Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BAHASA INDONESIA

JAWABAN DISKUSI

Pada hari Kamis jam 10.40-12.20

Dosen pengampu : Dr. Siti Ainim Liusti, S.Pd, M. Hum

Disusun oleh :

Nama : Angel Hidayat (20045039)

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
1. Pembuat soal : (20045029) Warlina
Pertanyaan:
Coba kawan kawan sebutkan kata kata yang salah pengejaannya namun hal itu lazim di
ucapkan oleh masyarakat indonesia?
Jawaban:
Sangat banyak sekali ya kita jumpai kata-kata yang tidak sesuai kaidah tetapi itu sudah
menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia sendiri, contohnya dalam penulisan Sumatra saja
yang pernah saya dengar dalam suatu webinar bahwa sekarang masih sangat lazim orang-
orang menggunakan kata Sumatera sehingga diantara kita berselisih paham akan hal itu.
Contoh lain dalam kata silakan kebanyakan kita masih menulis dan menyebutnya silahkan
padahal dalam KBBI tidak ditemukan kata dasar “silah” namun adanya kata “sila”. Kata
“sila” itu sendiri memiliki artian sudilah kiranya, yaitu kata perintah yang halus. Lalu pada
kata antre sangat banyak kita temui bahwa biasanya yaitu antri, kata lain seperti antara
sekadar dan sekedar kita juga sering salah ucapan padahal yang benarnya itu sekadar, Kita
perlu ingat bahwa kosakata ini merupakan kata serapan dari bahasa asing. Di bahasa
Indonesia, kata asing diserap baik dalam bentuk kata dasar maupun kata berimbuhan. Sesuai
kaidah, imbuhan asing yang berakhiran -ity akan diserap bersama kata dasarnya. Maka dari
itu, kata asing active tetap diserap menjadi aktif sedangkan untuk activity diserap
menjadi aktivitas.
2. Pembuat Soal: (20023012) Fitriah Azizah
Pertanyaan :
Apa yg dimaksud dengan ejaan Van Ophuysen, ejaan Soewandi dan ejaan melindo?
Jawaban :
Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Ejaan Van Ophuijsen atau Ejaan Lama adalah jenis ejaan yang pernah digunakan untuk
bahasa Indonesia. Ejaan ini digunakan untuk menuliskan kata-kata bahasa Melayu menurut
model yang dimengerti oleh orang Belanda, yaitu menggunakan huruf Latin dan bunyi yang
mirip dengan tuturan Belanda.
Ejaan Soewandi
Ejaan Republik (Edjaan Republik atau Edjaan Soewandi) adalah ketentuan ejaan dalam
bahasa Indonesia yang berlaku sejak 19 Maret 1947. Ejaan ini biasa dikenal sebagai ejaan
Soewandi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu, yang mengumumkan
berlakunya ejaan tersebut.
 penggantian huruf oe menjadi u,
 bunyi sentak ditulis dengan k
 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2
 tidak dibedakan antara penulisan di sebagai awalan dan di sebagai kata depan.
Ejaan Melindo
Ejaan Melindo adalah sistem ejaan Latin yang termuat dalam Pengumuman Bersama Edjaan
Bahasa Melaju-Indonesia (Melindo) (1959) sebagai hasil usaha penyatuan sistem ejaan
dengan huruf Latin di Indonesia dan Persekutuan Tanah Melayu. Keputusan ini dilakukan
dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia pada tahun 1959. Sistem ini tidak
pernah sampai diterapkan.
Hal yang berbeda ialah bahwa di dalam Ejaan Melindo gabungan konsonan tj, seperti pada
kata tjinta, diganti dengan c menjadi cinta, juga gabungan konsonan nj seperti njonja, diganti
dengan huruf nc, yang sama sekali masih baru. (Dalam Ejaan Pembaharuan kedua gabungan
konsonan itu diganti dengan ts dan ń.)
3. Pembuat soal (20023007) Derhani
Pertanyaan:
Apakah yang membedakan antara EYD dengan Puebi?

Jawaban:

Setidaknya terdapat lima hal yang menjadi perbedaan antara PUEBI dengan EYD. Kelima
perbedaan tersebut tersebar ke dalam dua subbab ejaan, yaitu pemakaian huruf dan
pemakaian tanda baca. Perbedaan pertama terletak pada diakritik pelafalan vokal [e]. Pada
PUEBI telah diatur diakritik vokal e mempunyai tiga contoh pelafalan yang berbeda. Namun,
pada ejaan sebelumnya, yaitu di EYD hanya dicontohkan dua pelafalan [e]. Diakritik pertama
yang disajikan pada EYD adalah [é] (taling tertutup) pada kata enak, petak, dan sore.
Diakritik kedua, pelafalan vokal [ê] (pepet) pada kata emas, kena, dan tipe. Diakritik
pelafalan vokal [e] yang tidak disampaikan di EYD adalah diakritik ketiga, yaitu pelafalan
vokal [è] (taling terbuka) pada kata militer, ember, dan pendek.
Perbedaan kedua antara PUEBI dengan EYD adalah terdapat tambahan diftong [ei]. Jika
sebelumnya di EYD telah disampaikan terdapat tiga diftong, PUEBI telah menyempunkan
informasi terkait diftong di bahasa Indonesia sebanyak empat, yaitu ai, au, oi,
dan ei. Tambahan diftong [ei] ini muncul karena adanya kata yang telah diserap seperti kata
survei, eigendom, dan geiser. Survei dalam KBBI bermakna ‘teknik riset dengan member
batas yang jelas atas data; penyelidikan; peninjuan’, sedangkan eigendom dalam KBBI
termasuk kata di bidang hukum yang bermakna ‘hak mutlak atas suatu barang; kepunyaam;
milik’. Selanjutnya, geiser dalam KBBI bermakna ‘mata air panas yang mengeluarkan uap
air atau gas yang disemburkan ke udara’.

Masih dalam subbab Pemakaian Huruf, perbedaan ketiga adalah adanya aturan penulisan
huruf kapital. Pada aturan sebelumnya penulisan huruf kapital harus digunakan pada huruf
awal sebuah nama orang, nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan. Selanjutnya
pada aturan terbaru di PUEBI ditambahkan satu ketentuan, yaitu selain nama-nama tersebut,
kapital juga digunakan untuk huruf awal julukan. Contoh julukan yang dimaksud seperti
Jenderal Kancil, Dewa Pedang, dan sebagainya. Aturan penulisan subbab Pemakaian Huruf
yang tidak terdapat pada EYD adalah aturan penulisan huruf tebal. Dalam PUEBI dijelaskan
bahwa huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah ditulis miring. Selain
itu, huruf tebal juga digunakan untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti judul
buku, bab, dan subbab.

Perbedaan antara PUEBI dan EYD selanjutnya adalah penggunaan tanda baca. Tanda baca
merupakan hal yang wajib diperhatikan terutama dalam bahasa tulis. Pada EYD yang
diresmikan pada tahun 1972, tanda baca titik koma (;) tidak dijabarkan selengkap di PUEBI.
Pada aturan sebelumnya, titik koma (;) hanya digunakan untuk memisahkan bagaian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara. Selain itu, juga terdapat aturan, yaitu sebagai pengganti
tanda hubung untuk memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk. Selain dua
aturan tersebut, aturan lain juga disampaikan di PUEBI. Aturan lain tersebut adalah tanda
titik koma (;) digunakan pada akhir princian yang berupa klausa dan digunakan untuk
memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan tanda
koma.
4. Pembuat soal 20058026 Misbahul Jannah
Pertanyaan:
Pada umumnya sekarang kan tidak digunakan lagi ejaan van ophuysen, jelaskan alasan
kenapa ejaan tersebut tidak digunakan lagi khususnya di Indonesia?
Jawaban :
Alasannya adalah Ejaan van Ophuijsen ini banyak dipengaruhi oleh ejaan Belanda, sebab
pada saat itu Indonesia masih dijajah oleh Belanda.
Ciri dari ejaan ini adalah penggunaan huruf ‘J’ yang dibaca ‘Y,’ misalnya ‘Jang = yang,’
huruf ‘oe’ yang dibaca ‘u’ (boelan : bulan), huruf ‘tj’ yang dibaca ‘c’ (Tjinta : cinta),
huruf ‘ch’ yang dibaca ‘kh’ (chidmat : khidmat), huruf ‘dj’ yang dibaca ‘j’ (djoedjoer :
jujur). Selain itu, ejaan Van Ophuijsen ini juga menggunakan banyak tanda diakritik
seperti koma ain, koma wasla, dan tanda trema misalnya pada kata so’al, ta’ pa’ dan
sebagainya. Penggunaan tanda ini biasanya digunakan ketika mengindonesiakan kata –
kata dalam bahasa Arab.
5. Pembuat soal: 20023010 Diva Mailani Putri
Pertanyaan:
Sebutkan letak perbedaan antara pedoman umum ejaan bahasa indonesia yang
disempurnakan? dengan pedoman umum ejaan bahasa indonesia ? beserta contohnya?
Jawaban:
Ejaan yang Disempurnakan (disingkat EYD) adalah ejaan bahasa Indonesia yang berlaku
dari tahun 1972 hingga 2015.
Ejaan ini menggantikan Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi. Ejaan ini digantikan oleh
Ejaan Bahasa Indonesia sejak tahun 2015. Ejaan Bahasa Indonesia (disingkat EBI) adalah
ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan adalah: Penambahan
huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu ai, au, oi, sedangkan pada
EBI, huruf diftong ditambah satu yaitu ei (misalnya pada kata geiser dan survei).Penggunaan
huruf kapital. Pada EYD tidak diatur bahwa huruf kapital digunakan untuk menulis unsur
julukan, sedangkan dalam EBI, unsur julukan tidak diatur ditulis dengan awal huruf
kapital.Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu menuliskan
judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta menulis lema atau sublema
dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga dihapus.
6. Pembuat soal: 20063055 NURUL HIDAYAH
Pertanyaan :
Karna Banyaknya Ketapan dan Ketentuan Dalam Penggunaan Ejaan Pada Bahasa Indonesia,
Sulit Sekali Bagi Kita Untuk Memahami Dan Mengingat Semuanya Sekaligus. Untuk Itu
Apa Saran Serta Tips Yang Bisa Digunakan Untuk Mempermudah Kita Memahami Ejaan
Bahasa Indonesia Dengan Lebih Mudah Dan Cepat?
Jawaban :
Mulai terbiasa mencari artikel-artikel dan berlatih kata baku karena sekarang sudah ada
pemerikaan soal kata ejaan yang sesuai di internet dan hal ini bisa kita manfaatkan sebagai
pedoman dan wawasan berbahasa Indonesia. Akrabkan diri dengan Bahasa Indonesia
lakukan dengan menarik atau sukanya kita belajar yang pasti buat jadi menyenangkan
sehingga belajar Bahasa itu asik dan tidak bosan. Berusaha memahami setiap definisi
kata/kalimat tertentu yang jarang didengar dan dilihat denga mencatat kata-kata penting
dapat mempermudah kita menghafal ejaan yang benar.

Anda mungkin juga menyukai