Bentuk agregat belum terdefinisikan secara jelas, sehingga sifat-sifat tersebut sulit diukur dengan
baik. Sejumlah peneliti telah banyak membicarakan hal ini, salah satunya adalah Mather yang
menyatakan bahwa bentuk butir agregat ditentukan oleh dua sifat yang tidak saling tergantung yaitu
kebulatan/ketajaman sudut (sifat yang tergantung pada ketajaman relatif , secara numerik dinyatakan
dengan rasio antara jari-jari rata-rata dari sudut lengkung ujung atau sudut butir dari jari-jari
maksimum lengkung salah satu ujung/sudutnya) dan oleh sperikal yaitu rasio antara luas permukaan
dengan volume butir.
Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara alamiah bentuk agregat dipengaruhi oleh
proses geologi batuan. Setelah dilakukan penambangan, bentuk agregat dipengaruhi oleh cara
peledakan maupun mesin pemecah batu dan teknik yang digunakan.
Jika dikonsolidasikan, butiran yang bulat akan menghasilkan campuran beton yang lebih baik jika
dibandingkan dengan butiran yang pipih. Penggunaan pasta semennyapun akan lebih ekonomis.
Bentuk-bentuk agregat ini lebih banyak berpengaruh terhadap sifat pengerjaan pada beton segar (fresh
concrete).Tes standar yang dapat digunakan dalam menentukan bentuk agregat ini adalah ASTM D-
3398. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut :
1. Agregat Bulat
Agregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya terbentuk karena
pergeseran. Rongga udaranya minimum 33%, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Beton yang
dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk
beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat kurang kuat.
2. Agregat Bulat Sebagian atau Tidak Teratur
Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehingga
permukaan atau sudut-sudutnya berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar
35%-38%, sehingga membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang
dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau
untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antar agregat belum cukup baik (masih kurang kuat).
3. Agregat Bersudut
Agregat ini mempunyai sudut-sudut yang Nampak jelas, yang terbentuk ditempat-tempat perpotongan
bidang-bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini berkisar antara 38%-40%,
sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan
dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan atau untuk beton mutu tinggi
karena ikatan antar agregatnya baik (kuat). Agregat ini dapat juga digunakan untuk bahan lapis
perkerasan (rigid pavement).
4. Agregat Panjang
Agregat ini panjangnya >lebarnya>tebalnya. Agregat disebut panjang jika ukuran terbesarnya lebih
dari 9/5 ukuran rata-rata. ukuran rata-rata adalah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan
butiran agragat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata-rata 15 mm, akan lolos ayakan 19mm
dan tertahan oleh ayakan 10mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih
kecil dari 27 mm (9/5 x 15mm). Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan
dibuat. Agregat jenis ini cenderung berada dirata-rata air sehingga akan terdapat rongga dibawahnya.
Kekuatan tekan dari beton yang menggunakan agragat ini buruk.
5. Agregat Pipih
Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran-ukuran lebar dan tebalnya
lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu
tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 3/5 ukuran rata-ratanya. Untuk contoh
diatas agregat disebut pipih jika lebih kecil dari 9mm. Menurut (Galloway, 1994) agregat pipih
mempunyai perbandingan antara panjang dan lebar dengan ketebalan dengan rasio 1:3 yang dapat
digambarkan sama dengan uang logam.
6. Agregat Pipih Dan Panjang
Agregat jenis ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya, sedangkan lebarnya
jauh lebih besar dari tebalnya.
Jika ukuran maksimum agregat lebih besar dari 40mm, agregat tersebut dapat saja digunakan, asal
disetujui oleh ahlinya dengan mempertimbangkan kemudahan pengerjaannya dan cara-cara
pemadatan (consolidation) beton selama pengerjaanya tidak menyebabkan terjadinya rongga-rongga
udara atau sarang kerikil (honeycombs). Untuk itu pengawasan ahli harus selalu melakukan inspeksi
dan bertanggungjawab terhadap batas maksimum dari butir agregat tersebut (ACI 318,1989:2-1). Dari
ukurannya ini, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat kasar dan agregat halus
(Ulasan PB,1989:9).
1. Agregat halus ialah agregat yang semua butirnya menembus ayakan berlubang 4.8mm
(SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm (BS.812,1976).
2. Agregat kasar ialah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas ayakan berlubang 4.8mm
(SII.0052,1980) atau 4.75mm (ASTM C33,1982) atau 5.0mm (BS.812,1976).