Disusun oleh:
Dzulfa Nurfirdaus, Rifa Aminah Salsabila
Email : dzulfafirdaus@upi.edu, rifaaminahs@upi.edu
2021
Abstrak
Pendahuluan
Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi bahasa
yang paling penting adalah fungsi komunikasi. Sebagai mahasiswa, kita sering
dihadapkan pada penulisan berbagai karya ilmiah. Untuk itu diperlukan suatu lembaga
yang dapat mendukung penulisan ilmiah, yaitu penulisan bahasa Indonesia, khususnya
penulisan. Bahasa baku adalah varian yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian
besar anggota masyarakat yang menggunakannya sebagai bahasa resmi dan sebagai
dasar norma kebahasaan saat menggunakannya (Arifin dan Tasai, 2010). Oleh karena
itu, ketika menulis karya ilmiah baik dalam buku teks, buku akademik, maupun format
penulisan akademik lainnya, berbagai standar penulisan digunakan sebagai standar
penulisan.
Bahasa yang benar adalah yang serasi dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI), tetapi bahasa yang tepat, belum tentu serasi dengan PUEBI. Dalam
masyarakat, penggunaan bahasa baku biasa disebut sebagai bahasa yang baik dan benar.
Menggunakan bahasa yang baik dan benar sudah lama menjadi harapan para peminat
dan pelatih bahasa. Di Indonesia. Tentu saja, persyaratan akademik adalah bahasa yang
tidak menghasilkan kesalahan aturan. Muslich (2010: 9) menyatakan bahwa
penggunaan bahasa mengikuti aturan baku. Atau apa yang dianggap baku
menghasilkan bahasa yang benar (Tribana, 2012: 19).
Bahasa baku tidak selalu merupakan bahasa yang tepat dan benar. Bahasa baku
terkait Dengan penggunaan bahasa menurut aturan, bahasa yang benar dan baik adalah
Penggunaan bahasa yang sesuai dengan konteks penggunaan bahasa seperti lokasi,
suasana, dan waktu Siapa yang harus diberitahu kepada siapa (Tribana, 2012:2). Kata-
kata yang baik digunakan Bahasa Indonesia yang mengutamakan fungsi komunikasi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) menyatakan bahwa ejaan adalah aturan
Cara membuat bunyi berupa huruf dan penggunaan tanda baca. saya akan menjelaskan
tingkat wacana. Menurut “Kamus Besar Indonesia IV Online” (2016) Ini adalah aturan
untuk menulis bunyi (kata, kalimat, dll.) dalam tulisan (huruf) dan menggunakan tanda
baca. Arti kata mengeja berbeda dengan ejaan. Ejaan adalah tindakan membaca huruf,
Suku kata atau kata-kata; ejaan adalah seperangkat aturan yang jauh lebih luas Ini
masalah pengucapan. Ejaan menentukan keseluruhan ejaan suatu bahasa Gunakan
huruf, kata, dan tanda baca sebagai bahan. Ejaan memiliki aturan berikut: Pengguna
bahasa harus mengikuti, terutama karena alasan keteraturan dan keseragaman formal
dalam bahasa tulisan. Keteraturan bentuk mempengaruhi akurasi dan kejelasan makna.
Sejarah ejaan bahasa Indonesia yang dominan di negeri ini telah mengalami
beberapa kali perubahan sejak Indonesia merdeka. Notasi yang pertama kali digunakan
adalah notasi Van Ophuijsen (1901-1947). Setelah dua tahun merdeka, pemerintah
Indonesia saat itu mulai mengembalikan ejaan bahasa Indonesia. Ini kemudian dikenal
sebagai Soewan Dispelling atau Republik (1947-1972). Perbedaan kedua ejaan tersebut
terletak pada deskripsi vokal, konsonan, dan apostrof (`). Butuh banyak usaha dan
waktu yang lama untuk mensosialisasikan ejaan terbaru waktu itu. Transisi dari Ejaan
van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi tidak semudah seperti sekarang ini, karena tidak
mudah untuk berkomunikasi dengan wilayah yang luas.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penelitian kuantitatif digunakan sebagai desain penelitian.
Metode kuantitatif dapat digunakan untuk menangkap pentingnya perbedaan kelompok
atau hubungan antara variabel yang diperiksa. Studi kuantitatif umumnya studi sampel
besar. Dalam penelitian ini, digunakan metode kuisioner dan studi literatur.
Kajian Pustaka
Pada tahun 2015, EYD (Ejaan yang Disempurnakan) diganti menjadi PUEBI
(Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Perubahan tertuang dalam Peraturan
Menteri Kebudayaan dan Kebudayaan (Permendikbud) Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Pengejaan di Indonesia. Alasan perubahan ini
adalah sebagai berikut:
1. Ada berbagai kemajuan ilmiah ilmu pengetahuan
Teknologi dan seni terus berkembang, dan bahasa Indonesia semakin
banyak digunakan baik secara lisan maupun tulisan. Ini adalah salah satu alasan
mengapa Anda perlu mengubah ejaan bahasa Indonesia.
Dalam kuisioner yang di buka untuk 22 peserta yang terdiri dari mahasiswa.
Dapat terlihat bahwa masih banyak ketidakserasian mereka pada penggunaan ejaan
dalam berbahasa Indonesia. Padahal, pada 26 November 2016, EYD diubah menjadi
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Meskipun telah beroperasi selama
beberapa tahun, banyak yang masih mengabaikan pedoman baru tentang cara menulis
ejaan dalam bahasa Indonesia ini. Sekitar 36,4% diantara mereka masih belum paham
dan belum mengikuti peraturan ejaan Bahasa Indonesia yang terbaru di tetapkan.
Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan menerbitkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Panduan
ini bertujuan untuk menyempurnakan pedoman umum (PUEYD) untuk memperbaiki
ejaan bahasa Indonesia. Panduan ini bertujuan untuk memperhitungkan perkembangan
pesat Indonesia yang belum pernah terjadi sebelumnya. Panduan ini merupakan edisi
ke-4 berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No. 50 tanggal 26 November 2016. Dengan adanya pedoman baru ini, diharapkan bisa
terbiasa dengan pedoman saat ini yaitu PUEBI.
Kesimpulan
Bahasa merupakan bagian penting dalam kehidupan karena memilik fungsi
utama sebagai alat komunikasi. Adapun untuk mahasiswa bahasa yang baik dan benar
tentu saja sangat penting jika dihadapkan dengan penulisan berbagai karya ilmiah.
Bahasa yang benar adalah bahasa yang sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI). Dan perlu diketahui bahwa bahasa yang tepat belum tentu serasi
dengan PUEBI karena bahasa yang tepat harus sesuai dengan kontels penggunaanya
seperti lokasi, suasana, waktu, serta dengan siapa kita berbicara.
Selanjutnya ada ejaan. KBBI menyatakan bahwa ejaan adalah aturan cara
membuat bunyi berupa huruf dan penggunaan tanda baca. Sejarah ejaan bahasa
Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sejak Indonesia merdeka. Mulanya notasi
yang digunakan adalah notasi Van Ophuijsen lalu berubah menjadi ejaan Soewandi atau
ejaan Republik, lalu berkembang dan diperbaharui dengan ejaan Pembaharuan, ejaan
Melindo, ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan), ejaan EYD (Ejaan Yang
Disempurnakan) yang dipakai hingga tahun 2015, dan yang berlaku saat ini yaitu
PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia).
Setiap perkembangan ejaan tersebut memiliki perubahan dan perbaikan yang
selaras dengan perkembangan zaman. Adapun perbedaan antara EYD dan PUEBI
diantaranya terletak pada penambahan diftong [ei], penggunaan huruf kapital untuk
nama julukan, penggunaan huruf bercetak tebal, serta penjelasan tentang tanda baca titik
koma(;) yang sebelumnya tidak diekspor dengan luas.
Hasil penelitian yang kami dapatkan dari pengisian kuisioner yang telah kami
jalankan adalah adanya sebagian mahasiswa yang masih memakai Ejaan yang
Disempurnakan (EYD) dalam penulisan karya tulis ilmiahnya. Padahal, sejak 26
November 2016 EYD diubah menjadi PUEBI. Oleh karena itu, kami penulis berharap
bahwa PUEBI ini akan lebih terbiasa dipakai dalam penulisan karya tulis ilmiah oleh
para mahasiswa agar sesuai dengan ejaan yang digunakan pada saat ini.
Daftar Pustaka
Zaenal Arifin, S. Amran Tasai. (2010). Cermat Berbahasa Indonesia untuk
Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Astuti, Fauzia. (2019). Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia: dari Djadoel
sampai Kekinian.