pasebe
NIM. : 21407012
PRODI: SENDRATASIK
Sejarah ejaan bahasa indonesia,dan contoh bahasa baku dan tidak baku!
Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Nah, sebelum EBI berlaku, kita
memiliki beberapa jenis ejaan lho. Apa saja?
Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan pertama yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Ejaan ini
ditetapkan tahun 1901. Perancang ejaan Van Ophuysen adalah orang Belanda yakni Charles Van
Ophusyen dengan dibantu Tengku Nawawi yang bergelar Soetan Ma’moer dan M. Taib Soetan
Ibrahim. Ejaan ini menggunakan huruf latin dan bunyinya hampir sama dengan tuturan Belanda.
Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh
orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda,
antara lain:
huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata jang, pajah, sajang.
huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-kata goeroe, itoe, oemoer (kecuali
diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’).
tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah, seperti pada
kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.
Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut
dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.
Edjaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan pertama yang dimiliki bahasa
Indonesia saat itu. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk mengganti ejaan Van Ophuysen
yang disusun oleh orang Belanda dan merupakan ejaan resmi pertama yang disusun oleh orang
Indonesia.
Ejaan republik juga disebut dengan ejaan Soewandi. Mr. Soewandi merupakan seorang menteri
yang menjabat sebgai menteri Pendidikan dan kebudayaan. Perbedaan ejaan Soewandi dengan
ejaan Van Ophuysen ialah:
Contohnya dalam ejaan Van Ophuysen penulisannya ‘satoe’, dalam ejaan Republik menjadi
‘satu’.
d. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan
imbuhan ‘di-‘ pada dibeli, dimakan.
3. Ejaan Melindo
Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet
Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). karena perkembangan politik selama tahun-
tahun berikutnya maka diurungkan peresmian ejaan tersebut.
Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967
mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari
usaha yang telah dirintis oleh Ejaan Melindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari
panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu
konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 062/67, tanggal 19 September 1967.
Ejaan Baru di Malaysia disebut Ejaan Rumi Bersama (ERB) sementara Indonesia menggunakan
Ejaan yang Disempurnakan (EyD). EyD mengalami dua kali revisi, yakni pada tahun 1987 dan
2009.
Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.
Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya
pada kata furqan, dan xenon.
Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-” pada dibeli atau
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan
sebagai penanda perulangan
Penambahan huruf vokal diftong. Pada EyD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan
pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).
Penggunaan huruf tebal. Dalam EyD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku,
bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus.
Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.bedakan mana tulisan formal dan semi formal. Untuk itu
sebagai penulis Anda harus dapat membedakan antara kedua kata ini.
Secara umum, kata dalam Bahasa Indonesia ada dua yaitu kata baku dan tidak baku.
Penggunaan kata ini dibedakan berdasarkan jenis surat atau laporan yang dibuat selain itu
perbedaanya juga dapat dilihat pada saat berkomunikasi kepada atasan atau berada dalam
sebuah forum resmi yang menggunakan kata baku agar terlihat lebih sopan. Sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari agar lebih mudah berkomunikasi yaitu menggunakan kata tidak baku.
Kata baku biasanya dipakai pada lingkungan formal seperti sekolah, tempat kerja, instansi
pemerintahan. Berbeda dengan kata tidak baku yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari
seperti berbicara dengan teman, chatting di sosial media, dan lain-lain.
Namun masih terdapat kesalahan saat menggunakan kedua jenis kata ini. Kesalahan yang terjadi
bukan hanya dalam hal berkomunikasi saja melainkan menuliskan sebuah kalimat pada surat atau
laporan.
Jika terdapat kesalahan saat menggunakannya pada waktu berbicara mungkin tidak terlalu
terlihat, namun berbeda halnya pada waktu menuliskan sebuah surat resmi atau laporan. Hal
tersebut dapat mengakibatkan hal yang buruk seperti merusak citra seseorang dan terlihat
sangat tidak sopan.
Jika terdapat kesalahan saat menggunakannya pada waktu berbicara mungkin tidak terlalu
terlihat, namun berbeda halnya pada waktu menuliskan sebuah surat resmi atau laporan. Hal
tersebut dapat mengakibatkan hal yang buruk seperti merusak citra seseorang dan terlihat
sangat tidak sopan.
Mengetahui kata baku dan tidak baku beserta artinya menjadi penting, karena faktanya, terdapat
banyak penyimpangan yang sering terjadi dalam aturan baku tersebut.
Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh lingkungan, di mana setiap daerah di Indonesia
memiliki logat atau dialek yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat pengucapan kata
baku jadi menyimpang. Kata-kata yang menyimpang ini biasa disebut dengan kata yang tidak
baku.
Secara fungsinya, kata baku memiliki beberapa fungsi krusial sebagai satu ciri khas bangsa.
Fungsi tersebut diantaranya:
1. Sebagai Pemersatu
Fungsi penggunaan kata baku bagi masyarakat Indonesia adalah untuk menghubungkan semua
penutur dari berbagai macam bahasa daerah yang berbeda-beda. Nah, dengan penggunaan kata
baku, bahasa baku dapat dijadikan pemersatu masyarakat-masyarakat daerah menjadi satu bangsa.
Indonesia mengharuskan setiap wilayah daerahnya menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Nah, melalui fungsi itu, maka bahasa baku dapat memperkuat
rasa nasionalisme masyarakat daerah yang bersangkutan.
3. Pembawa Kewibawaan
Bahasa baku juga ikut serta membawa wibawa atau prestise seseorang. Fungsi pembawa
kewibawaan bersangkutan dengan usaha seseorang dalam mencapai kesederajatan dengan
peradaban yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku sendiri.
Selain fungsi di atas, kata baku di Indonesia sudah menjadi satu aturan dalam penulisan surat atau
tulisan resmi. Contoh penggunaan kata baku:
Membuat laporan
Membuat karya
dinas
Surat menyurat antar organisasi, instansi atau lembaga, dan lain sebagainya.
Ya, bagi seorang penutur atau pembicara yang mahir berbahasa Indonesia yang baik dan benar
di suatu masyarakat akan memperoleh wibawa di mata masyarakat tersebut.
Namun sayangnya di tengah komunikasi masyarakat, penggunaan kata tidak baku justru lebih
populer. Sedangkan kata baku, lebih sering digunakan untuk acara dan komunikasi formal,
kuliah, atau dalam tulisan sastra dan penelitian. Lantas apa sih perbedaan antara kata baku dan
tidak baku?
Kata baku adalah kata yang penggunaanya sudah sesuai dengan kaidah atau pedoman bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Pengertian lain dari kata baku adalah sebagai kata yang sudah
benar dari segi aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah Bahasa Indonesia ini dikenal sebagai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau tata bahasa
baku. Kata baku umumnya sering digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu dalam suatu
tulisan maupun dalam pengungkapan kata-kata.
Biasanya, kata baku digunakan untuk penulisan ataupun pengungkapan kata-kata yang bersifat
resmi baik dalam suatu tulisan atau dalam pengungkapan kata. Penggunaan kata baku ini
menandakan bahwa Anda menghargai dan menghormati seseorang yang kedudukannya diatas
Anda.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kata baku, maka Anda juga harus mengetahui
bagaimana ciri-ciri kata baku. Ciri dari kata baku sangat berbeda bahkan dapat ditebak jika
suatu kata merupakan kata baku. Berikut beberapa ciri-cirinya :
Kata baku tidak mengandung arti pleonasme (lebih dari apa yang diperlukan) Kata
Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa
sudah ditentukan.
Biasanya kata tidak baku sering digunakan saat percakapan sehari-hari atau dalam bahasa tutur.
Untuk jenis kata yang satu ini ternyata bisa muncul karena penggunaan bahasa yang salah dan
terus diulang. Beberapa orang tidak dapat membedakan yang mana kata baku atau tidak.
Bahkan, beberapa orang keliru menganggap kata yang sering dipakai olehnya merupakan kata
baku yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Hal ini dapat menjadi kebiasaan yang buruk jika
menggunakan kata-kata secara tidak tepat. Terdapat faktor lain yang dapat memunculkan kata-
kata tidak baku yaitu :
Menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia maksud.
Menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu kata, itulah yang
menyebabkan kata tidak baku selalu ada.
Terbiasa / kebiasaan.
Baca juga : Jangan Asal Ketik, Ini 5 Tips Memilih Kata Saat Menulis Buku
Disini akan dijelaskan bagaimana ciri-ciri kata tidak baku agar dapat membedakan keduanya.
Perbedaan dari kedua kata tersebut dapat dilihat pada ciri-cirinya juga. Berikut merupakan ciri-
cirinya :
Ejaan yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.
Bersifat ambigu sehingga kerap terjadi salah penafsiran.
Untuk menyegarkan kembali ingatan terkait kedua jenis kata ini, berikut 300+ kata baku dan
tidak baku yang sering dipakai dan mengalami kesalahan dalam praktiknya, kata dibawah ini
kami lansir dari situs resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kbbi.web.id:
1 abjad ✓ abjat
2 advokat✓ adpokat
3 adhesi ✓ adesi
4 afdal ✓ afdol
5 aktif ✓ aktip
6 aktivitas ✓ aktifitas
7 akuatik ✓ aquatik
8 ambeien ✓ ambeyen
9 alarm ✓ alaram
10 ambulans ✓ ambulan
11 amendemen ✓ amandemen
12 amfibi ✓ ampibi
13 amonia ✓ amoniak
14 analisis ✓ analisa
15 andal ✓ handal
16 antre ✓ antri
17 apotek ✓ apotik
18 artefak ✓ artifak
19 asas ✓azas
20 astronout ✓ astronot
21 asyik ✓ asik
22 ateis ✓atheis
23 ateisme ✓ atheisme
24 atlet ✓ atlit
25 atmosfer ✓ atmosfir
26 autentik ✓ otentik
27 azan ✓adzan
28 balig ✓baligh
29 balsam ✓ balsem
30 baterai ✓ baterei
31 berandal ✓ brandal
32 berantas ✓ brantas
33 berengsek ✓ brengsek
34 berpikir ✓ berfikir
36 bolpoin ✓ bolpen
37 brankas ✓ berankas
38 bujet ✓ budget
39 boling ✓ bowling
40 boraks ✓ borax
41 bus ✓ bis
42 cabai ✓ cabe
43 capai ✓ capek
44 cecak ✓ cicak
45 cedera ✓ cidera
46 cendekia ✓ cendikia
47 cendekiawan ✓ cendikiawan
49 cengkerama ✓ cengkrama
50 cengkih ✓ cengkeh
51 cokelat ✓ coklat
52 daftar ✓ daptar
53 dahsyat ✓ dasyat
54 dahulu ✓ dulu
57 dasbor ✓ dasbord
58 debitur ✓ debitor
59 detail ✓ detil
60 detergen ✓ deterjen
61 digit ✓ dijit
62 diagnosis ✓ diagnosa
63 diferensial ✓ differensial
64 dolar ✓ dollar
65 doping ✓ dopping
67 durian ✓ duren
68 efektif ✓ efektip
69 eksplisit ✓ explisit
70 eksponen ✓ eksponent
71 ekspor ✓ eksport
72 ekspres ✓ expres
73 ekstra ✓ extra
74 ekstrem ✓ ekstrim
75 ekuivalen ✓ ekuifalen
76 elite ✓ elit
77 embus ✓ hembus
78 esai ✓ esei
79 faksimile ✓ faksimili
80 februari ✓ pebruari
81 figur ✓ figure
82 fondasi ✓ pondasi
83 formal ✓ formil
84 fosfor ✓ pospor
85 foto ✓ photo
86 fotokopi ✓ photokopi
87 fotosintesis ✓ fotosintesa
88 fotomodel ✓ foto-model
89 fraksinasi ✓ fraksinase
90 frasa ✓ frase
91 frekuensi ✓ frekwensi
93 gangster ✓ gengster
94 ganjal ✓ ganjel
95 gatal ✓ gatel
96 gelora ✓ glora
97 geladi ✓ gladi
98 genius ✓ jenius
99 gereget ✓ greget
104 hadis✓hadist
245 putri ✓
puteri
246 quran ✓ qur’an