KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH :
M. ILHAM K ( 22025014003 )
A. PABABBARI ( 22025014011 )
هللا َو َب َر َكاتُه
ِ عليٌ ًك ْم َو َر ْح َمة َّ ٌاَل
َ س ََل ُم
Puji Syukur Saya Panjatkan Kehadirat Allah SWT Yang Senantiasa Melimpahkan Rahmat
Dan Ridho-Nya, Sehingga Kami Dapat Menyelesaikan Penyusunan Makalah Materi Mata Kuliah
Pendidikan Agama Islam ( Aswaja 2 ) Syariah Yang Berjudul " Ibadah ".
Tak Lupa, Kami Mengucapkan Terima Kasih Kepada Bapak Dosen Selaku Pembimbing
Kami Dalam Pembelajaran Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam ( Aswaja 2 ) Syariah Juga
Kepada Semua Teman-Teman Yang Telah Memberikan Dukungan Kepada Kami Dalam
Menyelesaikan Makalah Ini.
Harapan Terdalam Kami, Semoga Penyusunan Makalah Ini Bisa Bermanfaat Bagi Kita
Semua Serta Menjadi Tambahan Informasi Mengenai " Ibadah" Bagi Para Pembaca.
Kami Menyadari Jika Dalam Menyusun Makalah Ini Masih Jauh Dari Kata Sempurna.
Oleh Karena Itu, Dengan Hati Yang Terbuka Kritik Serta Saran Yang Konstruktif Guna
Kesempurnaan Makalah Ini. Demikian Makalah Ini Kami Susun, Apabila Ada Kata-Kata Yang
Kurang Berkenan Dan Banyak Terdapat Kekurangan, Kami Mohon Maaf Yang Sebesar Besarnya.
Semoga Bermanfaat. Aaminn.
هللا َو َب َر َكاتُه
ِ عليٌ ًك ْم َو َر ْح َمة َّ ٌَوال
َ س ََل ُم
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
....ت َّ
ُ واالطا
َ غ ْو ُاجتَنِب ُ َولَقَدْ بَعَثْنَافِ ْي ُك ِل ا ُ َّم ٍة َر
ْ س ْو ًًلاَ ِن ا ْعبُدُوهللاَ َو
Artinya:” Sesungguhnya telah Kami utus seorang rasul pada tiap-tiap umat (untuk
mengajarkan), beribadahlah kamu sekalian kepada Allah, dan hindarilah penyembahan
kepada selain Allah “.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian Ibadah ?
b. Apa Saja Ruang Lingkup dan Sistematika Ibadah ?
c. Apa tujuan Ibadah ?
d. Apa Saja Hakikat Ibadah ?
e. Bagaimana hubungan Ibadah dan Iman ?
f. Apa saja macam-macam Ibadah ditinjau dari berbagai segi ?
1.3 TUJUAN PENULISAN
a. Untuk Mengetahui Pengertian ibadah dari segi Bahasa
b. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup dan sistematika ibadah menurut ulama
c. Untuk mengetahui apa saja tujuan ibadah dalam kehidupan
d. Untuk menngetahui hakikat ibadah menurut cendikiawan muslim
e. Untuk mengetahui ibadah dan iman menurut al quran
f. Untuk mengetahui macam macam ibadah yang ditinjau dari berbagai segi
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “Ibadah” menurut bahasa berarti “taat, tunduk, merendahkan diri dan menghambakan
diri” (Basyir, 1984:12). Adapun kata “Ibadah” menurut istilah berarti penghambaan diri yang
sepenuh-penuhnya untuk mencapai keridhoan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat”
(Ash-Shiddiqy, 1954:4).
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukkan atau penghambaan diri kepada Allah,
Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk kegiatan manusia di dunia ini, yang
dilakukan dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah. Jadi, semua tindakan
mukmin yang dilandasi oleh niat tulus untuk mencapai ridha Allah dipandang sebagai ibadah.
Makna inilah yang terkandung dalam firman Allah :
Dengan demikian, segenap tindakan mukmin yang dilakukan sepanjang hari dan malam
tidak terlepas dari nilai ibadah, termasuk tindakan yang dianggap sepele, seperti senyum
kepada orang lain. Atau bahkan tindakan yang dianggap kotor atau tabu jika dituturkan kepada
orang lain, seperti buang hajat, melakukan hubungan seks, dan lain-lain. Beberapa sahabat
3
bertanya kepada Nabi saw. tentang pahala shalat, puasa, dan sedekah. Rasulullah saw. juga
bersabda, “Seseorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lain, kemudian buahnya
dimakan burung, orang atau binatang ternak, semua itu menjadi sedekah baginya.”
Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan Ibnu Taimiyah di atas, cakupannya sangat luas,
bahkan menurut Taimiyah semua ajaran agama itu termasuk ibadah, Hanya saja bila
diklasifikasikan dapat dikelompokkan kepada:
Pertama: Kewajiban-kewajiban atau rakun-rukun syari'at seperti: solat, puasa, zakat dan Haji.
Kedua; yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-
ibadah sunnat, seperti: zikir, membaca al-qur'an, do'a dan istighfar
Ketiga; semua bentuk hubungan social yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia, seperti:
berbuat baik kepada orang tua, menjalin silaturrahmi, menyantuni anak yatim, fakir miskin
dan ibn sabil.
Kelima; Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti mencintai Allah dan rasulnya, takut
kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.
4
Kelima kelompok tersebut dapat diklasifikasikan secara lebih khusus yaitu ibadah umum
dan ibadah khusus; Ibadah umum mempunyai cakupan yang sangat luas, yaitu meliputi segala
amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk mengemukakan
sistematikanya; Akan tetapi ibadah khusus ditentukan Woleh syara' (nas) tentang bentuk dan
caranya.
Secara garis besar sistematika ibadah ini sebagaimana dikemukakan Wahbah Zuhayli sebagai
berikut:
1. Taharah
2. Salat
3. Penyelenggaraan janazah
4. Zakat
5. Puasa
7. I'tikäf
9. Nažar
5
Dapat dipahami, bahwa Jin dan manusia diciptakan untuk beribadah,maka yang menarik
untuk dipahami adalah apakah tujuan beribadah itu?
Pertama, untuk menghadapkan diri kepada Allah dan mengkonsentrasikan niat dalam setiap
keadaan, agar mencapai derajat yang lebih tinggi (mencapai taqwa).
Kedua, agar terciptanya suatu kemaslahatan dan menghindarkan diri dari perbuatan keji dan
mungkar; Artinya, manusia itu tidak terlepas dari disuruh dan dilarang, mengerjakan perintah
dan menjauhi larangan, maka berlakulah pahala dan siksa, itulah inti dari ibadah.
غيْبي ال ي ِحيط بِ ِه ِع ْل ًما َو َال ي ْع ِرف لَه ك ْن َها َ ضاع َها ِلس ْل
َ طان ْ وح َو
َ اخ ِ الر
ُّ ا ْستِ ْعبَاد
Artinya: Memperhambakan dan menundukkan jiwa kepada kekuasaan yang gaib, yang
tidak dapat diselami dengan ilmu dan tidak dapat diketahui hakikatnya.
Ibnu Kaśir, salah seorang ilmu tafsir mengemukakan bahwa hakikat ibadah itu adalah:
ِ ع َو ْالخ َْو
ف ْ ْ
ِ عما َي ْج َمع َك َما ِل ال َم َحب ِة َوالخض ْو
َ ارة
َ ِع َب
Artinya: Himpunan dari semua rasa cinta, tunduk dan takut yang sempurna (kepada Allah).
6
Mencermati beberapa definisi yang dikemukakan tentang hakikat ibadah di atas, dapat
ditarik suatu pemahaman, bahwa Hasbi As-Siddiqi memberikan tekanan bahwa, seorang
mukallaf tidaklah dipandang beribadah (belum sempurna ibadahnya) bila seseorang itu hanya
mengerjakan ibadah dengan pengertian fuqaha atau ahli usul saja; Artinya disamping ia
beribadah sesuai dengan pengertian yang dipaparkan oleh para fuqaha, diperlukan juga ibadah
sebagaimana yang dimaksud oleh ahli yang lain seperti ahli tauhid, ahli akhlak dan lainnya.
Dan apabila telah terkumpul padanya pengertian-pengertian tersebut, barulah padanya terdapat
"Hakikat Ibadah"
Firman Allah dalam QS. Al-'Aşar (103): 1-3 yang lafaz dan artinya sebagai berikut:
ب
ِ ص ْو
َ ت َوت ََوا َ سانَ لَ ِفي حسْر إال الذِينَ آ َمنوا َو
ِ ع ِملوا الصا ِل َحا َ اْل ْن ِ َو ْال َع
ِ ْ صر ِإن
(٣-١ : ص ْوب الصبح )العصر
َ ق َوت َْوا
ِ ال َح
Artinya: Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal şaleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.
7
Merujuk kepada dua ayat di atas, akan diketahui bahwa beribadah kepada Allah merupakan
indikasi iman kepada yang gaib, meskipun orang yang beribadah itu tidak dapat melihatnya.
Dan Allah telah bersumpah kepada masa tentang betapa akan mendapat kerugian bagi manusia,
terkecuali itu yang apabila beriman dan beramal soleh. Dengan demikian bahwa dengan
beramal soleh sudah termasuk didalamnya beribadah, dan beribadah harus ditopang akan
keimanan yang tumbuh pada hati nurani seseorang. Oleh Karenanya, maka antara iman dan
ibadah akan selalu bertaut dan tidak mungkin akan terpisah.
a. Ditinjau dari segi ruang lingkupnya dapat dibagi kepada dua macam :
1. Ibadah khâşşah, yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaanya telah
ditetapkan oleh nas, seperti: salat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
2. Ibadah 'ammah, yaitu semua pernyataan dan perbuatan yang baik, dilakukan
dengan niat yang baik, semata-mata karena Allah (ikhlas), seperti: makan, minum,
bekerja, berbuat kebaikan kepada orang lain dan sebagainya.
b. Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya ibadah dibagi kepada 4 (empat) macam:
1. Ibadah yang berupa perkataan atau berupa ucapan lidah, seperti: tasbih, takbir,
tahlil, do'a, tadarus Al-qur'an, menyahuti orang yang sedang bersin, azan, istiqamah
dan lain sebagainya.
3. Ibadah yang dalam pelaksanaannya berupa menahan diri, seperti: puasa, I'tikäf
(menahan diri dari jima) dan bermubasyarah (bergaul dengan istri), wuquf di Arafah,
Ihram, menahan diri untuk menggunting rambut dan kuku ketika haji.
4. Ibadah yang bersifat menggugurkan hak, seperti: membe- baskan orang yang
berhutang dari hutangnya, memaafkan kesalahan dari orang yang bersalah.
8
c. Dilihat dari segi waktunya, keadaannya, Hasbi As-Siddiqie membagi kepada 36
macam, dan dalam makalah ini hanya ditulis sebagiannya saja yaitu 11 macam:
1. Muadda yaitu ibadah yang dikerjakan dalam waktu yang telah ditetapkan oleh
syara. Seperti melaksanakan shalat 5 waktu yang masih dalam batas waktu yang
ditetapkan, sehingga shalatnya disebut ada.
2. Magdi, yaitu ibadah yang dikerjakan setelah melampaui batas waktu yang
ditetapkan oleh syara' Ibadah ini merupakan pengganti dari ibadah yang tertinggal,
baik dengan sengaja atau tidak, seperti tertinggal karena sakit, dalam perjalanan dan
tertidur, Pelaksanaan ibadah ini disebut qada'.
3. Mu'ad, yaitu ibadah yang dikerjakan dengan diulangi sekali lagi dalam waktunya
untuk menambah kesempurnaan, misalnya melaksanakan shalat secara berjamaah
dalam waktunya setelah melaksanakannya secara munfarid/sendirian pada waktu yang
sama.
4. Muşlaq, yaitu ibadah yang sama sekali tidak dikaitkan waktunya oleh syara' dengan
suatu waktu yang terbatas, seperti membayar kaffärat, sebagai hukuman bagi yang
melanggar sumpah.
5. Muwaqqat, yaitu ibadah yang dikaitkan oleh syara' dengan waktu tertentu dan
terbatas, seperti shalat lima waktu, bahkan termasuk puasa di bulan Ramadhan.
6. Muwassa, yaitu ibadah yang lebih luas waktunya dari waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan kewajiban yang dituntut pada waktu itu, seperti shalat lima waktu.
Artinya seseorang diberikan hak mengerjakan shalatnya diawal waktu, dipertengahan
dan diakhirnya, asalkan setelah selesai di-kerjakan belum berakhir waktunya.
7. Mudayyaq, yaitu ibadah yang waktunya sebanyak dan atau sepanjang yang
dipadukan dalam waktu itu, seperti puasa. Dalam bulan ramadan, hanya dikhususkan
untuk puasa wajib dan tidak boleh dikerjakan puasa yang lain pada waktu itu.
8. Mu'ayyan, yaitu seperti ibadah tertentu yang dituntut oleh syara seperti kewajiban
atas perintah shalat, sehingga tidak boleh diganti dengan ibadah lain sebagai alternatif
pilihan-nya.
9
9. Mukhayyar, yaitu ibadah yang boleh dipilih salah satu dari yang diperintahkan.
Seperti kebolehan memilih antara beristinja dengan air atau dengan batu; atau memilih
kaffärat sumpah dengan memberi makan orang miskin atau dengan memerdekakan
hamba sahaya.
10. Muhaddad, yaitu ibadah yang dibatasi kadarnya oleh syara seperti şalat fardhu,
zakat.
11. Ghairu muhaddad, yaitu ibadah yang tidak dibatasi kadarnya oleh syara', seperti
mengeluarkan harta dijalan Allah, memberi makan orang musafir.
d. Ditinjau dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam:
1. Ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa.
2. Ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.
e. Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:
1. Ibadah jasmaniyah dan ruhiyah seperti sholat dan puasa
2. Ibadah ruhiyah dan amaliyah seperti zakat.
3. Ibadah jasmaniyah, ruhiyah dan amaliyah seperti pergi haji.(Dr. H Khoirul Abror,
2019)
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ibadah berasal dari kata Arab ‘ibadah (jamak :‘ibadat ) yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukkan, dan kepatuhan.ibadah ialah pengungkapan rasa kekurangan,
kehinaan dan kerendahan diri dalam bentuk pengagungan, penyucian dan syukur atas
segala nikmat.
Hakikat ibadah yaitu agar manusia di muka bumi ini untuk beribadah kepada-Nya.
Allah menetapkan perintah ibadah sebenarnya merupakan suatu kemampuan yang besar
kepada makhluknya, karena apabila direnungkan, hakikat perintah beribadah itu berupa
peringatan agar kita menunaikan kewajiban terhadap Allah yang telah melimpahkan
karunia-Nya.
Ditinjau dari segi ruang lingkupnya dapat dibagi kepada dua macam :
1. Ibadah khâşşah, yaitu ibadah yang ketentuan dan cara pelaksanaanya telah ditetapkan
oleh nas, seperti: salat, zakat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
2. Ibadah 'ammah, yaitu semua pernyataan dan perbuatan yang baik, dilakukan dengan
niat yang baik, semata-mata karena Allah (ikhlas), seperti: makan, minum, bekerja, berbuat
kebaikan kepada orang lain dan sebagainya.
3.2 SARAN
Uraian pada beberapa bab diatas sebagaimana telah memberikan sedikit pemahaman
dan pengetahuan kepada kita semua meskipun tiada kesempurnaan, karena memang
penulisan ini tidak terlepas dari kekurangan. Akhirnya upaya dan kegiatan yang tak
mengenal lelah untuk lebih mengkaji tentang perbaikan penulisan makalah Ibadah, Mudah-
mudahan Allah swt melimpahkan daya dan kekuatan kepada kita.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sidik Tono, dkk,Ibadah dan Akhlak dalam Islam, UII Press, 1998, Yogyakarta di akses pada 27
Agustus 2015.
Nurcholis Madjid, Islam: Doktrin dan Peradaban , Yayasan Wakaf Paramadina, 1992, Jakarta.
12