Anda di halaman 1dari 20

TUGAS EVALUASI I

ASPEK HUKUM
RANGKUMAN UU DAN PERATURAN PRESIDEN

Nama : Mohamad Ilham Fahmi


NRP : 10111610013008
Dosen : Bpk. Ir. Imam Prayogo, MT

Peraturan yang dirangkum :


1. UU No 2 Tahun 2017
2. PERPRES 73 Tahun 2011
3. PERPRES 16 Tahun 2018

-------- I --------
UU No 2 Tahun 2017
“Jasa Konstruksi”

UU no 2 tahun 2017, Penyelenggaraan Jasa Konstruksi bertujuan untuk:


1. Memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan Jasa Konstruksi untuk mewujudkan
struktur usaha yang kukuh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil Jasa Konstruksi yang
berkualitas;
2. Mewujudkan ketertiban penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang menjamin kesetaraan
kedudukan antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa dalam menjalankan hak dan kewajiban,
serta meningkatkan kepatuhan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
3. Mewujudkan peningkatan partisipasi masyarakat di bidang Jasa Konstruksi;
4. Menata sistem Jasa Konstruksi yang mampu mewujudkan keselamatan public dan
menciptakan kenyamanan lingkungan terbangun;
5. Menjamin tata kelola penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang baik; dan
6. Menciptakan integrasi nilai tambah dari seluruh tahapan penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Kewenangan dari pemerintah pusat selaku penanggung jawab demi mencapai tujuan sesuai
peraturan, diatur di dalam UU no 2 tahun 2017 pasal 4 dan 5 adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kemampuan dan kapasitas usaha Jasa Konstruksi nasional
2. Terciptanya iklim usaha yang kondusif, penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang transparan,
persaingan usaha yang sehat, serta jaminan kesetaraan hak dan kewajiban antara Pengguna
Jasa dan Penyedia Jasa
3. Terselenggaranya Jasa Konstruksi yang sesuai dengan standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan;
4. Meningkatnya kompetensi, profesionalitas, dan produktivitas tenaga kerja konstruksi
nasional;
5. Meningkatnya kualitas penggunaan material dan peralatan konstruksi serta teknologi
konstruksi dalam negeri
6. Meningkatnya partisipasi masyarakat Jasa Konstruksi; dan
7. Tersedianya sistem informasi Jasa Konstruksi.
Demi mencapai tujuan dan pemenuhan tanggung jawab, presiden selaku pemerintah pusat yang
mengegang kendali penuh pengembangan usaha jasa konstruksi di Indonesia harus berkoordinasi
dengan menteri teknis terkait. Berikut adalah kewenangan presiden selaku pemerintah pusat.
1. Mengembangkan sistem pemilihan penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
2. Mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi yang menjamin kesetaraan hak dan kewajiban
antara Pengguna Jasa dan penyedia Jasa;
3. Mendorong digunakannya alternatif penyelesaian sengketa penyelenggaraan Jasa Konstruksi
di luar
4. pengadilan; dan
5. Mengembangkan sistem kinerja penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.

Kewenangan dari Pemerintah Daerah provinsi pada sub-urusan Jasa Konstruksi meliputi:
1. Penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi; dan
2. Penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah provinsi.

Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota pada sub urusan Jasa Konstruksi meliputi :
1. Penyelenggaraan pelatihan tenaga terampil konstruksi;
2. Penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi cakupan daerah kabupaten/ kota;
3. Penerbitan rzin usaha nasional kualifikasi kecil, menengah, dan besar;
4. Pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan, dan tertib pemanfaatan Jasa Konstruksi.

Pengertian “Pelelangan konstruksi” yang terbagi menjadi beberapa jenis, diatur dalam PP No.
29 tahun 2000, adalah sebagai berikut:
a. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman
secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
b. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh penyedia
jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya diyakini terbatas dengan
pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan
papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat
dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
c. Pemilihan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan umum atau
pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang-kurangnya 3 (tiga)
penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun harga,
sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
d. Penunjukan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa melalui
pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung yang dilakukan hanya
terhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara melakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun
harga sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
e. Lembaga adalah organisasi sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi, yang bertujuan untuk mengembangkan kegiatan jasa konstruksi
nasional. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang konstruksi.

Pihak-pihak Pengguna dan penyedia jasa


1. Pengguna jasa (Owner)
2. Penyedia Jasa (Contractor)
3. Perencana Konsultasi (Consultant)
Pengguna jasa dan penyedia jasa.
Pengertian pengguna jasa menurut fungsinya di dalam UU no 2 tahun 2017 pasal 1 adalah pemilik
atau pemberi pekerjaan kepada jasa konstruksi (owner), sedangkan pengertian penyedia jasa
sendiri adalah perusahaan jasa konstruksi yang memenuhi kebutuhan dari pengguna jasa
(contractor). Yang melakukan usaha pekerjaan konstruksi, yaitu keseluruhan atau sebagian
kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasia, pemeliharaan, pembongkaran, dan
pembangunan- kembali suatu bangunan.

Konsultansi Konstruksi
Pengertian dari konsultasi konstruksi menurut fungsinya di dalam UU no 2 tahun 2017 pasal 1
adalah layanan keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan manajemen penyelenggaraan konstruksi suatu bangunan.
(consultant). Konsultasi konstruksi juga termasuk di dalam kategori penyedia jasa.

Kontrak Kerja Konstruksi


Kontrak kerja konstruksi berdasarkan UU no. 2 tahun 2017 harus memuat unsur – unsur pokok
seperti pada poin – poin berikut ini, poin – poin yang dijelaskan pada UU no. 2 tahun 2017
diperjelas dan didetailkan lagi menggunakan PP no. 29 tahun 2000. Berikut adalah ringkasan
korelasi kedua peraturan mengenai kontrak kerja konstruksi :
a. Para pihak, memuat secara jelas identitas para pihak, meliputi :
o Akta badan usaha atau usaha orang perseorangan;
o Nama wakil/kuasa badan usaha sesuai kewenangan pada akta badan usaha atau sertifikat
keahlian kerja dan sertifikat keterampilan kerja bagi usaha orang perseorangan; dan
o Tempat kedudukan dan alamat badan usaha atau usaha orang perseorangan;
b. Rumusan pekerjaan, memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup kerja, nilai pekerjaan,
harga satuan, lumpslum, dan batasan waktu pelaksanaan;
o Pokok-pokok pekerjaan yang diperjanjikan;
o Volume atau besaran pekerjaan yang harus dilaksanakan;
o Nilai pekerjaan dan ketentuan mengenai penyesuaian nilai pekerjaan akibat fluktuasi harga
untuk kontrak kerja konstruksi bertahun jamak;
o Tata cara penilaian hasil pekerjaan dan pembayaran; dan
o Jangka waktu pelaksanaan;
o Masa pertanggungan, memuat tentang jangka waktu pelaksanaan dan pemeliharaan yang
menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa;
c. Hak dan kewajiban yang setara, memuat hak pengguna Jasa untuk memperoleh hasil Jasa
Konstruksi, kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang diperjanjikan, serta hak penyedia
Jasa untuk memperoleh informasi dan imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan layanan
Jasa Konstruksi;
d. Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi meliputi :
o Jenis pertanggungan yang menjadi kewajiban penyedia jasa yang berkaitan dengan
pembayaran uang muka, pelaksanaan pekerjaan, hasil pekerjaan, tenaga kerja, tuntutan
pihak ketiga dan kegagalan bangunan;
o Pertanggungan sebagaimana dimaksud dalam angka (1) memuat :
a) nilai jaminan;
b) jangka waktu pertanggungan;
c) prosedur pencairan; dan
d) hak dan kewajiban masing-masing pihak; dan
o Dalam hal penyedia jasa tidak memenuhi kewajiban sesuai dengan kontrak kerja konstruksi,
pengguna jasa dapat mencairkan dan selanjutnya menggunakan jaminan dari penyedia jasa
sebagai kompensasi pemenuhan kewajiban penyedia jasa;
Penggunaan tenaga kerja konstruksi, memuat kewajiban mempekerjakan tenaga kerja
konstruksi bersertifikat meliputi :
o Persyaratan klasifikasi dan kualifikasi tenaga ahli;
o Prosedur penerimaan dan atau pemberhentian tenaga ahli yang dipekerjakan; dan
o Jumlah tenaga ahli sesuai dengan jenis pekerjaan;

Wanprestasi, memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah satu pihak tidak
melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan;

Penyelesaian perselisihan, memuat ketentuan tentang tata cara penyelesaian perselisihan akibat
ketidaksepakatan;
1. Penyelesaian di luar pengadilan melalui alternatif penyelesaian sengketa, atau arbitrase; dan
2. penyelesaian melalui pengadilan sesuai dengan Hukum Acara Perdata yang berlaku;

Pemutusan Kontrak Kerja Konstruksi, memuat ketentuan tentang pemutusan Kontrak Kerja
Konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhinya kewajiban salah satu pihak;
1. Bentuk pemutusan yang meliputi pemutusan yang disepakati para pihak atau pemutusan
secara sepihak; dan
2. Hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa sebagai konsekuensi dari pemutusan
kontrak kerja konstruksi; Keadaan memaksa mencakup kesepakatan mengenai

Keadaan memaksa, memuat ketentuan tentang kejadian yang timbul di luar kemauan dan
kemampuan para pihak yang menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak;
1. risiko khusus;
2. macam keadaan memaksa lainnya; dan
3. hak dan kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa pada keadaan memaksa;

Kegagalan Bangunan, memuat ketentuan tentang kewajiban Penyedia Jasa dan/atau Pengguna
Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan;

Pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam


pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial;
• Kewajiban terhadap pemenuhan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
• Bentuk tanggung jawab dalam perlindungan pekerja; dan

Pelindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat kewajiban para
pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan
dan/atau kematian;

Aspek lingkungan, memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan ketentuan tentang
lingkungan;

Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari Kegagalan Bangunan; dan

Cara pembayaran, memuat ketentuan tentang kewajiban Pengguna Jasa dalam melakukan
pembayaran hasil layanan Jasa Konstruksi, termasuk di dalamnya jaminan atas pembayaran;
Kontrak kerja konstruksi harus memuat ketentuan tentang Hak Atas Kekayaan Intelektual yang
mencakup :
1. Kepemilikan hasil perencanaan, berdasarkan kesepakatan; dan
2. Pemenuhan kewajiban terhadap hak cipta atas hasil perencanaan yang telah dimiliki oleh
Pemegang hak cipta dan hak paten yang telah dimiliki oleh pemegang hak paten sesuai
undang-undang.

Kontrak kerja konstruksi dapat memuat ketentuan tentang sub penyedia jasa dan atau pemasok
bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan mengenai :
1. Pengusulan oleh penyedia jasa dan pemberian izin oleh pengguna jasa untuk sub penyedia
jasa/pemasok bahan dan atau komponen bangunan dan atau peralatan;
2. Tanggung jawab penyedia jasa dalam kaitan penggunaan sub penyedia jasa/pemasok terhadap
pemenuhan ketentuan kontrak kerja konstruksi; dan
3. Hak intervensi pengguna jasa dalam hal :
(1) Pembayaran dari penyedia jasa kepada sub penyedia jasa/pemasok terlambat; dan
(2) Sub penyedia jasa/pemasok tidak memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi. undang
tentang hak cipta dan undang-undang tentang hak paten.

Penyelenggaraan Lelang
Pemilihan Penyedia Jasa
Dalam proses penyelenggaraan proses pelelangan, banyak diatur dalam PP no 29 tahun 2000.
Salah satunya dalam proses pemilihan penyedia jasa (contractor). Pemilihan penyedia jasa yang
meliputi perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi oleh pengguna jasa
dapat dilakukan dengan cara pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, atau
penunjukan langsung. Berikut adalah pengertiaanya menurut pasal 1 adalah sebagai berikut :
1. Pelelangan umum adalah pelelangan yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman
secara luas melalui media massa, sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan
memenuhi kualifikasidapat mengikutinya.
2. Pelelangan terbatas adalah pelelangan untuk pekerjaan tertentu yang diikuti oleh penyedia
jasa yang dinyatakan telah lulus prakualifikasi dan jumlahnya diyakini terbatas dengan
pengumuman secara luas melalui media massa, sekurang- kurangnya 1 (satu) media cetak
dan papan pengumuman resmi untuk umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang
berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
3. Pemilihan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi tanpa melalui pelelangan umum atau
pelelangan terbatas, yang dilakukan dengan membandingkan sekurang- kurangnya 3 (tiga)
penawar dari penyedia jasa dan dapat dilakukan negosiasi, baik dari segi teknis maupun
harga, sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.
4. Penunjukan langsung adalah pengadaan jasa konstruksi yang dilakukan tanpa melalui
pelelangan umum, pelelangan terbatas, atau pemilihan langsung yang dilakukan hanya
terhadap 1 (satu) penyedia jasa dengan cara melakukan negosiasi baik dari segi teknis
maupun harga sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
Perusahaan nasional yang mengadakan kerja sama dengan perusahaan nasional lainnya dan atau
perusahaan asing dapat mengikuti prakualifikasi dan dinilai sebagai perusahaan gabungan. Dalam
pelelangan, pengguna jasa diwajibkan untuk menyertakan satu perusahaan nasional (BUMN).
Peraturan ini berlaku untuk pemilihan perencana (consultant), pelaksana dan pengawas
(contractor). Dijelaskan pada UU no. 2 tahun 2017 pasal 43. Kualifikasi penyedia jasa yang harus
dipenuhi untuk keperluan adalah sebagai berikut :
1. Kesesuaian antara bidang usaha dan ruang lingkup pekerjaan
2. Kesetaraan antara kualifikasi usaha dan beban kerja
3. Kinerja penyedia jasa
4. Pengalamann menghasilkan produk konstruksi sejenis

Proses Pemilihan Penyedia Jasa, Dalam proses pemilihan penyedia jasa yang diatur dalam PP
no 29 tahun 2000, dilakukan dengan syarat – syarat sebagai berikut :
1. Diumumkan secara luas melalui media massa sekurang-kurangnya 1 (satu) media cetak dan
papan
2. Pengumuman resmi untuk umum;
3. Peserta yang berbentuk badan usaha atau usaha orang perseorangan harus sudah diregistrasi
pada Lembaga; dan
4. Tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha orang

Secara umum, proses pemilihan penyedia jasa melalui tahapan berikut :


Pengumuman - pendaftaran - pemasukan penawaran – evaluasi penawaran – pengumuman calon
pemenang – masa sanggah – pengumuman pemenang.

Pemilihan Penyedia Jasa Perencana Arsitektural


Pemilihan perencana konstruksi untuk mendapatkan gagasan arsitektural terbaik dan perencana
konstruksi untuk perencanaan sistem dapat dilakukan melalui sayembara terbuka atau terbatas.
Lembaga merumuskan dan menerbitkan model dokumen termasuk tata cara mengenai sayembara.

Pemilihan Penyedia Jasa Pelaksana (cara terbatas)


Suatu pekerjaan dapat dilakukan pelelangan terbatas, apabila pekerjaan tersebut memenuhi kriteria
berikut ini :
1. Kompleksitas Teknologi Tinggi
2. Jumlah penyedia jasa yang terbatas
3. Melalui proses prakualifikasi untuk menetapkan daftar pendek peserta pelelangan;
4. Memiliki tenaga ahli dan tenaga terampil yang dipekerjakan oleh badan usaha atau usaha
orang perseorangan harus bersertifikat yang dikeluarkan oleh Lembaga;

Secara umum, proses pemilihan penyedia jasa melalui tahapan berikut :


Pengumuman – pendaftaran pra kualifikasi – pemasukan penawaran – evaluasi penawaran –
pengumuman calon pemenang – masa sanggah – pengumuman pemenang.

Pemilihan Penyedia Jasa Pelaksana (cara Pemilihan Langsung)


Suatu pekerjaan dapat dilakukan pemilihan lansung, apabila pekerjaan tersebut memenuhi kriteria
berikut ini :
1. Penanganan darurat untuk keamanan dan keselamatan masyarakat yang masih memungkinkan
untuk mengadakan pemilihan langsung;
2. Pekerjaan yang kompleks yang hanya dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa yang sangat
terbatas jumlahnya, dengan ketentuan pekerjaan hanya dapat dilakukan dengan teknologi
baru dan penyedia jasa yang mampu mengaplikasikannya sangat terbatas;
3. Pekerjaan yang perlu dirahasiakan, yang menyangkut keamanan dan keselamatan Negara
yang ditetapkan oleh Presiden; dan atau
Pekerjaan yang berskala kecil dengan ketentuan :
a. Kompleksitas
b. Secara umum, proses pemilihan penyedia jasa melalui tahapan berikut :
(1) Untuk kepentingan pelayanan umum;
(2) Mempunyai risiko kecil;
(3) Menggunakan teknologi sederhana; dan atau
(4) Dilaksanakan penyedia jasa usaha orang perseorangan dan badan usaha kecil

Pelaksanaan Konstruksi
Menurut UU no 2 tahun 2017, penyelenggaraan Jasa Konstruksi terdiri atas penyelengaraan usaha
Jasa Konstruksi dan penyelenggaraan Usaha Penyediaan Bangunan, diperjelas pada PP no 29
tahun 2000 Penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib dimulai dengan tahap perencanaan yang
selanjutnya diikuti dengan tahap pelaksanaan beserta pengawasannya yang masing-masing tahap
dilaksanakan melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran.

Tahap Perencanaan
Dalam proses perencanaan sesuai dengan yang diatur pada PP no. 29 tahun 2000 Lingkup tahap
perencanaan pekerjaan konstruksi meliputi prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan
umum, dan perencanaan teknik.
1. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko tinggi harus dilakukan
prastudi kelayakan, studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.
2. Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko sedang harus dilakukan
studi kelayakan, perencanaan umum, dan perencanaan teknik.

Dalam perencanaan pekerjaan konstruksi dengan pekerjaan risiko kecil harus dilakukan
perencanaan teknik. adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 wajib didukung
dengan ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas, dan peralatan serta tenaga kerja konstruksi
yang masing masing disesuaikan dengan kegiatan tahapan perencanaan.
2. Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan perencanaan yang meliputi hasil tahapan
pekerjaan, hasil penyerahan pertama, dan hasil penyerahan akhir secara tepat biaya, tepat
mutu, dan tepat waktu.
3. Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pekerjaan penyedia
jasa secara tepat jumlah dan tepat waktu.

Tahap Pelaksanaan
Lingkup tahap pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi meliputi pelaksanaan fisik,
pengawasan, uji coba, dan penyerahan hasil akhir pekerjaan. Pelaksanaan beserta pengawasan
pekerjaan konstruksi dilakukan berdasarkan hasil perencanaan teknik dari consultant sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26. Pelaksanaan beserta pengawasan sebagaimana dimaksud dilaksanakan
melalui kegiatan penyiapan, pengerjaan, dan pengakhiran. Diperjelas lagi pada pasal 29 PP No.
29 tahun 2000 pada poin – poin berikut :
1. Pelaksanaan beserta pengawasan pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
harus didukung dengan ketersediaan lapangan, dokumen, fasilitas, peralatan, dan tenaga kerja
konstruksi serta bahan/komponen bangunan yang masing-masing disesuaikan dengan
kegiatan tahapan pelaksanaan dan pengawasan.
2. Penyedia jasa wajib menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan serta pengawasan yang
meliputi hasil tahapan pekerjaan, hasil penyerahan pertama dan hasil penyerahan akhir secara
tepat biaya, tepat mutu dan tepat waktu.
3. Pengguna jasa wajib melaksanakan pembayaran atas penyerahan hasil pelaksanaan pekerjaan
beserta pengawasan secara tepat jumlah dan tepat waktu. Untuk pekerjaan tertentu uji coba
wajib dilakukan atau disahkan oleh instansi yang berwenang sesuai
4. dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Standarisasi Keteknikan, K3 dan Lingkungan


Standarisasi Keteknikan, K3 dan Lingkungan diatur dalam UU no 2 tahun 2017 pasal 59.
Standarisasi dari menteri teknis yang harus dilengkapi meliputi:
1. Standard mutu bahan
2. Standard mutu peralatan
3. Standard keselamatan dan kesehatan kerja
4. Standar prosedur dan pelaksanaan
5. Standar mutu hasil pelaksanaan jasa konstruksi
6. Standar operasi dan pemeliharaan
7. Pedoman perlindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang – undangan
8. Standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan

Kegagalan Pekerjaan
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
1. Perencana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan
pengguna jasa, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.
2. Pelaksana konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan
pengguna jasa, perencana konstruksi, dan pengawas konstruksi.
3. Pengawas konstruksi bebas dari kewajiban untuk mengganti atau memperbaiki kegagalan
pekerjaan konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan
pengguna jasa, perencana konstruksi, dan pelaksana konstruksi.
4. Penyedia jasa wajib mengganti atau memperbaiki kegagalan pekerjaan konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 yang disebabkan kesalahan penyedia jasa atas biaya
sendiri.
Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan pekerjaan konstruksi
mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap keselamatan umum.

Kegagalan Bangunan
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang tidak sesuai
dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa atau penyedia jasa.
Pertanggungjawabannya pun diatur pada PP no 29 tahun 2000 pasal 35 berdasarkan jangka waktu
dan peran pihak dalam aktivitas konstruksi :
1. Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur
konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi.
2. Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakan
dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja konstruksi.
3. Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan tegas
dalam kontrak kerja konstruksi.

Penilaian Kegagalan Bangunan


Penilaian kegagalan bangunan dilakukan menggunakan dasar penggunaan pendapat para ahli,
seperti dijelaskan pada PP no. 29 tahun 2000 pasal 38. Penilai ahli, bertugas untuk antara lain :
1. Menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan;
2. Menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan;
3. Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat dan sifat
kesalahan yang dilakukan;
4. Menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh
pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan;
5. Menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian.
Kewenangan para ahli adalah :
1. Menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan;
2. Memperoleh data yang diperlukan;
3. Melakukan pengujian yang diperlukan;
4. Memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan

Penyelsaian Sengketa
Menurut UU no 2 tahun 2017 pasal 88, sengketa yang terjadi dalam kontrak kerja konstruksi
diselesaikan dengan prinsip dasar musyawarah untuk mencapai kemufakatan. Dalam hal
musyawarah ini apabila tidak dapat mencapai suatu kemufakatan, para pihak dapat menempuh
tahapan upaya penyelesaian sengketa yang tercantum dalam Kontrak Kerja Konstruksi. Diperjelas
pada PP no. 29 tahun 2000 pasal 49, penyelesaian di luar pengadilan dapat dilakukan dengan cara :
1. Mediasi (dibantu penilai ahli)
2. Konsiliasi
3. Arbitase atau Arbitase Ad Hoc

Mediasi
1. Mediator di ditunjuk berdasarkan kesepakatan para pihak yang terlibat sengketa di sini.
2. Mediator harus mempunyai sertifikat keahlian yang ditetapkan oleh lembaga.
3. Apabila diperlukan, mediator dapat meminta bantuan penilai ahli.
4. Mediator bertindak sebagai fasilitator yaitu hanya membimbing pihak untuk dapat menemui
suatu kesepakatan

Konsiliasi
1. Konsiliator juga di ditunjuk berdasarkan kesepakatan para pihak yang terlibat sengketa di sini.
2. Konsiliator harus mempunyai sertifikat keahlian dari lembaga.
3. Konsiliator menyusun dan merumuskan upaya penyelesaian untuk ditawarkan kepada para
pihak yang terlibat sengketa
4. Jika disetujui para pihak, maka rumusan konsiliator menjadi rumusan pemecahan masalah
untuk pihak yang terlibat sengketa.

Arbitase
1. Penyelesaian sengketa dengan menggunakan jasa arbitase dilakukan dengan dasar undang –
undang yang berlaku
2. Putusan arbitase bersifat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
-------- II --------
PERPRES No 73 Tahun 2011
“Pembangunan Bangunan Gedung”

Persyaratan Bangunan Gedung


Persyaratan gedung negara harus memenuhi :
1. Persyaratan administratif :
a. Status hak atas tanah dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah
b. Status kepemilikan bangunan gedung
c. Izin mendirikan bangunan gedung, termasuk dokumen analisis dampak lingkungan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Selain persyaratan administratif, bangunan gedung negara dilengkapi dengan :
a. Dokumen pendanaan
b. Dokumen perencanaan
c. Dokumen pembangunan
d. Dokumen pendaftaran
3. Persyaratan teknis meliputi :
a. Tata bangunan
b. Kendalan bangunan
4. Selain persyaratan teknis bangunan, gedung negara juga harus memenuhi ketentuan :
a. Klasifikasi
b. Standar luas
c. Standar jumlah lantai
5. Klasifikasi bangunan gedung negara didasarkan pada :
a. Bangunan sederhana, merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan
spesifikasi sederhana
b. Bangunan tidak sederhana, merupakan bangunan gedung negara dengan teknologi dan
spesifikasi tidak sederhana.
c. Bangunan khusus, merupakan bangunan gedung negara dengan fungsi, teknologi, dan
spesifikasi khusus.

Standar Luas Bangunan Gedung Negara dan Rumah Negara


1. Standar luas bangunan gedung negara dikelomokkan menjadi :
a. Standar luas gedung kantor
b. Standar luas rumah negara
c. Standar luas bangunan gedung negara lainnya (mengikuti ketentuan luas ruang yang
ditetapkan oleh menteri yang bersangkutan)
2. Standar luas ruang gedung kantor rata-rata 10 (sepuluh) meter persegi per personel.
3. Bangunan gedung kantor yang memerlukan ruang pelayanan, luasnya dihitung secara tersendiri
berdasarkan analisis kebutuhan ruang, di luar standar luas gedung kantor.
4. Standar luas rumah negara beserta standar luas tanahnya diterapkan sesuai dengan tipe rumah
negara yang didasarkan pada tingkat jabatan dan golongan kepangkatan penghuni.
5. Jumlah lantai bangunan gedung negara ditetapkan paling banyak 8 (delapan) lantai.
6. Jumlah lantai rumah negara yang tidak berupa rumah susun ditetapkan paling banyak 2 (dua)
lantai
7. Bangunan gedung negara yang dibangun lebih dari 8 (delapan) lantai harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Menteri.
Prosedur Pembagunan Bangunan Gedung Negara
1. Pengelolaan Teknis :
a. Setiap pembangunan gedung negara yang dilaksanakan oleh kementrian/lembaga/SKPD
harus mendapat bantuan teknis dalam bentuk pengelolaan teknis.
b. Pengelolaan teknis dilakukan oleh tenaga pengelola teknis yang bersertifikat.
c. Tenaga pengelola teknis bertugas membantu dalam pengelolaan kegiatan bangunan gedung
negara di bidang teknis administratif.
2. Tahapan Pembagunan :
a. Tahapan pembangunan gedung negara meliputi :
(1) Perencanaan teknis
(2) Pelaksanaan konstruksi
(3) Pengawasan teknis
b. Perencanaan teknis, pelaksanaan konstruksi, dan pengawasan teknis dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Tahapan pembangunan bangunan gedung negara diawali dengan kegiatan persiapan dan
diikuti dengan kegiatan pasca konstruksi.
d. Persiapan pembangunan bangunan gedung negara meliputi :
(1) Penyusunan rencana kebutuhan
(2) Penyusunan rencana pendanaan
(3) Penyusunan rencana penyediaan dana
Rencana kebutuhan dana dan rencana pendanaan pembangunan bangunan gedung negara yang
pendanaannya bersumber dari APBD Provinsi atau Kabupaten/Kota, terlebih dahulu harus
diprogramkan.

Biaya Pembangunan Bangunan Gedung Negara


1. Biaya standar digunakan untuk biaya pelaksanaan konstruksi, antara lain :
a. Pekerjaan struktur
b. Pekerjaan arsitektur
c. Pekerjaan penampungan (finishing)
d. Pekerjaan utilitas
2. Biaya nonstandard digunakan untuk :
a. Perizinan selain IMB
b. Penyiapan dan pematangan lahan
c. Peningkatan arrsitektur dan/atau struktur bangunan
d. Pekerjaan khusus kelengkapan bangunan
e. Pekerjaan khusus bangunan gedung ramah lingkungan
f. Penyambungan utilitas
§ Biaya nonstandard dihitung berdasarkan kebutuhan nyata dan harga pasar yang wajar.
§ Total biaya nonstandard ditetapkan paling banyak sebesar 150% dari total biaya standar
bangunan gedung negara yang bersangkutan.
§ Biaya standar termasuk biaya izin mendirikan bangunan (IMB). Biaya standar dihitung
berdasarkan :
a. Standar harga satuan tertinggi berdasarkan klasifikasi bangunan gedung negara
b. Koefisien/faktor pengali jumlah lantai bangunan yang
c. Luas bangunan
d.
3. Standar Harga Satuan Tertinggi
a. Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara ditetapkan secara berkala oleh
Bupati/Walikota.
b. Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung negara untuk provinsi DKI Jakarta
ditetapkan oleh Gubernur.
c. Standar harga satuan tertinggi bangunan gedung ngara dihitung berdasarkan formula
perhitungan standar harga satuan tertinggi yang ditetapkan oleh Menteri.
4. Komponen Biaya Pembangunan
a. Biaya pembangunan gedung negara meliputi komponen biaya pelaksanaan konstruksi, biaya
perencanaan teknis, biaya pengawasan teknis, dan biaya pengelolaan kegiatan.
b. Biaya perencanaan teknis, biaya pengawasan teknis, dan biaya pengelolaan kegiatan
dihitung berdasarkan biaya pelaksanaan konstruksi.
c. Biaya perawatan
(1) Dihitung pada tingkat kerusakan : Kerusakan ringan, sedang , dan berat
(2) Biaya perawatan kerusakan ringan ditetapkan paling sedikit sebesar 30% dari biaya
pembangunan
(3) Biaya perawatan kerusakan sedang ditetapkan paling banya 45% biaya pembangunan
tahun berjalan.
(4) Biaya perawatan kerusakan berat ditetapkan paling banyak 65% dari biaya
permbangunan tahun berjalan.
(5) Biaya perawatan bangunan gedung negara yang termasuk kategori bagunan cagar
budaya, besarnya biaya perawatan dihitung sesuai dengan kebutuhan nyata.

Pembinaan
1. Pembinaan Teknis :
a. Pembinaan teknis pembangunan bangunan gedung negara dilaksanakan oleh Mentri
Pekerjaan Umum.
b. Pembinaan teknis dilaksanakan melalui pengaturan, pemberdayaan, dan pengawasan.
c. Pengaturan dilaksanakan dengan penyusunan dan penyebarluasan peraturan perundang-
undangan pedoman, petunjuk, dan standar teknis bangunan gedung negara.
d. Pemberdayaan dilaksanakan melalui sosialisasi, diseminasi, dan pelatihan kepada pemerinta
daerah dan penyelenggara bangunan gedung negara.
e. Pengawasan dilaksanakan melalui pemantauan terhadap pelaksanaan penerapan peraturan
perundang-undangan bidang bangunan gedung negara dan upaya penegakan hokum
2. Pembinaan Umum
a. Pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan pembangunan banguan gedung negara yang
pendanaannya bersumber dari APBD Propisi dilaksanakan oleh menteri yang membidangi
urusan pemerintahan dalam negeri.
b. Pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan pembangunan bangunan gedung negara
yang pendanannya bersumber dari APBD kabupaten/Kota dilaksanakan melalui koorinasi,
konsultasi, arahan, perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan umum pelaksanaan
pembangunan bangunan gedung negara yang pendanannya bersumber dari APBD diatur
dengan peraturan menteri yang membidangi urusan pemerintahan dalam negeri.
-------- II --------
PERPRES No 16 Tahun 2018
“Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah”

Latar Belakang
1. Pengadaan barang atau jasa pemerintah mempunyai peran penting dalam pelaksanaan
pembangunan nasional untuk peningkatan pelayanan publik dan pengembangan
perekonomian nasional dan daerah.
2. Perlu pengaturan yang memberikan pemenuhan nilai manfaat yang sebesar-besarnya (value
for money) dan kontribusi dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri, peningkatan
peran Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah serta pembangunan berkelanjutan.
3. Arahan Presiden untuk melakukan deregulasi dan percepatan pembangunan dalam rangka
memaksimalkan penyerapan anggaran yang salah satunya terkait peraturan Pengadaan
Barang/JAsa Pemerintah.
4. Keputusan Presiden No 11 Tahun 2016 Tentang Program Penyusunan Peraturan Presiden
Tahun 2016, mengamanatkan Perybahan Peraturan Presiden tentang Pengadaan Barang/JAsa
Pemerintah harus diselesaikan pada tahun 2016.
5. Tidak lanjut hasil Rapat Terbatas Kabinet pada tanggal 29 Desember 2016 yang membahas
mengenai Revisi Peraturan Tentang PEngadaan Barang.Jasa Pemerintah.

Tujuan Pengadaan
• Menghasilkan barang/jasa yang tepat dari setiap uang yang dibelanjakan, diukur dari aspek
kualitas, jumlah, waktu, biaya, lokasi dan penyedia
• Meningkatkan prnggunaan produk dalam negeri
• Meningkatkan peran serta Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
• Meningkatkan peran pelaku usaha nasional
• Mendukung pelaksanaan penelitian dan pemanfaatan Barang/Jasa hasil penelitian
• Meningkatkan keikutsertaan industry kreatif
• Mendorong pemerataan ekonomi
• Mendorong pengadaan berkelanjutan

Pekerjaan Terintegrasi
Pekerjaan Terintegrasi mencakup seluruh jenis pengadaan
• Pekerjaan Design and Build
• Pekerjaan IT Solution
• Pekerjaan EPC
• Pekerjaan Pembangunan, Pengoperasian, dan Pemeliharaan
• dll

Perencanaan Pengadaan
Sumber dana APBN, Perencanaan pengadaan dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan
renja K/L setelah penetapan Pagu Indikatif.
Sumber dana APBD, Perencanaan pengadaan dilakukan bersamaan dengan proses penyusunan
RKA Perangkat Daerah setealh nota kesepakatan KUA-PPAS.
Perencanaan pengadaan melalui penyedia meliputi:
• Penyusunan spesifikasi teknis/KAK
• Penyusunan perkiraan biaya/RAB
• Pemaketan Pengadaan Barang/Jasa
• Konsolidasi Pengadaan Barang/JAsa dan
• Penyusunan biaya pendukung

Agen Pengadaan
UKPBJ atau Pelaku Usaha yang melaksanakan sebbagian atau seluruhh pekerjaan Pengadaan
Barang/Jasa yang dipercayakan oleh Kementrian/Lembaga /Perangkat Daerah sebagai pihak
pemberi pekerjaan.
Agen Pengadaan dapat berupa :
• UKPBJ pada kementrian/Lembaga/Pemerintah Daerah lain; atau
• Pelaku Usaha (Badan Usaha dan Perorangan)

Konsolidasi Pengadaan
Strategi pengadaan Barang/JAsa yang menggabungkan beberapa paket pengadaan Barang/Jasa
sejenis. Dilaksanakan oleh PA/KPA/PPK/UKPBJ
• Perencanaa
• Persiapan pengadaan
• Persiapan Pemilihan Penyedia
• Kontrak
• Serah Terima Pekerjaan

SWAKELOLA
Tipe I
Direncanakan, dilaksanakan dan diawasi oleh K/L/PD Penanggung Jawab Anggaran
Tipe II
Direncanakan dan diawasi olej K/L/PD penanggung jawab anggaran dan dilaksanakan oleh
K/L/PD Pelaksana SWAKELOLA
Tipe III
Direncanakan dan diawasi oleh K/L/PD penanggungjawab anggaran dan dilaksanakan oleh
Organisasi Kemasyarakatan
Tipe IV
Direncanakan oleh K/L/PD penanggungjawab anggaran dan/atau berdasarkan usulan kelompok
masyarakat dan dilaksanakan sertas diawasi oleh kelompok masyarakat

Repeat Order
Penunjukan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan berulang (Repeat Order) melalui proses
penunjukan langsung. Permintaan berulang dilakukan paling banyak 2 kali.

E-Reverse Auction
E-Reverse Auctio merupakan metode penawaran harga secara berulang. Dapat digunakan :
• pada tender cepat
• sebagai tindak lanjut tender yang hanya terdapat 2 penawaran

Pengecualian
• Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum
• Pengadaan Barang/Jasa yang Dilaksanakan Berdasarkan Tarif yang Dipublikasikan Secara
Luas
• Pengadaan Barang/JAsa yang dilaksanakan sesuai dengan praktk bisnis yang sudah mapan
• Sudah diatur dalam Peraturan Perundang-Undangan lainnya.
Penelitian
Pelaksanaan penelitian :
• Individu/kumpulan individu
• Kementrian/Lembaga/Perangkat Daerah
• Perguruan Tinggi
• Organisasi Kemasyarakatan
• Badan usaha
Pemilihan pelaksanaan penelitian :
• Kompetisi
• penugasan

Kontrak penelitian berbasis Output


E-Marketing
E-Marketplace Pengadaan Barang/JAsa adalah pasar elektronik yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhan barang/jasa pemerintah.
E-Marketplace Pemerintah yaitu :
• E-catalogue; Katalok elektronik
• Toko daring
• Pemilihan penyedia
Jenis Katalog Elektronik:
• Katalog Nasional
• Katalog Sektoral
• Katalog Lokal

Layanan Penyelesaian Sengketa


Penyelesaian sengketa kontrak antara PPk dan Penyedia dalam pelaksanaan Kontrak dapat
dilakukan melalui layanan penyelesaian sengketa kontrak, arbitrase, atau penyelesaian melalui
pengadilan. LKPP menyelenggarakan Layanan Penyelesaian Sengketa Kontrak.

Perubahan Istiilah
Beberapa perubahan istilah dari PERPRES NO 54 Tahun 2010 ke PERPRES NO 16 Tahun 2018
• ULP (Unit Layanan Pengadaan ) dan LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik) menjadi
UKPBJ (Unit Kerja Pengadaan Barang/Jasa)
• Lelang menjadi Tender
• Pokja ULP menjadi Pokja Pemilihan
• Sistem gugur menjadi Harga terendah
• K/L/D/I ( Kementrian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi) menjadi K/L/PD
(Kementrian/Lembaga/Perangkat Daerah)
• Dokumen Pengadaan menjadi Dokumen Pemilihan
• Pejabat/Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan (PJPHP/PPHP) menjadi Pejabat/Panitia
Pemeriksa Hasil Pekerjaan (PJPHP/PPHP)

Perubahan Definisi
Perubahan devinisi dari PERPRES NO. 54 Tahun 2010 ke PERPRES NO. 16 Tahun 2018 yaitu
• LPSE
PERPRES NO. 54 Tahun 2010
Unit Kerja K/L/D.I yang dibentuk untuk menyelenggarakan sistem pelayanan pengadaan
barang/jasa secara elektronik
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Layanan pengelolaan teknologi informasi untuk memfasilitasi pelaksanaan pengadaan
barang/jasa secara elektronik

• SWAKELOLA
PERPRES NO. 54 Tahun 2010
Pengadaan barang/jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau diawas sendiri
oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggara, instansi pemerintah lain dan/atau kelompok
masyarakat
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Cara memperole barang/jasa yang dikerjakan sendiri oleh Kementrian/Lembaga?Perangkat
Daerah. Kementrian/Lembaga/Perangkat Daerah lain, organisasi kemasyarakatan, atau
kelompok masyarakat

• Penunjukan Langsung
PERPRES NO. 54 Tahun 2010
Metode pemilihan penyedia barang/jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) penyedia
barang/jasa.
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Metode pemilihan untuk mendapatkan penyedia barang/jasa konstruksi/jasa konsultasi/jasa
lainnya dalam keadaan tertentu

• Penyedia
PERPRES NO. 54 Tahun 2010
Badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan barang/pekerjaan konstruksi/jasa
konsulasi/jasa lainnya
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Pelaku usaha yang menyediakan barang/jasa berdasarkan kontrak

• PPHP/PJPHP
PERPRES NO. 54 Tahun 2010
Panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan.
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
PJPHP adalah pejabat administrasi/pejabat fungsional/personal yang bertugas memeriksa
administrasi hasil pekerjaan Pengadaan Barang/Jasa
PPHP adalah tim yang bertugas memeriksa administrasi hasil pekerjaan pengadaan Barang/Jasa

• Pekerjaan Konstruksi
PERPRES NO. 54 Tahun 2010
Seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan
wujud fisik lainnya
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan, pengoperasian, pemeliharaan,
pembongkaran dan pembangunan kembali suatu bangunan (Merujuk ke UU No.2/2017 tentang
Jasa Konstruksi)

• Jasa Lainnya
PERPRES NO. 54 Tahun 2010
Jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillwere)
dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan atau segalla pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konsultansi, pelaksanaan
Pekerjaan Konstruksi dan pengadaan barang .
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Jasa non-konsultansi atau jasa yang membutuhkan peralatan, metodelogi khusus, dan/atau
keterampilan dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan

Perubahan Pengaturan
Perubahan pengaturan dari PERPRES No. 54 Tahun 2010 ke PERPRES No. 16 Tahun 2018
• Tugas PPHP/PJPHP
PERPRES No. 54 Tahun 2010
a. Melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan sebelum serah terima dari penyedia ke PPK
b. Menerima hasil pekerjaan dan
c. Membuat dan menandatangani BAST
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
melakukan pemeriksaan administrasi hasil pekerjaan sebelum diserahkan oleh PPK kepada
PA/KPA.
PJPHP : untuk nilai sampai dengan Rp. 200 Juta
PPHP : untuk nilai diatas Rp. 200 Juta

• Persyaratan Penyedia
PERPRES No. 54 Tahun 2010
persyaratan penyedia dirumuskan secara mendetail
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Persyaratan penyedia dirumuskan secara sederhana. Penyedia wajib memenuhi kualifikasi
sesuai dengan barang/jasa yang diadakan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Ditambah tanggungjawab penyedia:
a. Pelaksanaan kontrak
b. Kualitas barang/jasa
c. Ketepatan perhitungan jumlah atau volume
d. Ketepatan waktu penyerahan, dan
e. Ketepatan tempat penyerahan

• Penyebutan Merk
PERPRES No. 54 Tahun 2010
Penyebutan merek/produk tertentu untuk :
a. suhu cadang
b. Barang/Jasa pada Tender Cepat
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Dalam penyusunan spesifikasi teknis/KAK dimungkinkan penyebutan merek terhadap :
a. Komponen barang/jasa
b. suku cadang
c. bagian dari satu sistem yang sudah ada
d. barang/jasa dalam katalog elektronik, atau
e. barang/jasa pada Tender Cepat

• Kewajiban Penggunaan Produk Dalam Negeri


Kewajiban penggunaan produk dalam negeri apabila terdapat produk dalam negeri :
PERPRES No. 54 Tahun 2010
TKDN+BMP>40% dan paling sedikit 2 produk mempunyai TKDN <25%
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
TKDN+BMP>40%

• Harga Perkiraan Sendiri


PERPRES No. 54 Tahun 2010
HPS dikecualikan untuk :
a. Kontes/Sayembara
b. Pengadaan Langsung dengan Bukti Pembelian
Sumber informasi untuk penyusunan HPS diatur secara detail
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
HPS dikecualikan untuk :
a. Pengadaan sampai dengan nilai Rp. 10.000.000
b. Pengadaan melalui E-Purchasing
c. Tender Pekerjaan Terintegrasi
Sumber informasi untuk penyusunan HPS tidak diatur lagi, tetapi disesuaikan dengan best
practice.

• Jaminan Penawaaran dan Sanggah Banding


PERPRES No. 54 Tahun 2010
Tidak diberlakukan dalam hal e-tendering (PERPRES 4/2015)
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Jaminan penawaran :
a. Jaminan penawaran untuk pekerjaan konstruksi dengan nilai pengadaan diatas Rp. 10 Miliar
b. Nilai jaminan sebesar 1%-3% HPS
Jaminan Sanggah Banding
a. Jaminan sanggah banding untuk pekerjaan konstruksi
b. Nilai Jaminan sebesar 1% HPS

• Jenis Kontrak
PERPRES No. 54 Tahun 2010
Pengadaan barang/Jasa dibagi dalam :
a. Kontrak berdasarkan cara pembaayaran (4 jenis)
b. Kontrak berdasarkan pembebanan Tahun Anggaran (2 Jenis)
c. Kontrak berdasarkan sumber pendanaan (3 Jenis) dan
d. Kontrak berdasarkan jenis pekerjaan (2 jenis)
Tidak ada perbedaaan antara barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya dan jasa konsultansi
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Pengadaan barang/pekerjaan konstruksi/jasa lainnya
a. Lumsum
b. Harga satuan
c. Gabungan lumsum dan Harga satuan
d. Terima jadi (Turnkey)
e. Kontrak payung
Pengadaan Jasa Konsultansi
a. Lumsum
b. Waktu Penugasan
c. Kontrak payung

• Kontrak Tahun Jamak


PERPRES No. 54 Tahun 2010
Pelaksanaan pekerjaan untuk masa lebih dari 1 tahun anggaran atas beban anggaran
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
a. Pekerjaan yang penyelesaiannya lebih dari 12 bulan atau lebih dari 1 tahun anggaran
b. Pekerjaan yang memberikan manfaat lebih apabila dikontrakkan untuk jangka waktu lebih
dari 1 tahun anggaran dan paling lama 3 tahun anggaran .

• Pengadaan Langsung Jasa Kunsultansi


PERPRES No. 54 Tahun 2010
Pengadaan langsung dilaksanakan untuk paket pengdaan jasa konsultansi yang bernilai paling
tinggi Rp. 50.000.000
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Pengadaan Langsung dilaksanakan untuk jasa konsultansi yang bernilai sampaii dengan
paling banyak Rp. 100.000.000

• Pemenasan E-Purchasing
PERPRES No. 54 Tahun 2010
Dilakukan oleh PPK/Pejabat Pengadaan/Petugas yang ditunuk tanpa batas nilai
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Pembagian kewenangan melakukan E-purchashing berdasarkan nilai

• Uang Muka Untuk Kontrak Tahun Jamak


PERPRES No. 54 Tahun 2010
20% dari kontrak tahun pertama atau 15% dari nilai kontrak
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Paling tinggi 15% dari nnilai kontrak

• Perubahan Kontrak
Dalam hal terdapat perbedaan antara kondisi lapangan pada saat pelaksanaan dengan gambar
dan/atau spesifikasi teknis/KAK yang ditentukan dalam Dokumen Kontrak, PPK bersama
penyedia dapat melakukan perubahan kontrak, berlaku untuk pekerjaan dengan kontrak.
PERPRES No. 54 Tahun 2010
a. Harga satuan
b. Harga lumsum dan harga satuan
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Semua jenis kontrak

• Penyesuaian harga
PERPRES No. 54 Tahun 2010
a. Diberlakukan pada kontra ktahun jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 12 bulan
b. Pemberlakuan penyesuaian harga mulai bulan ke 13
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
a. Diberlakukan pada kontra ktahun jamak yang masa pelaksanaannya lebih dari 18 bulan
b. Pemberlakuan Penyesuaian harga mulai bulan ke 13

• Penanganan Keadaan Darurat


PERPRES No. 54 Tahun 2010
Belum diatur secara khusus, pengadaan barang/jasa dalam kondisi darurat sebagai salah satu
kriteria penunjukan langsung
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Diatur dalam pasal tersendiri sebagai bagian dari pengadaan dalam keadaan khusus
• Tender/Seleksi Internasional
Tender/Seleksi Internasional dapat dilaksanakan dalam hal:
PERPRES No. 54 Tahun 2010
a. Pekerjaan Konstruksi >100 Miliar
b. Barang >20 Miliar
c. Jasa Konstruksi >10 Miliar
d. Jasa Lainya >20 Miliar
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
a. Pekerjaan Konstruksi >1 Triliyun
b. Barang >50 Miliar
c. Jasa Konstruksi >25 Miliar
d. Jasa Lainya >50 Miliar
Atau tidak ada Pelaku Usaha dalam negeri yang dapat melaksanakan pekerjaan tersebut.

• UKPBJ
PERPRES No. 54 Tahun 2010
ULP memiliki tugas melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa. LPSE memiliki tugas
untuk memfasilitasi ULP/Pejabat Pengadaan dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa
secara elektronik
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
UKPBJ memiliki fungsi :
a. Pengelolaan pengadaan barang/jasa
b. Pengelolaan fungsi layanan pengadaan secara elektronik
c. Pembinaan SDM dan Kelembagaan Pengadaan Barang/JAsa
d. Pelaksanaan Pendampingan, Konsultansi, dan/atau Bimbingan Teknis.
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri/Kepala Daerah yang berkaita dengan
tugas dan dungsinya.
Tugas pengelolaan fungsi layanan pengadaan secara elekronik dapat dilaksanakan oleh unit
kerja terpisah.

• Pelayanan Hukum Bagi Pelaku Pengadaan


PERPRES No. 54 Tahun 2010
Khusus untuk tindak pidana dan pelanggaran persaingan usaha pelayanan hukum hanya
diberikan hingga tahap penyelidikan
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
Pelayanan hukum kepada pelaku pengadaan dalam menghadapi permasalahan hukum terkait
pengadaaan diberikan sejak proses penyelidikan hingga tahap putusan pengadilan

• Pecantuman dalam Daftar Hitam


PERPRES No. 54 Tahun 2010
K/L/D/I menyerahkan Daftar Hitam kepada LKPP untuk dimasukkan dalam Daftar Hitam
Nasional. Pengenaan Sanksi Daftar Hitam selama 2 tahun.
PERPRES NO. 16 Tahun 2018
PA/KPA menyampaikan identitas peserta pemilihan /penyedia yang dikenakan sanksi daftar
hitam kepada unit kerja yang melaksanakan fungsi layanan pengadaan secara elektronik untuk
ditayangkan dalam Daftar Hitam Nasional. Tingkat Pengenaan Sanksi Daftar Hitam:
a. 1 Tahun
b. 2 Tahun

Anda mungkin juga menyukai