Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

"Ruang Lingkup Fiqih Ibadah"

Dosen pengampu: Dr. Husnawadi. MA

Penyusun Kelompok 3:
Andi Suandi Yusuf
Arya Damar

FAKULTAS SYARI'AH
PROGRAM STUDI AKHWALU SYA'SIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penyusun untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penyusun dapat menyelesaikan makalah kewarganegaraan tepat waktu. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas Pancasila dan Kewarganegaraan . Selain itu, penyusun
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca seputar mata
kuliah ini.
Penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dosen Mata Kuliah
ini, tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
terkait mata kuliah yang sedang ditempuh. Penyusun juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Anjani, 14 Mei 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………..………………... i

Kata Pengantar ……………………………………….…………………. ii

Daftar Isi ……………………………………………….………………. iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ……………………………………………………. 3

2. Rumusan Masalah ……………………………………….…...……. 4

3. Tujuan ………………...…………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Fiqih Ibadah……………………………………….……… 5-7

2.Ruang Lingkup Fiqih Ibadah…………………………………….…….7-9

3.Macam-Macam Fiqih Ibadah…………………………………………10-11

BAB II PENUTUP

1.Kesimpulan…………………………………………….………….…….12

2.Saran……………………………………………………….……………12

3.Daftar Pustaka…………………………………………………………..13

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fiqh ibadah merupakan pemahaman mendalam terhadap nash-nash yang terdapat dalam Al-
Qur’an dan As-Sunnah yang berkaitan dengan rukun-rukun dan syarat-syarat yang sah
tentang penghambaan diri manusia kepada Allah Swt. Dalam fiqh ibadah dikaji beberapa
sistem ibadah hamba kepada Allah Swt, yaitu tentang wudhu, tayamum, istinja’, mandi
janabat, shalat, zakat, puasa, haji dan dalil-dalil yang memerintahkannya. Dan juga disertai
contoh pelaksanaan semua ibadah yang dimaksud yang datang dari Rasulullah Saw.
Pelaksanaan ibadah di bimbing oleh dua hal mendasar yaitu :
1. Sumber-sumber dalil yag shahih, agar ibadah hamba tidak keluar dari tuntunan Al-
Qur’an dan As-Sunnah.
2. Penertiban dan pendisiplinan praktek ibadah dengan mengikuti pemahaman para ulama
yang digali dari dalil-dalil yang terperinci.
Ibadah mengubah wujud kemungkinan dan hasrat pada diri manusia, kemungkinan untuk
melepaskan iri dari dunia materi yang terbatas, an hasrat untuk mencapai realitas yang
tertinggi dan tanpa batas. Naluri untuk bertaubat dan beribadah termasuk salah satu fenomena
dalam spiritual manusia yang paling purba, bertahan lama, dan paling mengakar.
Bentuk peribadatan setiap kelompok berbeda-beda. Pada awalnya, mungkin manusia menari-
nari dan menggelar ritual rutin secara berjamaah disertai dzikir dan melantunkan puji-puji
hingga pada puncaknya mereka larut dalam ketundukan dan kekhusyuan sakral.bjek
peribadatan pun berkembang yang pada awalnya menyembah batu dan kayu, lalu akhirnya
menyembah Zat Azali yang kekal, yang tak terikat ruang dan waktu.

3
Para Nabi yang membawa syariat dari Allah Swt tak punya wewenang sedikitpun untuk
menciptakan bentuk dan pola ibadah. Tugas Mereka hanyalah menyampaikan dan
mengajarkan kepada manusia cara beribadah, meliputi soal adab dan praktiknya serta agar
mencegah mereka agar tidak menyembah selain Allah Swt.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian fiqh ibadah ?


2. Bagaimana ruang lingkup fiqh ibadah ?
3. Bagaimana macam-macam fiqih ibadah ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami bagaimana pengertian fiqh ibadah.


2. Memahami bagaimana ruang lingkup fiqh ibadah.
3. Memahami bagaimana macam-macam fiqih ibadah.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Fiqh Ibadah


Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukan dan kepatuhan. Dari akar kata yang sama kita kenal dengan istilah
‘abd (hamba, budak) yang menghimpun makna kekurangan, kehinaan dan kerendahan.
Ibadah juga bisa diartikan dengan taat yang artinya patuh, tunduk dengan setunduk-
tunduknya, artinya mengikuti semua perintah Allah Swt dan menjauhi semua larangan yang
dikehendaki oleh Allah Swt. Karena makna asli ibadah adalah menghamba, dapat pula
diartikan sebagai bentuk perbuatan yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah Swt.
Dalam kitab Al-Hidayah jilid kesatu dikatakan makna ibadah adalah :
ُ ‫ب نوهي ِه والعما ُل بما أ َذن ب ِه الشر‬
‫ع‬ ِ ‫العبادة هي التقرّبُ الى هللا تعالى بِإمتثا ِل اوامر ِه واجْ تشنا‬
Artinya :
“ ibadah adalah mendekatkan diri kepada Allah Swt. Dengan cara melaksanakan semua
perintahNya an menjauhi semua larangan-Nya, serta beramal sesuai izin dari pembuat syariat
(Al-Hakim, Allah)”.
Konsep ibadah menurut Abdul Wahab adalah konsep tentang seluruh perbuatan lahiriah
maupun batiniah, jasmani dan rohani yang di cintai dan di ridhoi oleh Allah Swt.
Ibadah juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan yang diyakini kebesaran dan
kekuasaannya. Artinya, jika yang diyakini kebenarannya adalah Allah, maka menghambakan
diri kepada Allah. Dalam surat Al-Fatihah ayat 5 Allah Swt berfirman :
٥- ُ‫د وِإيَّاكَ نَ ْست َِعين‬rُ ُ‫ك نَ ْعب‬
َ ‫ِإيَّا‬-
Artinya :”Hanya kepada engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan. (Al-Fatihah : 5)
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukan atau penghambaan diri kepada Allah, Tuhan
yang maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk perbuatan manusia di dunia, yang dilakukan
dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah Swt. Semua tindakan orang
mukmin yang dilandasi dengan niat yang tulus untuk mencapai ridho Allah Swt dipandang
sebagai ibadah. Sesuai dengan Firman Allah Swt :
َ ‫ت ْال ِج َّن َواِإْل‬
ِ ‫نس ِإاَّل لِيَ ْعبُد‬
٥٦- ‫ُون‬ ُ ‫ َو َما َخلَ ْق‬-
Artinya :” Tidaklah ku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada ku. (al-
Dzariyat : 56).

5
Beberapa pendapat mengenai ibadah adalah sebagai berikut :
1. Ulama tauhid mengajarkan ibadah dengan beberapa pengertian yaitu :
a. Ibadah dapat diartikan sebagai tujuan kehidupan manusia sebagai bentuk dan cara
manusia berterima kasih kepada pencipta.
b. Ibadah diartikan sebagai bentuk mengesakan Allah, dan tidak ada sesuatu yang
menyerupainya, sehingga kepada Allah beribadah. Sebagaimana terdapat dalam surat An-
Nahl ayat 36 :
‫ُوا فِي‬ ْ ‫ير‬r ‫ت َعلَ ْي ِه الضَّاللَةُ فَ ِس‬ ْ َّ‫ُوا الطَّا ُغوتَ فَ ِم ْنهُم َّم ْن هَدَى هّللا ُ َو ِم ْنهُم َّم ْن َحق‬ ْ ‫َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُكلِّ ُأ َّم ٍة َّرسُوالً َأ ِن ا ْعبُد‬
ْ ‫ُوا هّللا َ َواجْ تَنِب‬
َ‫ُوا َك ْيفَ َكانَ عَاقِبَةُ ْال ُم َك ِّذبِين‬
ْ ‫ض فَانظُر‬ ِ ْ‫– اَألر‬
٣٦-
Artinya : “Dan sungguh, Kami telah Mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk
menyerukan), “Sembahlah Allah, dan jauhilah thaghut.” kemudian di antara mereka ada yang
diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu
di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)”.(QS.
An-Nahl :36)
c. Ibadah diartikan sebagai upaya menjauhkan diri dari perbuatan syirik, sebagaimana
firman Allah Swt. Dalam surat Al-Isra’ ayat 23 :
ً ‫ُوا ِإالَّ ِإيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن ِإحْ َسانا‬
ْ ‫ك َأالَّ تَ ْعبُد‬ َ َ‫َوق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
Artinya :”dan tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak”. (QS. Al-Isra’ :23)
d. Ibadah artinya membedakan kehidupan ilahiah dengan , penganut agama selain islam
dan dengan orang-orang musyrik, sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Kafirun ayat 3 :
٣- ‫ َواَل َأنتُ ْم عَابِ ُدونَ َما َأ ْعبُ ُد‬-
Artinya :”Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah”. (QS. Al-Kfirun :3)
2. Ulama akhlak Hasbi Ash-Shidiqie mengartikan ibadah sebagai berikut :
a. Melaksanakan semua perintah Allah Swt. dalam praktek ibadah jasmaniah dan
rohaniah dengan berpegang teguh pada syariat islam yang benar.
b. Ibadah diartikan sebagai pencarian harta duniawi yang halal.
3. Ulama tasawuf mengartikan ibadah sebagai berikut :
a. Ketundukan mutlak kepada Allah dan menjauhkan diri dari ketundukan pada hawa
nafsu.
b. Ibadah diartikan perbuatan yang menepati janji, menjaga perbuatan yang melewati
batas-batas syariat Allah dan bersabar menghadapi musibah.

6
c. Beribadah berarti mengharapkan keridhaan Allah, mengharapkan pahalanya dan
menghindarkan diri dari siksanya.
d. Ibadah diartikan sebagai upaya mewujudkan kemuliaan rohani yang diciptakan dalam
keadaan suci.
e. Ibadah dalam arti menjalankan kewajiban karena Allah berhak disembah, tanpa ada
pamrih sedikitpun.
4. Pengertian menurut fuqaha
Para fuqaha mengartikan ibadah sebagai berikut :
a. Ketaatan hamba Allah yang mukallaf yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah
dan mengharap pahala-Nya di akhirat.
b. Ibadah adalah melaksanakan segala hak Allah.
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa makna ibadah adalah
ketundukan manusia kepada Allah yang dilaksanakan atas dasar keimanan yang kuat dengan
melaksanakan semua perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dengan tujuan
mengharapkan keridaan Allah, pahala surga dan ampunannya.
Dengan demikian pengertian fiqh ibadah adalah pemahaman ulama terhadap nash-nash yang
berkaitan dengan ibadah hamba Allah dengan segala bentuk hukumnya, yang mempermudah
melaksanakan ibadah, baik yang bersifat perintah, larangan maupun pilihan-pilihan yang
disajikan oleh Allah dan Rasulullah Saw.
Ibadah juga dapat berupa ucapan (lafzhiyyah) atau tindakan (‘amaliyyah). Ibadah lafal adalah
rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah. Sedangkan ibadah amal adalah
seperti rukuk dan sujud dalam shalat, wukuf di padang arafah dan tawaf.

2. Ruang lingkup fiqh ibadah


Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa semua kehidupan hamba Allah yang dilaksanakan
dengan niat mengharap keridhaan Allah Swt. bernilai ibadah. Hanya saja ada ibadah yang
sifatnya langsung berhubungan dengan Allah tanpa ada perantara yang merupakan bagian
dari ritual formal atau hablum minallah dan ada ibadah yang secara tidak langsung, yakni
semua yang berkaitan dengan masalah muamalah, yang disebut dengan hablum minannas
(hubungan antar manusia).
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
a. Ibadah mahdhah
b. Ibadah ghoiru mahdhah

7
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara dzahir dan
tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Ibadah ini ditetapkan oleh dalil-dalil yang
kuat (qath'i ad-dilalah), misalnya perintah shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan bersuci dari
hadas kecil dan besar.[6]
1. Shalat
Secara etimologi berarti doa, rahmat dan istighfar (meminta ampun).] Menurut syara artinya
bentuk ibadah yang terdiri atas perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam. Firman Allah Swt :
٤٥-‫صاَل ةَ تَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ َشاء َو ْال ُمن َك ِر‬ َّ ‫ َوَأقِ ِم ال‬-
َّ ‫صاَل ةَ ِإ َّن ال‬
Artinya :
“Dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan
mungkar”. (QS. Al-‘Ankabut :45)
2. Puasa
Secara bahasa puasa adalah menahan dari segala sesuatu, dari makan, minum, nafsu dan lain
sebagainya. Secara istilah yaitu menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkannya,
mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat dan beberapa syarat.
Firman Allah Swt :
١٨٣– َ‫ب َعلَى الَّ ِذينَ ِمن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬
َ ِ‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُكت‬ ْ ُ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمن‬-
َ ِ‫وا ُكت‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS.Al-Baqarah :183)
3. Zakat
Secara bahasa zakat artinya membersihkan. Sedangkan secara istilah agama islam adalah
kadar harta yang tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa
syarat. Firman Allah Swt :
ٌ ْ‫ و‬rَ‫ َد َربِّ ِه ْم َوالَ خ‬r‫ ُرهُ ْم ِعن‬rْ‫اةَ لَهُ ْم َأج‬rr‫ ُو ْا ال َّز َك‬rَ‫الَةَ َوآت‬r‫الص‬
- َ‫ون‬rrُ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َوالَ هُ ْم يَحْ زَ ن‬ ْ ‫ت َوَأقَا ُم‬
َّ ‫وا‬ ْ ُ‫وا َو َع ِمل‬
ِ ‫وا الصَّالِ َحا‬ ْ ُ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ آ َمن‬
٢٧٧-
Artinya :
“Sungguh, orang-orang yang beriman, mengerjakan kebajikan, melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhan-nya. Tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih hati” (QS. Al-Baqarah :277)
4. Haji

8
Haji asal maknanya adalah menyengaja sesuatu.sedangkan menurut syara’ adalah sengaja
mengunjungi baitullah untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan syarat-syarat tertentu.
Firman Allah :
ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬
٩٧– ً‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع ِإلَ ْي ِه َسبِيال‬ ِ َّ‫ َوهّلِل ِ َعلَى الن‬-
Artinya :
“mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan diri ke jalan Allah. (QS. AL-Baqarah : 970)
5. Thaharah (Bersuci)
Thaharah secara bahasa adalah bersih dari kotoran, sedangkan menurut istilah adalah
menghilangkan hadats, najis atau perbuatan yang searti dengan keduanya. Seperti mandi,
wudhu dan tayamum. Allah berfirman :
٢٢٢- َ‫ِإ َّن هّللا َ يُ ِحبُّ التَّوَّابِينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمتَطَه ِِّرين‬
Artinya :
“sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan yang mensucikan diri”. (QS.
Al-Baqarah :222)

Ibadah ghairu mahdhoh adalah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat direkayasa oleh
manusia, artinya bentuknya dapat beragam dan mengikuti situasi dan kondisi, tetapi substansi
ibadahnya tetap terjaga. Misalnya, perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang
halal dan bersih, larangan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan
sebagainya.
Ibadah merupakan bentuk pengakuan ang hakiki dari hamba Allah bahwa dirinya adalah alam
yang akan binasa, dirinya tiada berarti, dirinya lemah, dirinya kotor dan tidak berdaya upaya.
Oleh karena itu, beribadah kepada Allah merupakan upaya agar Allah memberikan kekuatan-
Nya, melimpahkan rahmat, melimpahkan kasih sayangnya serta membersihkan jiwa yang
kotor.
ibadahnya tetap terjaga. Misalnya, perintah melaksanakan perdagangan dengan cara yang
halal dan bersih, larangan perdagangan yang gharar, mengandung unsur penipuan dan
sebagainya.
Ibadah merupakan bentuk pengakuan ang hakiki dari hamba Allah bahwa dirinya adalah alam
yang akan binasa, dirinya tiada berarti, dirinya lemah, dirinya kotor dan tidak berdaya upaya.
Oleh karena itu, beribadah kepada Allah merupakan upaya agar Allah memberikan kekuatan-
Nya, melimpahkan rahmat, melimpahkan kasih sayangnya serta membersihkan jiwa yang
kotor.

9
3. Macam-Macam Fiqih Ibadah

Beberapa macam-macam ibadah dilihat dari berbagai tinjauan, antara lain :


1. Dilihat dari segi umum dan khusus, ibadah dibagi menjadi dua :
a. Ibadah umum adalah ibadah yang mencakup semua aspek ialah kehidupan.
b. Ibadah khusus adalah ibadah yang macam dan cara melaksanakannya ditentukan dalam
syara’. Ibadah khusus inilah yang bersifat khusus dan mutlak. Contohnya, bersuci untuk
mengerjakan shalat dilakukan menggunakan air.[13]
2. Dilihat dari tatacara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi lima :
a. Ibadah badaniyah (dzatiyah), seperti : shalat.
b. Ibadah maliyah, seperti : zakat.
c. Ibadah ijtima’iyyah, seperti : haji, shalat berjamaah, shalat idul fitri, idul adha dan
shalat jum’ah.
d. Ibadah ijabiyah, seperti : tawaf.
e. Ibadh salbiyah, seperti : meninggalkan segala sesuatu ang diharamkan ketika sedang
berikhram.

3. Dilihat dari niat melaksanakannya, ibadah dapat dibagi menjadi dua :


a. Ibadah hakiki, yakni ibadah yang dilakukan sepenuh-penuhnya untuk ibadah semata.
Misalnya, berdo’a kepada Allah Swt. ibadah hakiki bersifat ghair ma’qulatil-ma’na, artinya
maknanya tidak fahami secara ma’qul, tidak jelas maksud dan hikmahnya. Semua perbuatan
dimaksudkan hanya semata-mata ta’abudi, sebagai bentuk memperbudak diri hanya kepada
Allah.
b. Ibadah sifati artinya yang mem perbuatannya memiliki nilai-nilai ibadah. Ibadah seperti
ini jelas sifat-sifatnya atau ma’qulatul ma’na. Semua urusan ibadah sosial atau bernilai
duniawi yang mengandung unsur ukrawi, dalam pelaksanaannya, memiliki hukum asal
mubah dan tidak mutlak harus dilaksanakan.

10
Dengan dua macam ibadah tersebut, ibadah itu berhubungan secara langsung dengan Allah,
artinya, tidak ada satupun ibadah yang keluar dari komunikasi hamba dengan Allah.
Adapun tekniknya ada dua macam yaitu :
1. Ibadah yang pelaksanaannya langsung dengan Allah, seperti shalat, puasa, haji, dan
berdo’a.
2. Ibadah yang dilaksanakan secara tidak langsung, melainkan hubungan manusia dengan
manusia lainnya, seperti zakat, menuntut ilmu, infaq, sedekah dan lain sebagainya.
Adapun syarat-syarat diterimanya ibadah adalah sebagai berikut :
a. Ikhlas, yakni dilaksanakan dengan mengharapkan keridhaan Allah Swt., hanya pamrih
atas nama Allah dan karena perintahnya.
b. Ibadah dilaksanakan sesuai syari’at islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ibadah berasal dari kata arab ‘ibadah jamaknya lafadz ‘ibadat yang berarti pengabdian,
penghambaan, ketundukan dan kepatuhan.
Dari sisi keagamaan, ibadah adalah ketundukan atau penghambaan diri kepada Allah, Tuhan
yang maha Esa. Ibadah meliputi semua bentuk perbuatan manusia di dunia, yang dilakukan
dengan niat mengabdi dan menghamba hanya kepada Allah Swt.
Secara umum, bentuk ibadah kepada Allah dibagi menjadi dua yaitu :
c. Ibadah mahdhah
d. Ibadah ghoiru mahdhah
Jika dilihat secara menyeluruh, ibadah dibagi menjadi dua yaitu :
· Ibadah khusus
· Ibadah umum

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami buat, kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami sebagai penulis memohon maaf jika
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan maupun percetakan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi untuk
menyempurnakan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan kita bisa
mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Amiin.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Yunasril, Buku Induk Rahasia dan Makna Ibadah. Jakarta : Zaman. 2012.

Azhar Basyir, Ahmad. Falsafah Ibadah dalam Islam. Yogyakarta : UII Press, 2003.

Bayrak, Tosun, dkk. Energi Ibadah. Jakarta : Serambi Ilmu Semesta. 2007.

Mustahik, Team 2005, Fiqih Praktis Al-Badi’ah. Jombang : Pustaka Al-Muhibbin,

2010.

Ridwan, Hasan, Fiqih Ibadah. Bandung : Pustaka Setia. 2009.

Rasjid, Sulaiman. Fiqih Islam. Bandung : Sinar Baru Algensindo. 2014.

13

Anda mungkin juga menyukai