Disusun oleh :
Nama : Rifa Fathiyannisa
NIM : 2200467
Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik
pengertian umum ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang
disukai dan diridhai oleh Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan,
baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah
SWT dan mengharapkan pahala-Nya.
Manusia adalah hamba Allah “Ibaadullaah” jiwa raga hanya milik Allah, hidup
matinya di tangan Allah, rizki, miskin, kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan
hanya untuk ibadah atau menghamba kepada-Nya:
B. Hakikat ibadah
Hakikat ibadah menurut Imam Ibnu Taimiyah adalah segala sesuatu yang dicintai
dan diridhai Allah baik berupa perbuatan maupun ucapan yang tampak maupun
yang tersembunyi.
Dari definisi tersebut kita memahami bahwa cakupan ibadah sangat luas. Ibadah
mencakup semua sektor kehidupan manusia. Dari sini kita harus memahami bahwa
setiap aktivitas kita di dunia ini tidak boleh terlepas dari pemahaman kita akan
balasan Allah kelak. Sebab sekecil apapun aktivitas itu akan berimplikasi terhadap
kehidupan akhirat.
)8( ُ) َو َم ْن يَّ ْع َم ْل ِم ْث َق َال ذَ َّر ٍة َشًّرا يَره7( ُفَ َم ْن يَّ ْع َم ْل ِم ْث َق َال ذَ َّر ٍة َخْيًرا يََّره
D. Jenis-jenis Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan
bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya :
1. Ibadah Mahdhah Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa
saja yang telah ditetapkan Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah : Wudhu,Tayammum, hadats, Shalat,
Shiyam ( Puasa ), Haji, dan Umrah. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran
maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh
akal atau logika 2 Ibadah & Akhlak keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah
ini selama tidak ada perintah.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus
rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh: Dan Kami tidak mengutus seorang
Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 64) Dan apa saja yang
dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka
tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah tasyri’. Shalat, adzan,
tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan
oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan
syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang
ketat. d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini
adalah kepatuhan atau ketaatan.
2. Ibadah Ghairu Mahdah Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala
amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar,
dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah
ini, ada 4, antara lain:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama
Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh
diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan
ibadah ini.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam
ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya,
segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah
hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,
manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika
menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh
dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah = ”BB + KA” (Berbuat Baik + Karena Allah)
E. Cara Beribadah
Dari segi turunnya ayat-ayat Alquran, istilah abdun yang merupakan akar kata
ibadah, pertama kali ditemukan dalam QS. al-Alaq, selanjutnya dalam QS.
alfatihah. Pengungkapan ibadah dalam QS. al-Alaq, belum begitu jelas tentang cara
beribadah, sementara dalam QS. al-Fatihah dikemukakan secara jelas obyek yang
disembah yakni Allah. 21 Penyebutan obyek, yakni Allah swt sebagai satu-satunya
Tuhan yang harus disembah melahirkan berbagai interpretasi dalam berbagai ayat
di dalam Alquran tentang bagai-mana cara beribadah kepadaNya.
Di dalam Alquran, kata ibadah disebut sebanyak 277 kali. 154 dalam bentuk ism
dan 13 kali dalam bentuk fi’il, 5 kali fi’il mādhi, 81 fi’il mudhāri’ dan 37 kali fi’il
amr. 22 Dari sejumlah ayat-ayat Alquran ini, ditemukan di antaranya yang
berbicara tentang cara beribadah.
Ibadah dalam berbagai bentuknya telah dicontohkan oleh Nabi saw, walaupun
dalam kenyataannya umat Islam dalam melaksanakan ibadah tersebut tampak
sangat bervariasi. Misalnya saja, “ibadah shalat”. Tampak sekali bahwa kaum
muslim dalam melaksanakan shalat tersebut, memiliki perbedaan antara satu
dengan lainnya, dan atau antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Mulai
cara takbīratul ihrām, cara membaca surah al-fātihah (bismillah jahar - non jahar)
dan seterusnya. Perbedaan- perbedaan cara beribadah seperti yang telah
dikemukakan, tidaklah berarti bahwa yang satu adalah benar dan selainnya adalah
salah. Adanya perbedaan cara beribadah dalam prihal shalat yang dicontohkan,
wajar terjadi karena masing-masing orang memiliki dalil tersendiri yang dapat
dipertanggung jawabkannya, dan praktis bahwa dengan cara beribadah yang
beraragam ini dapat saja diterima di sisi-Nya asalkan saja sesuai dengan ketentuan
syara’ sebagaimana yang termaktub dalam kitab-kitab fikih.
F. Keutamaan Ibadah
Ibadah di dalam syari’at Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai dan diridhai-
Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus para Rasul dan
menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melaksanakannya dipuji dan yang
enggan melaksanakannya dicela.
ِ َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي َأ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم ۚ ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د
ََاخ ِرين
G. Hikmah Ibadah
Nama lain dari ibadah adalah qurbah, artinya adalah sesuatu yang akan
mendekatkan diri kepada Allah. Aktifitas ibadahnya disebut dengan taqarrub.
Dengan ibadah, manusia akan menjadi dekat dengan Allah. Semakin kuat ibadah
seseorang, maka kian dekat ia dengan Allah. Banyak sekali keistimewaan yang
akan didapatkan oleh orang yang dekat dengan Allah ta’ala. Kedekatan akan
mendatangkan cinta.
Ibadah akan membuat jiwa menjadi kaya. Karena dengan beribadah manusia hanya
akan butuh kepada Allah yang Mahakaya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyatakan,
Dengan beribadah, seorang hamba akan menjadi orang yang bertakwa. Dan takwa,
adalah pendorong utama menuju perilaku yang baik, serta benteng yang kokoh
untuk melindungi manusia dari pengaruh-pengaruh buruk yang akan membawanya
pada perbuatan tidak terpuji. Allah berfirman,
Al Qur`an Kariim
Rifqi, Dwifian, Shafira. 2019. Pengertian , Hakikat, Tujuan, dan Hikmah Beribadah.
Malang.
https://www.academia.edu/38764693/Pengertian_Ibadah
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Pengertian Ibadah dalam Islam.
https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html
https://idr.uin-antasari.ac.id/5181/1/Ibadah%20dan%20Akhlak.pdf