Anda di halaman 1dari 2

Produk Berbahasa Asing di Indonesia

Indonesia sudah memasuki era MEA, dimana produk-produk asing bebas masuk di Indonesia.
Masyarakat Indonesia harus siap menerima tantangan MEA. Di Indonesia banyak ditemukan
produk asing yang masuk ke Indonesia tanpa menggunakan bahasa Indonesia. Peredaran produk
asing ini sangat disayangkan, karena tidak semua masyarakat mengerti bahasa asing. Informasi
dalam bahasa asing harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia.
Penggunaan bahasa produk maupun jasa telah diatur sedemikan rupa oleh pemerintah. Dalam
UU no. 24 tahun 2009 pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa, Bahasa Indonesia wajib digunakan
dalam informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar negeri yang
beredar di Indonesia.
Namun produk tersebut boleh diselingi menggunakan bahasa asing sesuai dengan UU no. 24
tahun 2009 pasal 37 ayat 2 Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi
dengan bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.
Pada kenyataannya UU ini tidak berjalan sebagaimana semestinya. Masih banyak produk asing
yang beredar menggunakan Bahasa asing tanpa mencantumkan informasi dalam bahasa
Indonesia. Produk berbahasa asing dinilai lebih berkualitas daripada produk berbahasa
Indonesia. Industri dalam negeri pun beralih menggunakan bahasa asing demi mendongkrak
popularitas produk mereka. Bahasa Indonesia bisa saja hanya akan menjadi selingan bahasa
produk yang ditulis dalam porsi kecil.
Padahal dalam konteks undang-undang tersebut, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat
penjelas utama kepada konsumen. Bahasa asing digunakan sesuai dengan keperluan tertentu dan
hanya sebagian kecilnya saja. Misalnya kandungan kimia yang sudah diatur tata namanya.
Ketidak tegasan pemerintah dalam menjalankan peraturan yang dibuat akan menyebabkan
kerugian bagi masyarakat Indonesia dalam bentuk waktu, material, maupun fisik. Kita lihat saja
contoh produk elektronik seperti TV, laptop, handphone. Sebagian besar dari produk-produk
tersebut memakai informasi dalam bahasa asing. Bagi masyarakat yang memiliki kemampuan
bahasa asing tentu saja mudah mengerti. Bagaimana dengan masyarakat yang tidak mahir
berbahasa asing? Mereka akan sulit mengerti, terlebih jika produk tersebut mengalami
kerusakan. Pilihan termudah adalah membawa ke tempat reparasi daripada harus menerjemahkan
informasi kedalam bahasa Indonesia. Bisa saja tukang reparasi memanipulasi masalah yang
sebenarnya tidak ada menjadi ada, lalu mematok harga mahal. Masyarakat sudah tertipu,
sebenarnya mereka bisa memperbaiki sendiri masalah terebut. Tetapi karena minimnya informasi
menggunakan bahasa Indonesia, kita memilih jalan pintas. Disinilah pentingnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa komunikasi bangsa. Masyarakat tetap memerlukan informasi berbahasa
Indonesia.

Pemerintah harusnya bisa lebih ketat dalam melaksanakan peraturan yang telah dibuat. Produk
asing hasil selundupan banyak menguasai pasar Indonesia. Dibutuhkan waktu yang lama untuk
produk asing agar otomatis diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Padahal konsumen terlebih
masyarakat Indonesia selalu ingin barang dengan cepat. Secara tidak sadar pengaruh produk
illegal berbahasa asing dapat mengancam produksi dalam negeri terlebih bahasa Indonesia.
Untuk itu kita sebagai konsumen diharap lebih berhati-hati dalam membeli produk asing, terlebih
produk tersebut tidak menggunakan informasi dalam bahasa Indonesia. Karena bisa saja produk
tersebut adalah produk ilegal. Sebagian besar produk legal di Indonesia menggunakan bahasa
Indonesia di samping bahasa asing.
Sebenarnya melalui produk dan jasa, kita dapat mengenalkan eksistensi bahasa Indonesia kepada
dunia Internasional dan juga mungkin di masa mendatang Bahasa Indonesia bisa menjadi Bahasa
internasional. Kita sebagai bangsa Indonesia tidak ada salahnya mempelajari bahasa asing
disamping menyempurnakan bahasa Indonesia kita. Faktanya banyak kata berbahasa Indonesia
menggunakan serapan bahasa asing.
Dari banyaknya penggunaan Bahasa asing dalam berbagai produk berdampak pada penggunaan
Bahasa sehari-hari masyarakat di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat
cenderung menggunakan merk-merk produk itu ketimbang padanan bahasa Indonesianya. Merkmerk produk yang dinilai mulai menggantikan atau lebih tenar daripada padanan bahasa
Indonesianya antara lain iphone (ponsel cerdas/smartphone),Indomie (mi instan), Pampers
(popok), Baygon (racun serangga/obat nyamuk), dan sebagainya. Itu semua tanpa sengaja kita
ucapkan tanpa kita sadari. Masyarakat kita sendiri mengatakan pemakaian nama produk-produk
itu dinilai lebih efektif dalam berkomunikasi.
Bahasa asing perlu kita pelajari agar kita tidak kalah bersaing dengan Negara lain. Ditambah
dengan berlakunya MEA saat ini kita dituntut untuk bisa berbahasa asing lebih tepatnya Bahasa
inggris agar kita tidak kalah bersaing dalam dunia perekonomian dikancah internasional.
Peradaban masyarakat harus lebih maju. Dengan mempelajari bahasa asing setidaknya kita bisa
membantu masyarakat dalam memberi informasi tentang kegunaan, penggunaan, maupun
kandungan suatu produk. Namun, dalam konteks pembelajaran bahasa asing kemungkinan
terjadinya perubahan pola pikir masyarakat sangatlah mungkin. Perubahan tersebut bisa dalam
bentuk pengabaian budaya sendiri yang berlebihan terhadap budaya asing tersebut. Hal inilah
yang menjadi keresahan berbagai pihak di Indonesia, bahwa melalui pembelajaran bahasa asing
masyarakat di semua tingkatan akan lebih memilih untuk mengarahkan orientasinya pada bahasa
dan budaya asing. Keterasingan dari budaya sendiri (lokal) yang semestinya harus menjadi
identitas sendiri dikhawatirkan akan benar-benar terjadi. Jadi, bahasa asing yang kita pelajari
bukan digunakan untuk bahasa utama, namun sebagai penunjang. Karena jati diri bangsa tetap
pada bahasa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai