Anda di halaman 1dari 4

NIM : 11231120000011

Nama : Mazaya Novani


Kelas : 1B
Mata kuliah : Bahasa Indonesia

Mengetahui Peraturan Berbahasa Indonesia (EYD/KBBI,UU)

• EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)


EYD merupakan kependekan dari Ejaan Yang Disempurnakan. Ejaan ini merujuk
pada pedoman ejaan serta tata tertib penggunaan bahasa Indonesia yang telah
disempurnakan sesuai dengan hasil keputusan Komisi Bahasa Indonesia. EYD
pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 sebagai sebuah upaya untuk
menyederhanakan dan menormalisasi ejaan bahasa Indonesia. Pada tahun 1987, EYD
diperbaharui dan mendapatkan bentuk yang lebih terperinci serta lengkap. EYD
menjadi acuan resmi dalam penulisan dan penggunaan bahasa Indonesia di Indonesia.

EYD memiliki berbagai aturan yang mencakup ejaan, tata bahasa, serta
pemusatan penyebutan dan penulisan kata. EyD (Ejaan Yang Disempurnakan) adalah
sistem penulisan aksara bahasa Indonesia yang digunakan secara resmi. Beberapa
poin penting dalam EyD antara lain:
1. Penggunaan huruf kapital: Huruf kapital digunakan dalam kata nama diri, seperti
nama orang, tempat, institusi, dan merek dagang. Contoh: John Doe, Jakarta,
Universitas Gadjah Mada, Samsung.
2. Penggunaan tanda baca: EyD memperhatikan penggunaan tanda baca yang benar,
seperti koma (,), titik (.), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda petik (" "), dan lainnya.
Contoh: "Selamat pagi!", "Apakah kamu tahu dimana Budi tinggal?"
3. Pemisahan kata: EyD mengatur pemisahan kata pada akhir baris

Penggunaan bahasa dan ejaan yang tepat sangat diperlukan dalam


penulisansebuah karya ilmiah. Kesalahan penggunaan bahasa dapat membuat
pemaknaan menjadi membingungkan. Salah seorang dosen matakuliah Bahasa
Indonesia pernah menemukan kesalahan pemilihan kata pada judul makalah
mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Kontrasepsi Hukum Positif dan Hukum Islam
adalah judul makalah yang ditulis oleh mahasiswa tersebut. Setelah dilakukan
klarifikasi, istilah yang seharusnya digunakan adalah Kontroversi. Kedua istilah
tersebut sekilas memang tampak mirip, namun memiliki makna yang sangat berbeda.
Penggunaan bahasa juga sangat penting untuk menyampaikan informasi secara
jelas dan mudah dipahami. Saat mempelajari teori tertentu dari sebuah buku,
seseorang mungkin saja mengalami kebingungan. Akan tetapi, saat membaca teori
yang sama dari buku yang lain, kebingungan itu hilang dan informasi yang dibaca
dapat diserap dengan baik. Hal tersebut terjadi karena penggunaan bahasa dalam buku
pertama mungkin saja terlalu berbelit-belit, muncul banyak kalimat yang tidak efektif,
atau muncul banyak istilah ilmiah yang tidak mudah dipahami tanpa dilengkapi
glosarium (daftar istilah). Dengan demikian, pembaca akan lebih memilih membaca
buku kedua dibandingkan buku pertama.
Kesalahan ejaan yang berakibat fatal sering terjadi dalam urusan keprofesian.
Salah seorang dosen di sebuah perguruan tinggi negeri mengalami penundaan
kenaikan pangkat selama beberapa tahun karena kesalahan penulisan tanda titik (.)
pada gelar akademiknya. Beberapa tahun kemudian, ia kembali terpaksa menunda
kenaikan pangkat karena terjadi kesalahan ejaan pada penulisan namanya.
Selain urusan keprofesian, kesalahan ejaan juga dapat berakibat fatal dalam
urusan akademik. Seorang mahasiswa yang tengah menjalani (ujian) seminar proposal
di sebuah perguruan tinggi terpaksa harus mengulang, karena informasi dalam naskah
proposalnya tidak dapat dipahami dengan baik oleh tim penguji. Setelah dilakukan
klarifikasi, ternyata kesalahan yang banyak muncul adalah kesalahan ejaan yang
menyebabkan pemenggalan makna pada informasi yang ditulis menjadi tidak jelas.
Banyak orang yang seringkali menganggap remeh penggunaan bahasa dan ejaan
dalam penulisan karya ilmiah. Mereka menganggap bahwa aspek yang paling penting
dalam sebuah karya ilmiah adalah isi. Pemikiran tersebut tentu keliru. Berdasarkan
contoh-contoh yang telah disebutkan, penggunaan bahasa dan ejaan yang tepat
menjadi dua hal sangat penting diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah.
1. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa pada karya ilmiah tentu berbeda dengan penggunaan bahasa
pada karya tulis lainnya. Kelogisan, keefektifan, dan kelugasan adalah empat aspek
penggunaan bahasa yang perlu diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah.
a. Kelogisan
Penggunaan bahasa dengan mempertimbangkan aspek kelogisan sangat
diperlukan dalam penulisan karya ilmiah. Kelogisan berkaitan erat dengan
pemahaman pembaca dan keberterimaan informasi yang disajikan dalam sebuah
karya ilmiah. Berikut ini dijabarkan secara rinci bentuk-bentuk kelogisan dari aspek
bahasa.
b. Keefektifan
Menurut Rahardi kalimat efektif adalah paparan informasi yang memenuhi syarat
struktur gramatikal minimal dan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca atau
pendengar. Definisi tersebut pada dasarnya mengacu pada aspek kesederhanaan
penyajian informasi yang perlu direalisasikan dalam penulisan karya ilmiah.
Kesederhanaan tersebut dapat diwujudkan dengan mempertimbangkan kesepadanan
struktur atau kesepadanan bentuk.
Suyitno mengemukakan delapan syarat penggunaan kalimat efektif, yaitu (1)
keutuhan, (2) kejelasan, (3) ketaatan terhadap asas, (4) kebakuan, (5) ketepatan, (6)
kelengkapan, (7) tidak taksa makna, dan (8) kesejajaran. Keutuhan berkaitan erat
dengan tatanan kebahasaan (aspek gramatikal) yang menunjukkan kehadiran semua
unsur yang dibutuhkan. Kejelasan berarti struktur dan makna dari kalimat yang
disajikan harus jelas dan mudah dipahami. Ketaatan terhadap asas mengandung
pengertian bahwa sebuah kalimat harus memenuhi syarat ketaatan terhadap aturan
penulisan yang berlaku, baik aturan mengenai afikssasi, penggunaan kata hubung,
atau aturan yang lain. Kebakuan menunjukkan bahwa kosakata dan unsur-unsur
pembentuk kalimat efektif lainnya harus ditulis berdasarkan tata bahasa baku sesuai
dengan konvensi yang berlaku. Ketepatan mengacu pada penggunaan struktur kalimat
atau pemilihan kata yang tepat dan mewakili konsep yang ingin disampaikan.
Kelengkapan mengacu pada penggunaan unsur keterangan dalam kalimat secara
lengkap. Tidak taksa makna, artinya sebuah kalimat efektif tidak boleh menimbulkan
penafsiran yang membingungkan atau beragam. Kesejajaran mengacu pada
penggunaan kalimat yang konsisten dengan mempertimbangkan kesejajaran bentuk,
makna, dan rincian.
C. Kelugasan
Informasi yang disajikan dalam sebuah karya ilmiah harus memenuhi prinsip
kelugasan. Lugas mengandung makna 'mengenai yang pokok-pokok', 'faktual', dan
'tidak berbelit-belit'. Artinya, sebuah karya ilmiah yang telah memiliki batasan topik
harus dikembangkan berdasarkan topik tersebut. Informasi lain yang menjadi
penunjang boleh dicantumkan apabila berhubungan langsung dengan topik yang
dipilih, sehingga gagasan yang disajikan akan menjadi gagasan padat dan tidak
berbelit-belit. Faktualitas konsep lugas perlu dijadikan sebagai dasar penulisan karya
ilmiah. Informasi yang disajikan dalam karya ilmiah tidak boleh berupa rekaan.
Argumen penulis memang perlu muncul dalam sebuah karya ilmiah, tetapi argumen
tersebut harus ditunjang dengan fakta-fakta dan teori yang relevan. Dengan demikian,
argumen yang diajukan dapat menjadi argumen yang kuat dan dapat
dipertanggungjawabkan, bukan sekadar prediksi atau hasil perkiraan semata.¹

• KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)


KBBI adalah singkatan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus ini adalah
kamus resmi bahasa Indonesia yang paling terkenal dan sering digunakan di
Indonesia. KBBI diterbitkan oleh Balai Pustaka, lembaga yang juga bertugas
menyusun dan mempublikasikan karya sastra dalam bahasa Indonesia.
KBBI memiliki tujuan utama sebagai acuan bahasa Indonesia yang otoritatif.
Kamus ini berfungsi untuk menentukan penggunaan kata-kata dalam bahasa
Indonesia yang benar, pengucapan yang benar, serta makna dan arti sebuah kata.
KBBI dirancang untuk memastikan konsistensi dan keakuratan penggunaan bahasa
Indonesia dalam komunikasi bahasa tulis maupun lisan. Setiap entri kata dalam KBBI
berisi informasi komprehensif tentang kata tersebut. Informasi yang diberikan
Manfaat KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah sebagai berikut:
1. Menyediakan definisi kata: KBBI memberikan definisi yang jelas dan resmi
untuk kata-kata dalam bahasa Indonesia. Ini membantu pengguna untuk memahami
makna suatu kata dengan tepat.
2. Memperkaya kosakata: Dengan menggunakan KBBI, pengguna dapat
memperluas dan memperkaya kosakata mereka. KBBI menyediakan kamus yang
lengkap dan kredibel untuk mempelajari dan mengeksplorasi kata-kata baru.

_________________________
¹suryono. 2015. cerdas menulis karya ilmiah. Jakarta: Penerbit Gunung Samudra. h.75

3. Menjaga keberlanjutan budaya: KBBI juga berperan dalam menjaga dan


memperkuat bahasa Indonesia sebagai warisan budaya. Melalui penggunaan KBBI,
pengguna dapat belajar dan menjaga penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan
baku.
Banyak yang mengira jika penulis memakai gaya bahasa aku-kamu, saya-kamu,
atau saya-kau termasuk bahasa baku dan gue-lo termasuk bahasa tidak baku. Sebelum
membahas kesalahan apa yang terdapat pada penggunan bahasa formal dan nonformal
dalam cerita, masalah ini perlu diuraikan terlebih dahulu. Bahasa baku adalah bahasa
yang kalimatnya sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang meliputi ejaan, struktur
kalimat, pemilihan kata, tanda baca, dan sebagainya. Contohnya:
▪ Paket dari Tante sudah saya terima.
▪ Kakak memiliki apartemen baru.
Sebaliknya, bahasa tidak baku adalah bahasa yang kalimatnya tidak sesuai dengan
kaidah Bahasa Indonesia.
Contohnya:
▪ Saya sudah terima paket dari Tante.
▪ Apartemen Kakak baru.
Menarik kesimpulan dari pengertian kata baku dan tidak baku di atas, jelas yang
dimaksud dengan gaya bahasa aku-kamu, saya-kamu, atau saya-kau tidak ada
kaitannya dengan kata baku dan gue-lo tidak ada kaitannya dengan bahasa tidak baku.
Kata-kata tersebut merujuk pada bahasa formal dan bahasan nonformal.
Definisi bahasa formal sendiri adalah bahasa yang baik dan benar dengan bentuk
bahasa yang telah dikodifikasi, diterima, dan diterapkan sebagai acuan oleh
masyarakat luas, khususnya lingkungan formal atau berpendidikan. Kalimat-kalimat
yang menggunakan bahasa formal ditulis berdasarkan kaidah bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Oleh karena itu, kalimat formal memiliki fungsi kata baku di
dalamnya. Sementara, bahasa nonformal adalah bahasa yang berbeda dari bahasa
yang baik dan benar dan dipergunakan dalam lingkungan tidak resmi. Kalimat-
kalimat dengan bahasa nonformal cenderung menyimpang dari kaidah tata bahasa.
Bahasa nonformal bentuknya tidak terikat dan bebas seperti penggunaannya dalam
bahasa gaul. Dalam fiksi, bahasa nonformal banyak kita temui di novel-novel remaja.
Usia remaja atau sekolah tidak mungkin menggunakan bahasa formal. Tentu
bahasa nonformal akan lebih efektif karena lebih luwes dan mudah dipahami sehingga
pesan tersampaikan dengan baik. Sebaliknya, novel kontemporer atau fantasi yang
menggunakan bahasa formal lebih bisa diterima pembaca usia dewasa.
Lalu, apa yang salah dari penggunaan bahasa formal dan nonformal? Memang
benar untuk cerita bergenre fantasi, romansa sejarah, fiksi ilmiah, kontemporer dan
semacamnya lebih sesuai menggunakan bahasa formal. Sementara, untuk yang
bergenre seperti teenlit, bahasa nonformal lebih efisien digunakan. Namun, ada
aturannya juga untuk masing-masing penggunaannya.²
_________________________
²Gita, Neinilam. 2021. 45 Kesalahan Penulis Wattpad. Jakarta: GD PRESS. h.143

Tidak selalu sepenuhnya naskah memakai bahasa formal atau nonformal. Karena
meski genre cerita yang kamu tulis adalah teenlit dengan bahasa gaulnya yang khas,
tidak sepenuhnya percakapan menggunakan bahasa nonformal tersebut. Untuk narasi
dengan sudut pandang ketiga, bahasa yang digunakan tetap formal. Hanya dialog saja
yang menggunakan bahasa nonformal. Kecuali, jika menggunakan sudut pandang
pertama. Tokohnya adalah anak remaja yang berbicara dengan bahasa gaul pada
zamannya. Penggunaan bahasa nonformal sesuai dengan karakter tokohnya tidak
dipermasalahkan. Seringnya, penulis Wattpad tidak menyadari hal ini.

Anda mungkin juga menyukai