Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KONSEP IBADAH SERTA MACAM-MACAM IBADAH


Dosen Pengampu : Wiwik Wida Farwati,M.Pd

Lalu Thewa Arjuna Prakoso (2301020002)


Juliyanto Perdana(2301020008)
Magfirah Isnaeni(2301020016)
Aidil Ihsam Ramadani(2301020031)
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI
Semester 2
UNIVERSITAS BUMIGORA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga makalah dengan judul “KONSEP IBADAH SERTA MACAM-MACAM IBADAH”
ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya hingga akhir zaman.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan yang
sebanyak-banyaknya kepada dosen pengajar sekaligus pembimbing kami, yaitu ibu Wiwik
Wida Farwati, M.Pd.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Semoga makalah ini
dapat memberi manfaat bagi pembaca.

Mataram, 24 Maret 2024

Tim Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………….........…………………..i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………...………………….…1.1.1
Latar Belakang…………………………………………………………………………….1.1.2
Rumusan Masalah…………………………………………………………………….…...1.1.3
Tujuan dan Manfaat Makalah…………………………….....…………………………………1
BAB II PEMBAHASAN………………………………...................…………………………3
2.1 Pengertian Ibadah………………………..…………………....................................3

2.2 Dasar Hukum Ibadah…………...…………………….............…….........................3

2.3 Macam-macam Ibadah....................………………….…….........…………………6

2.4 Prinsip Ibadah………………………………………........…………………………6

BAB III PENUTUP ……………………………………………….........……………………8

3.1 Kesimpulan………….…………………………............………………………...….8

3.2 Saran………………………………………………………………………………...8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..9
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu bagian dari syariah adalah ibadah. Ibadah artinya menghambakan diri
kepada Allah. Ibadah merupakan tugas hidup manusia di dunia, karena itu manusia yang
beribadah kepada Allah disebut 'abdulla' atau hamba Allah SWT. Hidup seorang hamba tidak
memiliki alternatif lain selain tuat, patuh, dan berserah diri kepada Allah SWT.
Banyak di antara kita yang menganggap ibadah ini hanyalah sekedar menjalankan
rutinitas sebagai kewajiban, seperti sholat dan puasa. Sayangnya, kita lupa bahwa ibadah
tidak mungkin lepas dari pencapaian kepada Tauhid terlebih dahulu. Kedunnya berkaitan
erat, karena mustahil kitu mencapai tauhid tanpa memahami konsep ibadah dengan sebenar-
benarnya. Dalam syarah Al-Wajibat dijelaskan bahwa "Ibadah secara bahasa berarti
perendahan diri, ketundukan dan kepatuhan."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: "IBADAH adalah suatu
istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah SWT dan diridhai-Nya, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
• Apa pengertian dari ibadah?

• Apa dasar hukum ibadah?

• Apa ruang lingkup ibadah?

• Apa prinsip ibadah?

• Apa saja macam-macam ibadah?

1.3 Tujuan dan Manfaat Makalah


Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan makalah ini, antara lain:
• Untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah Pendidikan Agama

• Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ibadah.

• Untuk mengetahui apa itu konsep ibadah

• Untuk mengetahui apa saja macam-macam ibadah


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ibadah


Ibadat atau Ibadah adalah sebuah kata yang diambil dari bahasa
Arab ‘Ibadah (‫ادة‬HH‫)عب‬. Menurut bahasa ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan
kepatuhan akan aturan-aturan agama. Sedangkan menurut istilah syar'i“Ibadah adalah suatu
istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya', baik berupa
perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir). Maka
salat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang
tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang
dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada
tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan),
berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a,
berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah.
Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat)
kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap
keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap
qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa
takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya.
• Disiratkan di dalam Al-Qur'an, pengertian ibadah dapat ditemukan melalui
pemahaman bahwa:
• 1. Dalam ajaran Islam, manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau
dengan kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat 51:56).
• 2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang
berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin 36:61)
• 3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah,
maka ia berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf 43:43).

• Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada
Allah itu ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh kepada
wahyu Allah. Jadi pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas kepada apa yang
disebut ibadah mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas seluas aspek kehidupan
yang ada selama wahyu Allah memberikan pegangannya dalam persoalan itu.
Itulah mengapa umat Islam tidak diperkenankan memutuskan, mengubah dan menambahkan
suatu persoalan hidupnya sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah memutuskan perkara itu.

2.2 Dasar Hukum Ibadah

Dasar hukum atau dalil perintah pelaksanaan ibadah adalah nash al-Quran. Di dalam
al-Qur'an banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan perintah kepada hamba Allah untuk
melaksanakan ibadah. Ibadah dalam Islam sebenarnya bukan bertujuan supaya Tuhan
disembah dalam arti penyembahan yang terdapat dalam agama-agama primitif, melainkan
sebagai perwujudan rasa syukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah atas hamba-
hamba-Nya.

Adapun ayat-ayat yang menyatakan perintah untuk melaksanakan ibadah tersebut


di antaranya sebagai berikut:

1. Surat Yasin ayat 60:

“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”. (Q.S.
Yasin: 60)

2. Surat adz-Dzariyat ayat 56:

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-
Ku”. (Q.S. adz-Dzariyat: 56)

Dari ayat di atas, jelaslah bahwa Allah menciptakan jin dan manusia semata-mata untuk
menyembah-Nya, walaupun sebenarnya Allah tidak berhajat untuk disembah ataupun dipuja
oleh manusia. Allah adalah Maha Sempurna dan tidak berhajat kepada apapun.

3. Surat an-Nahl ayat 36:

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu". Maka di antara umat itu ada orang-orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti
kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. (Q.S. an-Nahl: 36)
4. Firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 25 :

“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan
kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah
olehmu sekalian akan Aku". (Q.S. al-Anbiya: 25)

5. Firman Allah dalam surat al-Anbiya ayat 92i:

“Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku
adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (Q.S. al-Anbiya: 92)

Dari ayat-ayat yang telah dikemukakan di atas, tampak jelas bahwa Allah
memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Diutusnya para
Rasul untuk menyampaikan syari'at yang telah ditetapkan olehm Allah kepada umat
manusia adalah supaya manusia mengetahui kewajiban-kewajiban apa saja yang harus
dilaksanakannya dalam rangka mensyukuri nikmat yang telah Allah anugerahkan
kepadanya.

2.3 Macam-Macam Ibadah


Dalam suatu pelaksanaan kegiatan ibadah, terdapat cukup beragam tergantung dari sisi
mana kita melihatnya. Adapun berbagai macam ibadah dalam Islam sebagai berikut:
1. Pembagian ibadan didasarkan pada umum-khususnya, maka ada 2 macam, yaitu:
a. Ibadah Khoshoh
b. Ibadah Ammah
2. Pembagian ibadah dari hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaannya, dibagi
menjadi 3 yaitu:
a. Ibadah jasmaniyah dan ruhiyah
b. Ibadah ruhiyah dan amaliyah
c. Ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah
3. Pembagian ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, maka
dibagi 2.
a. Ibadah wajib
b. Ibadah ijtima’i
4. Pembagian ibadah dari segi bentuk dan sifatnya, yaitu:
a. Ibadah yang berupa perkataan atau ucapan lidah seperti, membaca doa,
membaca Al-Qur’an, membaca zikir, membaca tahmid, dan mendoakan orang
yang bersin.
b. Ibadah yang berupan pekerjaan yang tertentu bentuknya meliputi perkataan dan
perbuatan, seperti: salat, zakat, puasa, dan haji.
c. Ibadah yang pelaksanaannya menahan diri, seperti: ihram, puasa, iktikaf.
d. Ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan hutang,
memaafkan orang bersalah.

5. Secara umum ibadah terbagi menjadi 2, yaitu:

1. Ibadah mahdhah (‫)العبادت المحضة‬

Adalah ibadah yang murni ibadah, ditunjukkan oleh tiga ciri berikut ini:

Pertama, ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah
sejak asal penetapannya dari dalil syariat. Artinya, perkataan atau ucapan tersebut tidaklah
bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau
bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan dalil-dalil yang menunjukkan
terlarangnya ditujukan kepada selain Allah Ta’ala, karena hal itu termasuk dalam
kemusyrikan.

Kedua, ibadah mahdhah juga ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang
mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.

Ketiga, ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, tidak ada jalan
yang lainnya, termasuk melalui akal atau budaya.

Contoh sederhana ibadah mahdhah adalah shalat. Shalat adalah


ibadah mahdhah karena memang ada perintah (dalil) khusus dari syariat. Sehingga sejak
awal mulanya, shalat adalah aktivitas yang diperintahkan (ciri yang pertama). Orang
mengerjakan shalat, pastilah berharap pahala akhirat (ciri ke dua). Ciri ketiga, ibadah shalat
tidaklah mungkin kita ketahui selain melalui jalur wahyu. Rincian berapa kali shalat, kapan
saja, berapa raka’at, gerakan, bacaan, dan seterusnya, hanya bisa kita ketahui melalui
penjelasan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan hasil dari kreativitas dan olah pikiran
kita sendiri.

2. Ibadah ghairu mahdhah (‫)العبادت غير المحضة‬

Ibadah yang tidak murni ibadah memiliki pengertian yang berkebalikan dari tiga ciri
di atas. Sehingga ibadah ghairu mahdhah dicirikan dengan:

Pertama, ibadah (perkataan atau perbuatan) tersebut pada asalnya bukanlah ibadah.
Akan tetapi, berubah status menjadi ibadah karena melihat dan menimbang niat pelakunya.
Kedua, maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau
kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.

Ketiga, amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan dikenal meskipun tidak ada wahyu
dari para rasul.

Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah aktivitas makan. Makan pada
asalnya bukanlah ibadah khusus. Orang bebas mau makan kapan saja, baik ketika lapar
ataupun tidak lapar, dan dengan menu apa saja, kecuali yang Allah Ta’ala haramkan. Bisa
jadi orang makan karena lapar, atau hanya sekedar ingin mencicipi makanan. Akan tetapi,
aktivitas makan tersebut bisa berpahala ketika pelakunya meniatkan agar memiliki kekuatan
(tidak lemas) untuk shalat atau berjalan menuju masjid. Ini adalah ciri pertama.

Berdasarkan ciri kedua, kita pun mengetahui bahwa maksud pokok ketika orang
makan adalah untuk memenuhi kebutuhan pokok (primer) dalam hidupnya, sehingga dia bisa
menjaga keberlangsungan hidupnya. Selain itu, manusia tidak membutuhkan wahyu untuk
bisa mengetahui pentingnya makan dalam hidup ini, ini ciri yang ketiga. Tanpa wahyu, orang
sudah mencari makan.

Ini adalah contoh sederhana untuk memahamkan pengertian ibadah ghairu


mahdhah, dan akan kami sebutkan lebih rinci lagi jenis-jenis ibadah ghairu mahdhah di
serial selanjutnya dari tulisan ini.

Berdasarkan penjelasan di atas, ibadah mahdhah disebut juga dengan ad-diin (urusan
agama), sedangkan ibadah ghairu mahdhah disebut juga dengan ad-dunya (urusan duniawi).
Sebagaimana ibadah mahdhah disebut juga dengan al-‘ibadah (ibadah), sedangkan ibadah
ghairu mahdhah disebut juga dengan al-‘aadah (adat kebiasaan).

Kemudian untuk lebih memperjelas perbedaan antara ibadah mahdhah dan ghairu
mahdhah, berikut kami sebutkan rincian contoh ibadah mahdhah dan ibadah ghairu
mahdhah.

2.4 Prinsip Ibadah

Niat lillahi ta’ala (Al-Fatihah/1:5)

)٥( ‫) ِإَّياَك َنْعُبُد َو ِإَّياَك َنْسَتِع يُن‬٤( ‫) َم اِلِك َيْو ِم الِّديِن‬٣( ‫) الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم‬٢( ‫) اْلَح ْم ُد ِهَّلِل َر ِّب اْلَع اَلِم يَن‬١( ‫ِبْس ِم ِهَّللا الَّرْح َمِن الَّر ِح يِم‬
dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. segala puji[2]
bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. yang
menguasai di hari Pembalasan. 5. hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada
Engkaulah Kami meminta pertolongan.

Ikhlas (Al-Bayinah/98:5)

‫َوَم ا ُأِم ُروا ِإال ِلَيْعُبُدوا َهَّللا ُم ْخ ِلِص يَن َلُه الِّد يَن ُح َنَفاَء َو ُيِقيُم وا الَّصالَة َو ُيْؤ ُتوا الَّز َكاَة َو َذ ِلَك ِد يُن اْلَقِّيَم ِة‬

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
(ikhlas) ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.

Tidak menggunakan perantara (washilah) (Al-Baqarah/2: 186)

‫َوِإَذ ا َس َأَلَك ِعَباِد ي َع ِّني َفِإِّني َقِريٌب ُأِج يُب َد ْع َو َة الَّد اِع ِإَذ ا َدَعاِن َفْلَيْسَتِج يُبوا ِلي َو ْلُيْؤ ِم ُنوا ِبي َلَع َّلُهْم َيْر ُش ُد وَن‬

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah),


bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Dilakukan sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan Sunnah

Seimbang antara dunia akherat (Al-Qashash/28:77)

‫ُّد ْنَيا َو َأْح ِس ْن َك َم ا َأْح َس َن ُهَّللا ِإَلْي َك َو ال َتْب ِغ اْلَفَس اَد ِفي األْر ِض ِإَّن َهَّللا ال ُيِح ُّب‬H‫َّد اَر اآلِخ َر َة َو ال َتْنَس َنِص يَبَك ِم َن ال‬H‫َو اْبَتِغ ِفيَم ا آَت اَك ُهَّللا ال‬
‫اْلُم ْفِسِد يَن‬

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.

Tidak berlebih-lebihan (Al-A’raf/7:31)

‫َيا َبِني آَد َم ُخ ُذ وا ِزيَنَتُك ْم ِع ْنَد ُك ِّل َم ْس ِج ٍد َو ُك ُلوا َو اْش َر ُبوا َو ال ُتْس ِرُفوا ِإَّنُه ال ُيِح ُّب اْلُم ْس ِرِفيَن‬

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[534], Makan
dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[535]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.
Mudah (bukan meremehkan) danMeringankan Bukan Mempersulit (Al-Baqarah/2:286)

‫ال ُيَك ِّلُف ُهَّللا َنْفًسا ِإال ُو ْس َعَها َلَها َم ا َك َسَبْت َو َع َلْيَها َم ا اْك َتَسَبْت َر َّبَنا ال ُتَؤاِخ ْذ َنا ِإْن َنِس يَنا َأْو َأْخ َطْأَنا َر َّبَنا َو ال َتْح ِم ْل َع َلْيَنا ِإْص ًرا َك َم ا َح َم ْلَت ُه‬
‫َع َلى اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلَنا َر َّبَنا َو ال ُتَح ِّم ْلَنا َم ا ال َطاَقَة َلَنا ِبِه َو اْعُف َع َّنا َو اْغ ِفْر َلَنا َو اْر َح ْم َنا َأْنَت َم ْو الَنا َفاْنُصْر َنا َع َلى اْلَقْو ِم اْلَكاِفِريَن‬

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat


pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau hukum Kami jika
Kami lupa atau Kami tersalah. Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau bebankan kepada Kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya
Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup Kami
memikulnya. beri ma’aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
penolong Kami, Maka tolonglah Kami terhadap kaum yang kafir.”
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ibadah adalah merendahkan diri, ketundukan dan kepatuhan akan aturan-aturan
agama. Sedangkan menurut istilah syar'i“Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala
sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya', baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang
tersembunyi (batin) maupun yang tampak (lahir). Maka salat, zakat, puasa, haji, berbicara
jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan,
menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan
orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu
sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang
dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain
sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah.

3.2 Saran
penulis sadar bahwa makalah ini penuh dengan keterbatasan. Karena makalah ini jauh
dari kesempurnaan, kedepannya penulis akan lebih fokus dalam menjelas kan tentang
makalah di atas maka tetap dibutuhkan sumber pembanding sehingga akan menghasilkan
pemahaman yang lebih luas dan memperkaya keilmuan.

Demikian makalah ini kami susun dan semoga bermanfaat untuk menambah keilmuan
kita. Jika ada kesalahan dalam penulisan makalah, kami mohon maaf karena keterbatasan
kami selaku penulis. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk perbaikan
penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

ridwanhadipratama123.blogspot.com.pengertian dan ruang lingkup ibadah Diakses pada


tahun 2021, dari http://ridwanhadipratama123.blogspot.com/2016/05/pengertian-dan-ruang-
lingkup-ibadah.html

id.wikipedia.org. Ibadat Diakses pada tahun 2021, dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ibadat

muslim.or.id .Perbedaan antara Ibadah Mahdhah dan Ibadah Ghairu Mahdhah (Bag. 1)
Diakses pada tahun 2021, dari https://muslim.or.id/46004-perbedaan-antara-ibadah-mahdhah-dan-
ibadah-ghairu-mahdhah-bag-1.html

www.dosenpendidikan.co.id Pengertian Ibadah Diakses pada tahun 2021, dari


https://www.dosenpendidikan.co.id/ibadah-adalah/

republika.co.id Urgensi Ibadah Diakses pada tahun 2021, dari https://republika.co.id/berita/dunia-


islam/hikmah/19/06/18/ptay2j313-urgensi-ibadah

Al tuairji, Muhammad ibraim. 2012. Ringkasan Fiqih Islam : Islam House

Yusuf Qardhawi; Abu Asma Anshari; M Ridlwan Nasir. 1993. Konsep Ibadah dalam Islam :
Central Media

Irvann. 2014. Konsep Ibadah dalam Alquran Kajian Surat Alfatihah ayat 1-7 : FITK UIN JKT

Anda mungkin juga menyukai