1 Datar D <3
2 Perbukitan B 3-25
3 Pegunungan G >25
Sumber : PUSDIKLAT, 2017
b. Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang
pengemudi pada saat mengemudi sehingga jika pengemudi melihat suatu
halangan yang membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk
menghindari bahaya tersebut dengan aman. Jarak pandang dibutuhkan
untuk menjamin faktor keamanan bagi pengendara kendaraan. Tersedianya
jarak pandang yang cukup akan memungkinkan pengendara mampu
mengendalikan kendaraannya menghadapi hambatan yang ada
didepannya. Misalnya adanya penyeberangan orang, rambu-rambu,
persimpangan, tikungan, kelandaian dan lain sebagainya.
Dengan demikian maka, jarak pandang akan sangat mempengaruhi
desainer didalam menetapkan kecepatan rencana. Jarak pandang (sight
distance) adalah panjang bagian jalan didepan pengendara kendaran yang
masih dapat dilihat dengan jelas yang diukur dari titik kedudukan
pengendara tersebut dan harus ditentukan oleh desainer dalam batas yang
cukup sehingga pengendara masih dalam batas toleransi pengendalian
kendaraan agar terhindar dari timbulnya kecelakaan. Jarak pandang sangat
dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu :
1. Waktu PIEV yaitu Perception Time, Intelection Process, Emotion
Proces dan Volition.
a. Perception time, waktu untuk menelaah rangsangan melalui
mata, telinga maupun reaksi fisik badan.
b. Itelection process, yaitu waktu telaah rangsangan disertai dengan
proses pemikiran atau pembandingan dengan pengalaman.
c. Emotion proces, yaitu waktu yang dibutuhkan selama proses
penanggapan emosional untuk bereaksi setelah perception time
dan intelection time.
d. Volition, waktu yang dibutuhkan untuk memutuskan kemauan
bertindak atas pertimbangan yang ada.
2. Waktu untuk menghindari keadaan bahaya.
3. Kecepatan kendaraan.
Jarak pandang terdiri dari :
1) Jarak Pandang Henti (Jh)
Jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi unuk
menghentikan kendaraannnya dengan aman saat melihat adanya halangan
didepan. Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi
mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari
permukaan jalan. Dalam perencanaan jarak pandang henti harus lebih
besar daripada jarak pandang henti minimum. Jarak pandang henti terdiri
dari komponen Jarak Tanggap (Jht) dan Jarak Pengereman (Jhr).
Jarak Tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak
pengemudi sadar melihat adanya halangan yang menyebabkan harus
berhenti sampai pengemudi menginjak rem (waktu PIEV). AASHTO
merekomendasikan waktu tanggap adalah 2,5 detik.
Jarak Pengereman (Jhr) adalah jarak yang diperlukan untuk
menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai
kendaraan berhenti. Jarak pengereman ini dipengaruhi oleh tekanan angin
ban, jenis ban, type ban, system pengereman, permukaan perkerasan dan
kelembaban permukan jalan. AASHTO 2004 menyarankan menggunakan
nilai perlambatan kendaraan sebesar 3,4 m/detik² untuk penentuan jarak
pandang henti.
Tabel 2.3 Jarak Pandang Henti Berdasarkan Berbagai Pedoman
Bina Marga RSNI T
Kecepatan AASTHO
No.038/T/BM/ 14-2004
(Km/Jam) 2004 (m)
1997 (m) (m)
20 20 16
30 35 27 35
40 50 40 50
50 65 55 65
60 85 75 85
70 105 105
80 130 120 130
90 160 160
100 185 175 185
110 220
120 250 250
130 825
Sumber : Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Ruas Jalan, 2017
2) Jarak Pandang Menyiap (Js)
Jarak Pandang Menyiap adalah jarak yang memungkinkan kendaraan
menyiap kendaraan lain didepannya dengan aman hingga kendaraan
tersebut kembali pada lajurnya semula. Jarak pandang menyiap diukur
berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm ( 50
cm tinggi jok dan 55 cm tinggi mata orang posisi duduk) dan tinggi
halangan adalah 105 cm.
Pada perencanaan geometrik, terkait dengan jarak pandang menyiap,
perencana perlu memperhatikan 2 hal penting berikut :
d A Pi 1 =
=√ ¿ ¿
=299,9999192
d Pi1 Pi2 =
= √¿¿
= 400,0000442
d Pi2 B =
=
√(663527,3698−663277,4435)2 +(9897088,5440−9896936,3959)2
= 292,72945
∑d Perhitungan = 992,7294132
Kontrol = ∑d Pengukuran - ∑d Perhitungan
= 992,5957 – 992,7294132
= -0,1337132
Perhitungan Azimuth
∆ PI 1 = ∝ ∆ PA Pi 1−∝ ∆ Pi 1 Pi 2∝ ∆ PA−∝ ∆ Pi 1
= (- 67º-42’-22,12” + 180° ) - 64° 38’8,61”
= 47° 39’29,27”
∆ PI 2 = ∝ ∆ PI 2 PI 3−∝ ∆ PI 1 PI 2
= (- 67º-42’-22,12” + 180° ) - 58° 40”5,24”
= 53° 37’32,64”
d A Pi 1 =
= √(662843,5217−662547,8179)2+¿ ¿
= 300,0000243
d Pi1 Pi2 =
=√ ¿ ¿
= 349,9999512
d Pi2 B =
= √¿¿
= 330,5083000
∑d Perhitungan = 980,5082755
Kontrol = ∑d Pengukuran - ∑d Perhitungan
= 980,5082 – 980,5082755
= -0,0000755
Perhitungan Azimuth
= -80º17’30,37”
N PARAMETER PILIHA
SATUAN TRASE 1 TRASE 2
O PERBANDINGAN N
Kelandaian
5 % 7,00% 5,36% Trase 1
Minimum
Kendaraan Mobil Mobil
6 - Trase 1
Rencana penumpang penumpang
47º39’29,27 49º43’30,70
9 Sudut Tikungan ∆1 O' " Trase 1
” ”
53º37’32,64 47º56’19,07
10 Sudut Tikungan ∆2 O' " Trase 1
” ”
Jenis Lengkungan
11
Horizontal
Sumber : Pengolahan Data
Dari hasil perbandingan pada tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa trase
1 lebih efektif dari pada trase 2, hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa
dalam perhitungan perbandingan trase 1 dan 2, trase 1 memiliki sudut yang lebih
baik daripada trase 2. Medan tikungan yang datar juga akan menambah
kenyamanan pengendara selama melakukan perjalanan.