Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGETAHUAN BAHAN AGROINDUSTRI


“METABOLIT SEKUNDER”

Nama : Ardian Firmansyah


NIM : 205100300111051
Kelompok : 34
Asisten : Yessicha Kristina Silitonga

LABORATORIUM TEKNOLOGI AGROKIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
BAB I
PRELAB
1. Jelaskan apa yang dimaksud dari metabolit sekunder beserta
peranannya!
In general, secondary metabolite is a type of compound produced from the
derivative of a primary type of metabolic compound. Also common types of
secondary metabolites will not constitute the framework that is the basic molecule
in a microorganism. For the type of difference that distinguishes between
secondary and primary metabolites, it is quite difficult to find because substances
in primary metabolites will overlap with secondary metabolites as occurs in amino
acids (Thirumurugan et al., 2018).
Secara umum metebolit sekunder merupakan suatu jenis senyawa yang
berasal dari turunan senyawa metabolisme jenis primer. Umumnya juga jenis
metabolit sekunder ini tidak akan menyusun kerangka yang menjadi molekul dasar
dalam suatu mikroorganisme. Untuk jenis perbedaan yang membedakan antara
metabolit sekunder dan juga primer ini cukup susah ditemukan karena zat di dalam
metabolit primer akan saling bertindihan dengan metabolit sekunder seperti yang
terjadi pada asam amino (Thirumurugan et al., 2018).
Metabolit sekunder sendiri juga dapat diartikan sebagai sebuah senyawa yang
sebagian kecil tersusun atas karbon dan nitrogen. Beberapa unsur ini akan sangat
berguna untuk melakukan kegiatan sintesis molekul organik, meskipun perannya
tidak secara langsung. Senyawa metabolit ini juga memiliki sifat yang spesifik baik
dari fungsi dan bagiannnya termasuk untuk bunga, buah, biji, akar dan yang
lainnya (Anggraito et al., 2018).
2. Sebut dan jelaskan 3 klasifikasi metabolit sekunder!
Senyawa metabolit sekunder pada umumnyadapat ddibagi menjadi beberapa
bagian atau kelompok. Pertama adalah kelompok fenolik lalu yang kedua ada
kelompok alkaloid, dan yang terakhir ada kelompok terpenoid. Secara garis besar
untuk salah satu jenis tanaman yang akan menghasilkan jenis senyawa metabolis
sekunder ini yaitu ada temulawak, secara garis besar di dalam tanaman
temulawak ini akan terkandung beberapa kelompok dari yang telah ada tadi yaitu
alkaloid dan juga jenis terpenoid (Ergina et al., 2014)
Selebihnya, dari beberapa kelompok tersebut ada dalam jenis senyawa
metabolit sekunder yang sudah teridentifikasi. Adapun contohnya ,pertama ada
kelompok fenolik yang contohnya ada di dalam asam fenolat lalu ada dalam
kumarin serta flavonoid, dan juga ada pada tanin beserta lignin. Lalu untuk
kelompok alkaloid ini sendiri akan mengandung nitrogen, contohnya ada
glukosinolat serta agostinicosta. Lalu yang terakhir untuk kelompok terpenoid itu
ada berada dalam glikosida kardiak dan juga ada dalam volatil serta sterol dan
karotenoid (Anggraito et al., 2018).
3. Sebutkan dan jelaskan proses ekstraksi pada pengujian metabolit
sekunder! (minimal 2)
Ekstraksi dapat dilakuan dalam beberapa metode yang sudah teridentifikasi .
Salah satunya adalah dengan metode maserasi. Maserasi merupakan suatu
metode yang cukup sederhana yang juga banyak digunakan. Metode maserasi
sendiri juga dapat dilakukan dalam skala laboratorium maupun skala industri.
Metode maserasi dilakukan untuk menghindari rusaknya suatu senyawa yang
bersifat temolabil. Maserasi dapat dilakukan dengan cara memasukkan suatu
bubuk tanaman dan juga pelarut ke dalam wadah inert yang tertutup rapat dengan
suhu kamar. Pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi senyawa bioaktif salah
satunya adalah etanol. Waktu maserasi yang terlalu singkat dapat mengakibatkan
tidak semua senyawa dapat terlarut di dalam pelarut yang digunakan (Amelinda et
al., 2018).
Furthermore, there is the MAE or Microwave Assited Extraction method.
Where this method is based on the help or electromagnetic radiation with the help
of a frequency of 0,3 to 300 HGz. Then it will induce heat in a material through
dipolar rottaion and also conduction of ionic molecules. The activation of these
molecules and also the heat generated can destroy a cell wall so that the bioactive
compounds can be released more easily from the material matrix to the extracted
solvent. In fact, a study has shown that MAE in rubbenroid extraction can increase
an efficieny, reduce the amount of ssolvent and also save extraction time
compared tp convensional extraction methods (Chuyen et al., 2017).
Selanjutnya ada metode MAE atau Microwave Assisted Extraction. Dimana
metode ini didasarkan pada bantuan radiasi elektromagnetik dengan bantuan
frekuensi 0,3 hingga 300 HGz. Kemudian akan menginduksi panas di dalam suatu
material melalui rotasi dipolar dan juga konduksi dari molekul ionik. Adapun
aktivasi molekul tersebut dan juga panas yang dihasilkan dapat menghancurkan
suatu dinding sel sehingga senyawa bioaktif dapat dilepaskan dengan lebih mudah
dari matriks material ke pelarut yang terekstraksi. Bahkan di dalam suatu penelitian
telah menunjukkan bahwa MAE di dalam ekstraksi yang bersifat karetonoid dapat
meningkatkan suatu efisiensi, mengurangi jumlah pelarut dan juga menghemat
waktu ekstraksi dibandingkan dengan metode ekstraksi yang dilakukan secara
konvensional (Chuyen et al., 2017).
4. Tulis dan jelaskan rumus perhitungan total fenolik dan aktivitas
antioksidan pada pengujian metabolit sekunder!
Total fenolik biasa terandung dalam buah-buahan. Pada umumnya konsentrasi
dati fenolik dapat dihitung dengan bantuan spektrofotometri. Dimana 1 mg/mL
setara dengan 10 mg di dalam 10 mL metanol yang digunakan dalam analisis.
Berdasar dari pengukuran absorbansi, total fenol biasa dibaca melalui kurva
standar. Kemudian total fenol yang di ekstrak akan ditunjukkan di dalam gallic acid
equivalent (GAE) (mg.gr). adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
total fenol GAE = c (V/m).
Keterangan:
c = konsentrasi total fenol dari kurva standar asam galat (mg/L)
V = volume ekstrak (L) dan
m = berat ekstrak (gram) (Syafitri et al., 2014).
Terdapat suatu perhitungan untuk meghitung banyaknya aktivitas antioksidan
di dalam metabolit sekunder. Metode tersebut dinamakan sebagai DPPH. Untuk
menghitung nilai uji aktivitas antioksidan. Larutan sampel dapat dihitung
(Abs.Blanko−Abs.Sampel)
menggunakan rumus: %inhibisi = Absorbansi Blanko
x 100%. Dimana nilai
persentase dari masing-masing konsentrasi digunakan untuk menentukan suatu
persamaan linier y = a + bx, dimana nilai X adalah konsentrasi (ppm) dan Y adalah
nilai dari persentase inhibisi (%). Kemudian antioksidan dinyatakan dalam
konsentrasi inhibisi sebagai konsentrasi sampel yang dapat merendam radikal
DPPH sebanyak 50% dimana nilainya didapatkan dari x dengan mengganti nilai y
menjadi 50 (Yati et al., 2018).
5. Sebutkan dan jelaskan contoh penerapan metabolit sekunder yang ada
pada tanaman!
Dalam suatu tanaman terdapat senyawa berupa metabolit primer dan metabolit
sekunder. Senyawa ini memiliki penerapan yang berbeda khususnya pada
metabolit sekunder. Penerapan metabolit sekunder seperti fenolik dapat dijumpai
dalam pembentuk antioksidan dari daun sukun. Selain itu, ada juga Trichoderma
sp. Yang berperan dalam pembentukan senyawa antibiotik, enzim, dll (Suryanto
and Wehantouw, 2019).
Dalam perkembangannya metabolit sekunder seperti terpenoid banyak
diterapkan pada tanaman sebagai penghambat pertumbuhan jamur. Hal ini
dikarenakan terpenoid yang dapat merusak membran sel sehingga pertumbuhan
dari jamur dapat terhenti. Hal ini sudah diterapkan pada tanaman buah naga
(Wahjuni et al., 2016).
6. Sebut dan jelaskan pemanfaatan metabolit sekunder di bidang industri!
Dalam bidang industi metabolit sekunder memiliki seperti terpenoid, fenolik,
alkaloid banyak dimanfaatkan dalam pangan maupun non pangan. Adapun
penerapan dalam bidang industri seperti produksi antioksidan yang diperoleh dari
fenolik melalui ekstraksi dari daun sukun. Pemanfaatan metabolit sekunder ini juga
dapat mengatasi berbagai macam penyakit yang tergolong berat seperti kanker
dan juga sebagai penjaga imun (Suryanto and Wehantouw, 2019).
In addition, secondary metabolites, which are alkaloid types, are widely used in
the pharmaceutical industry. Alkaloid compounds can be found from opium. This
plant will produce morphine which is useful in the pharmaceutical industry.
Morphine which contains alkaloids can be used to treat moderate to severe pain
(Matyášová et al., 2011).
Selain itu, metabolit sekunder yang berjenis alkaloid banyak dimanfaatkan
dalam industri farmasi. Senyawa alkaloida dapat ditemukan dari opium. Dari
tanaman ini akan diproduksi morfin yang berguna dalam indstri farmasi. Morfin
yang memiliki kandungan alkaloid ini dapat digunakan untuk mengatasi rasa sakit
sedang hingga berat (Matyášová et al., 2011).
BAB II
METODOLOGI
2.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini memiliki tujuan
sebagai kelancaran kegiatan praktikum. Alat dan bahan yang digunakan juga
cukup beragam. Untuk alat yang digunakan adalah timbangan digital, colorimeter,
labu ukur 10 mL dan juga 50 mL. Lalu juga ada pipet ukur, tabung rekasi serta
erlenmeyer. Berikutnya adalah gelas ukur, spatula, cawan petri dan juga plastik
klip.
Dilanjutkan dengan bahan yang digunakan dalam prakikum kali ini tidak
sebanyak alatnya. Bahannya hanya dua jenis. Pertama adalah 1 kg buah bit.
Kemudian ada aquades yang digunakan sebagai pelarutnya.
2.2 Diagram Alir
2.2.1 Diagram Alir Ekstraksi Metode Freeze Injury

Buah bit

Sortasi dan pencucian

Pengecilan ukuran

Bleaching pada suhu 100℃ selama 5 menit

Pembekuan (1 hari)

Aquades 100℃

Pencampuran

Pendinginan

Penyaringan

Sirup buah bit

Analisa
2.2.2 Diagram Alir Ekstraksi Metode Maserasi

Buah bit

Pengecilan ukuran

Bleaching

Aquades 100℃

Masukkan erlenmeyer

Diinfusi selama 24 jam

Analisa

2.2.3 Diagram Alir Pengujian Warna Sampel Freezing Injury

Sirup Buah Bit Freezing Injury

Dimasukkan ke plastik klip menggunakan pipet

Tempelkan sensor colorimeter pada permukaan plastik klip

Amati dan catat hasil

Hasil
2.2.4 Diagram Alir Pengujian Warna Sampel Maserasi

Sirup Buah Bit Maserasi

Dimasukkan ke plastik klip menggunakan pipet

Tempelkan sensor colorimeter pada permukaan plastik klip

Amati dan catat hasil

Hasil
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Analisa Prosedur
3.1.1 Ekstraksi Metode Freeze Injury
Dalam metode ekstraksi freezing injury terdapat alat dan bahan yang
digunakan. Adapun alat yang digunakan diantaranya adalah wadah untuk
menampung buah bit, termometer untuk mengukur suhu, freezer kulkas untuk
membekukan bahan yaitu buah bit, pengaduk untuk mengaduk bahan agar
tercampur, kompor untuk memanaskan air/alkohol, ada saringan untuk menyaring
ekstrak dari buah bit. Adapun bahan yang digunakan diantaranya adalah buah bit
sebagai objek pengamatan, aquades 100℃ untuk campuran pada buah bit.
Dalam metode ini terdapat prosedur dalam proses ekstraksinya. Pertama,
siapkan alat dan bahan (buah bit dan alat yang diperlukan). Kedua, dilakukan
sortasi dan pencucian serta dilakukan juga pengecilan ukuran. Ketiga, dilakukan
bleaching pada suhu 100 ℃ selama 5 menit. Keempat, dilakukan proses
pembekuan selama 24 jam. Kelima, setelah dilakukan pembukan ditambahkan
aquades 100 ℃ dan masuk pada proses pencampuran. Keenam. Setelah
dilakukan pencampuran maka dilakukan pendinginan dan dilanjutkan dengan
proses penyaringan. Ketujuh, didapatkan sirup buah bit dan dilakukan analisa
selanjutnya.
Dalam metode ekstraksi ini ditemukan fungsi perlakuan dalam prosesnya.
Diantaranya adalah penyaringan yang difungsikan untuk memisahkan padatan
dari buah bit sehingga didapatkan sirup. Adapun pencucian untuk membersihkan
bahan. Selain itu, ada penambahan aquades 100 ℃ yang difungsikan untuk
melarutkan. Kemudian, ada bleaching yang difungsikan untuk menginaktifkan
enzim polifenoloksidase dan melunakkan tekstur bahan. Selain itu, ada
pembekuan yang difungsikan untuk membekukan air yang terkandung dalam
bahan. Ada juga sortasi untuk menghindari penggunan bahan yang busuk.
Adapun pengecilan ukuran yang difungsikan untuk memudahkan proses tahapan
berikutnya.
3.1.2 Ekstraksi Metode Maserasi
Dalam metode ini diperlukan alat dan bahan yang memiliki fungsi yang
berbeda. Alat yang digunakan diantaranya adalah adalah wadah untuk
menampung buah bit, termometer untuk mengukur suhu, kompor untuk
memanaskan air/alkohol, pengaduk untuk menghomogenkan suatu larutan,
termometer untuk mengukur suhu apabila digunakan, erlenmeyer untuk
menampung ekstrak dari buah bit. Selain itu ada alat dan bahan yang digunakan
diantaranya yaitu buah bit sebagai objek penelitian, aquades 100 ℃ unruk
mengencerkan larutan.
Adapun prosedur dalam metode ekstraksi masserasi ini yang pertama yaitu
menyiapakan alat dan bahan. Kedua, dilakukan pengecilan ukuran terhadap buah
bit. Ketiga, dilakukan juga bleaching. Keempat setelah dilakukan bleaching
ditambahkan larutan aquades 100 ℃ dan dimasukkan pada erlenmeyer. Kelima,
dilakukan infusi selama 24 jam dan dilakukan analisa.
Adapu fungsi perlakuan dalam metode ekstraksi masserasi. Diantaranya
adalah bleaching yang difungsikan untuk menginaktifkan enzim polifenoloksidase
dan melunakkan tekstur bahan. Selain itu, ada penambahan aquades 100 ℃ yang
difungsikan untuk melarutkan. Kemudian, ada juga diinfusi selama 24 jam,
semakin lama waktu massserasi yang diberikan maka semakin lama juga kontak
antara pelarut dengan bahan yang berdampak pada banyaknya jumlah sel yang
pecah dan bahan aktif yang terlarut. Ada juga pengecilan ukuran yang difungsikan
untuk mempermudah pada proses selanjutnya.
3.1.3 Pengujian Warna Sampel Freezing Injury dan Maserasi
Dalam pengamatan terhadap pengujian earna sampel freezing injury dan
masserasi terdapat alat dan bahan yang digunakan dengan fungsinya masing
masing. Alat yang digunakan yaitu plastik klip untuk wadah dari sirup buah bit,
alat tulis untuk mencatat data hasil, calorimeter untuk mengetahui/mengukur
indeks warna yang ada pada bahan, pipet untuk mengambil sampel yang
kemudian akan dimasukkan dalam plastik klip. Adapun bahan yang digunakan
yaitu sirup buah bit dari hasil ekstraksi masserasi dan sirup buah bit freezing injuri
yang akan dilakukan pengamatan
Adapun prosedur dalam pengujian warna sampel freezing injury dan uji warna
pada hasil sampel uji masserasi yang pertama yaitu siapkan bahan berupa sirup
buah bit hasil dari metode ekstraksi freezing injury dan masserasi. Kedua,
dimasukkan sampel pada plastik klip menggunakan pipet. Ketiga, tempelkan
sensor colorimeter pada permukaan plastik klip. Keempat, amati dan catat hasil
ada data hasil praktikum.
Dalam pengamatan warna dengan colorimeter ini ada fungsi perlakuan.
Diantaranya adalah memasukkan sirup buah bit pada plastik klip menggunakan
pipet, ini difungsikan untuk memudahkan memasukkan sirup buah bit pada plastik
klip. Kemudian, menempelkan sensor colorimeter pada permukaan plastik klip, ini
difungsikan agar pengujian warna berhasil dengan akurat. Adapun memasukkan
sirup buah bit pada plastik klip untuk memudahkan pengujian menggunakan
colorimeter.
3.2 Analisa Hasil
3.2.1 Pengujian Warna Sampel Hasil Ekstraksi Freezing Injury
Setelah dilakukan praktikum didapatkan hasil untuk pengujian warna sampel
hasil ekstraksi freezing injury. Didapatkan untuk tingkat kecerahan warna putih (L)
didapatkan nilai sebesar 18.92. Lalu untuk tingkat kecerahan berdasarkan warna
merah atau kehijauan (a) adalah 30,58. Sementara tingkat kecerahan yang
menunjukan warna kebiruan atau kekuningan (b) adalah 2.27. selanjutnya untuk
lambang c yang mewakili chroma sebsar 30.66. Lalu untuk lambang h yang
menunjukan warna berdsarkan cahaya yang dipantulkan objek sebesar 4.25 yang
mana menunjukan warna merah.
Berdasarkan data yang telah didapatkan diatas, bahwa suhu mempengaruhi
hasil warna ekstraksi. Karena semakin tinggi suhu pemanasan maka warna yang
dihasilkan akan lebih pekat dan gelap. Namun pada Pengujian Warna
Sampel Hasil Ekstraksi Freezing Injury ini lebih aman terhadap perubahan warna
karena menggunakan suhu yang rendah. Sehingga sehingga tidak akan merusak
pigmen warna yang menyebabkan warna kan lebih cerah. Hal ini sudah sesuai
dengan hasil praktikum yang menunjukan nilai L, a, b, c, dan h lebih tinggi
dibanding dengan metode ekstraksi (Ali et al, 2013).
3.2.2 Pengujian Warna Sampel Hasil Ekstraksi Maserasi
Dalam praktikum ini didapatkan hasil untuk pengujian warna sampel hasil
ekstraksi maserasi. Didapatkan tingkat kecerahan berdasarkan warna putih (L)
sebesar 17.44. Lalu untuk tingkat kecerahan berdasarkan warna merah atau
kehijauan (a) adalah 34.45. Sementara tingkat kecerahan yang menunjukan warna
kebiruan atau kekuningan (b) adalah 8.99. selanjutnya untuk lambang c yang
mewakili chroma sebsar 35.60. Lalu untuk lambang h yang menunjukan warna
berdsarkan cahaya yang dipantulkan objek sebesar 14.63 yang menunjukan
warna merah.
Berdasar pada hasil pengujian warna sampel hasil ekstraksi maserasi
disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maserasi maka nilai kecerahan (L) akan
semakin tinggi dan lama proses maserasi juga mneyebkan nilai kecerahan
semakin tinggi. . Nilai kecerahan ini bergantung pada fikoeritrin yang dihasilkan.
Semakin tinggi kadar fikoeritrin maka akan semakin gelap sedangkan semakin
rendah kadarnya maka akan semakin cerah.Dalam literatur didapatkan untuk nilai
(L) berkisar normal antara 10-20, sedangkan pada praktikum ini didapatkan hasil
nilai (L) 17,44. Dalam hal ini sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan untuk
nilai (L) tingkat kecerahan berdasar warna putih berkisar antara 10 – 20. Namun
juga bergantung pada volume yang diuji (Purba et. al, 2019).
3.2.3 Pembuatan Kurva Standar Uji Total Fenol
Dalam hasil praktikum untuk pembuatan kurva standar uji total fenol
didapatkan untuk nilai konsentrasi dan absorbansi. Dari hasil yang didapat untuk
konsentrasi 20 ppm didapatkan nilai absorbansi sebesar o,164. Kemudian,
didapatkan hasil juga untuk konsentrasi 40 ppm didapatkan absorbansi sebesar
0,389. Hasil untuk konsentrasi 60 ppm didapatkan nilai absorbansi sebesar 0,544.
Selanjutnya, pada konsentrasi 80 ppm didapatkan untuk nilai absorbansi sebesar
0,678. Untuk yang terakhir pada konsentrasi 10 ppm didapatkan hasil nilai
absorbansi sebesar 0,733. kemudian dari dua data tersebut dibuat kurva standar
asam galat yang berslope positif sehingga didapatkan persamaan yaitu Y=
0,0075x+0,0575 dan 𝑅 2=0,9751.
Selanjutnya didapatkan juga untuk perhirungan total fenol. Perhitungan pada
total fenol ini berdasarkan pada persamaan kurva yaitu Y= 0,0075x+0,0575
dengan Y adalah absorbansi dan X adalah konsentrasi asam galat, maka dicari
terlebih dahulu X nya. Caranya dengan melakukan distribusi nilai Y kedalam
persamaan kurva yang telah didapat sebelumnya ,yaitu ketika nilai Y adalah 0,455
pada sampel NA1 sehingga 0,455= 0,0075x+0,0575 maka didapatkan nilai
konsentrasi asam galatnya (x) adalah 53. Kemudian ketika nilai Y nya 0,538 pada
sampel NA2 maka 0,538 = 0,0075x+0,0575 didapatkan nilai x adalah 64,06.
Kemudian ketika Y nya 0,492 pada sampel NA3 sehingga 0,492=
0,0075x+0,0575 didapatkan nilai x yaitu 57,93. Setelah nilai x didapatkan, maka
𝒄 𝒙 𝒇𝒑 𝒙 𝑽
dimasukan ke dalam rumus yaitu C= 𝒎
. Dengan C adalah total fenol, c adalah
konsentrasi asam galat yang tadi telah dicari dalam bentuk variabel X yaitu pada
NA1 yaitu 53, NA2 64,0, dan NA3 57,93. fp adalah faktor pengenceran yakni 100,
V adalah volume yaitu 0,01 L dan m adalah bobot sampel yakni 2,5 gram. Setelah
didistribusikan semua nilai tersebut ke dalam rumus didapatkan hasil total fenol
𝟓𝟑 𝒙 𝟏𝟎𝟎 𝒙 𝟎,𝟎𝟏
pada NA1 dengan perhitungan 𝑪 = 𝟐,𝟓
didapatkan untuk total fenol pada
NA1 sebesar 21,2 mg GAE/g, Kemudian pada sampel NA2 dengan perhitungan
𝟔𝟒.𝟎𝟔 𝒙 𝟏𝟎𝟎 𝒙 𝟎,𝟎𝟏
total fenol 𝑪 = 𝟐,𝟓
didapatkan untuk total fenol pada NA1 sebesar
25,62 mg GAE/g. Kemmudian pada sampel yang terakhir (NA3) didapatkan
𝟓𝟕,𝟗 𝒙 𝟏𝟎𝟎 𝒙 𝟎,𝟎𝟏
perhitungan total fenol 𝑪 = didapatkan untuk total fenol pada NA1
𝟐,𝟓
sebesar 23,16 mg GAE/g.
Berdasarkan literatur yang telah ada, total senyawa fenolik pada nanas
adalah 4,031 mg/g GAE. Sedangkan untuk olahan nanas akan menunjukan
kandungan fenolik yang lebih sedikit daripada nanas tanpa pengolahan. Suhu juga
mempengaruhi kadar total fenolik. Karena suhu yang terlalu tinggi akan
mengurangi total fenolik pada sampel. Pada hasil praktikum total sampel fenolik
pada NA1 adalah 21,2 mg GAE/g ekstrak, NA2 adalah 25,624 mg GAE/g ekstrak,
dan NA3 adalah C=23,172 mg GAE/g ekstrak. Sehingga hasil praktikum tidak
sesuai dengan literatur. Hal ini mungkin disebabkan oleh jenis nanas dan
habitatnya, perlakuan nanas, dan proses pengolahannya yang membutuhkan
pemanasan (Nugraheni, et al, 2018).
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Praktikum ini bertujuan untuk memahami jenis jenis metabolit sekunder dan
fungsinya. Selain itu juga untuk memahami aktivitas antioksidan dalam bahan
agroindustri. Metabolit sekunder ialah sebagian karbon, energi dan nitrogen yang
digunakan untuk mensintesis molekul organik yang tidak berperan dalam
pertumbuhan serta perkembangan secara langsung. Adapun fungsi perlakuka
pada praktikum kali ini. Alat dan bahan yang digunakan juga cukup beragam.
Untuk alat yang digunakan adalah timbangan digital, colorimeter, labu ukur 10 mL
dan juga 50 mL. Lalu juga ada pipet ukur, tabung rekasi serta erlenmeyer.
Berikutnya adalah gelas ukur, spatula, cawan petri dan juga plastik klip.
Penambahan akuades untuk melarutkan bahan. Selanjutnya adalah memasukan
sirup buah bit ke dalam plastik klip berfungsi untuk memudahkan pengujian pada
colorimeter. Penggunaan pipet dalam memasukan sirup buah bit ke dalam plastik
klip agar memudahkan dalam memasukan ke dalam plastik dan akurasi volume
sirup yang akan dimasukan. Selanjutnya menempelkan sensor colorimeter pada
permukaan plastik klip agar pengujian warna bisa lebih akurat.
Adapun hasil dari praktikum yang telah dilakukan praktikum pada ekstraksi
metode maserasi adalah (L) sebesar 18.92, (a) adalah 30,58, (b) adalah 2.27,(c)
sebsar 30.66, (h) sebesar 4.25. Selanjutnya untuk hasil ektraksi metode freezing
injury (L) sebesar 18.92, (a) adalah 30,58, (b) adalah 2.27, (c) sebesar 30.66, (h)
sebesar 4.25. Setelah dilakukan praktikum maka didapatkan hasil konsentrasinya
secara berturut turut yaitu 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm.
Sedangkan hasil absorbansinya seacra berturut turut adalah adalah 0,164; 0,389;
0,544; 0,678; 0,773. kemudian dari dua data tersebut dibuat kurva standar asam
galat dengan persamaan yaitu Y= 0,0075x+0,0575 dan 𝑅 2=0,9751. Lalu dicari
konsentrasi asam galat dengan memasukan nilai Y kedalam persamaan. Pada
NA1 dengan Y 0,455 didapat x sebesar 53, NA2 dengan Y=0,538 maka nilai x
adalah 64,06, dan NA3 dengan Y=0,492 maka nilai x adalah 57,93. Dilanjutkan
𝑐 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑉
dengan penghitungan total fenol dengan rumus C= 𝑚
. Dengan m=2,5; V=
0,01; fp=100 sehingga didapatkan nilai total fenol pada NA1 adalah 53, pada NA2
adalah 64,06, dan pada NA3 adalah 57,93. Dari hasil praktikum mengenai hasil
ektraksi dengan metode maserasi dan metode freezing injury hasilnya sudah
sesuai dengan literatur dimana sampel hasil maserasi berwarna lebih pekat.
Sedangkan pada hasil praktikum total fenolik tidak sesuai dengan literatur karena
nilai fenol nanas adalah adalah 4,031 mg/g GAE. Sementara hasil praktikum lebih
besar dari nilai tersebut padahal seharusnya lebih kecil. Hal ini mungkin
disebabkan oleh jenis nanas dan habitatnya, perlakuan nanas, dan proses
pengolahannya yang membutuhkan pemanasan.
4.2 Saran
Praktikan harus teliti dalam melihat hasil pada colorimeter agar tidak keliru.
Kemudian pada proses blanching suhu harus diperhatikan agar tidak merusak
pigmen warna pada sampel. Lalu ketika dalam memilih buah untuk uji juga harus
dipastikan memilih buah yang bagus dan layak uji.
DAFTAR PUSTAKA
Amelinda E, Widarta I, Darmayanti L. 2018. Pengaruh waktu maserasi terhadap
aktivitas antioksidan ekstrak rimpang temulawak (curcuma xanthorrizza
roxb). Jurnal ilmu dan teknolofi pangan 7(4):165-174
Anggraito YU, Susanti R, Iswari RS, Yuniastuti A, Lisdiana, Nugrahaningsih WH,
Habibah NA, dan Bintari SH. 2018. Metabolit sekunder dari tanaman:
aplikasi dan produksi. FMIPA UNNES, semarang.
Chuyen H, Nguyen M, Roach P, Golding J, Parks S. 2017. Microwave- assited
extraction and ultrasound-assisted extraction for recovering
carotenoids from gac peel and their effects on antioxidant capacity od
the extracts. Journal of food science nutrition 2018(6):189-196 doi:
10.1002/fsn3.546
Ergina E, Nuryanti S, Pursitasari ID. 2014. Uji kualitatif senyawa metabolit
sekunder pada daun palado (agave angustifolia) yang diekstraksi dengan
pelarut air dan etanol. Jurnal akademika kimia 3(3): 165-172
Matyášová E, Novak J, Stranska I, Hejtmankova A, Skalický M, Hejtmankova K,
Hejnak V. 2011. Production of morphine and variability of significant
characters of papaver somniferum l. Plant soil and environment 57(9): 423-
428
Suryanto E, Wehantouw F. 2019. Aktivitas penangkap radikal bebas dari ekstrak
fenolik daun sukun (artocarpus altilis f.). Chemistry progress 2(1): 1-7
Syafitri N, Bintang M, Falah S. 2014. Kandungan fitokimia, total fenol dan
total flvonoid ekstrak buah harendong (melastoma affine d, don). Journal
of current biochemistry 1(3):105-115
Thirumurugan D, Cholarajan A, Raja SS, Vijayakumar R. 2018. An introductory
chapter: secondary metabolites. Second metab—sources journal appl
6(2):1-21
Wahjuni S, Puspawati N M, Arista N P R E. 2016. Isolasi dan identifikasi senyawa
aktif antijamur dari daun mimba (azadiractha indica a. Juss.) Sebagai
pengendali jamur fusarium sp. Pada tanaman buah naga (hylocereus sp.).
Jurnal kimia (journal of chemistry) 10 (2): 197-203
Yati S, Sunpono, Candra I. 2018. Potensi aktivitas antioksidan metabolit
sekunder dari bakteri endofit pada daun moringa oleifera. Jurnal
pendidikan dan ilmu kimia 2(1):82-87
DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN
Ali, Farida, Ferawati, Arqomah. 2013. Ekstraksi zat warna dari kelopak bunga
rosella (study pengaruh konsentrasi asam asetat dan asam sitrat).
Jurnal Teknik Kimia 1(19):26-34.
Nugraheni, Tyas, Wening, R. S. Ningrum, dan W. Lindasari. 2018. Analisis
senyawa feolik pada buah dan olahan nanas (Ananas comosus (L.) Merr)
di kabupaten kediri dengan metode spektrofometri uv-vis. Jurnal
Pertanian 2(3):1-6.
Purba, Esterulina, Novia, L. Suhendra, dan N. M. Wartini. 2019. Pengaruh suhu
dan lama ekstraksi dengan cara maserasi terhadap karakteristik pewarna
dari ekstrak alga merah (Gracilaria sp.). Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri 7(4):488-498.
LAMPIRAN
1.
2
3
4
5
6
DATA HASIL PRAKTIKUM
“Metabolit Sekunder”
1. Uji Warna
No. Sampel L a b c h

1. DP1* 18.92 30.58 2.27 30.66 4.25

2. DP2* 17.44 34.45 8.99 35.60 14.63

*DP1 : Sampel dengan metode freeze injury


*DP2 : Sampel dengan metode maserasi

2. Kurva Standar Asam Galat


Dicari persamaan Y = aX + b dari tabel berikut:
Konsentrasi Absorbansi

20 ppm 0,164

40 ppm 0,389

60 ppm 0,544

80 ppm 0,678

100 ppm 0,773

Kurva Standar Asam Galat


0,9 0,773
0,8 0,678
0,7
0,544
ABSORBANSI

0,6 y = 0,0075x + 0,0575


0,5 0,389 R² = 0,9751
0,4
0,3
0,164
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100 120
KONSENTRASI

y = 0,0075x + 0,0575
Nilai a = 0,0075
Nilai b = 0,0575
3. Total Fenol Sampel Selai Nanas
Kode Absorbansi Kons. asam Berat sampel Volume Fp Total Fenol
Sampel (nilai Y) galat (µg (gram) (L) (mg
GAE/ml) (nilai X) GAE/g)

NA1 0.455 53 2.5 0.01 100 21,2

NA2 0.538 64,06 2.5 0.01 100 25,62

NA3 0.492 57,9 2.5 0.01 100 23,16

1. Perhitungan Total Fenol Sampel Selai Nanas

 NA1 =
𝑐 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑉
𝐶=
𝑚

53 𝑥 100 𝑥 0,01
𝐶=
2,5

C = 21,2 mg GAE/g

 NA2 =

𝑐 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑉
𝐶=
𝑚

64.06 𝑥 100 𝑥 0,01


𝐶=
2,5

C = 25,62 mg GAE/g

 NA 3 =

𝑐 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑉
𝐶=
𝑚

57,9 𝑥 100 𝑥 0,01


𝐶=
2,5

C = 23,16 mg GAE/g
2. Perhitungan Konsentrasi asam galat (x)
Nilai a = 0,0075
Nilai b = 0,0575

- NA1
0,455 = 0,0075 x + 0,0575
X = 53 µg GAE/ml
- NA2
0.538 = 0,0075 x + 0,0575
X = 64,06 µg GAE/ml
- NA3
0.492 = 0,0075 x + 0,0575
X = 57,9 µg GAE/ml

Keterangan:
Rumus perhitungan total fenol :

𝑐 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝑉
𝐶=
𝑚

Dengan :
C = Konsentrasi TPC (mg GAE/g ekstrak)
c = konsentrasi asam galat (µg GAE/ml)
fp = faktor pengenceran
V = Volume larutan sampel yang diambil untuk pengujian (L) m = bobot sampel yang
digunakan untuk pengujian (g)
Lampiran kurva standar

Kurva Standar Asam Galat


0,9 0,773
0,8 0,678
0,7
0,544
ABSORBANSI

0,6 y = 0,0075x + 0,0575


0,5 0,389 R² = 0,9751
0,4
0,3
0,164
0,2
0,1
0
0 20 40 60 80 100 120
KONSENTRASI

Anda mungkin juga menyukai