Lambang internasional untuk bahaya biologi (biological hazard). Senjata biologi (bahasa Inggris: biological weapon) adalah senjata yang
menggunakanpatogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh.[1] Dalam pengertian yang lebih luas, senjata biologi tidak hanya berupa organisme patogen, tetapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu.[1] Dalam kenyataanya, senjata biologi tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga hewan dan tanaman.[1] Pembuatan dan penyimpanan senjata biologi telah dilarang oleh Konvensi Senjata
Biologi 1972yang ditandatangani oleh lebih dari 100 negara.[2] Alasan pelarangan ini adalah untuk menghindari efek yang dihasilkan senjata biologi, yang dapat membunuh jutaan manusia, dan menghancurkan sektor ekonomi dan sosial.[2] Namun, Konvensi Senjata Biologi hanya melarang pembuatan dan penyimpanan senjata biologi, tetapi tidak melarang pemakaiannya.[2]
Daftar isi
1 Sejarah 2 Agen Biologi 3 Karakteristik 4 Klasifikasi 5 Keuntungan 6 Kerugian 7 Peran dalam Bioteknologi Pembuatan
Senjata Biologi
8 Daftar
Program
dan
Sejarah
Sejarah penggunaan senjata biologi dimulai pada tahun 400 SM, ketika orang Iran Kuno (scythians) menggunakan panah yang dicelupkan
[3]
ke
bangsa Roma yang mencelupkan pedangnya ke dalam pupuk dan sisa hewan yang telah membusuk sebelum berperang dengan musuhnya.[3] Apabila musuhnya terluka oleh senjata tersebut, maka terjadi infeksi penyakit yang dapat menyebabkan kematian. [3] Peristiwa
penting
dalam
sejarah
kuno bangsa
senjata terinfeksi
biologi
terjadi
ketika
Mati dengan
memanfaatkan mayat-mayatmanusia
bangsa Genoa menyingkir hingga ke Venice, mereka tetap diikuti oleh kutu dan tikus yang terinfeksi pes sehingga akhirnya menimbulkan "kematian hitam" (black death) di wilayah Eropa.[3] Pada tahun 1754-1760, pakaian terjadi peperangan antara rumah bangsa Britania Ketika yang
[3]
melibatkan
cacar. sakit
penderita cacar kepada bangsa Indian untuk memusnahkan bangsa tersebut. menggunakan dua bakteri patogen, tahun mallei penyebabGlanders dan Bacillus menginfeksi ternak dan kuda tentara Sekutu.[3] Pada
mengembangkan program pembuatan senjata biologi di Cina yang dinamakan Unit 731. Sebanyak 3.000 ilmuwan Jepang bekerja untuk melakukan penelitian terhadap berbagai agen biologi yang berpotensi sebagai senjata, misalnya kolera, pes, dan penyakit seksual yang menular.[3] Eksperimen yang dilakukan menggunakan
[3]
mengakibatkan 10.000 tahanan mati pada masa itu. seperi Amerika Serikat danUni Soviet.[3]
yang mengembangkan senjata biologi, namun juga diikuti oleh negara-negara lain
Agen Biologi
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Agen biologi
Bacillus anthracis, salah satu agen biologi penyebab Antrax. Agen biologi adalah mikroorganisme (atau toksin yang penyakit
[4]
dihasilkannya) atau
yang
dapat
menyebabkan
kerusakan material.
Dalam pembuatan senjata biologi, agen biologi merupakan komponen diteliti diaplikasikan.[4] Beberapa agen
harus
biologi dan penyakit yang pernah direncanakan untuk dijadikan senjata atau sudah pernah dijadikan senjata biologi di dunia antara lain:
just for widening coloum Bacillus anthracis (Antrax) Brucella sp. (Brucellosis) Chlamydia psittaci (Psittacosis) Coxiella burnetii (Demam Q) Escherichia-coli O157:H7(Gastroenteritis) Shigella (Shigellosis) Francisella tularensis (Tularemia) Burkholderia mallei ( Glanders) Burkholderia psedomallei (Melioidosis)
just for widening coloum Salmonella typhi (Tifus) Variola (Cacar atau variola) Vibrio cholerae (Kolera) Virus Ebola Virus Marburg Virus demam lembah Rift atau Rift
Valley Fever Virus Virus alfa (ensefalitis) Virus demam kuning atau yellow fever virus dan lain-lain.[5]
Karakteristik
Karakteristik dari senjata biologi adalah mudah diproduksi dan disebar, aman digunakan oleh pasukan penyerang yang menyebarkannya, serta dapat melumpuhkan atau membunuh individu berulang kali dengan hasil yang sama/konsisten.[5] Hal ini berarti, apabila kita menggunakan senjata biologi yang sama untuk menyerang beberapa daerah berbeda, maka dampak yang terjadi haruslah sama.[5] Agen biologi pada senjata biologi juga harus dapat diproduksi dengan cepat dan murah. [6] Untuk membuat suatu senjata biologi yang berkualitas baik, ada beberapa persyaratan tambahan yang harus dipenuhi, yaitu dapat ditularkan, menimbulkan sakit berkepanjangan yang membutuhkan perawatan intensif, dan gejala yang ditimbulkan bersifat non-spesifik sehingga menyulitkan diagnosis.[7] Umumnya, senjata biologi yang baik juga memiliki waktu inkubasi yang cukup panjang di dalam tubuh
penderita sehingga penyakit dapat ditularkan dan menyebar secara luas sebelum dapat terdeteksi.[7]
Klasifikasi
Klasifikasi atau dan pengelompokkan respon praktis senjata ditimbulkan, menurut atau biologi efek sifat dapat yang dilakukan cara Salah
[8]
dihasilkan,
fungsionalnya.
salah klasifikasi yang sering digunakan klasifikasi fungsional yang dibuat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), meliputi: Kategori A penyebarannya dapat dilakukan dengan mudah dan ditularkan dari manusia yang satu ke yang lain; penyebabkan tingkat kematian yang tinggi dan berpotensi memengaruhi kesehatan publik; dapat menyebabkan kepanikan dan gangguan sosial;
memerlukan penanganan khusus untuk persiapan kesehatan masyarakat.[8] Contoh kategori A: cacar, antrax, botulisme, dll.[8]
Kategori B
Contoh kategori B: brucellosis, demam Q, Glanders, dll.[8] Kategori C, meliputi patogen yang dapat dimodifikasi untuk disebarluaskan di masa
depan, karena memiliki karakeristik: ketersediaan memadai; mudah diproduksi dan disebarkan;
berpotensi menyebabkan tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi, serta mampu
memengaruhi kesehatan publik.[8]
Keuntungan
Penggunaan senjata biologi memiliki beberapa keuntungan dan keunggulan dibandingkan jenis senjata militer lainnya.[9] Beberapa keuntungan pemakaian senjata biologi adalah biaya produksi relatif murah dibandingkan senjata penghancur lainnya, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan agen biologi cukup sederhana, dan waktu yang diperlukan dalam pembuatannya relatif lebih pendek.[9]Secara ekonomis, pembuatan senjata biologi juga menguntungkan karena dapat dibuat vaksin atau penawar dari senjata biologi yang telah diciptakan dengan alat yang sama namun vaksin dapat diperdagangkan kembali dengan harga tinggi.[9] Penyerangan dengan senjata biologi disukai oleh banyak negara karena penyebarannya tidak terdeteksi dan musuh tidak menyadari adanya penyerangan dengan senjata biologi.[9] Selain itu, agen biologi yang hidup di dalam tubuh manusia dapat berkembang biak dan menyebar dari individu satu ke individu lain secara alami.[10] Hal ini sangat mungkin terjadi karena agen biologi (terutama virus) yang disebar tidak terlihat oleh mata telanjang, tidak berbau, dan tidak berasa.[9] Dibandingkan dengan senjata nuklir, senjata biologi lebih unggul ada karena dalam penggunaannya daerah
[11]
tidak diserang,
yang
Kerugian
Penggunaan senjata biologi juga memiliki kelemahan yang apabila tidak diperhitungkan secara cermat dapat merugikan.[11] Di antaranya adalah perlunya perhitungan cuaca atau kondisi yang tepat untuk melakukan penyebaran senjata tersebut karena sedikit perubahan arahangin dapat mengakibatkan agen biologi berbalik menyerang diri sendiri. [11] Untuk agen biologi yang disebar melalui udara, waktu tinggal atau ketahanan mereka di udara merupakan hal yang penting untuk diketahui agar tidak terjadi infeksi sekunder pada pasukan penyerang ketika mereka memasuki daerah yang telah berhasil dilumpuhkan/diinfeksi.[12] Pasukan yang bertugas menyebarkan senjata biologi juga harus dilengkapi dengan berbagai alat pelindung karena risiko terinfeksi agen biologi yang digunakan sebagai senjata dapat dialami oleh mereka.[11] Beberapa jenis senjata biologi juga diketahui rentan terhadap radiasi matahari maupun perubahan cuaca sehingga agen biologidapat terinaktivasi dan tidak dapat berfungsi dengan baik. [13] Untuk beberapa jenis senjata biologi seperti itu, biasanya dilakukan penyebaran pada larut malam atau pagi subuh sehingga radiasi matahari tidak akan mengganggu dan agen biologi dapat menyebar pada ketinggian yang rendah dan menyelimuti daerah yang diserang.[13] Kerugian lain dari penggunaan senjata biologi adalah adanya beberapa agen biologi yang dapat
bertahan lama di lingkungan (seperti spora Bacillus anthracis) sehingga daerah yang telah diinfeksi tidak dapat dihuni/ditinggali dalam jangka waktu yang cukup lama.[12]
Bom E120, salah satu senjata biologi yang berisi 0.1 kg agen biologi cair dan dikembangkan pada tahun 1960-an.
Kemajuan ilmu bioteknologi (terutama rekayasa genetika) memiliki dampak negatif dan positif dalam pengembangan senjata biologi. dalam positif yang ditimbulkan adalah munculnya metode dan lebih berbagai cepat.
[14]
dikembangkan untuk mengontrol bakteri dan virus patogen yang digunakan sebagai senjata biologi.[14] Modifikasi materi genetik/DNA organisme juga telah diterapkan untuk membuat racun, elemen yang menular, maupun senjata biologi yang mematikan. [14] Data Proyek Genom Manusia (Human Genome Project) juga telah dimanfaatkan untuk meningkatkan sistem pertahanan sipil dan nasional suatu negara dalam melawan penggunaan dan pembuatan senjata biologi serta mengembangkan antibiotik dan vaksin baru. Kemajuan bioteknologi juga organisme makroskopisyang dapat disalahgunakan genetik oleh sudah sebagian orang untuk untuk
mengembangkan senjata biologi yang sangat berbahaya, contohnya adalah menghasilkan secara dimodifikasi memproduksi toksin atau racun berbahaya.[14]Berbagai agen biologi patogen juga dapat direkayasa secara genetik agar lebih tahan atau stabil pada kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan dan memiliki resistensi terhadap antibiotik, vaksin, dan terapi yang sudah ada.[14] Selain itu, bioteknologi juga dimanfaatkan untuk pembuatan agen biologi yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun atau antibodi tubuh karena profil imunologisnya telah diubah.[14] Apabila senjata biologi yang telah dikembangkan dimanfaatkan untukbioterorisme atau penyalahgunaan lainnya maka akan timbul kekacauan di dunia.[14]
Inggris
Porton Down Pulau Gruinard.[15]
Rusia
Biopreparat, 18 laboratorium dan pusat produksi yang beberapa di antaranya berlokasi di:
Stepnagorsk Scientific and Technical Institute for Microbiology, Stepnogorsk Vector State Research Center of Virology and Biotechnology (VECTOR), Koltsovo Institute of Applied Biochemistry, Omutninsk
Kirov bioweapons production facility, Kirov, Zagorsk smallpox production facility, Zagorsk Berdsk bioweapons production facility, Berdsk Sverdlovsk bioweapons production facility
Jepang
Unit 731 Benteng Zhongma Unit 100 Unit 2646 Unit 8604 Unit Ei 1644.[15]
Irak
Al Hakum Fasilitas Salman Pak Fasilitas Al Manal.[15]
Negara
partisipan
Konvensi
Senjata
Biologi
2008 Menandatangani
dan
meratifikasi Menyetujui atau berhasil Negara yang belum diakui, menaati perjanjian Hanya menandatangani Tidak menandatangani
Upaya pengendalian senjata biologi telah dilakukan sejak tahun 1925 melalui perjanjian internasional yang disebut Protokol Geneva (Geneva Protocol) yang memuat larangan
penggunaan senjata biologi.[17] Namun, perjanjian itu terbukti masih dilanggar oleh beberapa negara.[17] Oleh karena itu, pada tahun 1972, PBB mengadakan Konvensi Senjata Biologi dan Toksin (Biological and Toxin Weapon Convention atau BTWC) yang mempertegas larangan pengembangan, pembuatan, dan penyimpanan segala jenis senjata biologi.[17] Namun perjnajian tersebut juga masih dilanggar oleh beberapa negara, seperti Rusia dan Irak karena BTWC tidak melakukan pengawasan dan pembuktian tidak adanya kegiatan produksi senjata biologi pada setiap negara.[17] Pada tahun 1995, Ad Hocmembentuk protokol inspeksi dan pembuktian di lapangan yang sayangnya tidak didukung penuh oleh seluruh negara penandatangan perjanjia terdahulu, seperti Amerika Serikat.[17] Pemerintah Amerika memiliki cara sendiri untuk
mengendalikan senjata biologi di negaranya, di antaranya melalui produksi vaksin skala besar dan pendistribusiannya serta pengembangan strategi dan taktik untuk mencegah dampak buruk senjata biologi.[5] Melalui Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit(Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), Amerika meningkatkan kemampuan diagnostik dengan membangun jaringan yang menghubungkan berbagai pusat kesehatan regional sehingga penyakit yang diakibatkan senjata biologi atau bioterorisme dapat dideteksi dengan lebih cepat.
[5]
Pada tahun 2008, Konvensi Senjata Biologi (Biological Weapons Convention) membahas tentang peningkatan pemahaman tentang pentingnya mengembangkan keamanan biologi, termasuk di dalam laboratorium yang menggunakan patogen maupun toksin berbahaya.[18]Pada pertemuan
tersebut juga dibahas tentang pencegahan penyalahgunaan ilmu biologi dan bioteknologi untuk senjata biologi dengan cara meningkatkan kesadaran akan risiko biologis yang dapat timbul, memperketat pengawasan, serta memberikan pendidikan dan peningkatanbioetika dalam aplikasi ilmu kehidupan.[18] Untuk pengendalian dan pengawasan senjata biologi, telah dilakukan pembuatan data yang berpotensi menjadi senjata biologi. Selain itu,
pengembangan molekul anti-bakteri juga telah dilakukan untuk mengeliminasi patogen namun tidak membahayakan manusia dan hewan.
Referensi
1. ^
a b c
Weapons.
2. ^
a b c
(Inggris) Convention
on
the of
Prohibition
of
the
Production
and
Stockpiling
Bacteriological
(Biological)
3. ^
a b c d e f g h i j
A Comprehensive Survey for the Concerned Citizen. Springer. ISBN 978-0387-95076-1.Page: 219-224
4. ^
a b
(Inggris) D.B.
5. ^
a b c d e
(Inggris) Madigan
MT,
Martinko
JM,
(2000).
Brock
Biology
of
7. ^
a b
and terrorism response handbook. Jones and Bartlett Publishers, Inc.. ISBN 978-0-7637-2425-2.Page: 84
8. ^
a b c d e f g
9. ^
a b c d e
11. ^
a b c d
(Inggris) Sharad
S.
Chauhan
(2004). Biological
Weapons.
APH
12. ^
a b
Disease, and Public Health. Jones and Bartlett Publishers. ISBN 978-0-76375689-5.Page: 35
13. ^
a b
(Inggris) Thomas
W.
McGovern,
George
W.
Christopher
(2001). "Biological Warfare and Its Cutaneous Manifestations".The Internet Dermatology Society, Inc..
14. ^
a b c d e f g
(Inggris) Edgar
J. and
DaSilva the
warfare, weapons
bioterrorism,
biodefence
biological
15. ^
a b c d e
Story of the Largest Covert Biological Weapons Program in the World Told from Inside by the Man Who Ran it. Delta (2000) ISBN 0-385-33496-6
16. ^ D. Sander, "Biological Weapons and Warfare", Mei 1995. Diakses pada
Mei 2010.
17. ^
a b c d e
1-3.
18. ^
a b