Anda di halaman 1dari 21

JENIS-JENIS IBADAH

Kelompok 4 :
• Hana Fauziyah
• Ginna Sania Amelia
• Lintang Puspa Anggraeni
• Tia Gustiana
• Ayuni Saefiah
Pengertian ibadah
Pengertian ibadah secara etimologi berasal dari kata bahasa Arab yaitu
“abida-ya’budu-‘abdan-‘ibaadatan” yang berarti taat, tunduk, patuh dan
merendahkan diri. Kesemua pengertian itu mempunyai makna yang
berdekatan. Seseorang yang tunduk, patuh dan merendahkan diri
dihadapan yang disembah disebut “abid” (yang beribadah), sedangkan arti
lainnya mengartikan ibadah yaitu merendahkan diri kepada Allah Azza wa
Jalla, yaitu tingkatan tunduk tertinggi yang disertai rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi.
Kemudian pengertian ibadah secara terminologi atau secara istilah adalah sebagai berikut
:

1. Menurut ulama tauhid dan hadist ibadah yaitu:

Ulama tauhid mentakrifkan tauhid dengan definisi: “Mengesakan Allah sebagai Tuhan yang
disembah, mengitikadkan juga keesaan Allah kepada dzat Allah, pada sifat Allah dan
pada pekerjaan Allah. Allah sendiri melalui Al Quran Adz Dzariyat ayat 56.
2. Para ahli di bidang akhlak mendefinisikan ibadah sebagai berikut:

“Mengerjakan segala bentuk ketaatan badaniyah dan melaksanakan segala bentuk


syari’at (hukum).”

“Akhlak” dan segala tugas hidup2 (kewajiban-kewajiban) yang diwajibkan atas pribadi,
baik yang berhubungan dengan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat, termasuk
kedalam pengertian ibadah, seperti Nabi SAW bersabda yang artinya:
“Memandang ibu bapak karena cinta kita kepadanya adalah ibadah” (HR Al-Suyuthi).

Nabi SAW juga bersabda: “Ibadah itu sepuluh bagian, Sembilan bagian dari padanya
terletak dalam mencari harta yang halal.” (HR Al-Suyuthi).

3. Menurut ahli fikih ibadah adalah:

“Segala bentuk ketaatan yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah SWT dan
mengharapkan pahala-Nya di akhirat.”

Dari semua pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas dapat ditarik pengertian
umum dari ibadah itu sebagaimana rumusan berikut:

“Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh
Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.”
Syarat diterimanya ibadah

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu tidak
bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:

a. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
b. Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa ilaaha


illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allah dan
jauh dari syirik kepada-Nya. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi
dari syahadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat
kepada Rasul, mengikuti syari’atnya dan meninggal-kan bid’ah atau
ibadah-ibadah yang diada-adakan.
Bentuk – Bentuk Ibadah dan Syariah
Bentuk ibadah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, masing-masing bagian
mempunyai kriteria syariah sendiri.

1. Ibadah Person

Suatu aktifitas yang pelaksanaanya tidak perlu melihatkan orang lain, melainkan
semata-mata tergantung pada kesediaan yang bersangkutan sebagai makhluk yang
bebas, dan termasuk juga dalam ibadah ini adalah amaliah keagamaan yang bersifat
ritus seperti shalat, puasa dan sebagainya.

2. Ibadah Antarperson

Suatu amaliyah yang pelaksanaannya tergantung pada prakarsa pihak yang


bersangkutan selaku hamba Allah serta otonomi, tetapi berkaitan dengan prakarsa pihak
lain sebagai hamba Allah yang otonomi juga.
3. Ibadah Sosial

Kegiatan interaktif antara seseorang individu dengan pihak lain yang dibarengi
dengan kesadaran diri sebagai hamba Allah SWT. Syariah dalam ibadah model social
harus bergantung pada kemashalatan objektif dan rasional yang sekurang-kurangnya
memiliki dua syarat:

a. Persyaratan material, artinya kemashalatan yang dimaksud harus memiliki dugaan


yang kuat untuk tidak terjadinya kerusakan (muddharat)

b. Persyaratan formal, artinya pertimbangan kemashalatan melahirkan suatu aturan


yang mengikat bersifat objektif.
Hakikat ibadah
Tujuan diciptakannya manusia di muka bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.
Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah
adalah sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah
SWT berupa perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata).
Adapun hakikat ibadah yaitu:

1. Ibadah adalah tujuan hidup kita. Seperti yang terdapat dalam surat Adz-dzariat ayat
56, yang menunjukan tugas kita sebagai manusia adalah untuk beribadah kepada
Allah.

2. Hakikat ibadah itu adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan
penuh ketundukan dan perendahan diri kepada Allah.
3. Ibadah akan terwujud dengan cara melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya.

4. Hakikat ibadah sebagai cinta.

5. Jihad di jalan Allah (berusaha sekuat tenaga untuk meraih segala sesuatu yang
dicintai Allah).

6. Takut, maksudnya tidak merasakan sedikitpun ketakutan kepada segala bentuk dan
jenis makhluk melebihi ketakutannya kepada Allah SWT.

Dengan demikian orang yang benar-benar mengerti kehidupan adalah yang mengisi
waktunya dengan berbagai macam bentuk ketaatan, baik dengan melaksanakan
perintah maupun menjauhi larangan. Sebab dengan cara itulah tujuan hidupnya akan
terwujud.
Fungsi Ibadah
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam Islam.

1. Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

2. Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

3. Melatih diri untuk berdisiplin


Jenis-Jenis Ibadah
Adapun pembagian Ibadah yang berhubungan dengan ibadah, maka para ulama-
ulama Islam membagi kelompok ibadah menjadi 2 bagian penting, yaitu sebagai berikut :

1. Ibadah khusus, yaitu berupa semua amalan yang tercantum dalam bab al-Ibadaat
yang utamanya ialah sembahyang, puasa, zakat dan haji

2. Ibadah Umum, yaitu segala amalan dan segala perbuatan manusia serta gerak-gerik
dalam kegiatan hidup mereka yang memenuhi syarat-syarat berikut:

Amalan yang dikerjakan itu di akui oleh syarak dan sesuai dengan Islam.

Amalan tersebut tidak berbeda dengan syariat, tidak zalim, khianat dan lain
sebagainya.
Amalan dikerjakan dengan niat yang ikhlas semata-mata keranaAllah swt, tidak riak, ujub
dan um’ah.

Amalan itu dikerjakan dengan bersunggguh-sungguh.

Tidak lalai dalam melakukan amalan tersebut atau mengabaikan berbagai kewajiban
ibadah khusus seperti sembahyang dan in sebagainya.
• Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an
antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun as-
Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika
keberadaannya

Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh
Allah adalah untuk memberi contoh: ‫" وماارسلنا من رسول اال ليطاع باذن هللا‬Dan Kami tidak mengutus
seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…"(QS. An-Nisa: 64).

Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi
memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’.
Ibadah (mahdhah) ditujukan untuk menjaga keharmonisan hubungan dengan
Allah, agar kita memiliki keimanan yang benar, lurus dan kuat, jauh syirik , khurafat,
tahayul dan perdukunan serta agar kehidupan kita terjaga dari berbagai hal yang
merusak, menyesatkan, mencelakakan, dan mendapatkan ketenangan batin/hati.

• Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah) yaitu ibadah
yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah juga merupakan hubungan
atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya . Prinsip-prinsip dalam ibadah ini,
ada 4:
Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan
Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.

Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah
bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang
tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam
ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.

Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat,
buruk, merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.
Macam-Macam Ibadah
Ibadah dari segi umum dan khusus, terbagi menjadi dua macam:

1. Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang aturannya ditetapkan dalam nash (dalil/dasar
hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji;

2. Ibadah Ammah adalah semua perilaku yang baik yang dilakukan semata-mata karena
Allah SWT (contohnya : bekerja, makan, minum, dan tidur), sebab semua itu untuk
menjaga kehidupan serta kesehatan badani dalam pengambian kita kepada Sang
Pencipta.
Ibadah dari segi kepentingan perseorangan atau masyarakat, maka dapat terbagi
menjadi dua macam:

1. ibadah wajib (fardhu) yaitu sholat dan puasa;

2. ibadah ijtima’i, yaitu zakat dan haji.

Ibadah dari segi tata pelaksanaannya, maka dapat dibagi menjadi tiga bagian:

1. ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)

2. ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat)

3. ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (berangkat haji)


 Ibadah dari segi segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:

1. ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti
sholat, zakat, puasa, dan haji;

2. ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berdzikir;

3. ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela
diri, menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;

4. ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di
masjid)

5. ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau


membebaskan utang orang lain.
Kesimpulan
• Ibadah adalah semua yang mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridhai oleh
Allah SWT, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun
tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah SWT dan mengharapkan pahala-Nya.

• Fungsi ibadah adalah mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya, mendidik
mental, dan menjadikan diri disiplin.

• Jenis-jenis ibadah dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu: ibadah khusus dan ibadah
umum.

• Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para
rasulNya.
• Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi.

• Macam-macam ibadah seperti shalat kita yang 5 waktu sehari semalam, puasa kita
dibulan suci ramadlan, atau zakat, infaq, shadaqoh yang kita keluarkan, bahkan ibadah
haji yang seumur hidup satu kali itu, didalam islam, kedudukan ibadah ibadah makhdloh
tersebut tidak lebih hanyalah sebagai Alat (media) yang hendaknya mampu
mengantarkan kita kepada tujuan yang sebenarnya, singkatnya, ibadah itu bukan
tujuan, ibadah itu bukan akhir segalanya.
• Tujuan ibadah :

1. Takhliyyah / tazkiyatul qolbi yakni kebersihan hati, maksudnya adalah, Ibadah yang kita
lakukan, shalat, puasa, Haji, dan lain sebagainya.

2. Tahliyyah. tujuan dari pelaksanaan ibadah kita adalah, hiasan Akhlaq dan budi pekerti.

• Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai Allah
Subhannahu wa Ta'ala , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun yang
batin. Ini adalah definisi ibadah yang paling lengkap.

Anda mungkin juga menyukai