Anda di halaman 1dari 21

Nama: jordi.

pasebe

NIM. : 21407012

PRODI: SENDRATASIK

Mata kuliah : Bahasa indonesia

Sejarah ejaan bahasa indonesia,dan contoh bahasa baku dan tidak baku!

Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun
2015 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Nah, sebelum EBI berlaku, kita
memiliki beberapa jenis ejaan lho. Apa saja?

ejaan bahasa Indonesia

1. Ejaan Van Ophuysen

Ejaan Van Ophuysen merupakan ejaan pertama yang dimiliki oleh bahasa Indonesia. Ejaan ini
ditetapkan tahun 1901. Perancang ejaan Van Ophuysen adalah orang Belanda yakni Charles Van
Ophusyen dengan dibantu Tengku Nawawi yang bergelar Soetan Ma’moer dan M. Taib Soetan
Ibrahim. Ejaan ini menggunakan huruf latin dan bunyinya hampir sama dengan tuturan Belanda.

Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata Melayu menurut model yang dimengerti oleh
orang Belanda, yaitu menggunakan huruf latin dan bunyi yang mirip dengan tuturan Belanda,
antara lain:

huruf ‘j’ untuk menuliskan bunyi ‘y’, seperti pada kata jang, pajah, sajang.

huruf ‘oe’ untuk menuliskan bunyi ‘u’, seperti pada kata-kata goeroe, itoe, oemoer (kecuali
diftong ‘au’ tetap ditulis ‘au’).

tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan bunyi hamzah, seperti pada
kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamaï.

Huruf hidup yang diberi titik dua diatasnya seperti ä, ë, ï dan ö, menandai bahwa huruf tersebut
dibaca sebagai satu suku kata, bukan diftong, sama seperti ejaan Bahasa Belanda sampai saat ini.

2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi

Edjaan Republik berlaku sejak 17 Maret 1947 menggantikan ejaan pertama yang dimiliki bahasa
Indonesia saat itu. Ejaan ini merupakan upaya pemerintah untuk mengganti ejaan Van Ophuysen
yang disusun oleh orang Belanda dan merupakan ejaan resmi pertama yang disusun oleh orang
Indonesia.

Ejaan republik juga disebut dengan ejaan Soewandi. Mr. Soewandi merupakan seorang menteri
yang menjabat sebgai menteri Pendidikan dan kebudayaan. Perbedaan ejaan Soewandi dengan
ejaan Van Ophuysen ialah:

a. Huruf oe diganti dengan u.

Contohnya dalam ejaan Van Ophuysen penulisannya ‘satoe’, dalam ejaan Republik menjadi
‘satu’.

b. Huruf Hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan huruf

K. Contohnya: maklum, pak, tak, rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2

Contohnya: kupu2, main2.

d. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mendampinginya. Kata depan ‘di’ pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan
imbuhan ‘di-‘ pada dibeli, dimakan.

3. Ejaan Melindo

Ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Sidang perutusan Indonesia dan Melayu (Slamet
Mulyana-Syeh Nasir bin Ismail) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal
dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). karena perkembangan politik selama tahun-
tahun berikutnya maka diurungkan peresmian ejaan tersebut.

4. Ejaan yang Disempurnakan (EyD)


Ejaan ini berlaku sejak 23 Mei 1972 hingga 2015, atas kerja sama dua negara yakni Malaysia
dan Indonesia yang masing-masing diwakili oleh para menteri pendidikan kedua negara
tersebut. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menerbitkan buku yang berjudul Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang tercatat pada tanggal 12 Oktober
1972. Pemberlakuan Ejaan yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah
ditetapkan atas dasar keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0196/U/1975.

Sebelum EYD, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan, (sekarang Pusat Bahasa), pada tahun 1967
mengeluarkan Ejaan Baru (Ejaan LBK). Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari
usaha yang telah dirintis oleh Ejaan Melindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri dari
panitia Ejaan LBK, juga dari panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu berhasil merumuskan suatu
konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan Baru. Panitia itu bekerja atas dasar surat
keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 062/67, tanggal 19 September 1967.

Ejaan Baru di Malaysia disebut Ejaan Rumi Bersama (ERB) sementara Indonesia menggunakan
Ejaan yang Disempurnakan (EyD). EyD mengalami dua kali revisi, yakni pada tahun 1987 dan
2009.

Beberapa kebijakan baru yang ditetapkan di dalam EyD, antara lain:

Huruf f, v, dan z yang merupakan unsur serapan dari bahasa asing diresmikan pemakaiannya.

Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidang ilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya
pada kata furqan, dan xenon.

Awalan “di-” dan kata depan “di” dibedakan penulisannya. Kata depan “di” pada contoh di
rumah, di sawah, penulisannya dipisahkan dengan spasi, sementara “di-” pada dibeli atau
dimakan ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya. Angka dua tidak digunakan
sebagai penanda perulangan

Secara umum, hal-hal yang diatur dalam EyD adalah:

 Penulisan huruf, termasuk huruf kapital dan huruf

miring. Penulisan kata.

 Penulisan tanda baca.

 Penulisan singkatan dan akronim. Penulisan

angka dan lambang bilangan.


 Penulisan unsur serapan.

5. Ejaan Bahasa Indonesia

Perbedaan Ejaan Bahasa Indonesia dengan EyD adalah:

Penambahan huruf vokal diftong. Pada EyD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan
pada EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).

Penggunaan huruf tebal. Dalam EyD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan judul buku,
bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema dalam kamus.
Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.bedakan mana tulisan formal dan semi formal. Untuk itu
sebagai penulis Anda harus dapat membedakan antara kedua kata ini.

Secara umum, kata dalam Bahasa Indonesia ada dua yaitu kata baku dan tidak baku.
Penggunaan kata ini dibedakan berdasarkan jenis surat atau laporan yang dibuat selain itu
perbedaanya juga dapat dilihat pada saat berkomunikasi kepada atasan atau berada dalam
sebuah forum resmi yang menggunakan kata baku agar terlihat lebih sopan. Sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari agar lebih mudah berkomunikasi yaitu menggunakan kata tidak baku.

Kata baku biasanya dipakai pada lingkungan formal seperti sekolah, tempat kerja, instansi
pemerintahan. Berbeda dengan kata tidak baku yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari
seperti berbicara dengan teman, chatting di sosial media, dan lain-lain.

Namun masih terdapat kesalahan saat menggunakan kedua jenis kata ini. Kesalahan yang terjadi
bukan hanya dalam hal berkomunikasi saja melainkan menuliskan sebuah kalimat pada surat atau
laporan.

Jika terdapat kesalahan saat menggunakannya pada waktu berbicara mungkin tidak terlalu
terlihat, namun berbeda halnya pada waktu menuliskan sebuah surat resmi atau laporan. Hal
tersebut dapat mengakibatkan hal yang buruk seperti merusak citra seseorang dan terlihat
sangat tidak sopan.
Jika terdapat kesalahan saat menggunakannya pada waktu berbicara mungkin tidak terlalu
terlihat, namun berbeda halnya pada waktu menuliskan sebuah surat resmi atau laporan. Hal
tersebut dapat mengakibatkan hal yang buruk seperti merusak citra seseorang dan terlihat
sangat tidak sopan.

Pentingnya Memahami Kata Baku dan Tidak Baku

Mengetahui kata baku dan tidak baku beserta artinya menjadi penting, karena faktanya, terdapat
banyak penyimpangan yang sering terjadi dalam aturan baku tersebut.

Hal ini tidak lepas dari adanya pengaruh lingkungan, di mana setiap daerah di Indonesia
memiliki logat atau dialek yang berbeda. Perbedaan inilah yang membuat pengucapan kata
baku jadi menyimpang. Kata-kata yang menyimpang ini biasa disebut dengan kata yang tidak
baku.

Secara fungsinya, kata baku memiliki beberapa fungsi krusial sebagai satu ciri khas bangsa.
Fungsi tersebut diantaranya:

1. Sebagai Pemersatu

Fungsi penggunaan kata baku bagi masyarakat Indonesia adalah untuk menghubungkan semua
penutur dari berbagai macam bahasa daerah yang berbeda-beda. Nah, dengan penggunaan kata
baku, bahasa baku dapat dijadikan pemersatu masyarakat-masyarakat daerah menjadi satu bangsa.

2. Sebagai Pemberi Kekhasan

Indonesia mengharuskan setiap wilayah daerahnya menggunakan bahasa baku, yaitu bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional. Nah, melalui fungsi itu, maka bahasa baku dapat memperkuat
rasa nasionalisme masyarakat daerah yang bersangkutan.
3. Pembawa Kewibawaan

Bahasa baku juga ikut serta membawa wibawa atau prestise seseorang. Fungsi pembawa
kewibawaan bersangkutan dengan usaha seseorang dalam mencapai kesederajatan dengan
peradaban yang dikagumi melalui pemerolehan bahasa baku sendiri.

Selain fungsi di atas, kata baku di Indonesia sudah menjadi satu aturan dalam penulisan surat atau
tulisan resmi. Contoh penggunaan kata baku:

Membuat surtat dinas, surat edaran dan surat resmi lainnya.

Membuat laporan

Membuat karya

ilmiah Membuat nota

dinas

Membuat surat lamaran pekerjaan

Saat musyawarah atau diskusi Saat

berpidato dan rapat dinas

Surat menyurat antar organisasi, instansi atau lembaga, dan lain sebagainya.

Ya, bagi seorang penutur atau pembicara yang mahir berbahasa Indonesia yang baik dan benar
di suatu masyarakat akan memperoleh wibawa di mata masyarakat tersebut.

Namun sayangnya di tengah komunikasi masyarakat, penggunaan kata tidak baku justru lebih
populer. Sedangkan kata baku, lebih sering digunakan untuk acara dan komunikasi formal,
kuliah, atau dalam tulisan sastra dan penelitian. Lantas apa sih perbedaan antara kata baku dan
tidak baku?

Pengertian Kata Baku

Kata baku adalah kata yang penggunaanya sudah sesuai dengan kaidah atau pedoman bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Pengertian lain dari kata baku adalah sebagai kata yang sudah
benar dari segi aturan maupun ejaan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah Bahasa Indonesia ini dikenal sebagai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau tata bahasa
baku. Kata baku umumnya sering digunakan pada kalimat yang resmi, baik itu dalam suatu
tulisan maupun dalam pengungkapan kata-kata.

Biasanya, kata baku digunakan untuk penulisan ataupun pengungkapan kata-kata yang bersifat
resmi baik dalam suatu tulisan atau dalam pengungkapan kata. Penggunaan kata baku ini
menandakan bahwa Anda menghargai dan menghormati seseorang yang kedudukannya diatas
Anda.

Ciri-Ciri Kata Baku

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai kata baku, maka Anda juga harus mengetahui
bagaimana ciri-ciri kata baku. Ciri dari kata baku sangat berbeda bahkan dapat ditebak jika
suatu kata merupakan kata baku. Berikut beberapa ciri-cirinya :

Kata baku tidak dapat berubah setiap saat

Bukan merupakan bahasa percakapan sehari-hari

Tidak terpengaruh bahasa asing

Tidak terpengaruh bahasa daerah

Memiliki minimal subjek dan predikat.

Penggunaan kata baku sesuai dengan konteks di dalam kalimat

Kata baku tidak mengandung arti pleonasme (lebih dari apa yang diperlukan) Kata

baku mempunyai arti yang pasti tidak rancu

Pengertian Kata Tidak Baku

Kata tidak baku adalah kata yang digunakan tidak sesuai dengan pedoman atau kaidah bahasa
sudah ditentukan.
Biasanya kata tidak baku sering digunakan saat percakapan sehari-hari atau dalam bahasa tutur.
Untuk jenis kata yang satu ini ternyata bisa muncul karena penggunaan bahasa yang salah dan
terus diulang. Beberapa orang tidak dapat membedakan yang mana kata baku atau tidak.

Bahkan, beberapa orang keliru menganggap kata yang sering dipakai olehnya merupakan kata
baku yang sesuai kaidah bahasa Indonesia. Hal ini dapat menjadi kebiasaan yang buruk jika
menggunakan kata-kata secara tidak tepat. Terdapat faktor lain yang dapat memunculkan kata-
kata tidak baku yaitu :

Menggunakan bahasa tidak mengetahui bentuk penulisan dari kata yang dia maksud.

Menggunakan bahasa tidak memperbaiki kesalahan dari penggunaan suatu kata, itulah yang
menyebabkan kata tidak baku selalu ada.

Terpengaruh oleh orang-orang lain.

Terbiasa / kebiasaan.

Baca juga : Jangan Asal Ketik, Ini 5 Tips Memilih Kata Saat Menulis Buku

Ciri-Ciri Kata Tidak Baku

Disini akan dijelaskan bagaimana ciri-ciri kata tidak baku agar dapat membedakan keduanya.
Perbedaan dari kedua kata tersebut dapat dilihat pada ciri-cirinya juga. Berikut merupakan ciri-
cirinya :

Tidak memiliki subjek atau predikat atau keduanya.

Menggunakan kata-kata, frasa atau bentuk lain yang tidak perlu.

Dapat terpengaruh bahasa daerah atau bahasa asing Terpengaruh

oleh perkembangan zaman

Digunakan dalam pembicaraan santai sehari-hari

Dapat dibuat oleh siapa saja sesuai keinginannya

Ejaan yang digunakan tidak tepat atau tidak sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia.
Bersifat ambigu sehingga kerap terjadi salah penafsiran.

Preposisi tidak digunakan dengan tepat.

Contoh Kata Baku dan Tidak Baku

Untuk menyegarkan kembali ingatan terkait kedua jenis kata ini, berikut 300+ kata baku dan
tidak baku yang sering dipakai dan mengalami kesalahan dalam praktiknya, kata dibawah ini
kami lansir dari situs resmi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kbbi.web.id:

No. Kata Baku Kata Tidak Baku

1 abjad ✓ abjat

2 advokat✓ adpokat

3 adhesi ✓ adesi

4 afdal ✓ afdol

5 aktif ✓ aktip

6 aktivitas ✓ aktifitas

7 akuatik ✓ aquatik

8 ambeien ✓ ambeyen

9 alarm ✓ alaram

10 ambulans ✓ ambulan

11 amendemen ✓ amandemen

12 amfibi ✓ ampibi

13 amonia ✓ amoniak

14 analisis ✓ analisa

15 andal ✓ handal

16 antre ✓ antri

17 apotek ✓ apotik

18 artefak ✓ artifak
19 asas ✓azas

20 astronout ✓ astronot

21 asyik ✓ asik

22 ateis ✓atheis

23 ateisme ✓ atheisme

24 atlet ✓ atlit

25 atmosfer ✓ atmosfir

26 autentik ✓ otentik

27 azan ✓adzan

28 balig ✓baligh

29 balsam ✓ balsem

30 baterai ✓ baterei

31 berandal ✓ brandal

32 berantas ✓ brantas

33 berengsek ✓ brengsek

34 berpikir ✓ berfikir

35 bertanggung jawab ✓ bertanggungjawab

36 bolpoin ✓ bolpen

37 brankas ✓ berankas

38 bujet ✓ budget

39 boling ✓ bowling

40 boraks ✓ borax

41 bus ✓ bis

42 cabai ✓ cabe

43 capai ✓ capek
44 cecak ✓ cicak

45 cedera ✓ cidera

46 cendekia ✓ cendikia

47 cendekiawan ✓ cendikiawan

48 cendera mata ✓ cenderamata

49 cengkerama ✓ cengkrama

50 cengkih ✓ cengkeh

51 cokelat ✓ coklat

52 daftar ✓ daptar

53 dahsyat ✓ dasyat

54 dahulu ✓ dulu

55 darmasiswa ✓darma siswa

56 darmawisata ✓ darma wisata

57 dasbor ✓ dasbord

58 debitur ✓ debitor

59 detail ✓ detil

60 detergen ✓ deterjen

61 digit ✓ dijit

62 diagnosis ✓ diagnosa

63 diferensial ✓ differensial

64 dolar ✓ dollar

65 doping ✓ dopping

66 dram / drum ✓ drem

67 durian ✓ duren

68 efektif ✓ efektip
69 eksplisit ✓ explisit

70 eksponen ✓ eksponent

71 ekspor ✓ eksport

72 ekspres ✓ expres

73 ekstra ✓ extra

74 ekstrem ✓ ekstrim

75 ekuivalen ✓ ekuifalen

76 elite ✓ elit

77 embus ✓ hembus

78 esai ✓ esei

79 faksimile ✓ faksimili

80 februari ✓ pebruari

81 figur ✓ figure

82 fondasi ✓ pondasi

83 formal ✓ formil

84 fosfor ✓ pospor

85 foto ✓ photo

86 fotokopi ✓ photokopi

87 fotosintesis ✓ fotosintesa

88 fotomodel ✓ foto-model

89 fraksinasi ✓ fraksinase

90 frasa ✓ frase

91 frekuensi ✓ frekwensi

92 gaib ✓ ghaib / ghoib

93 gangster ✓ gengster
94 ganjal ✓ ganjel

95 gatal ✓ gatel

96 gelora ✓ glora

97 geladi ✓ gladi

98 genius ✓ jenius

99 gereget ✓ greget

100 gizi ✓ giji

101 gua ✓ goa

102 gubuk ✓ gubug

103 gudeg✓ gudek

104 hadis✓hadist

105 hafal ✓ hapal

106 hakikat ✓ hakekat

107 hangus ✓ angus

108 hektare ✓ hektar

109 herpes ✓ herves

110 heterografi ✓ hetrografi

111 hipotesis ✓ hipotesa

112 histori ✓ history

113 idiil ✓ idil

114 ihram ✓ ikhram

115 ijazah ✓ ijasah

116 ikhlas ✓ iklas /


ihlas
117 imbau ✓ himbau

118 impor ✓ import


119 indra ✓ indera

120 insaf ✓ insyaf

121 intens ✓ inten

122 inti sari ✓ intisari

123 isap ✓ hisap

124 isra ✓ isra’

125 istigfar ✓ istighfar

126 istri ✓ isteri

127 intermeso ✓ intemezo

128 izin ✓ ijin

129 jadwal ✓ jadual

130 jagat ✓ jagat

131 jaiz ✓ jais

132 jasad ✓ jasat

133 jemaah ✓ jamaah

134 jenazah ✓ jenasah

135 jenderal ✓ jendral

136 judo ✓ yudo

137 jumat ✓ jum’at

138 junior ✓ yunior

139 juri ✓ yuri

140 kaidah ✓ kaedah

141 kakbah ✓ kaabah / ka’bah

142 kanker ✓ kangker

143 karena ✓ karna


144 karier ✓ karir

145 karisma ✓ kharisma

146 karnaval ✓ karnafal

147 kasrah ✓ kasroh

148 katalisis ✓ katalisa

149 katapel ✓ ketapel

150 kategori ✓ katagori

151 kebun ✓ kebon

152 kedaluwarsa ✓ kadaluarsa / kadaluwarsa

153 kedelai ✓ kedelei

154 kelengkeng ✓ klengkeng

155 kendur ✓ kendor

156 khatam ✓ katam / hatam

157 khawatir ✓ kuatir

158 khotbah ✓ khutbah

159 kiai ✓ kyai

160 klien ✓ client

161 kliping ✓ keliping

162 kloter ✓ keloter

163 koboi ✓ koboy

164 komersial ✓ komersil

165 kompleks ✓ komplek

166 komplet ✓ komplit

167 kongres ✓ konggres

168 konsumtif ✓ konsumtip


169 koordinasi ✓ koordinir

170 korsleting ✓ konsleting

171 kosa kata ✓ kosakata

172 kreatif ✓ kreatip

173 kreativitas ✓ kreatifitas

174 kreditur ✓ kreditor

175 kualifikasi ✓ kwalifikasi

176 kualitas ✓ kwalitas

177 kuantitatif ✓ kwantitatif

178 kuitansi ✓ kwitansi

179 label ✓lebel

180 lafal ✓ lapal

181 legalisasi ✓ legalisir

182 lembab ✓ lembap

183 litosfer ✓ litosfir

184 lubang ✓ lobang

185 maaf ✓ maap

186 macam ✓ macem

187 magrib ✓ maghrib

188 maksimum ✓ maximum

189 mangkuk ✓ mangkok

190 mantra ✓ mantera

191 massal ✓ masal

192 masjid ✓ mesjid

193 memengaruhi ✓ mempengaruhi


194 mengonsumsi ✓ mengkonsumsi

195 mengubah ✓ merubah

196 menteri ✓ mentri

197 menyontek ✓ mencontek

198 merek ✓ merk

199 mesosfer ✓ mesosfir

200 meterai ✓ materai

201 metode ✓ metoda

202 mikraj ✓ mi’raj

203 misi ✓ missi

204 miliar ✓ miliyar

205 mulia ✓ mulya

206 nakhoda ✓ nahkoda

207 napas ✓ nafas

208 narasumber ✓ nara sumber

209 nasihat ✓ nasehat

210 negeri ✓ negri

211 neto ✓ netto

212 nomor ✓ nomer

213 nonblok ✓ non-blok

214 nonmiliter ✓ non militer

215 notula ✓ notulen

216 november ✓ nopember

217 objek ✓ obyek

218 objektif ✓ obyektif


219 oke ✓ ok

220 omzet ✓ omset

221 organisasi ✓ organisir

222 orisinal ✓ orisinil

223 paham ✓ faham

224 pahit ✓ pait

225 palem ✓ palm

226 pancuran ✓ pancoran

227 paradoks ✓ paradox

228 pascapanen ✓pasca panen

229 pascaperang ✓ pasca perang

230 pascasarjana ✓ pasca sarjana

231 paspor ✓ pasport

232 pedas ✓ pedes

233 permak✓ vermak

234 pensil ✓ pinsil

235 persepsi ✓ presepsi

236 perspektif ✓ perespektif

237 pikir ✓ fikir

238 prancis ✓ perancis

239 presidensial ✓ presidental

240 produktif ✓ produktip

241 produktivitas ✓ produktifitas

242 proyek ✓ projek

243 provinsi ✓ propinsi


244 putra ✓ putera

245 putri ✓
puteri
246 quran ✓ qur’an

247 ramai ✓ rame

248 rapi ✓ rapih

249 rapor ✓ raport

250 reaumur ✓ reamur

251 respons ✓ respon

252 resistans ✓ resistan

253 reumatik ✓ rematik

254 rezeki ✓ rejeki

255 rezim ✓ resim

256 risiko ✓ resiko

257 roboh ✓ rubuh

258 roh ✓ ruh

259 sahih ✓ sohih

260 saksama ✓ seksama

261 sambal ✓ sambel

262 sanksi ✓ sangsi

263 satra ✓ sastera

264 satai ✓sate

265 saus ✓saos

266 sekadar ✓ sekedar

267 sekretaris ✓ sekertaris

268 seprai ✓ seprei


269 setrika ✓ seterika / strika

270 sintesis ✓ sintesa

271 sopir ✓ supir

272 standardisasi ✓ standarisasi

273 statosfer ✓ statosfir

274 subjek ✓ subyek

275 survei ✓ survey

276 sutra ✓ sutera

277 swiss ✓ swis

278 syahid ✓ sahid

279 syawal ✓ sawal

280 teknik ✓ tehnik

281 teladan ✓ tauladan

282 telepon ✓ telpon

283 tenteram ✓ tentram

284 termosfer ✓ termosfir

285 tobat ✓ taubat

286 transpor ✓ transport

287 triliun ✓ triliyun

288 tripleks ✓ triplek

289 trofi ✓ tropi

290 umrah ✓ umroh

291 unta ✓ onta

292 urgen ✓ urgent

293 urine ✓ urin


294 ustaz ✓ ustadz

295 utang ✓ hutang

296 varietas ✓ varietes / varitas

297 wali kota ✓ walikota

298 yogyakarta ✓ jogjakarta

299 yudikatif ✓ judikatif

300 zaman ✓ jaman

301 zamrud ✓ jamrud

302 zamzam ✓ zam-zam

Anda mungkin juga menyukai