjaan acuan dan perancah merupakan suatu pekerjaan yang sangat
menentukan dalam mendapatkan ukuran dan bentuk struktur beton, maka jenis pekerjaan ini
perlu mendapatkan perhatian yang khusus pula di samping pekerjaan lainnya.
Pada saat ini, sudah ada beton jadi atau beton siap pakai (ready mix) maka kontraktor
pada umumnya telah menyiapkan acuan dan perancahnya untuk kemudian dituangkan beton
yang telah dipesan sebelumnya. Kemudian dalam perkembangannya cetakan atau acuan dan
perancah ini memiliki variasi dalam hal harga baik persiapan maupun bahan dengan
mempertimbangkan syarat-syarat acuan dan perancah yang harus dipenuhi serta efesiensi
dalam hal pemakaian berulang kali.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pemasangan bowplank yang baik dan benar?
2. Bagaimana cara pemasangan scaffolding yang baik dan benar?
3. Bagaimana cara pemasangan acuan pada kolom yang baik dan benar?
4. Bagaimana cara pemasangan acuan pada balok dan plat yang baik dan benar?
5. Bagaimana cara pemasangan bekesting pada tangga yang baik dan benar?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum perancah dan bekisting ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengaplikasikan teori tentang pekerjaan beton yang mana
harus menggunakan acuan ataupun perancah.
2. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pekerjaan acuan dan perancah secara nyata
seperti kenyataan yang terdapat dilapangan.
BAB II
DASAR TEORI
2. Klam Perangkai
Klam merupakan unsur acuan dan perancah yang mempunyai dua fungsi :
a) Sebagai bahan penyambung papan acuan pada arah memanjang maupun melebar
b) Sebagai bahan pengaku acuan pada arah melebar.
Klam dapat terbuat dari papan seperti papan acuan, namun perlu dipotong potong sesuai
ukuran yang dikehendaki atau cukup menggunakan papan sisa yang masih cukup
panjang dengan lebar papan yang disambung.
2. Gelagar
Gelagar berfungsi sebagai penopang langsung dari acuan yang ada serta dapat
berfungsi untuk mengatur elevasi yang diinginkan dari acuan. Gelagar terbuat dari
bahan kayu berukuran balok maupun papan. Penggunaan bahan gelagar dari kayu
berukuran balok maupun berukuran papan tergantung dari perencanaan pemakaian
bahan, tetapi yang pasti gelagar yang berpenampang 8 x 12 cm akan digunakan untuk
menopang beban yang lebih berat jika dibandingkan balok kasau berukuran 4 x 6 cm
maupun papan 2 x 20 cm.
Gelagar dipasang pada tiang bagian atas sesuai dengan ketinggian yang dibutuhkan.
Pemasangan ini dimulai dari gelagar-gelagar bagian tepi, dan kemudian gelagar bagian
tengah. Gelagar bagian tepi dianggap sebagai papan duga terhadap gelagar bagian tengah
Jarak pemasangan gelagar tergantung dari ;
1. Ukuran penampang bahan gelagar
2. Beban yang dipikul
3. Ketebalan papan acuan.
3. Skur
Skur merupakan bagian dari acuan perancah yang berfungsi untuk memperkokoh atau
memperkaku dari sistem acuan perancah yang ada. Agar didapat suatu sistem acuan
perancah yang memenuhi persyaratan kekakuan, maka skur dipasang pada dua posisi :
a) Skur horizontal merupakan skur yang mempunyai fungsi untuk mempersatukan tiang
penyangga yang ada, sehingga tiang-tiang tersebut akan bekerja bersamaan pada saat
mendapatkan gaya
b) Skur diagonal merupakan skur yang dipasang miring pada arah vertikal, yang
mempunyai fungsi utama untuk melawan gaya-gaya horizontal ( goyangan ) yang timbul
pada tiang penyangga.
Skur horizontal saja tidak mampu mengatasi gaya. Skur diagonal saja tidak mampu
menerima gaya karena tidak ada persatuan antar tiang penyangga dan yang bisa terjadi
tiang akan melendut. Kombinasi antara skur horizontal dan diagonal akan mempunyai
kemampuan menopang gaya, karena terjadi kekompakan tiang dan skur.
4. Landasan
Landasan merupakan untuk tiang penyangga agar tidak bergerak-gerak. Landasan
yang digunakan biasanya berupa balok kayu, baja atau beton.
Landasan berfungsi sebagai:
1) Sebagai bahan (alat) untuk memperluas bidang tekan pada setiap ujung -ujung tiang
penyangga
2) Sebagai bahan atau alat untuk menyangga tergesernya ujung-ujung tiang akibat
adanya gaya-gaya horizontal
3) Sebagai bahan atau alat untuk memudahkan pemasangan tiang -tiang apabila tiang-
tiang tersebut harus dipasang pada tempa- tempat bergelombang.
5. Penyokong
Setelah papan landasan siap, maka tiang-tiang yang sudah dipotong diletakkan diatas
papan tersebut dan dipasangkan penyokong agar tiang–tiang tersebut dapat berdiri
dengan tegak dan kokoh.
2.6 Sambungan-Sambungan
a) Sambungan Papan Dengan Papan.
Sambungan harus dibuat sedemikian rupa agar benar-benar rapat. Ujung\ujung
papan dibuat berselang seling agar papan tidak mudah pecah dan kuat.
Untuk balok, papan-papan dirangkaikan dengan klam-klam dipasang melintang arah serat
papan dengan jarak 50 – 60 cm sesuai dengan jarak tiang yang dipakai.
Gelagar
Paku
Tiang
Tapi untuk konstruksi cetakan yang memikul beban berat dan menumpang diatas
tiang juga untuk menjaga tergulingnya gelagar dari atas tiang pada tiap sambungan
diberi klam yang dipaku pada tiang dan gelagar.
Gelagar
Klam
Tiang
Perancah
c) Sambungan Tiang.
Karena ketingian lantai yang tidak terjangkau oleh tiang, atau untuk memanfaatkan
potongan-potongan tiang, maka perlu dibuat sambungan. Konstruksi bangunan tadi
tidaklah terlalu sukar, cukup menyambungan dua potongan penampang kayu dan
sekeliling sambungan diperkuat dengan klam.
Syaratnya adalah :
Klam
Paku
Tiang Perancah
Sambungan Tiang
2.7 Definisi K3
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu sistem kerja yang baik dan
bijaksana serta bagaimana seorang pekerja dapat memelihara suatu tempat kerja
yang baik. Sistem kerja yang dimaksud meliputi pekerja, mesin dan peraturan yang
berlaku. Tiga unsur pokok dalam K3 adalah Kesehatan, Keselamatan dan Kerja :
1. Kesehatan
Setiap pekerja harus bekerja dalam kondisi dan situasi yang sehat baik sehat jasmani,
rohani maupun lingkungan yang sehat.
2. Keselamatan
3. Kerja
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.4 Gambar
3.2.4 Gambar
3.3 Job 3 Acuan Kolom
3.3.1 Pendahuluan
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur.
Fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan beban yang berada di atasnya dan
meneruskannya ke pondasi.
a) Bentuk penampangan kolom:
1. Bujur sangkar
2. Empat persegi panjang
3. Lingkaran
4. Segi banyak
Konstruksi dari pada acuan ini bermacam bentuk dan ukurannya, disesuaikan dengan
beban yang berada di atasnya dan dari segi estetika.
3.3.4 Gambar
Balok
Balok adalah salah satu elemen konstruksi bangunan yang berfungsi untuk
menyalurkan beban lantai atau tembok ke kolom. Syarat-syarat acuan balok:
1. Syarat umum
2. Ketepatan posisi/as
3. Elevasi
4. Kedataran
Plat Lantai
Yang dimaksud dengan pelat lantai yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton
bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal dan beban yang bekerja tegak lurus
pada apabila struktur tersebut. Ketebalan bidang pelat ini relatif sangat kecil apabila
dibandingkan dengan bentang panjang atau lebar bidangnya. Pelat beton ini sangat
kaku dan arahnya horisontal, sehingga pada bangunan gedung, pelat ini berfungsi
sebagai diafragma atau unsur pengaku horizontal yang sangat bermanfaat untuk
mendukung ketegaran balok portal.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai
lantai bangunan, lantai atap dari suatu gedung, lantai jembatan maupun lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban
gravitasi (beban mati atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi
momen lentur (seperti pada kasus balok).
Yang perlu diperhatikan ketinggian dari lantai itu sendiri disamping
cetakan konstruksi yang harus kuat dan kokoh.
a) Syarat-syarat Acuan Lantai, yaitu:
1. Syarat umum
2. kedataran
3. Elevasi
2. Penimbangan Gelagar
Setelah pemasangan tiang-tiang selesai lalu dilanjutkan dengan penimbangan dan
pemasangan gelagar. Penimbangan gelagar hampir sama dengan penimbangan gelagar untuk
cetakan lantai, hanya benang pedoman tidak horizontal, tetapi sesuai dengan kemiringan
tangga.
3. Pemasangan Papan Lantai
Pemasangan papan lantai tidak banyak berbeda dengan pemasangan papan lantai acuan
pada cetakan lantai. Kita tinggal memasang di atas gelagar-gelagar yang sudah terpasang di
bawahnya dan memakukannya pada gelagar tersebut.
3.5.4 Gambar
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa proses praktek perancah dan bagesting yang dilakukan antara
lain :
1.Pengenalan alat dan bahan
2. Perancangan desain produk
3. Pemilihan bahan
4. Pengukuran dan pemotongan bahan
5. Pembuatan alas dasar
6. Penentuan layout pada alas
7. Perakitan bekisting kolom, balok, pelat lantai, tangga dan perancah
8. Penghalusan bahan & pembersihan
4.2 Saran
Setelah melakukan praktek perancah dan bagesting disimpulkan bahwa tiap-
tiap pekerjaan dalam praktek tersebut harus direncanakan dengan baik dan sistematis. Hal ini
dimaksudkan agar proses pembuatan dan perakitan maket berjalan dengan baik dan lancar,
serta meminimalisir masalah, yang akan menghambat pekerjaan.
Selain itu kerjasama dan pembagian tugas antar anggota juga harus ditegaskan dengan
jelas di awal pekerjaan, agar tidak terjadi tumpang tindih pekerjaan atau kekosongan sub-
pekerjaan, misalnya: anggota yang memotong menjadi terlalu banyak, sedangkan anggota
yang merakit atau mengelem sedikit, sehingga terjadi penumpukan bahan dan mengakibatkan
kehilangan atau kesulitan mengelompokkan bahan.
LAMPIRAN