Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PASCAPANEN (PP2201)

Modul IV

TEKNIK KULTIVASI MIKROBA

Tanggal Praktikum : Senin, 22 Februari 2021


Tanggal Pengumpulan : Senin, 22 Februari 2021

Disusun oleh:
Husnaa Yumn Sinaga
11919049
Kelompok 1

Asisten:
Aulia Azmi Nur Rahmani
11918029

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PASCAPANEN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 5
1.1. Latar Belakang ................................................................................................... 5
1.2. Tujuan ................................................................................................................ 6
1.3. Hipotesis............................................................................................................. 6
BAB II TEORI DASAR ........................................................................................................... 8
2.1. Teknik Aseptis ................................................................................................... 8
2.2. Alkohol 70% dan 95% ....................................................................................... 8
2.3. Kultivasi dan Isolasi Mikroba ............................................................................ 9
2.4. Serial Dilution .................................................................................................... 9
2.5. Metode 4-way-streak, Spread Plate, dan Pour Plate......................................... 9
2.6. Inokulasi (pengertian, tujuan, macam-macam metode) ................................... 10
2.7. Kultur yang Digunakan .................................................................................... 11
BAB III METODOLOGI ........................................................................................................ 12
3.1. Cara Kerja ........................................................................................................ 12
3.2. MSDS/PSDS .................................................................................................... 16
BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN ................................................... 20
4.1. Hasil pengamatan ............................................................................................. 20
4.2. Pembahasan ...................................................................................................... 29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................................. 33
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 33
5.2. Saran ................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 34

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.1 Teknik aseptis setelah waktu 0 jam


Gambar 4.1.2 Teknik aseptis setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.3 Metode 4-way streak setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.4 Metode 4-way streak setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.5 Metode spread plate pada pengenceran 10-5 setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.6 Metode spread plate pada pengenceran 10-5 setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.7 Metode spread plate pada pengenceran 10-6 setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.8 Metode spread plate pada pengenceran 10-6 setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.9 Metode spread plate pada pengenceran 10-7 setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.10 Metode spread plate pada pengenceran 10-7 setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.11 Metode pour plate pada pengenceran 10-6 setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.12 Metode pour plate pada pengenceran 10-6 setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.13 Metode pour plate pada pengenceran 10-7 setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.14 Metode pour plate pada pengenceran 10-7 setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.15 Metode gesek untuk bakteri setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.16 Metode gesek untuk bakteri setelah waktu 24 jam
Gambar 4.1.17 Metode gesek untuk jamur setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.18 Metode gesek untuk jamur setelah waktu 5 hari
Gambar 4.1.19 Metode tanam setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.20 Metode tanam setelah waktu 5 hari
Gambar 4.1.21 Teknik aseptis setelah waktu 0 jam
Gambar 4.1.22Teknik aseptis setelah waktu 5 hari
Gambar 4.1.23 Subkultur medium padat ke medium padat setelah 0 jam
Gambar 4.1.24 Subkultur medium padat ke medium padat setelah 24 jam

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Material Safety Data Sheet/Pathogen Safety Data Sheet


Tabel 4.1 Hasil pengamatan

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Media merupakan campuran unsur hara atau nutrien yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Media tanam selain mikroba juga dibutuhkan
untuk isolasi dan inokulasi mikroba serta untuk uji fisiologis dan biokimia mikroba.
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba sesuai dengan lingkungan untuk
pertumbuhan mikroba yaitu komposisi bahan pangan dimana media tersebut harus
mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk pertukaran zat atau
metabolisme, juga mengandung sumber karbon, mineral, vitamin dan gas, tekanan
osmosa harus isotonik, derajat keasaman/pH umumnya netral tetapi ada juga yang
bersifat basa, suhu harus sesuai dan steril.
Pada daerah tropis, infeksi merupakan salah satu penyakit endemik dan
merupakan masalah kesehatan yang utama (Kuswandi et al., 2001; Rostinawati, 2010).
Zhao et al (2001) menjelaskan bahwa infeksi yang disebabkan karena bakteri
Salmonella merupakan masalah global dan telah menjadi tantangan utama di seluruh
dunia. Salah satu penyakit yang timbul akibat bakteri Salmonella adalah demam tifoid.
Penyakit tersebut disebabkan oleh jenis bakteri Salmonella enterica serotipe Thypi (S.
thypi) (Moehario et al, 2012).
Media harus mengandung segala kebutuhan pertumbuhan mikroba, yaitu sumber
energi seperti gula, sumber nitrogen, serta ion anorganik penting dan kebutuhan
khusus, seperti vitamin. Ciri media benih yang ideal mampu memberikan pertumbuhan
yang baik bila ditanami mikroba, mendorong pertumbuhan cepat, murah, mudah
bereproduksi, dan mampu menunjukkan ciri mikroba yang diinginkan. (Yusmaniar et.
al, 2017)
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk membunuh semua
organisme yang ada pada suatu benda. Misalnya, hal pertama yang dilakukan ketika
melakukan kultur aseptik bakteri adalah sterilisasi dengan cara dibakar. Hal ini
dikarenakan bahan atau peralatan yang hendak digunakan harus bebas dari

5
mikroorganisme yang tidak diinginkan yang sekiranya dapat merusak media atau
koloni dari mikroorganisme yang sedang tumbuh. (Hadioetomo, 1985)
Oleh karena itu, penting mengetahui tentang media yang digunakan oleh suatu
mikroba serta sterilisasinya agar tidak terjadinya kontaminasi yang berakibatkan
pembacaan positif yang salah (false-positive reading) ketika akan mengamati
pertumbuhan atau pengembangbiakkan mikroba tersebut.
1.2.Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan praktikum Teknik Kultivasi Mikroba adalah sebagai
berikut:
1. Menentukan pengaruh penggunaan teknik aseptik terhadap pertumbuhan
mikroba.
2. Menentukan pengaruh serial dilution terhadap pertumbuhan mikroba,
3. Menentukan perbedaan pertumbuhan mikroba menggunakan metode 4-way
streak, spread plate, dan pour plate.
4. Menentukan perbedaan pertumbuhan mikroba menggunakan metode tusuk,
tanam, dan gesek.
5. Menentukan tujuan dilakukannya subkultur medium padat ke medium
padat.
1.3. Hipotesis
Hipotesis dari pelaksanaan praktikum Teknik Kultivasi Mikroba adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh penggunaan teknik aseptik terhadap pertumbuhan mikroba
adalah sebagai proses sterilisasi agar setiap alat yang digunakan
bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme
kompetitor.
2. Serial dilution adalah suatu proses pengenceran yang dilakukan untuk
mengisolasi pertumbuhan mikroba agar koloni yang tumbuh semakin
sedikit, jelas, dan terpisah.
3. Pertumbuhan mikroba menggunakan metode 4-way-streak menghasilkan
pertumbuhan mikroba yang berbentuk goresan-goresan memanjang dan

6
berbentuk rantai. Kultur sampel yang diisolasi secara spread plate
dilakukan pada agar yang padat. Sedangkan pada pour plate, kultur dituang
pada agar yang masih cair (belum memadat).
4. Pertumbuhan mikroba menggunakan metode tusuk akan menghasilkan
pertumbuhan tegak lurus sesuai arah tusuk jarum. Pada metode gesek,
pertumbuhan mikroba lebih menyebar dan metodetanam, akan
memperbesar pertumbuhan suatu inti mikroba.
5. Subkultur mikroba dilakukan untuk pemindahan sampel kultur murni dari
suatu medium ke medium lain.

7
BAB II
TEORI DASAR

2.1. Teknik Aseptis


Pada prinsipnya teknik aseptik merupakan metode pertama yang dipelajari oleh
orang yang berkecimpung di dalam bidang mikrobiologi. Teknik aseptic sendiri
merupakan usaha untuk mencegah kontak antara kultur dan semua wadah steril, dengan
mikroorganisme kontaminan (mikroorganisme yang tidak diinginkan). Teknik aseptik
biasanya dibutuhkan pada saat melakukan pemindahan (transfer) atau kultivasi kultur
dari satu wadah ke wadah yang lain. Teknik aseptik harus diterapkan untuk mencegah
terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme lain terhadap kultur mikroba yang
digunakan dalam suatu eksperimen dan pada alat/bahan yang sudah steril. Ancaman
kontaminasi mikroorganisme selalu ada karena tampaknya yang tak kasat mata dan
mudah ditemukan pada berbagai permukaan peralatan laboratorium. Oleh karena itu
penguasaan akan teknik aseptik sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan
eksperimen (praktikum) di Laboratorium Mikrobiologi. (Hafsan, 2019)
2.2. Alkohol 70% dan 95%
Alkohol merupakan senyawa kimia yang memiliki rumus C2H5OH. Dalam ilmu
kimia, alkohol merupakan istilah umum untuk senyawa apapun dengan gugus
hidroksih COH yang terikat pada atom karbon, hidrogen, atau atom lainnya. Alkohol
memiliki sifat “denaturan protein”, yakni berarti antimikrobial. Selain itu juga alkohol
adalah pelarut lipid yang dapat merusak membran sel. Alkohol yang biasanya
digunakan dalam sterilisasi adalah alkohol 70% karena efektif dalam memecah protein
yang ada dalam mikroorganisme. Penggunaan alkohol untuk sterilisasi dan proses
disinfeksi adalah pada permukaan yang kecil, tangan, dan kulit. Kemudian juga ada
keunggulan golongan alkohol, yakni sifatnya stabil, tidak merusak bahan, dapat
dibiodegradasi, cocok untuk kulit, dan sedikit aktivasinya bila berinteraksi dengan
protein. Sedangkan kerugian pengunaannya adalah beresiko tinggi terhadap api atau
ledakan dan sangat cepat menguap. Alkohol 70% lebih lama menguap daripada alkohol

8
95%, oleh karena itu akan bereaksi lebih lama dengan dinding lipid hingga menembus
ke dalam sel bakteri. (Adji et. al, 2007)
2.3. Kultivasi dan Isolasi Mikroba
Teknik kultivasi mikroba merupakan upaya melipatgandakan jumlah suatu
mikroba dengan cara membiarkan mereka berkembang biak dalam media biakan yang
telah disiapkan di bawah kondisi laboratorium terkendali. Dalam ilmu mikrobiologi,
teknik ini adalah salah satu metode yang biasanya digunakan sebagai metode untuk
menentukan penyebab penyakit infeksi dengan membiarkan agen infeksi berkembang
biak dalam media yang telah disiapkan. Media kultivasi mikroorganisme yang
digunakan adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi)
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme yang
dikultivasi akan memanfaatkan nutrisi media untuk menyusun komponen sel mereka.
Setelah dilakukan kultivasi mikroorganisme maka dapat dilakukan isolasi
mikroorganisme menjadi kultur murni dengan cara memanipulasi
media pertumbuhannya. (Hidayat dkk: 2006)
Isolasi mikroorganisme dilakukan dengan cara menumbuhkan
("membudidayakan") mereka di permukaan suatu media nutrisi. Media yang
digunakan ini biasanya terdiri dari campuran protein yang dicerna (peptone, tryptone).
2.4. Serial Dilution
Metode serial dilution merupakan pengenceran bertahap atau bertingkat dari
suatu zat dalam larutan. Biasanya faktor pengenceran pada setiap langkah adalah
konstan. Teknik pengenceran ini pada umumnya dilakukan di Laminary Air Flow
supaya tercegah dari kontaminasi bakteri udara. Menurut Wasteson dan Hornes (2009)
dalam Yunita el al., (2015) tujuan dari pengenceran bertingkat yaitu memperkecil atau
mengurangi jumlah mikroba yang terdapat dalam cairan, maka semakin banyak tingkat
pengenceran akan meghasilkan mikroba yang semakin sedikit.
2.5. Metode 4-way-streak, Spread Plate, dan Pour Plate
Biakan murni dari mikroorganisme dapat diperoleh dengan teknik goresan atau
4-way streak. Prinsip metode ini adalah untuk mendapatkan koloni yang benar-benar
terpisah dari koloni lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara kerjanya pada

9
dasarnya adalah dengan membagi 3-4 cawan petri, kemudian inoculum digoreskan di
atas medium dengan menggunakan jarum oose menurut pola tertentu. (Mubarak et. al,
2016)
Kemudian teknik penyebaran yang lebih sering disebut spread plate adalah
teknik untuk mendapatkan suatu biakan murni secara langsung dan mudah. Prinsip
teknik ini mencakup campuran dari berbagai spesies bakteri yang disebarkan di
permukaan medium agar, sehingga setiap selnya akan tumbuh menjadi koloni-koloni
terpisah dan dapat dilihat kumpulan mikroorganisme di atas suatu medium secara
makroskopis. Setiap koloni yang terbentuk adalah biakan murni dari mikroorganisme
tersebut.
Teknik pour plate adalah suatu teknik menumbuhkan mikroorganisme pada
media agar dengan cara mencampurkan media agar yang dengan stok kultur bakteri.
Jika pada teknik spread plate mikroorganisme dituang atau diapuskan di atas media
agar yang telah memadat, maka pada teknik pour plate mikroorganisme dituang atau
diapuskan di atas media agar yang masih cair (belum memadat). Selain itu juga spread
plate memiliki batas volume sampel 0,5 ml sedangkan pour plate 2 ml. Kelebihan
teknik ini adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada media agar.
Kelemahan metode ini adalah membutuhkan waktu dan bahan yang lama dan banyak,
akan tetapi tidak memerlukan keterampilan tinggi. Biakan campuran diencerkan
menggunakan medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan. Pengenceran
dilakukan selama beberapa tahap sampai diperoleh koloni tunggal. (Damayanti, 2020)
2.6. Inokulasi (pengertian, tujuan, macam-macam metode)
Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme mikroskopis yang dapat hidup
di lingkungan yang beragam. Untuk mendapatkan mikroorganisme yang seperti berasal
dari lingkungan aslinya perlu dilakukan inokulasi mikroba dan dilanjutkan oleh
pembiakan mikroba. Inokulasi sendiri merupakan proses pemindahan bakteri dari
media lama ke media yang baru. Sedangkan pembiakan mikroorganisme adalah
perbanyakan mikroba dengan menyediakan keadaan lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya.

10
2.7. Kultur yang Digunakan
Escherichia coli merupakan bakteri golongan gram negatif yang berbentuk
batang pendek. Bakteri ini tidak menghasilkan endospore, bisa berbentuk tunggal,
berpasangan, atau berkelompok dalam rantai pendek, dan tidak memiliki kapsul.
(Adelberg & Melnick, 2008)
Serratia mercescens merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk batang.
Bakteri ini bersifat fakultatif anaerob, beberapa galurnya membentuk kapsul, biasanya
berkoloni namun ukurannya kecil, dan bergerak menggunakan flagel. (Anita, Mazaheri
A., & Fakhr, 2006)
Aspergillus niger adalah suatu jamur yang termasuk dalam kelas Ascomycotes
yang mudak ditemukan di alam. Ia tumbuh sebagai saprofit pada tumbuh-tumbuhan
yang membusuk dan merupakan kontaminan yang sering ditemukan di rumah sakit dan
laboratorium. (Putra et. al, 2020)
Penicillium sp. adalah genus fungsi dari ordo Hypomycetes, filum Ascomycota.
Penicillium sp. memiliki ciri hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut
konidium. Setiap konidium akan tumbuh menjadi jamur baru. Konidium berwarna
kehijauan dan dapat hidup di makanan, roti, buah-buahan busuk, kain, atau kulit. (Putra
& Purwantisari, 2018)
Sarcina lutea, merupakan bakteri nonmotile, gram positif, aerob (fakultatif
anaerobik), Micrococcus penghasil pigmen, dapat ditemukan di udara, tanah, dan air
di seluruh bumi. Bakteri ini sensitive terhadap penisilin. Koloni berwarna kuning.
Bacillus subtilis adalah bakteri yang berbentuk batang, mempunyai flagel
peritrikus, memproduksi spora bentuk silinder, bersifat aerob atau anaerob fakultatif,
dan katalase positif. Permukaan sel bakteri ditumbuhi merata flagellum pristikus.
(Djaenuddin, 2015)

11
BAB III
METODOLOGI

3.1. Cara Kerja


3.1.1 Teknik Aseptis

Medium NA steril

− Disiapkan 1 buah, kondisi steril, dalam cawan petri yang dibagi dua
bagian dengan spidol. Jangan lupa gunakan masker dan semprotkan
tangan dan permukaan meja menggunakan alkohol 70%
secukupnya. Meja pun diusapkan dengan tisu secara searah.

Cawan Petri

− Dibuka dan pada satu bagian digoreskan jarum oose yang telah
dicelupkan di dalam air kolam terlebih dahulu, kemudian
dicelupkan ke dalam alkohol 70%.
− Ditutup dan disimpan pada suhu ruang.
− Pertumbuhan bakteri diamati pada permukaan medua setelah 24
jam inkubasi.

Hasil pengamatan

3.1.2. Metode goresan 4 arah (Four-way streak method)

Medium NA steril

− Disiapkan 1 buah, kondisi steril, dalam cawan petri.


− Jarum oose dipanaskan hingga berpijar warna merah lalu dibiarkan
sebentar sampai agak dingin kemudian dimasukkan ke dalam kultur
campuran.
− Jarum oose digoreskan sejumlah 4 kali pada salah satu tepi
permukaan agar nutrisi pada cawan petri secara aseptis.
− Digesek menggunakan jarum inokulasi yang telah dipijarkan kea
rah yang tegak lurus dari goresan sebelumnya sebanyak 4 kali.

12
− Jarum inokulasi kembali dipijarkan
− Goreskan

Medium siap disterilkan

3.1.3 Serial Dilution

Larutan Fisiologis Pertama

− Disiapkan sebanyak 9 mL (0,85% NaCl)


− Diteteskan sebanyak 1000 μL tetes kultur campuran untuk
didapatkan pengenceran 10-1 secara aseptis,
− Dihomogenisasikan.

Larutan Fisiologis Kedua

− Diambil 1000 μL kemudian dipindahkan untuk didapatkan


pengenceran 10-2 secara aseptis.
− Diulang hingga pengenceran 10-7 secara aseptis.

Hasil pengamatan

3.1.4 Metode sebar (Spread-plate method)

Medium NA steril

− Disiapkan 1 buah, kondisi steril, dalam cawan petri.


− Ditetesi 100 μL tetes kultur campuran cair dua pengenceran
terakhir.

Batang L

− Dicelupkan ke dalam alkohol 70% dan dibakar sebentar dengan


Bunsen.
− Didinginkan dengan cara ditempelkan ke bagian dalam tutup cawan
petri, lalu digesek tetesan suspens bakteri pada permukaan medium
ke atas dan bawah sambil memutar-mutar cawan petri.
− Diinkubasikan pada suhu ruang.

13
− Diamati pada permukaan media setelah 24 jam.

Hasil pengamatan

3.1.5 Metode tuang (Pour-plate method)

Medium NA

− Disiapkan 1 buah, kondisi steril, dalam cawan petri.


− Disiapkan cawan petri steril dan medium NA steril yang dicairkan
dan didiamkan hingga suhu 40-50°C.
− Diteteskan 1 ml kultur campuran cair tiga pengenceran terakhir ke
dalam cawan petri steril menggunakan mikropipet.
− Dituang ke cawan petri steril secara aseptik lalu digoyangkan
cawan petri membentuk huruf 8 hingga tercampur rata.
− Diinkubasikan pada suhu ruang.
− Diamati pada permukaan media setelah 24 jam.

Medium siap disterilkan

3.1.6 Metode Gesek untuk Bakteri

Kultur murni Escherichia coli

− Disiapkan bersama 1 medium NA slant.


− Diambil menggunakan jarum oose secara aseptik.
− Digesekkan ke permukaan agar nutrisi miring membentuk ‘zigzag’
rapat secara aseptik. Arah gesek dari dasar tabung ke arah luar.
− Diinkubasi di suhu ruang selama 24 jam.

Hasil pengamatan

3.1.7 Metode Gesek untuk Jamur.

Kultur murni Aspergillus niger

− Disiapkan bersama 1 medium PDA slant.

14
− Diambil menggunakan jarum oose secara aseptik. (Pastikan jamur
terbawa)
− Digesekkan ke permukaan agar nutrisi miring membentuk ‘zigzag’
rapat secara aseptik. Arah gesek dari dasar tabung ke arah luar.
− Diinkubasi di suhu ruang selama 5 hari.

Hasil pengamatan

3.1.7 Metode Tanam

Kultur murni Fusarium sp.

− Disiapkan bersama 1 medium PDA.


− Ujung spatula disterilkan dengan cara dicelupkan ke akohol 70%
dan dibakar sebentar untuk membakar sisa alkohol. (Jangan terlalu
lama)
− Dipotong sedikit bersama misellium yang tumbuh pada
permukaannya menggunakan spatula secara aseptis.
− Ditempatkan ke permukaan medium PDA pada cawan petri steril.
− Diinkubasi di suhu ruang selama 5 hari.

Hasil pengamatan

3.1.7 Metode tusuk.

Kultur murni Escherichia coli

− Disiapkan bersama 1 medium NA tegak.


− Ujung oose lurus disterilkan dengan cara dicelupkan ke akohol 70%
dan dibakar sebentar untuk membakar sisa alkohol. (Jangan terlalu
lama)
− Diambil menggunakan jarum oose lurus secara aseptis.
− Ditusukkan bersama ujung jarum oose ke dalam NA tegak.
(Usahakan tusukannya tegak lurus.)
− Diinkubasi di suhu ruang selama 24 jam.

15
Hasil pengamatan

3.1.8 Subkultur Medium padat ke medium padat

Kultur murni campuran

− Disiapkan bersama 1 medium NA.


− Diambil menggunakan jarum oose lurus secara aseptis.
− Ditorehkan ke NA membentuk pola yang diinginkan pada
permukaan medium NA secara aseptis.
− Diinkubasi di suhu ruang selama 24 jam.

Hasil pengamatan

3.2. MSDS/PSDS
Tabel 3.1. Material Safety Data Sheet/Pathogen Safety Data Sheet
MSDS PSDS
Nama kimia: Alkohol 70% Nama mikroba: Aspergillus niger
Rumus kimia: C2H5OH Karakteristik mikroba: tumbuh dengan
Sifat fisis dan kimia: berbentuk cairan, cepat menghasilkan koloni berwarna
tidak berwarna, berbau, larut dalam air cokelat gelap kekuningan pada suhu
Cara pencegahan: gunakan alat sekitar 35-37 oC
pelindung, hindari formasi debunya Bahaya: jika terhirup, infeksi melalui
Cara penanganan: cairan
1. Jika terhirup: hirup udara segar. Cara pencegahan: dibersihkan
2. Jika kontak dengan kulit: cuci dengan menggunakan voriconazole dan
dengan air mengalir yang banyak. amphotericin B, juga bisa menggunakan
3. Jika kontak dengan mata: bilaslah disinfektan, jauhkan dari mata dan
dengan air mengalir yang banyak hidung
selama 15 menit. Cara penanganan: Jika terkena mata atau
4. Jika tertelan: cuci mulut denganair kulit segera bilas menggunakan air
dan jangan dimuntahkan kecuali mengalir.

16
anjuran personal medis. Jangan beri
apapun melalui mulut
Nama kimia: Escherichia coli
Karakteristik mikroba: berbentuk
batang, gram negatif, tidak membentuk
endospora
Bahaya: dapat menyebabkan infeksi,
demam, dan diare
Cara pencegahan: gunakan alat
pelindung, hindari kontak langsung
Cara penanganan: menggunakan
sulfamethoxazole dan elektrolit untuk
meringankan diare
Nama kimia: Fusarium sp.
Karakteristik mikroba: memiliki
misellium dan hifa, berwarna putih
kecokelatan
Bahaya: dapat menyebabkan iritasi kulit
dan mata
Cara pencegahan: gunakan alat
pelindung, hindari kontak langsung
Cara penanganan: bila terkena kulit bilas
dengan air dan sabun, bila terkena mata
bilas dengan air selama 15 menit, bila
terhirup segera hirup udara segar
Nama mikroba: Penicillium sp.
Karakteristik mikroba: tumbuh dengan
warna kuning/jingga/hijau pada suhu 20-

17
25 oC dan pH 3,5-6,5, dapat digunakan
untuk memproduksi keju
Bahaya: jika kontak dengan mata atau
kulit, dan jika terhirup
Cara pencegahan: jauhkan dari mata,
kulit, dan hidung.
Cara penanganan: jika terkena mata dan
kulit segera bilas dengan air mengalir
dan jika terhirup segera hirup udara segar
Nama kimia: Sarcina lutea
Karakteristik mikroba :Bakteri gram
positif, berwarna kuning, penghasil
pigmenBahaya :-Cara pencegahan
:gunakan jaslab dan sarung tanganCara
penanganan :-
Nama kimia: Serratia marcescens
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung
Cara penanganan:
1. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak.
2. Jika tertelan: beri air minum kepada
korban (paling banyak 2 gelas).

18
3. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas kulit dengan air
Jika terhirup: hirup udara segar.
Nama kimia: Bacillus subtilis
Sifat fisis dan kimia: bentuknya padat,
berwarna cokelat-kelabu, berbau seperti
pepton
Bahaya: jika terkena mata, jika terkena
kulit, jika tertelan, jika terhirup
Cara pencegahan: pakai sarung tangan
pelindung/pakaian pelindung
Cara penanganan:
4. Jika kontak dengan mata: bilaslah
dengan air yang banyak.
5. Jika tertelan: beri air minum kepada
korban (paling banyak 2 gelas).
6. Jika kontak dengan kulit: lepas semua
pakaian yang terkontaminasi
kemudian bilas kulit dengan air
Jika terhirup: hirup udara segar.

19
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan


Tabel 4.1. Hasil pengamatan

Teknik Aseptis

Gambar 4.1.1 Teknik aseptis setelah Gambar 4.1.2 Teknik aseptis setelah
waktu 0 jam waktu 24 jam
+ : jarum oose yang dicelupkan di + : jarum oose yang dicelupkan di
alkohol 70% alkohol 70%
- : jarum oose yang tidak dicelupkan di - : jarum oose yang tidak dicelupkan
alkohol 70% di alkohol 70%

Kultur/sampel: campuran air kolam Kultur/sampel: campuran air kolam


Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlhat tumbuh
tumbuh baik pada sisi (+) maupun (-) berkoloni pada sisi (-)

Metode 4-Way Streak

20
Gambar 4.1.3 Metode 4-way streak Gambar 4.1.4 Metode 4-way streak
setelah waktu 0 jam setelah waktu 24 jam

Kultur/sampel: kultur campuran gesek Kultur/sampel: kultur campuran gesek


Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat sudah
tumbuh tumbuh, berwarna oranye dan pola
pertumbuhannya mengikuti arah geseknya

Metode Spread Plate

Gambar 4.1.5 Metode spread plate Gambar 4.1.6 Metode spread plate

pada pengenceran 10-5 setelah waktu 0 pada pengenceran 10-5 setelah waktu 24

jam jam

21
Kultur/sampel: kultur campuran Kultur/sampel: kultur campuran
Pengenceran: 10-5 Pengenceran: 10-5
Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna merah muda dan berkoloni
banyak pada seluruh bagian cawan
petri

Gambar 4.1.7 Metode spread plate Gambar 4.1.8 Metode spread plate
pada pengenceran 10-6 setelah waktu 0 pada pengenceran 10-6 setelah waktu 24
jam jam

Kultur/sampel: kultur campuran Kultur/sampel: kultur campuran


Pengenceran: 10-6 Pengenceran: 10-6
Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna merah muda dan berkoloni
banyak pada sebagian besar bagian
cawan petri, namun lebih sedikit
daripada pengenceran sebelumnya

22
Gambar 4.1.9 Metode spread plate Gambar 4.1.10 Metode spread plate
-7
pada pengenceran 10 setelah waktu 0 pada pengenceran 10-7 setelah waktu 0
jam jam

Kultur/sampel: kultur campuran Kultur/sampel: kultur campuran


Pengenceran: 10-7 Pengenceran: 10-7
Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna merah muda dan berkoloni
banyak pada sebagian kecil bagian
cawan petri, paling sedikit diantara
semua pengenceran

Metode Pour Plate

23
Gambar 4.1.11 Metode pour plate pada Gambar 4.1.12 Metode pour plate pada
pengenceran 10-6 setelah waktu 0 jam pengenceran 10-6 setelah waktu 24 jam

Kultur/sampel: kultur campuran Kultur/sampel: kultur campuran


Pengenceran: 10-6 Pengenceran: 10-6
Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna merah muda dan berkoloni
banyak pada hampir seluruh bagian
cawan petri

Gambar 4.1.13 Metode pour plate pada Gambar 4.1.14 Metode pour plate pada
pengenceran 10-6 setelah waktu 0 jam pengenceran 10-6 setelah waktu 24 jam

24
Kultur/sampel: kultur campuran Kultur/sampel: kultur campuran
Pengenceran: 10-7 Pengenceran: 10-7
Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna merah muda dan berkoloni
banyak pada sebagian kecil bagian
cawan petri, lebih sedikit daripada
pengenceran sebelumnya

Metode Gesek untuk Bakteri

Gambar 4.1.15 Metode gesek untuk Gambar 4.1.16 Metode gesek untuk
bakteri setelah waktu 0 jam bakteri setelah waktu 0 jam

25
Kultur/sampel: Escherichia coli Kultur/sampel: Escherichia coli
Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA slant/miring Medium: NA slant/miring
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna putih sepanjang isi tabung,
bentuknya zigzag

Metode Gesek untuk Jamur

Gambar 4.1.17 Metode gesek untuk Gambar 4.1.18 Metode gesek untuk
jamur setelah waktu 0 jam jamur setelah waktu 5 hari

Kultur/sampel: Aspergillus niger Kultur/sampel: Aspergillus niger


Waktu: 0 jam Waktu: 5 hari
Medium: PDA slant/miring Medium: PDA slant/miring
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna hitam sepanjang isi tabung,
bentuknya menyebar ke seluruh
diameter tabung

Metode Tanam

26
Gambar 4.1.19 Metode tanam setelah Gambar 4.1.20 Metode tanam setelah
waktu 0 jam waktu 5 hari

Kultur/sampel: Fusarium sp. Kultur/sampel: Fusarium sp.


Waktu: 0 jam Waktu: 5 hari
Medium: PDA Medium: PDA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba tumbuh melebar
tumbuh berwarna putih dan membentuk bulatan
yang tipis

Metode Tusuk

27
Gambar 4.1.21 Metode tusuk setelah Gambar 4.1.22 Metode tusuk setelah
waktu 0 jam waktu 24 jam

Kultur/sampel: Escherichia coli Kultur/sampel: Escherichia coli


Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh berwarna putih dalam garis lurus
berdiameter kecil

Subkultur Medium Padat ke Medium Padat

28
Gambar 4.1.23 Subkultur medium Gambar 4.1.24 Subkultur medium
padat ke medium padat setelah 0 jam padat ke medium padat setelah 0 jam

Kultur/sampel: kultur campuran Kultur/sampel: kultur campuran


Waktu: 0 jam Waktu: 24 jam
Medium: NA Medium: NA
Keterangan: mikroba terlihat belum Keterangan: mikroba terlihat tumbuh
tumbuh secara tidak beraturan dan berwarna
merah

4.2. Pembahasan
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap berbagai jenis teknik kultivasi
dan inokulasi mikroba. Banyak metode isolasi dan inokulasi yang dilaksanakan.
Semuanya diawali dengan pelaksanaan teknik aseptik untuk sterilisasi alat dan bahan
praktikum menggunakan alkohol 70%. Kemudian dilakukan metode 4-way streak,
spread plate, dan pour plate beserta pengenceran bertahap terhadap kultur campuran
untuk mengamati dampak dari pengenceran tersebut. Selain itu juga dilakukan
pengamatan terhadap bakteri hasil kultivasi menggunakan metode gesek untuk bakteri
Escherichia coli dan jamur Aspergillus niger. Lalu dilakukan metode tanam untuk
mengamati kultivasi jamur Fusarium sp, sedangkan metode tusuk dilakukan untuk

29
mengamati kultivasi bakteri Escherichia coli. Yang terakhir adalah dilakukannya
subkultur dari medium padat ke medium padat untuk memeragakan pemindahan
sampel kultur mikroba campuran.
Hasil pengamatan pada perlakuan teknik aseptik menunjukkan bahwa mikroba
tumbuh pada sisi negatif cawan petri. Hal ini bisa terjadi karena mikroba yang terdapat
pada sisi positif telah dibunuh oleh alkohol 70% yang bekerja secara optimal. Proses
denaturasi protein dari alkohol pun terjadi. Sedangkan pada sisi positif, mikroba tidak
dapat tumbuh bahkan setelah dibiarkan selama 24 jam pada medium NA. Hasil ini
sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan pada perlakuan metode isolasi mikroba 4-way streak yang
dimana isolasinya dilakukan dengan cara menggoreskan jarum oose secara zigzag
secara empat arah menunjukkan bahwa mikroba berwarna oranye dan berbentuk
batangan berantai. Setiap goresan pada cawan petri tampak semakin sedikit, namun
juga semakin terlihat jelas secara individu dan tidak berkoloni. Tujuan dari
penggoresan ini adalah untuk mengurangi jumlah mikroba yang tumbuh pada cawan
petri hingga didapatkan kultur murni. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan pada perlakuan metode isolasi mikroba spread plate yang
dimana isolasinya dilakukan dengan cara peletakkan mikroba pada media NA padat
kemudian dilalui oleh tiga tahap pengenceran menunjukkan bahwa mikroba berwarna
merah muda dan berkoloni, namun hasil pada setiap pengenceran berbeda-beda.
Pengenceran pertama menghasilkan cawan petri yang penuh ditumbuhi oleh mikroba,
pengenceran kedua menghasilkan cawan petri yang sebagian besarnya ditumbuhi oleh
mikroba, sedangkan pengenceran ketiga penghasilkan cawan petri yang hanya
sebagian kecilnya saja yang ditumbuhi oleh mikroba. Tujuan dari pengenceran ini
adalah untuk mengurangi jumlah mikroba yang tumbuh pada cawan petri hingga
didapatkan kultur murni. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan pada perlakuan metode isolasi mikroba pour plate yang dimana
isolasinya dilakukan dengan cara peletakkan mikroba pada media NA cair kemudian
dilalui oleh dua tahap pengenceran menunjukkan bahwa mikroba berwarna merah
muda dan berkoloni, namun hasil pada setiap pengenceran berbeda-beda. Pengenceran

30
pertama menghasilkan cawan petri yang penuh ditumbuhi oleh mikroba, sedangkan
pengenceran kedua menghasilkan cawan petri yang sebagian besarnya ditumbuhi oleh
mikroba namun tidak terlihat terlalu jelas keberadaannya. Tujuan dari pengenceran ini
adalah untuk mengurangi jumlah mikroba yang tumbuh pada cawan petri hingga
didapatkan kultur murni, dan tujuan dari penggunaan media cair adalah agar tidak sulit
pada saat melakukan pengenceran. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan pada perlakuan metode inokulasi gesek bakteri, medium yang
digunakan adalah NA miring dan kultur yang digunakan adalah E. coli. Setelah
diinkubasi selama 24 jam terlihat bahwa bakteri tumbuh berwarna putih secara zigzag.
Sedangkan pada metode inokulasi gesek jamur, medium yang digunakan adalah PDA
miring dan kultur yang digunakan adalah Aspergillus niger. Setelah diinkubasi selama
5 hari terlihat bahwa bakteri tumbuh berwarna hitam mengisi diameter tabung medium
membentuk struktur koloni. Tujuan dari inokulasi adalah untuk memisahkan
campuran yang mana koloni yang terbentuk akan memisahkan diri dengan mikroba
lainnya. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan pada perlakuan metode inokulasi tanam jamur, medium yang
digunakan adalah PDA dan kultur yang digunakan adalah Farasium sp. Setelah
diinkubasi selama 5 hari terlihat bahwa mikroba tumbuh berwarna putih berbentuk
bulat yang berantakan dan tipis pada cawan petri. Permukaannya terbentuk dari
filamen-filamen tipis yang membentuk lingkaran. Sama seperti metode inokulasi
gesek, tujuan dari inokulasi ini adalah untuk memisahkan campuran yang mana koloni
yang terbentuk akan memisahkan diri dengan mikroba lainnya. Hasil yang didapat
sesuai dengan literatur.
Hasil pengamatan pada perlakuan metode inokulasi tusuk bakteri, medium yang
digunakan adalah NA tegak dan kultur yang digunakan adalah E. coli. Setelah
diinkubasi selama 24 jam terlihat bahwa mikroba tumbuh berwarna putih memanjang
dan membentuk garis tipis dan lurus berantai sepanjang medium pada tabung. Sama
seperti metode inokulasi gesek, tujuan dari inokulasi ini adalah untuk memisahkan
campuran yang mana koloni yang terbentuk akan memisahkan diri dengan mikroba
lainnya. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.

31
Lalu yang terakhir adalah pengamatan pada perlakuan metode inokulasi subkultur
dari medium padat ke medium padat. Setelah diinkubasi selama 24 jam terlihat bahwa
mikroba tumbuh berwarna merah secara berantakan dan tidak teratur pada permukaan
cawan petri. Tujuan dari subkultur ini adalah untuk memindahkan mikroba dari suatu
medium ke medium lain, namun kedua medium yang digunakan memiliki kondisi
yang berbeda. Selain itu juga pemindahan ini bertujuan untuk memperpanjang masa
simpan dari suatu mikroba. Ternyata setelah dipindahkan, mikroba tetap dapat tumbuh
pada medium yang baru. Hasil yang didapat sesuai dengan literatur.

32
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari pelaksanaan praktikum Penyiapan dan Sterilisasi Media
Mikroba adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh penggunaan teknik aseptik terhadap pertumbuhan mikroba
adalah sebagai proses sterilisasi agar setiap alat yang digunakan
bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme
kompetitor.
2. Serial dilution adalah suatu proses pengenceran yang dilakukan untuk
mengisolasi pertumbuhan mikroba, prinsipnya dilakukan secara bertahap
dengan tujuan didapatkannya kultur mikroba murni.
3. Pertumbuhan mikroba metode 4-way-streak, spread plate, pour plate
dilakukan untuk mendapatkan kultur mikroba murni.
4. Pertumbuhan mikroba menggunakan metode tusuk menghasilkan
pertumbuhan mikroba Escherichia coli yang berbentuk tegak lurus sesuai
arah tusuk jarum. Pada metode gesek, pertumbuhan mikroba Escherichia
coli dan Aspergillus niger lebih menyebar dan metode tanam memperbesar
pertumbuhan suatu inti mikroba Fusarium sp,
5. Subkultur mikroba dilakukan untuk pemindahan sampel kultur murni dari
suatu medium ke medium lain, bisa juga untuk memperpanjang masa
simpan dari suatu mikroba.
5.2. Saran
Akan lebih baik jika praktikan mempelajari terlebih dahulu tentang perbedaan dari
kultivasi dan inokulasi mikroba. Lalu juga mempelajari prinsip dan tujuan dari
berbagai metode isolasi dan inokulasi yang digunakan seperti 4-way streak, spread
plate, pour plate, metode gesek, tanam, tusuk, serta subkultur.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adelberg, & Melnick, J. (2008). Medical Microbiology. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC.
Adji, D., Zuliyanti, & Larashanty, H. (2007). Perbandingan Efektifitas Sterilisasi
Alkohol 70%, Infra Merah, Otoklaf, dan Ozon terhadap Pertumbuhan Bakteri
Bacillus Subtilis. Jurnal Sains Vet. 25(1).
Anita, K., Mazaheri A., M., & Fakhr, F. A. (2006). Review of Pridigiosin, Pigmentation
in Serratia marcescens. OnLine Journal of Biological Sciences 6(1), 1-13.
Damayanti, N. W. (2020). Perbedaan Jumlah Bakteri pada Wanita Lanjut Usia
Berdasarkan Kultur Mikrobiologi Menggunakan Teknik Cawan Tuang dan
Cawan Sebar. Meditory: The Journal of Medical Laboratory, 1-4.
Dian, R., Fatimawati, & Budiarso, F. (2015). Uji Resistensi Bakteri Escherichia coli
yang Diisolasi dari Plak Gigi terhadap Merkuri dan Antibiotik Kloramfenikol.
Jurnal e-Biomedik (eBook) 3(1), 59-63.
Djaenuddin, N., & Muis, A. (2015). Karakteristik Bakteri Antagonius Bacillus subtilis
dan Potensinya sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Tanaman. Prosiding
Seminar Nasional Serealia, 489-494.
Hadioetomo, R. S. (1985). Mikrobiologi Dasar-dasar Praktik. Jakarta: Gramedia.
Hafsan. (2019). Mikrobiologi Analitik. Makassar: Alauddin University Press.
Mubarak, Z., Chismirina, S., & Daulay, H. H. (2016). Aktivitas Antibakteri Ekstrak
Propolis Alami dari Sarang Lebah terhadap Perumbuhan Enterococcus faecalis.
Jurnal Syiah Kuala Dent. Soc 1 (2), 175-186.
Putra, G. W., Ramona, Y., & Praborini, M. W. (2020). Eksplorasi Dan Identifikasi
Mikroba Yang Diisolasi dari Rhizosfer Tanaman Stroberi (Fragaria x ananassa
Dutch.) Di Kawasan Pancasari Bedugul. Metamorfosa: Journal of Biological
Sciences 7 (2), 62-70.
Putra, M. I., & Purwantisari, S. (2018). Kemampuan Antagonisme Pseudomonas sp,
dan Penicillium sp. terhadap Cercospora nicotianae In Vitro. Jurnal Akademika
Biologi 7 (3), 1-7.

34
Waluyo, L. (2010). Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Yunita, M. Y. (2015). Analisis Kuantitatif Mikrobiologi pada Makanan Penerbangan
(Aerofood ACS) Garuda Indonesia berdasarkan TPV (Total Plate Count)
dengan Metode Pour Plate. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem
3(3), 239.
Yusmaniar, Wardiyah, & Nida, K. (2017). Mikrobiologi dan Parasitologi. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

35

Anda mungkin juga menyukai