BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Mempelajari ilmu fiqih merupakan salah satu cara kita untuk lebih mengenal
kepada pencipta kita, dan juga untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Di dalam ilmu
fikih juga membahas mengenai hubungan manusia dengan manusia (habluminannas) dan
juga hubungan antar manusia dengan Allah SWT. (habluminallah). Contohnya ibadah,
baik ibadah fardhu maupun ibadah sunnah.
Sejalan dengan pernyataan diatas, kami menyusun sebuah makalah dengan
masalah ibadah yang tujuannya yaitu agar kita lebih mengenal tentang ibadah.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami membuat rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian ibadah?
2. Ada berapa macam-macam ibadah?
3. Apa hakikat dan hikmah ibadah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ibadah
Profesor TM Hasbi Assidieqi, dalam kitab kuliah ibadah membagi arti ibadah ke
dalam dua katagori, yaitu secara bahasa dan arti secara istilah.
Ibadah atau ibadat dari segi bahasa berarti taat, tunduk, menurut, mengikuti dan
sebagainya. Ibadah juga digunakan dalam arti do’a. Penggunaan kata ibadah dalam arti
taat dan sebagainya, tersebut dalam al-qur’an, yaitu dalam (Q.S Yasin: 60):
óOs9r& ôygôãr& öNä3ös9Î) ûÓÍ_t6»t tPy#uä cr& w (#rßç7÷ès? z`»sÜø¤±9$# ( ¼çm¯RÎ) *
ö/ä3s9 Arßtã ×ûüÎ7B ÇÏÉÈ
Artinya: Bukankah Aku telah perintahkan kamu Wahai anak-anak Adam, supaya
kamu jangan menyembah Syaitan? Sesungguhnya ia musuh Yang nyata terhadap kamu”.
Artinya: Dan Tuhan kamu berfirman: "Berdoalah kamu kepadaKu nescaya Aku
perkenankan doa permohonan kamu. Sesungguhnya orang-orang Yang sombong takbur
daripada beribadat dan berdoa kepadaku, akan masuk neraka jahannam Dalam keadaan
hina.
1
Proyek Pembinaan IAIN Dipusat Pembinaan Perguruan Tinggi Islam, Ilmu Fiqih, (Jakarta: 1982). 2.
3
B. Macam-macam
Ibadah
Macam-macam ibadah ditentukan oleh dasar pembagiannya, Hasby As Shidieqy
membagi ibadah kedalam bebbagai aspek, yaitu:
2
Hasby As Shidieqy, Kuliah Ibadah Ibadah Ditinjau Dari Segi Hukum Dah Hikmah, (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), 134.
3
Isnatin Ulfah, Fiqih Ibadah, (Ponorogo: STAIN Press, 2008), 2-3.
4
4
Ibid., 4-5.
5
C. Hakikat dan
Hikmah Ibadah
Pada suatu hari, Al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat ibadah ialah mengikuti
(mutaba’ah) Nabi Muhammad SAW. Pada semua perintah dan larangannya. Sesuatu yang
bentuknya seperti ibadah, tetapi diperbuat tanpa perintah, tidaklah dapat disebut sebagai
ibadah. Shalat dan puasa sekalipun hanya menjadi ibadah bila dilaksanakan sesuai dengan
petunjuk syara’. Melakukan shalat pada waktu-waktu terlarang ,atau berpuasa pada hari
raya misalya, sama sekali tidak menjadi ibadah, bahkan merupakan pelanggaran dan
membawa dosa. Jadi jelaslah bahwa ibadah yang hakiki itu adalah menjunjung perintah,
bukan semata-mata melakukan shalat atau puasa, sebab shalat dan puasa itu hanya akan
menjadi ibadah bila sesuai dengan yang diperintahkan.
Allah menciptakan manusia supaya mereka beribadah kepada-Nya, akan tetapi
ibadah yang dilakuakan manusia tidak membawa manfaat apapun, bagi-Nya kepatuhan
manusia tidak akan menambah besar kemuliaan-Nya dan kedurhakan merekapun tidak
akan mengurang kerajaan-Nya. Allah tidaklah memerintah manusia kecuali dengan hal
hal yang membawa kebajikan bagi manusia sendiri. Mereka yang patuh akan diberi
ganjaran yang baik di surga dan berbagai nikmat yang tiada tara.
Jadi, tujuan hakiki dari ibadah adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT. Saja
dan menunggalkan-Nya. Sebagai tumpuan harapan dalam segala hal dan ibadah berfungsi
menghidupkan kesadaran tauhid serta memantapkan-Nya di dalam hati, menghapus
kepercayaan dan ketergantungan kepada berbagai kuasa gaib yang selalu di sembah dan
diseru oleh orang musyrik untuk meminta pertolongan. Melalui ibadah perasaan takut,
dan harap kepada Allah akan meresap kedalam hati. Inilah ruh ibadah yang sebenarnya,
dan bukan bentuk perilaku lahir, perbuatan atau ucapan-ucapan.5
5
Lahmudin Nasution, Fiqih 1, (Jakarta: Logos, 2000), 5.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Apabila kita perhatikan dari berbagai definisi diatas, maka ada dua unsur ibadah yang
sangat fundamental. Pertama, mengikat diri dari syari’at Allah yang diserukan oleh
para Rasul-Nya, meliputi perintah larangan, penghalalan dan pengharaman dbagi
perwujudtan ketundukan dan ketaatan kepada Allah SWT. Kedua, ketaatan serta
ketundukan tersebut harus tumbuh dari kecintaan hati kepada Allah.
2. Macam-macam ibadah
a) Pembagian ibadah didasarkan pada pembagian umum dan khususnya, yaitu ibadah
khasah dan ibadak ‘ammah.
b) Pembagian ibadah didasarkan dari segi hal-hal yang berhubungan dengan
pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga: Ibadah jasmaniyah ruhiyah, seperti
shalat dan puasa, Ibadah ruhiyah maliyah, seperti zakat dan Ibadah jasmaniyah,
ruhiyah dan maliyah, seperti haji.
c) Pembagian ibadah didasarkan dari segi kepentngan perseorangan atau masyarakat,
ibadah dibagi menjadi dua, yaitu: Ibadah fardhi, seperti shalat dan puasa dan
Ibadah ijtima’, seperti zakat dan haji.
d) Pembagian ibadah didasarkan dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi
lima, yaitu ibadah berupa perkataan, berupa pekerjaan tertentu, berupa pekerjaan
tidak tertentu, berupa menahan diri dan berupa menggugurkan hak.
7
DAFTAR PUSTAKA
As Shidieqy, Hasby. Kuliah Ibadah Ibadah Ditinjau Dari Segi Hukum Dah Hikmah. Jakarta:
Bulan Bintang, 1994.
Nasution, Lahmudin. Fiqih 1. Jakarta: Logos, 2000.
Proyek Pembinaan IAIN Dipusat Pembinaan Perguruan Tinggi Islam. Ilmu Fiqih. Jakarta:
1982.
Ulfah, Isnatin. Fiqih Ibadah. Ponorogo: STAIN Press, 2008.