Anda di halaman 1dari 8

RESUME

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Judul : Ejaan Bahasa Indonesia, Penggunaan Diksi, dan Istilah dalam Ragam
Ilmiah

Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu : Esa Kharisma M.N S.S., M.Pd

Nama : Vania Aurellia Azarine

NIM : 225080500113011

Program Studi : Akuakultur

PSDKU UNIVERSITAS BRAWIJAYA KEDIRI


2022
Ejaan Bahasa Indonesia, Penggunaan Diksi, dan Istilah dalam Ragam Ilmiah

Ejaan Bahasa Indonesia

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, ejaan adalah kaidah-


kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat) di dalam bentuk tulisan
(huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda baca.Ejaan ialah penggambaran bunyi
bahasa dengan kaidah tulis-menulis yang distandardisasikan. Ejaan mempunyai
tiga aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan
huruf dan penyusunan abjad. Aspek morfologi yang menyangkut penggambaran
satuan-satuan morfemis dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran
tanda baca (Haryatmo Sri, 2009).Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ejaan
adalah cara atau aturan menuliskan kata-kata dengan huruf.

Ejaan ada dua macam, yakni ejaan fenetis dan ejaan fomenis. Ejaan fenotis
merupakan ejaan yang berusaha menyatakan setiap bunyi bahasa dengan huruf,
serta mengukur dan mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa (diagram).
Ejaan fonemis adalah ejaan yang berusaha menyatakan setiap fonem dengan satu
lambing atau satu huruf, sehingga jumlah lambing yang diperlukan tidak terlalu
banyak jika dibandingkan dengan jumlah lambing dalam ejaan fonetis (Barus
Sanggup, 2013).

Ejaan Bahasa Indonesia memiliki fungsi penting sebagai penyaring bahasa


lain ke bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya tidak akan menghilangkan
makna aslinya. Tujuan ejaan Bahasa Indonesia adalah untuk enota pengertian
pada tulisan agar lebih jelas dan memudahkan pembaca memahami informasi
yang ingin disampaikan.

Perkembangan ejaan dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi 4,


diantaranya :

8. Ejaan Van Ophuisjen (1901-1947)

Ejaan pertama yang diterbitkan pada tahun 1901 saat Bahasa Indonesia
masih disebut sebagai Bahasa Melayu. Ejaan ini disusun oleh orang Belanda
bernama Charles A. Van Ophuijsen dan dibantu oleh Engku Nawawi Gelar
Ma’moer dan Muhammad Taib Soetan Ibrahim. Contoh ejaan van ophuisjen
antara lain: jang, kamoe, satoe, njanji, chawatir, sjarat.

2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (1947-1972)

Ejaan ini diresmikan pada 19 Maret 1947 dan disusun oleh Mr. Raden
Soewandi yang saat itu menjabat sebagai Menteri Pendidikan. Pengajaran, dan
Kebudayaan. Pembaharuan dari ejaan ini terletak dalam penggunaan diftong
(gabungan dua huruf enot) oe yang diganti menjadi huruf u, dan dihapuskannya
tanda apostrof yang diganti menjadi huruf k atau tidak dituliskan sama sekali.
Contoh ejaan enotati atau ejaan soewandi, antara lain: Jum’at menjadi Jumat,
ra’yat menjadi rakyat, ma’af menjadi maaf.

3. Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)

Ejaan ini adalah hasil dari penyempurnaan ejaan yang bekerja sama
dengan Malaysia yang merupakan enota rumpun Melayu sama dengan Indonesia
pada Desember 1959. Terbentuknya ejaan ini diharapkan pemakaiannya berlaku
di kedua enota paling lambat Januari 1962. Namun perkembangan hubungan
politik yang kurang baik antara kedua enota pada saat itu membuat ejaan ini gagal
diberlakukan. Contoh ejaan melindo antara lain: menyapu ditulis menapu, syair
ditulis Syair, ngopi menjadi nopi, koboi ditulis koboy.

4.Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pemakaian ejaan ini diresmikan pada 16 Agustus 1972. Departemen


Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan sebagai patokan pemakaian ejaan
itu. Contoh ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan antara lain: kamu, putra,
enota.

Penggunaan ejaan Bahasa Indonesia dalam ragam bahasa ilmiah terbagi


menjadi 5, diantaranya :

1.Penulisan huruf kapital

 Penulisan yang salah: gubernur Jawa Barat


 Penulisan yang benar: Gubernur Jawa Barat

2. Penulisan huruf miring

 Penulisan yang salah: Buku tersebut berjudul “Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia”.
 Penulisan yang benar : Buku tersebut berjudul Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia.

3. Penulisan kata

 Penulisan yang salah: di lampirkan


 Penulisan yang benar: dilampirkan

4. Penulisan unsur terapan

 Penulisan yang salah: Pebruari


 Penulisan yang benar: Februari

5. Pemakaian tanda baca

 Penulisan yang salah: A Zainudin SH (nama)


 Penulisan yang benar: A. Zainudin S.H. (nama)

Penggunaan Diksi

Diksi yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah harus sesuai dengan
karakter karya ilmiah yang ditulis karena kata merupakan sumber daya dalam
bahasa yang memiliki kekuatan yang berbeda dalam mempengaruhi orang lain.
Dalam pemilihan kata, ada dua hal yang harus diperhatikan yaitu pertama,
ketepatan pilihan kata dalam mengungkapkan sebuah gagasan, hal, atau barang
yang akan diamanatkan, dan kedua, kesesuaian atau kecocokan penggunaan kata.

Diksi adalah suatu pilihan kata yang tepat dan selaras dengan
penggunaannya dalam menyampaikan sebuah gagasan atau cerita yang meliputi
gaya bahasa, ungkapan, pilihan kata, dan lain-lain.

Fungsi penggunaan diksi antara lain :

1. Memudahkan pembaca atau pendengar memahami apa yang ingin disampaikan


penulis atau penutur

2. Kata yang disampaikan menjadi lebih jelas sehingga terasa tepat sesuai
konteksnya

3. Mengantisipasi terjadinya interpretasi yang berbeda antara penyampai kalimat


dengan penerimanya

4. Diksi yang bagus dan sesuai dapat dipakai untuk memperindah kalimat

5. Untuk menggambarkan ekspresi terhadap ide dan gagasan yang akan


disampaikan

6. Membuat komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien

Manfaat diksi bagi penulis dan pembicara yakni untuk membedakan antara
kata kata yang telah ditulisnya dengan kata-kata kutipan dari orang lain.
Sedangkan manfaat diksi bagi pembaca atau pendengar yakni pembaca maupun
pendengar dapat membedakan kata-kata sinonim, enotat, maupun kata lain yang
ejaannya mirip sehingga pembaca dan pendengar pun dapat memahami dengan
lebih baik jika penggunaan diksi sudah sesuai dengan konteksnya.

Berdasarkan leksikalnya diksi dibedakan menjadi 8, diantaranya :


1. Sinonim, persamaan kata

2. Antonim, lawan kata

3. Homonim, jenis kata yang memiliki makna berbeda namun pengucapan dan
ejaannya sama

4. Homofon, jenis kata yang memiliki makna dan ejaan yang berbeda tetapi
memiliki lafal yang sama

5. Homograf, jenis kata yang memiliki ejaan sama tetapi makna dan lafalnya
berbeda

6. Polisemi, jenis kata yang ejaan dan lafalnya sama tetapi memiliki banyak arti
sesuai dengan koteks kalimatnya

7. Hipernim, kata umum yang menjadi penyebutan kata lainnya karena dapat
mewakili kata lainnya

8. Hiponim, kata yang terwakili maknanya oleh kata hipernim

Dalam pandangan Keraf (1984), sepuluh hal yang perlu diperhatikan


penulis agar pilihan kata yang tepat sesuai dengan konteks dan tujuannya.
Kesepuluh hal tersebut dapat adalah sebagai berikut.

1) Bedakan secara Cermat Kata yang Bermakna Denotasi dan Konotasi.


2) Bedakan secara Cermat Kata-kata yang Hampir Bersinonim
3) Hindari Kata-kata Ciptaan Sendiri
4) Bedakan Kata-kata yang Mirip dalam Ejaan
5) Waspada terhadap Penggunaan Akhiran Asing.
6) Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara
idiomatic
7) Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus
membedakan kata umum dan kata khusus
8) Mempergunakan kata indria yang menunjukkan persepsi yang khusus.
9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah
dikenal.
10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Istilah dalam Ragam Ilmiah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ilmiah adalah sesuatu


yang bersifat keilmuan. Artinya,ragam bahasa ilmiah merupakan bahasa yang
disampaikan dalam ranah ilmiah atau akademis. Melansir dari pembahasan B.
Suhardi & B. Cornelius Sembiring dalam buku Pesona Bahasa (2009), ragam
bahasa adalah berbagai bentuk bahasa yang terbentuk dengan menyesuaikan aspek
enota pemakai dan pemakaiannya.

Ciri-ciri ragam bahasa ilmiah :

1. Cendekia atau bersifat cerdik merupakan salah satu enot ragam bahasa


ilmiah yang menandakan bahwa bahasa yang digunakan sudah tepat
sehingga informasi tersampaikan dengan baik. 

2. Lugas dan jelas, yaitu bahasa yang digunakan mampu menyampaikan


informasi dengan jelas dan tidak bermakna ganda. 

3. Bertolak pada gagasan, yaitu penyampaian informasi didasarkan pada


gagasan utama atau tidak bersifat subjektif. 

4. Formal, bahasa yang digunakan dalam ranah ini bersifat formal dengan
menggunakan kosakata baku yang sesuai dengan EYD (Ejaan yang
Disempurnakan) dan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

5. Objektif, bahasa atau ungkapan yang digunakan tidak bersifat subjektif. 

6. Ringkas dan padat, bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit sehingga


informasi dapat lebih dipahami. 

7. Konsisten, penggunaan enota-unsur kebahasaan seperti kosakata, tanda


baca, dan ejaan konsisten. 

Umumnya, bahasa ilmiah enotat menggunakan kosakata yang bersifat


enotative atau lugas dan tidak bermakna ganda supaya penyampaian menjadi lebih
efektif. Selain itu, istilah dalam ragam ilmiah juga bisa dilihat dari penggunaan
morfemnya. 

Contoh : biologi

Morfem : bio

Makna : kehidupan
Daftar Pustaka

https://id.scribd.com/document/481284140/Ejaan-Bahasa-Indonesia-Penggunaan-
Diksi-dan-Istilah-dalam-Ragam-Ilmiah-pdf

https://www.gurupendidikan.co.id/ejaan-bahasa-indonesia/

https://mplk.politanikoe.ac.id/images/pdf/BA_Teknik_Penulisan_2020/
Modul_Praktek-TekpPen-001.pdf#:~:text=Diksi%20yang%20digunakan
%20dalam%20penulisan%20karya%20ilmiah%20harus,memiliki%20kekuatan
%20yang%20berbeda%20dalam%20mempengaruhi%20orang%20lain.

https://www.zenius.net/blog/ragam-bahasa-ilmiah#Ciri-
Ciri_Ragam_Bahasa_Ilmiah

Pertanyaan

1. Menurut Anda, mengapa ada perubahan Ejaan Bahasa Indonesia?


Jawab : Ejaan bahasa Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi adalah mempunyai tujuan untuk
penyempurnaan. Dalam language planning proses ini dikenal dengan
istilah elaborasi, yaitu pembutan aturan-aturan kaidah kebahasaan seperti
dalam kaidah penulisan (ortografis).

2. Mengapa kita harus menerapkan Ejaan Bahasa Indonesia dalam


perguruan tinggi?
Jawab : Karena untuk mempertegas atau menyamakan bahasa yang
digunakan. Dari sistem ejaan juga penting untuk mengatur penggunaan
bahasa dan peraturan berbahasa Indonesia, serta mengasah kemampuan
mahasiswa dalam berbahasa.

Anda mungkin juga menyukai