Anda di halaman 1dari 5

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSIATAS NEGERI JAKARTA
2013

Pengertian dari :
1.
Damija ( Daerah Milik Jalan ) , adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Daerah milik
jalan di peruntukan bagi daerah manfaat jalan dan pelaksanaan maupun
penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk
pengamanan jalan. (KD.No.43/AJ.007/DRJD/97)

2.
Damaja (Daerah Manfaat Jalan ), adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar tinggi dan kedalaman ruang batas tertentu. Ruang tersebut di
peruntukan bagi medan, perkesrasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi
jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, gorong-gorong,
perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainya. Lebar Damaja di tetapkan oleh
Pembina Jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan
kedalam minimum 1,5 meter di ukur dari permukaan perkerasan.

3.
Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan), adalah sejalur tanah tertentu yang
terletak di luar daerah milik jalan (ruas sepanjang jalan di luar Damija) yang
penggunanya di awasi oleh pembina jalan dengan maksud agar tidak mengganggu
pandangan pengemudi dan konstruksi bangunan jalan dalam hal tidak cukup
luasnya daerah milik jalan. Dawasja ditentukan berdasarkan kebutuhan terhadap
pandangan pengemudi, ditetapkan oleh Pembina Jalan. Daerah Pengawasan Jalan
dibatasi oleh : Lebar diukur dari As Jalan.

- Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter.


- Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter.
- Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 meter.
- Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter.
- Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir.

Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan
pada keamanan pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam hal
pandangan bebas pengemudi, ditentukan oleh Pembina Jalan

4.
Rumaja (Ruang Manfaat Jalan), adalah ruang yang terdapat pada badan jalan
tersebut, yang berbatasan dengan pedestrian atau trotoar.
5.
Rumija (Ruang Milik Jalan), adalah ruang yang terdapat pada pedestrian sisi
kiri hingga sisi kanan jalan. atau dari kementrian Pekerjaan Umum
menterjemahkannya sebagai jalur tanah tertentu diluar ruang manfaat jalan yang
masih menjadi bagian dari ruang milik jalan, yang dibatasi oleh batas ruang milik
jalan, yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamana
penggunaan jalanantara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada
masa yang akan datang.
6.
Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan), adalah ruang yang terdapat dari
sempadan antar bangunan sisi kiri dan kanan jalan. atau Ruang tertentu diluar
ruang milik jalan yang ada dibawah pengawasan penyelenggara jalan.
7.
Pemecahan Tanah Subsoil (Ripping), kegiatan pengolahan tanah awal
sebelum pengolahan tanah berikutnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memecah
bagian subsoil tanah dengan kedalaman 45-50 cm dan menghancurkan guludan.
Pemecahan tanah dilakukan jika kondisi tanah mengalami pemadatan akibat lalu
lintas traktor, truk, dan trailer yang termasuk ke dalam lahan. Keputusan untuk
melakukan pekerjaan ripping berada pada Sinder Koordinator Kebun (SSK)
berdasarkan hasil laporan dari mandor. Pemadatan tanah diukur dengan
menggunakan penetrometer. Implement yang digunakan pada kegiatan pemecahan
tanah adalah ripper. Pola kerja yang digunakan pada saat ripping adalah pola
headland patern form boundaries. Pola ini digunakan untuk mempersingkat waktu.
8.
Pekerjaan Perataan (Grading), dilakukan setelah pekerjaan tanah selesai
dilaksanakan. Pekerjaan disini dapat dibagi atas 2 golongan besar sebagai berikut:
a.

Pembentukan badan jalan

b.

Gravelling

Dengan demikian pekerjaan grading meliputi semua pekerjaan:


1)

Pembersihan lapangan

2)

Pekerjaan galian

3)

Pekerjaan penghampara timbunan

4)

Pekerjaan pemadatan

5)

Pekerjaan perapihan badan jalan

6)

Pekerjaan pembentukan selokan tepi jalan.

Pekerjaan grading ini harus dilaksanakan dengan memperkecil dampak negatifnya


terhadap lingkungan hidup, seperti polusi udara, polusi suara (kebisingan),
timbulnya bahaya longsor, drainase yang tidak teratur sehingga menimbulkan
genangan air, lumpur dan hal lain yang mengganggu kenyamanan berlalu lintas.
Satiap gangguan yang merugikan masyarakat luas harus dihindarkan. Oleh
karenanya sebelum pekerjaan grading dimulai perlu dipersiapkan sarana untuk
menampung dampak negative tersebut, seperti pemmbuatan jalan alternative
untuk menyalurkan lalu-lintas yang ada.

Karakteristik Jalan
1)

BAGIAN-BAGIAN JALAN

DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)

DAMIJA (Daerah Milik Jalan)

DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)

2)

POTONGAN MELINTANG JALAN

Jalur Lalu Lintas

Lajur

Bahu Jalan

Median

Fasilitas Pejalan Kaki

3)

VOLUME LALU LINTAS

S M P (Satuan Mobil Penumpang)

Volume Lalu Lintas Rencana

VLHR (Volume Lalu Lintas Harian Rencana)

VJR (Volume Jam Rencana) VJR = VLHR * K/F

Kecepatan Rencana

4)

JARAK PANDANG

Jarak Pandangan Henti (Jh)

Jarak Pandang Mendahului (Jd)

Lapisan Macadam
Lapisan Penetrasi Macadam (lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat
oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis demi lapis. Di
atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat penutup. Tebal lapisan
bervariasi dari 4-10 cm

Anda mungkin juga menyukai