Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah dengan judul “KONSEP IBADAH SERTA MACAM-MACAM IBADAH”
ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan yang
sebanyak-banyaknya kepada dosen pengajar sekaligus pembimbing kami, yaitu ibu Wiwik
Wida Farwati, M.Pd.
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ……………………………………………………………….........…………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...………………….…1.1.1
Latar Belakang…………………………………………………………………………….1.1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………………………….…...1.1.3
Tujuan dan Manfaat Makalah…………………………….....…………………………………1
BAB II PEMBAHASAN………………………………...................…………………………3
2.1 Pengertian Ibadah………………………..…………………....................................3
3.1 Kesimpulan………….…………………………............………………………...….8
3.2 Saran………………………………………………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Ibadah artinya menghambakan diri
kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang
beribadah kepada Allah disebut 'abdulla' atau hamba Allah SWT. Hidup seorang hamba tidak
memiliki alternatif lain selain tuat, patuh, dan berserah diri kepada Allah SWT.
Banyak di antara kita yang menganggap ibadah ini hanyalah sekedar menjalankan
rutinitas sebagai kewajiban, seperti sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah
tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Kedunnya berkaitan
erat, karena mustahil kitu mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan sebenar-
benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat dijelaskan bahwa "Ibadah secara bahasa berarti
perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "IBADAH adalah suatu
istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah SWT dan diridhai-Nya, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
• Apa pengertian dari ibadah?
Dasar hukum atau dalil perintah pelaksanaan ibadah adalah nash al-Quran. Di dalam
al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan perintah kepada hamba Allah untuk
melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan
disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, melainkan
sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hamba-
hamba-Nya.
“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”. (Q.S.
Yasin: 60)
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku”. (Q.S. adz-Dzariyat: 56)
Dari ayat di atas, jelaslah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia semata-mata untuk
menyembah-Nya, walaupun sebenarnya Allah tidak berhajat untuk disembah ataupun dipuja
oleh manusia. Allah adalah Maha Sempurna dan tidak berhajat kepada apapun.
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu". Maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (Q.S. an-Nahl: 36)
4. Firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 25 :
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku". (Q.S. al-Anbiya: 25)
“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku
adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Q.S. al-Anbiya: 92)
Dari ayat-ayat yang telah dikemukakan di atas, tampak jelas bahwa Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Diutusnya para
Rasul untuk menyampaikan syari'at yang telah ditetapkan olehm Allah kepada umat
manusia adalah supaya manusia mengetahui kewajiban-kewajiban apa saja yang harus
dilaksanakannya dalam rangka mensyukuri nikmat yang telah Allah anugerahkan
kepadanya.
Adalah ibadah yang murni ibadah, ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini:
Pertama, ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah
sejak asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut tidaklah
bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau
bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan
terlarangnya ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam
kemusyrikan.
Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan
yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.
Ibadah yang tidak murni ibadah memiliki pengertian yang berkebalikan dari tiga ciri
di atas. Sehingga ibadah ghairu mahdhah dicirikan dengan:
Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah ibadah.
Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya.
Kedua, maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau
kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada wahyu
dari para rasul.
Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas makan. Makan pada
asalnya bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau makan kapan saja, baik ketika lapar
ataupun tidak lapar, dan dengan menu apa saja, kecuali yang Allah Ta’ala haramkan. Bisa
jadi orang makan karena lapar, atau hanya sekedar ingin mencicipi makanan. Akan tetapi,
aktivitas makan tersebut bisa berpahala ketika pelakunya meniatkan agar memiliki kekuatan
(tidak lemas) untuk shalat atau berjalan menuju masjid. Ini adalah ciri pertama.
Berdasarkan ciri kedua, kita pun mengetahui bahwa maksud pokok ketika orang
makan adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) dalam hidupnya, sehingga dia bisa
menjaga keberlangsungan hidupnya. Selain itu, manusia tidak membutuhkan wahyu untuk
bisa mengetahui pentingnya makan dalam hidup ini, ini ciri yang ketiga. Tanpa wahyu, orang
sudah mencari makan.
Berdasarkan penjelasan di atas, ibadah mahdhah disebut juga dengan ad-diin (urusan
agama), sedangkan ibadah ghairu mahdhah disebut juga dengan ad-dunya (urusan duniawi).
Sebagaimana ibadah mahdhah disebut juga dengan al-‘ibadah (ibadah), sedangkan ibadah
ghairu mahdhah disebut juga dengan al-‘aadah (adat kebiasaan).
Kemudian untuk lebih memperjelas perbedaan antara ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah, berikut kami sebutkan rincian contoh ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah.
)٥( ) ِإَّياَك َنْعُبُد َو ِإَّياَك َنْسَتِع يُن٤( ) َم اِلِك َيْو ِم الِّديِن٣( ) الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم٢( ) اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن١( ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم
dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. segala puji[2]
bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. yang
menguasai di hari Pembalasan. 5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan.
Ikhlas (Al-Bayinah/98:5)
َوَم ا ُأِم ُروا ِإال ِلَيْعُبُدوا َهَّللا ُم ْخ ِلِص يَن َلُه الِّد يَن ُح َنَفاَء َو ُيِقيُم وا الَّصالَة َو ُيْؤ ُتوا الَّز َكاَة َو َذ ِلَك ِد يُن اْلَقِّيَم ِة
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
(ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
َوِإَذ ا َس َأَلَك ِعَباِد ي َع ِّني َفِإِّني َقِريٌب ُأِج يُب َد ْع َو َة الَّد اِع ِإَذ ا َدَعاِن َفْلَيْسَتِج يُبوا ِلي َو ْلُيْؤ ِم ُنوا ِبي َلَع َّلُهْم َيْر ُش ُد وَن
ُّد ْنَيا َو َأْح ِس ْن َك َم ا َأْح َس َن ُهَّللا ِإَلْي َك َو ال َتْب ِغ اْلَفَس اَد ِفي األْر ِض ِإَّن َهَّللا ال ُيِح ُّبHَّد اَر اآلِخ َر َة َو ال َتْنَس َنِص يَبَك ِم َن الHَو اْبَتِغ ِفيَم ا آَت اَك ُهَّللا ال
اْلُم ْفِسِد يَن
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.
َيا َبِني آَد َم ُخ ُذ وا ِزيَنَتُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُك ُلوا َو اْش َر ُبوا َو ال ُتْس ِرُفوا ِإَّنُه ال ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفيَن
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.
Mudah (bukan meremehkan) danMeringankan Bukan Mempersulit (Al-Baqarah/2:286)
ال ُيَك ِّلُف ُهَّللا َنْفًسا ِإال ُو ْس َعَها َلَها َم ا َك َسَبْت َو َع َلْيَها َم ا اْك َتَسَبْت َر َّبَنا ال ُتَؤاِخ ْذ َنا ِإْن َنِس يَنا َأْو َأْخ َطْأَنا َر َّبَنا َو ال َتْح ِم ْل َع َلْيَنا ِإْص ًرا َك َم ا َح َم ْلَت ُه
َع َلى اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلَنا َر َّبَنا َو ال ُتَح ِّم ْلَنا َم ا ال َطاَقَة َلَنا ِبِه َو اْعُف َع َّنا َو اْغ ِفْر َلَنا َو اْر َح ْم َنا َأْنَت َم ْو الَنا َفاْنُصْر َنا َع َلى اْلَقْو ِم اْلَكاِفِريَن
3.1 Kesimpulan
Ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan kepatuhan akan aturan-aturan
agama. Sedangkan menurut istilah syar'i“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya', baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir). Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara
jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan,
menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan
orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu
sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang
dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain
sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah.
3.2 Saran
penulis sadar bahwa makalah ini penuh dengan keterbatasan. Karena makalah ini jauh
dari kesempurnaan, kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelas kan tentang
makalah di atas maka tetap dibutuhkan sumber pembanding sehingga akan menghasilkan
pemahaman yang lebih luas dan memperkaya keilmuan.
Demikian makalah ini kami susun dan semoga bermanfaat untuk menambah keilmuan
kita. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah, kami mohon maaf karena keterbatasan
kami selaku penulis. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan
penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
muslim.or.id .Perbedaan antara Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdhah (Bag. 1)
Diakses pada tahun 2021, dari https://muslim.or.id/46004-perbedaan-antara-ibadah-mahdhah-dan-
ibadah-ghairu-mahdhah-bag-1.html
Yusuf Qardhawi; Abu Asma Anshari; M Ridlwan Nasir. 1993. Konsep Ibadah dalam Islam :
Central Media
Irvann. 2014. Konsep Ibadah dalam Alquran Kajian Surat Alfatihah ayat 1-7 : FITK UIN JKT