Anda di halaman 1dari 8

Perencanaan Geometrik Jalan

PERTEMUAN III

Bagian-bagian Penampang Melintang Jalan (lanjutan)


Bagian Untuk Pelengkap Jalan
Kanstin/Kerb (Curb)
Menurut Sukirman (1999), kerb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan
yang terutama dimaksutkan untuk keperluan-keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan
dari tepi perkerasan, dan memberi ketegasan tepi perkerasan. Kerb jalan ini berfungsi sebagai
pembatas jalan sekaligus untuk meninggikan elevasi trotoar di area jalan tersebut dan juga untuk
mempertegas area yang tidak boleh dilalui oleh kendaraan bermotor.

Kerb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama
dimaksudkan untuk keperluan-keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari tepi
perkerasan dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.

Standar Nasional Indonesia Bidang Jalan, SNI 2442:2020 mengenai Spesifikasi Kereb Beton Untuk
Jalan Sebagai Revisl Dari Standar Nasional Indonesia 2442:2008 Spesifikasi Kereb Beton Untuk Jalan.

Berdasarkan fungsinya kerb dapat dibedakan atas:

1. Kerb peninggi (mountable curb) adalah kerb yang direncanakan agar dapat di daki oleh
kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas. Untuk
kemudahan di daki oleh kendaraan maka kerb harus mempunyai bentuk permukaan
lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm.
2. Kerb penghalang (barrier curb) adalah kerb yang direncanakan untuk menghalangi atau
mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada jalan
tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25 - 30 cm.
3. Kerb berparit (gutter curb) adalah kerb yang direncanakan untuk membentuk sistim drainase
perkerasan jalan. Kerb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan sistem drainase
perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakan di tepi luar dari perkerasan, sedangkan pada
jalan tikungan diletakan pada tepi dalam. Tingginya berkisar antara 10-20 cm.
4. Kerb penghalang berparit (barrier gutter curb) adalah kerb penghalang yang direncanakan
untuk membentuk sistem drainse perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 20 - 30 cm.

Pengaman Tepi
Menurut Sukirman (1999), pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan jalan.
Jika terjadi kecelakaan, dapat mencegah kendaraan keluar dari badan jalan. Umumnya dipergunakan
di sepanjang jalan yang menyusuri jurang, pada tanah timbunan dengan tikungan yang tajam, pada
tepi-tepi jalan dengan timbunan lebih besar dari 2,5 meter, dan pada jalan-jalan dengan kecepatan
tinggi.

1
Perencanaan Geometrik Jalan

Jenis pengaman tepi terbagi atas :

1. Pengaman tepi dari besi yang di galvanised (guard rail). Pagar pengaman dari besi di
pergunakan jika bertujuan untuk melawan tumbukan (impact) dari kendaraan dan
mengendalikan kendaraan ke arah dalam sehingga kendaraan tetap bergerak dengan
kecepatan makin kecil sepanjang pagar pengaman. Dengan adanya pagar pengaman
diharapkan kendaraan tidak dengan tiba-tiba berhenti atau terguling ke luar badan jalan.

2. Pengaman tepi dari beton (parapet), Pengaman tepi dari beton dianjurkan untuk
dipergunakan pada jalan dengan kecepatan rencana 80 -100 km/jam.

3. Pengaman tepi dari timbunan tanah. Dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana ≤ 80
km/jam.

4. Pengaman tepi dari batu kali. Tipe ini dikaitkan dengan keindahan (estetika) dan pada jalan
dengan kecepatan rencana ≤ 60 km/jam.

5. Pengaman tepi dengan balok kayu. Tipe ini dipergunakan untuk kecepatan rencana ≤ 40
km/jam dan pada daerah parkir.

2
Perencanaan Geometrik Jalan

Bagian Konstruksi Jalan


Bagian ini akan dijelaskan secara lebih mendalam pada mata kuliah Perencanaan Perkerasan Jalan

Lapisan perkerasan jalan (surface course)


Lapis permukaan (surface course atau wearing course) merupakan bagian perkerasan yang terletak
paling atas. Fungsi lapis permukaan di antaranya, mengamankan perkerasan dari pengaruh rembesan
air (infiltrasi) serta menyediakan permukaan yang halus untuk kenyamanan berkendara.

Lapisan pondasi atas (base course)


Lapisan pondasi atas adalah lapisan perkerasan yang terletak di antara lapis pondasi bawah dan lapis
permukaan. Lapisan pondasi atas ini berfungsi sebagai bagian perkerasan yang menahan gaya lintang
yang berasal dari roda kendaraan dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan di bawahnya.

Lapisan pondasi bawah (sub-base course)


Lapis pondasi bawah adalah lapisan perkerasan yg terletak di atas lapisan tanah dasar dan di bawah
lapis pondasi atas. Lapis pondasi bawah ini berfungsi sebagai bagian dari konstruksi perkerasan jalan
yang dibuat untuk menyebarkan beban roda ke tanah dasar.

Lapisan tanah dasar (sub-grade)


Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah
timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
perkerasan lainnya.

3
Perencanaan Geometrik Jalan

Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA)


Daerah Manfaat Jalan (Damaja) atau disebut ruang manfaat jalan adalah suatu ruang yang
dimanfaatkan untuk konstruksi jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang
pengamannya.

Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan, termasuk jalur
pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar, dari ruang manfaat jalan, dan
dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

Dalam rangka menunjang pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan serta pengamanan konstruksi
jalan badan jalan dilengkapi dengan ruang bebas. Ruang bebas dibatasi oleh lebar, tinggi, dan
kedalaman tertentu. Lebar ruang bebas sesuai dengan lebar badan jalan.

Tinggi dan kedalaman ruang ditetapkan lebih lanjut oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan
berdasarkan pedoman yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Tinggi ruang bebas bagi jalan
arteri dan jalan kolektor paling rendah 5 (lima) meter. Kedalaman ruang bagi jalan arteri dan jalan
kolektor paling rendah 1,5 (satu koma lima) meter dari permukaan jalan.

Damaja (Daerah Manfaat Jalan), adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar tinggi dan
kedalaman ruang batas tertentu. Ruang tersebut di peruntukan bagi medan, perkesrasan jalan, jalur
pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar, lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian,
gorong-gorong, perlengkapan jalan dan bangunan pelengkap lainya. Lebar Damaja di tetapkan oleh
Pembina Jalan sesuai dengan keperluannya. Tinggi minimum 5.0 meter dan kedalam minimum 1,5
meter di ukur dari permukaan perkerasan.

Daerah Milik Jalan (DAMIJA)


Daerah Milik Jalan (DAMIJA) atau Ruang Milik Jalan atau Right of Way (ROW) adalah ruang sepanjang
jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh pembina jalan. Damija, disebut
juga dengan Ruang Milik Jalan (Rumija) yang berupa sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat
jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan.

Damija dibatasi oleh suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang dibatasi oleh tanda batas Rumija.

Fungsi dari Daerah Milik Jalan (DAMIJA) nantinya bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan ruang sebagai:

- Pengamanan jalan
- Pelebaran jalan
- Penambahan lajur lalu lintas

Damija (Daerah Milik Jalan), adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu
yang dikuasai oleh pembina jalan dengan suatu hak tertentu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Daerah milik jalan di peruntukan bagi daerah manfaat jalan dan pelaksanaan

4
Perencanaan Geometrik Jalan

maupun penambahan jalur lalu lintas di kemudian hari serta kebutuhan ruang untuk pengamanan
jalan.

Daerah Pengawasan Jalan (DAWASJA)


Dawasja (Daerah Pengawasan Jalan) adalah sejalur tanah tertentu yang terletak di luar Daerah Milik
Jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu dan penggunaannya diawasi oleh pembina jalan
dan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan.

Tujuan dari kehadiran Dawasja adalah agar tidak mengganggu pandangan pengemudi dan konstruksi
bangunan jalan saat luasnya Daerah Milik Jalan (Damija) tidak mencukupi. Apalagi jika mengingat
terganggunya fungsi jalan disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai
dengan peruntukannya.

Daerah Pengawasan Jalan dibatasi oleh : Lebar diukur dari As Jalan.

- Untuk Jalan Arteri Primer tidak kurang dari 20 meter.


- Untuk Jalan Arteri Sekunder tidak kurang dari 20 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Primer tidak kurang dari 15 meter.
- Untuk Jalan Kolektor Sekunder tidak kurang dari 7 meter.
- Untuk Jalan Lokal Primer tidak kurang dari 10 meter.
- Untuk Jalan Lokal Sekunder tidak kurang dari 4 meter.
- Untuk Jembatan tidak kurang dari 100 meter ke arah hulu dan hilir.

Tinggi yang diukur dari permukaan jalur lalu lintas dan penentuannya didasarkan pada keamanan
pemakai jalan baik di jalan lurus, maupun di tikungan dalam hal pandangan bebas pengemudi,
ditentukan oleh Pembina Jalan

Parameter Perencanaan Geometrik Jalan


Dalam perencanaan geometrik jalan terdapat beberapa parameter perencanaan seperti kendaraan
rencana, kecepatan rencana, volume & kapasitas jalan, dan tingkat pelayanan yang diberikan oleh
jalan tersebut. Parameter-parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan
yang dihasilkan oleh suatu bentuk geometrik jalan.

Kendaraan Rencana
Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai acuan
dalam perencanaan geometrik.

Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya yang digunakan
untuk merencanakan bagian-bagian dari jalan. Dalam perencanaan geometri jalan, ukuran lebar
kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar lajur yang dibutuhkan. Sifat membelok kendaraan
akan mempengaruhi perencanaan tikungan dan lebar median dimana mobil diperkenankan
untuk memutar (U turn).

5
Perencanaan Geometrik Jalan

Menurut Tata cara Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota, No.038/T/BM/1997 oleh Ditjen Bina
Marga, pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan adalah sebagai
berikut:

Geometrik Jalan Antar Kota


Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan antar kota dikelompokkan
kedalam 3 kategori yaitu:

1. Kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang.


2. Kendaraan sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem dan bus besar 2 as.
3. Kendaraan besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.

Dimensi dasar untuk masing-masing kategori kendaraan rencana ditunjukan secara detail dalam
tabel berikut:

Tabel Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Antar Kota

Geometrik Jalan Perkotaan


Pengelompokan kendaraan rencana untuk perencanaan geometrik jalan perkotaan adalah sebagai
berikut :

1. Kendaraan kecil : mobil penumpang


2. Kendaraan sedang : unit tunggal truk/bus
3. Kendaraan besar : truk semi trailler

Dimensi dasar untuk masing-masing kategori kendaraan rencana pada perencanaan geometrik jalan
di kawasan perkotaan ditunjukan secara detail dalam tabel berikut:

6
Perencanaan Geometrik Jalan

Tabel Dimensi Kendaraan Rencana Untuk Jalan Perkotaan (meter).

7
Perencanaan Geometrik Jalan

Anda mungkin juga menyukai