Anda di halaman 1dari 13

HAKIKAT IBADAH

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh Kelompok :

Maharani Desthia Putri (1901030)

Fadhila Yasin (1901009)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH MANADO

T.A 2019-2020
(Jl. Raya Pandu, Pangiang, Kec. Bunaken – Manado)

1
A. PENGERTIAN IBADAH

Berikut ini adalah pengertian ibadah :

Ibadah secara garis besar ada dua arti :

a) Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung
mengatur hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan
upacara (ritual) telah ditentukan secara terperinci dalam Al Qur’an dan As Sunnah yang
biasanya berkisar pada masalah Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.

b) Ibadah dalam arti luas yaitu segala gerak gerik, tingkah laku serta perbuatan yang
mempunyai 3 tanda :

a. Niat yang ikhlas sebagai titik tolaknya

b. Keridhoan Allah sebagai titik tujuannya

c. Amal sholeh sebagai garis amanah

c) Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditunjukkan kepada Allah, mengambil petunjuk
hanya darinya saj tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan kemudian mengadakan
hubungan yang terus menerus dengan Allah tentang semua itu.

d) Sesungguhnya sholat, puasa, zakat, haji dan seluruh amal ibadah lainnya pada dasarnya
hanyalah merupakan pintu pintu ibadah atau stasiun tempat orang berhenti untuk
menambah bensin jika di ibaratkan. Namun jalan itu, sendiri seluruhnya merupakan
ibadah, termasuk sema ritus ritus dan gerak gerik serta semua pikiran, perasaan, semua
adalah ibadah tujuannya Allah.

e) Jadi kesimpulannya, ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada
saat saat singkay yang di isi dengan cara cara tertentu. Suatu ibadah mempunyai nilai
yaitu jalan hidup dan seluruh aspek kehidupa dan merupakan tingkah laku, tindak tanduk,
pikiran dan perasaan semata mata untuk Allah, yang di bangun dengan suatu sistem yang
jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang pantas dan tidak pantas.

2
f) Sebagaimana dalam firmannya : “Katakanlah, Sesungguhnya sholatku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam.” QS. Al An’am : 162

g) Pekerjaan yang kita anggap sebagai kesibukan duniawi, sesungguhnya merupakan ibadah
kepada Allah asalkan dalam mengerjakannya kita menjaga diri pada batas batas yang
telah di tentukan Allah  dan RasulNya. Bila setelah menjalankan semua ibadah ini
seumur hidup kita menjadi pencerminan ibadah kepada Allah maka tidak ragu lagi shalat
kita adalah shalat yang benar, puasa kita adalah puasa yang benar, haji kita adalah haji
yang benar.

Berikut ini adalah hakikat ibadah :

Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah SWT : “Dan tidak Aku
ciptakan jin an manusia melainkan agr mereka menyembah Ku”

a) (QS. Az Zariyat: 56)

a. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah SWT : “Dan ingatlah ketika

b) Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak anak Adalm dari selbi mereka, dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman,) “ Bukankah Aku ini
Tuhamu ?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya
kami (Bani Adam) adalah orang orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya).
QS. Al A’raf : 72

a. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana


firman Allah SWT : “Dan di antara manusia ada orang orang yang menyembah
tandingan tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mencintai
Allah. Adapun orang orang yang beriman sangat cinta kepada Allah dan jika
seandainya orang orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan
bahwa Allah amat berat siksaanNya (niscaya mereka akan menyesal).” QS. Al
Baqarah: 165

3
c) Artinya : jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan
menjadi dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dengan taubat nasuha
sebagaimana hadist dari Ibnu Mas’ud. “Aku bertanya, Wahai Rasullulah, dosa apakah
yang paling besar ?“ Rasulullah SAW menjawab, “Bila kamu menjadikan tandingan bagi
Allah padahal Dialah yang menciptakan kamu”. HR. Bukhari dan Muslim.

B. IBADAH MAHDHAH

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan
sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya. Salah satunya adalah ibadah mahdhah. Ibadah
mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbuatan telah didesign oleh Alloh SWT
kemudian diperintahkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya. Seperti sholat fardu 5 kali,
ibadah puasa ramadhan dan haji. Semuanya adalah bentuk paket dari Allah turun kepada
Rasulullah kemudian  wajib ditirukan oleh umatnya tanpa boleh menambah atau memperbaharui
sedikitpun.Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan
Allah akan tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:

a. Ibadah mahdhah keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik


dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram kita melakukan ibadah ini
selama tidak ada perintah.

b. Tatacara ibadah mahdhah harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu
tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

b) 64 ‫آء‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫اذن هللا … النس‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫اع ب‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫ول اال ليط‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫لنا من رس‬EEEEEEEEEEEEEEEEEEEE‫وماارس‬


Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS.
4: 64).

c)
7 ‫ر‬EEEEEEEEEE‫انتهوا…الحش‬EEEEEEEEEE‫ه ف‬EEEEEEEEEE‫اكم عن‬EEEEEEEEEEE‫ا نه‬EEEEEEEEEE‫ذوه وم‬EEEEEEEEEE‫ول فخ‬EEEEEEEEEE‫اكم الرس‬EEEEEEEEEE‫ا آت‬EEEEEEEEEE‫وم‬
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang,
maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).

4
d) Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah maka tatacaranya harus sama seperti yang Nabi
lakukan, Nabi bersabda:

e) ‫ككم‬EEEEEEEEEE‫نى مناس‬EEEEEEEEEE‫ذوا ع‬EEEEEEEEEE‫ خ‬.   ‫اري‬EEEEEEEEEE‫رواه البخ‬. ‫لى‬EEEEEEEEEE‫ونى اص‬EEEEEEEEEE‫ا رايتم‬EEEEEEEEEE‫لوا كم‬EEEEEEEEEE‫ص‬  .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu

f) Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek
Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang
populer disebut bid’ah: 

a. Ibadah mahdhah bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) ,artinya ibadah
bentuk ini bukan ukuran logika karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah
wahyu. Akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah
tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya,
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak melainkan ditentukan
apakah sesuai dengan ketentuan syari’at atau tidak. Atas dasar ini, maka
ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.

b. Azas ibadah mahdhah adalah “taat”. Yang dituntut dari hamba dalam
melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini
bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan
dan kebahagiaan hamba bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus
Rasul adalah untuk dipatuhi.

1) Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :


1. Wudhu
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
5
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

Sebagai muslim memulai wudu dengan melafalkan niat adalah bid’ah karena telah
menambah perkara ibadah dengan perbuatan yang tidak ada dalilnya dalam Al-Quran maupun
sunnah Nabi.

Nabi tidak pernah satu kalipun mengajarkan untuk melafalkan niat sewaktu wudu. Beliau
bersabda : “Barang siapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak kami perintahkan maka ia
ditolak”. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa melafalkan niat adalah bid’ah.
(Wahid, Bali. 2006. 474 IBADAH SALAH KAPRAH. Jakarta. Amzah)

C.IBADAH GHAIRU MAHDHAH

Ibadah Ghairu Mahdhah adalah seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan


untuk meraih ridha Allah (ibadah). Dalam hadis Jarir ibn `Abdullah disebutkan bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fîl
Islâm sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang
melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis
jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung
dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun
dosa mereka.” (Lihat antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadis senada diriwayatkan oleh 5
imam antara lain, Nasa’i, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi).

Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah Ghairu Mahdhah atau umum ialah segala amalan yang
diizinkan  Allah.

Prinsip-prinsip dalam ibadah

6
Prinsip-prinsip ibadah ini ada 4:

1)      Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-
Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan
oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini.

2)      Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah s.a.w., Karenanya dalam
ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal
yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, maka  bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam
ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.

3)      Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau
madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk,
merugikan, dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

4)      Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.

Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke dalam
ranah ibadah ghairu Mahdhah.

b.      Ibadah yang tergolong dalam Ghairu Mahdhah

1)      Sedekah

Keutamaan sedekah :

Dari ka’ab bin ‘Ujrah berkata, nabi bersabda : “Shadaqah memadamkan kesalahan sebagaimana
sebogkah es mencair diatas batu karang “ (HR, Ibnu Hibban).

Kandungan hadis : Bahwa shodaqoh itu akan menyucikan jiwa dan membersihkannya dari setiap
dosa / kesalahan.

2)      Tolong Menolong

Keutamaan tolong menolong :

Pertolonganmu terhadap orang lemah adalah sodaqoh yang paling afdol. (HR. Ibnu Abi Ad-
Dunia dan Asysyihaab)
7
Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim). (HR.
Ahmad)

Seorang menjadi kuat karena banyak kawannya. (HR. Ibnu Abi Ad-Dunia dan Asysyihaab

Kandungan hadis : tolong menolong termasuk sedekah, dan Allah selalu menolong manusia yang
mau menolong sesamanya

3)      Dakwah

Keutamaan dakwah kepada Allah ;

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah bersabda: “barangsiapa yang berdakwah kepada


petunjuk maka akan mendapat pahala orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala
mereka sedikitpun”.(HR Muslim : 6804).

Kandungan hadis ; bagi orang yang berdakwah sesuai degan petunjuk, artinya sesuai degan
ajaran islam secara benar, maka orang itu akan mendapatkan pahala dan tidak akan dikurangi
pahalanya sedikitpun.

4)      Belajar

Keutamaan mencari ilmu / belajar :

Rasulullah bersabda : “ barangsiapa yang kedatangan ajal sedang ia masih menuntut ilmu maka
ia akan bertemu degan Allah dimana tidak ada jarak antara para nabi kecuali satu derajat
kenabian (HR. Tabarani).

Kandungan hadis ; Mencari ilmu adalah amal yang mulia dan terpuji khususnya ilmu agama
islam, sebab dengan menekuni ilmu agama berarti telah merintis jalan untuk mencari ridho
Allah, dengan ilmu ia dapat menghindari larangan-larangan Allah dan menjalankan perintah
Allah, karena itulah para malaikat selalu melindungi orang yang sedang menuntut ilmu dan kelak
dihari akhir mereka akan mendapat kemuliaan yang hanya terpaut satu derajat degan nabi.

5)      Dzikir

Keutamaan berdzikir ;

8
Dari Abu Hurairah dan Abu sa’id Al Kudri dari Nabi bersabda :” Tidaklah suatu kaum duduk
berdzikir kepada Allah kecuali mereka akan dinaungi malaikat, diliputi rahmat, diliputi sakinah,
dan Allah menyebut nama-nama mereka dihadapan makhluk-makhluk lain di sisinya”.

Kandungan hadis : jika dalam suatu kaum berdzikir maka dia akan selalu dibawah naungan
malaikat, dan selalu diliputi rahmat dari Allah dalam hidupnya, dan selalu didekati ketenangan
dalam hidupnya.

6)      Menyingkirkan gangguan dijalan

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda : “ ketika seseorang berjalan disuatu jalan, dan dia
mendapatkan ranting yang berduri kemudian ia mengambilnya maka Allah bertrimakasih
padanya dan mengampuninya”. (HR. Mutafaqun ‘alaihi: 652,4940).

Kandungan hadis : menyingkirkan ranting, bisa diartikan degan segala sesuatu yang dapat
mengganggu perjalanan manusia lainnya, hendaklah ketika kita  melewatinya mau
menyingkirkanya, maka kita akan mendapat pahala dan ampunan dari Allah SWT.

7)      Bekerja

Dalam Hadis Qudsi yang berbunyi : “Allah berfirman kepada malaikat ynag diserahi tugas
mengurus rezeki-rezeki anak Adam : “siapapun hambaKu yang kamu dapati dia menuju cita-cita
yang satu (bertaqwa menuju ridho Illahi). Maka jaminlah oleh kamu rezekinya dari langit dan
bumi dan siapapun hambaKu yang kamu dapati mencari rezekinya itu dengan adil, maka
murnikanlah dan mudahkanlah rezeki itu baginya , dan jika dia melanggar ketentuan yang
demikian degan cara lain biarkanlah ia berbuat sekehendak hatinya kemudian ia pasti tidak akan
dapat mencapai derajat diatas dari apa yang telah Aku tentukan baginya (diriwayatkan oleh Abu
Nua’im dari Abu hurairah).

Kandungan hadis : Allah menganjurkan manusia untuk bekerja degan cara yang baik dan adil
(halal), maka Allah akan memudahkan rezekinya melalui malaikat yang bertugas mengurusi
rezeki-rezeki manusia, dan apabila ia bekerja dengan cara tidak baik, maka Allah tidak akan
memberikan derajat yang baik kepadanya.

D.FUNGSI IBADAH

9
Ada tiga aspek fungsi ibadah dalam  Islam:

a.       Mewujudkan hubungan antara hamba dengan Tuhannya.

Mewujudkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya dapat dilakukan  melalui “muqorobah”
dan “khudlu”. Orang yang beriman dirinya akan  selalu merasa diawasi oleh Allah. Ia akan selalu
berupaya menyesuaikan  segala perilakunya dengan ketentuan Allah SWT. Dengan sikap itu 
seseorang muslim tidak akan melupakan kewajibannya untuk beribadah,  bertaubat, serta
menyandarkan segala kebutuhannya pada pertolongan  Allah SWT. Demikianlah ikrar seorang
muslim seperti tertera dalam Al- Qur’an surat Al-Fatihah ayat 5

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami  meminta
pertolongan.”Atas landasan itulah manusia akan terbebas dari penghambaanterhadap  manusia,
harta benda dan hawa nafsu.

b.      Mendidik mental dan menjadikan manusia ingat akan kewajibannya

Dengan sikap ini, setiap manusia tidak akan lupa bahwa dia adalah  anggota masyarakat yang
mempunyai hak dan Kewajiban untuk menerima dan  memberi nasihat. Oleh karena itu, banyak
ayat Al-Qur'an ketika  berbicara tentang fungsi ibadah menyebutkan juga dampaknya terhadap 
kehidupan pribadi dan masyarakat. Contohnya: Ketika Al Qur'an berbicara tentang sholat, ia
menjelaskan fungsinya:

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.
Sesungguhnya shalat itu mencegah dari  (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat  Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang  lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Dalam ayat ini Al-Qur'an menjelaskan bahwa fungsi sholat adalah  mencegah dari perbuatan keji
dan mungkar.Perbuatan keji dan mungkar  adalah suatu perbuatan merugikan diri sendiri dan
orang lain. Maka  dengan sholat diharapakan manusia dapat mencegah dirinya dari perbuatan 
yang merugikan tersebut. Ketika Al-Qur'an berbicara tentang zakat, Al-Qur'an juga menjelaskan 
fungsinya:

10
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu  membersihkan dan
mensucikan mereka dan Mendoalah untuk mereka.  Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. dan  Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”Dan masih
banyak ibadah-ibadah lain yang tujuannya tidak hanya baik bagi diri  pelakunya tetapi juga
membawa dapak sosial yang baik bagi  masyarakatnya. Karena itu Allah tidak akan menerima
semua bentuk  ibadah, kecuali ibadah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya dan orang  lain.
Dalam hal ini Nabi SAW bersabda :

“Barangsiapa yang sholatnya tidak mencegah dirinya dari perbuatan keji  dan munkar, maka dia
hanya akan bertambah jauh dari Allah” (HR.  Thabrani)

c.       Melatih diri untuk berdisiplin

Adalah suatu kenyataan bahwa segala bentuk ibadah menuntut kita untuk  berdisiplin. Kenyataan
itu dapat dilihat dengajn jelas dalam pelaksanaan  sholat, mulai dari wudhu, ketentuan waktunya,
berdiri, ruku, sujud dan  aturan-aturan lainnya, mengajarkan kita untuk berdisiplin. Apabila kita 
menganiaya sesama muslim, menyakiti manusia baik dengan perkataan maupun perbuatan, tidak
mau membantu kesulitan sesama manusia, menumpuk  harta dan tidak menyalurkannya kepada
yang berhak. Tidak mau melakukan “amar ma'ruf nahi munkar”, maka ibadahnya tidak
bermanfaat dan tidak bisa menyelamatkannya dari siksa Allah SWT.

E.HIKMAH IBADAH

a.       Tidak syirik. Seorang hamba yang sudah berketetapan hati untuk senantiasa beribadah
menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk syirik. Ia telah mengetahui
segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih bedar dari segala yang ada, sehingga tidak ada
wujud lain yang dapat mengungguli-Nya.

b.      Memiliki ketakwaan. Ketakwaan yang di landasi cinta timbul karena ibadah yang di
lakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk
beribadah kepada Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika
manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban ada kalanya muncul ketidak ikhlasan,
terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menajalankan kewajiban.

11
c.       Terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat
menjadi tameng dari pengaruh kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah
yang di lakukan berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun
manusia berada.

d.      Berjiwa sosial, artinya ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan
keadaan lingkungan sekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
dikerjakannya. Sebagaimana ketika melalukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar yang
biasa dirasakan oleh orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut lebih
memperhatikan orang lain.

e.       Tidak kikir, harta yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah
SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemslahatan umat. Tetapi karena kecintaan manusia
yang begitu besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda
dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam menafkahihartanya di jalan Allah
SWT. Ia menyadari bahwa miliknya adalah bukan haknya tetapi ia  hanya memanfaatkan untuk
keperluannya semata-mata sebagai bekal di akhirat yang di wujudkan dalan bentuk pengorbanan
harta untuk keperluan umat.

KESIMPULAN

Kesimpulan dari makalah ini adalah bagaimana kita sebagai makhluk yang lemah harus
mentaati peraturan beribadah kepada Sang Maha Kuasa. Berbagai macam aturan telah ditetapkan
dalam Al-Quran dan Hadist. Sebagai manusia kita tidak bisa mengetahui semua asal-usul
peraturan ibadah tersebut. Ada peraturan yang bisa dijangkau akal manusia dan ada pula yang
tidak bisa di jangkau akal manusia. Sebagai makhluk kecil di muka bumi sudah seharusnya

12
manusia taat kepada semua aturan beribadah karena ibadah adalah kewajiban bagi manusia.
Beribadah memberikan manfaat yang sangat besar bagi mausia meskipun terkadang tidak
langsung bisa di rasakan di muka bumi.

DAFTAR PUSTAKA

WAl manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999).

Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.

Wahid, Bali. 2006. 474 IBADAH SALAH KAPRAH. Jakarta. Amzah

13

Anda mungkin juga menyukai