Anda di halaman 1dari 5

BISMILLAH

DEMI ALLAH SAYA BERJANJI AKAN MENGERJAKAN UJIAN SECARA JUJUR DAN
MANDIRI

Nama : Husnaa Yumn Sinaga UAS Agama dan Etika Islam


NIM : 11919049
Nomor absensi : 36

1. a. Upaya membentuk akhlak yang mulia merupakan misi utama Nabi Muhammad. Awal hadits
ini terinspirasi oleh para pendidik Islam yang menerima hadits nabi. Orang dengan akhlak mulia
memiliki makna hidup duniawi dan ukhrawi. Akhlak yang luhur mengantarkan manusia kepadda
kesuksesan di dunia sebagai hamba Tuhan dan makhluk sosial. Bersamaan dengan itu, di akhirat
akhlak mulia akan menjadi amal kebajikan yang paling berat pertimbangannya di mata Allah
SWT.
b. Makna akhlak kepada Allah SWT dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada Allah sebagai khaliq. Sedangkan
akhlak kepada sesama muslim/mukmin adalah ukhuwah yakni persaudaraan. Semua mukmin
(apapun suku bangsa, warna kulit, dan budayanya, tanpa dibatasi oleh teritorial dan negara)
adalah saudara seiman. Allah menegaskan “Innamal mukminuna ikhwah” Hanyasanya mukmin
itu bersaudara (QS. Al-Hujurat 49:10).

2. a. Hukum-hukum dalam menikah:

i. Wajib hukumnya seseorang menikah jika ia mampu, baik secara fisik maupun
finansial, untuk berumah tangga serta sulit baginya untuk menghindari zina. Karena
dikhawatirkan jika tidak, maka ia bisa melakukan zina yang dilarang keras oleh
Islam.
ii. Sunah hukumnya seseorang menikah jika ia mampu dan siap membangun rumah
tangga namun dapat menahan diri dari perbuatan zina. Walau demikian, Islam selalu
mengajarkan umatnya untuk menikah jika sudah memiliki kemampuan.
iii. Mubah (boleh dilakukan) hukumnya seseorang menikah jika ia menikah untuk
memenuhi kebutuhan syahwatnya saja dan tidak bertujuan untuk membina rumah
tangga sesuai syariat Islam seperti memiliki anak. Namun ia tidak dikhawatirkan akan
meninggalkan istrinya.
iv. Makruh hukumnya seseorang menikah jika ia memang tidak menginginkan
pernikahan dan tidak mampu menafkahi istri dan keluarganya sehingga jika
dipaksakan menikah, dikhawatirkan orang tersebut tidak dapat memenuhi hak dan
kewajibannya dalam rumah tangga.
v. Haram hukumnya seseorang menikah jika ia tidak memiliki kemampuan atau
tanggung jawab untuk membangun rumah tangga, baik secara fisik maupun finansial.
Selain itu, haram hukumnya juga seseorang menikah jika pernikahan itu dilakukan
dengan maksud menganiaya, menyakiti, dan menelantarkan pasangannya.
b. Bagi seorang pelajar, haram hukumnya mereka melaksanakan pernikahan karena belum
memiliki kemampuan secara fisik maupun finansial. Kecuali mereka sudah dalam rentang umur
yang pas untuk memiliki anak dan sudah berpenghasilan yang berkecukupan. Maka hukum
tersebut dapat berubah menjadi sunah ataupun wajib tergantung dari kadar hawa nafsunya.
3. a. Menurut Abu al-A’la al-Maudadi, berdasarkan teori kekuasaan mutlak milik Allah, maka
negara yang dicita-citakan bagi umat Islam adadlah kerajaan Tuhan, Kingfom of God, Mulkiyah
Allah atau theocracy. Landasan hukum negara theocracy adalah:

Indonesia sendiri merupakan negara yang menganut sistem demokrasi. Dalam sistem
pemerintahan theocracy, kekuasaan hukum berada di tangan Tuhan yang tertuang di dalam kitab
suci serta penjelasan para nabinya, sedangkan dalam negara demokrasi kekuasaan menetapkan
hukum berada di tangan rakyat. Namun pada hakikatnya, musyawarah demokrasi dalam Islam
adalah untuk menentukan hukum yang belum dijelaskan oleh kitab suci, bukan membuat hukum
baru yang bertentangan dengan hukum Al-Qur’an.
4. a. Dalam pengembangan IPTEK ada beberapa prinsip yang harus dipegang, salah satunya adalah
tawhid. Pada dasarnya, kita mengimani bahwa semua ilmu bersumber dari Allah, baik gugusan
ilmu kauniyah (kealaman) maupun gugusan ilmu Qur’aniyah, jadi tidak mungkin terjadi
dikhotomi (berdekatan tetapi bertentangan) antara kedua gugusan ilmu tersebut. Menurut
landasan tawhid, kita mengembangkan saintek dalam rangka meng-Esakan Allah dalam arti yang
seluas-luasnya. Maka pengembangan IPTEK merupakan suatu bentuk ibadah yang bertujuan
untuk mempermudah manusia beribadah kepada Allah.

b. Jika gugusan ilmu kauniyah dan Qur’aniyah digabung, maka akan terdengar kalimat yang
berbunyi “dengan teknologi hidup menjadi mudah, dengan seni hidup jadi indah dan dengan
ajaran Islam hidup menjadi terarah”. Artinya dalam peradaban Ilahiyah, ajaran Islam
diaplikasikan dalam semua sisi kehidupan sehingga kehidupan jadi terarah, sains dan teknologi
dikembangkan secara optimal sehingga umat bisa menjalani hidup dengan lebih mudah, demikian
pula seni dibangun sehingga semua sisi kehidupan terasa indah. Itulah dasar dari pembangkitan
peradaban Ilahiyah yang juga dapat diaplikasikan di negara Indonesia.
5. a. Riba sendiri adalah penambahan dari pokok. Misalnya meminjam uang dengan aturan bahwa
peminjam wajib mengembalikan utangnya ke bank dengan tambahan 10 persen pertahun, itulah
yang dinamakan riba. Ini tidak boleh ada dalam sistem keuangan dan perbankan syari’ah. Dalam
aturan Islam, peminjam diperbolehkan mengembalikan harta semisal yang telah dihutang dan
boleh juga mengembalikan harta yang dihutang itu sendiri selama tidak mengalami perubahan:
bertambah atau berkurang. Namun di Indonesia, bunga bank masih menjadi polemik tersendiri
karena para ulama masih belum sepakat tentang boleh-tidaknya sehingga dalam praktek, baik
perbankan syariah maupun perbankan konvensional berjalan bersama-sama.
b. Pada zaman ini, pola mitra mudharabah biasanya digunakan pada produk-produk pembiayaan
dan pendanaan. Bahkan, salah satu produk yang menjadi unggulan perbankan syariah adalah
pembiayaan mudharabah. Sebagai contoh, konsep mudharabah masih relevan diterapkan pada
tabungan berjangka, deposito spesial (special investment), pembiayaan modal kerja, dan investasi
khusus.
Referensi

Antono, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari teori ke praktek. (Depok, Gema Insani bekerja sama
dengan Tazkia Cendekia: 2011)

Azhary, M. Tahir. Negara Hukum: Suatu Tinjauan Prinsip-prinsipnya dilihat dari Segi Hukum,
Implementasinya pada Periode Negara Madinah dan Masa Kini. (Jakarta: Bulan Bintang, 1992)

Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruq. Atlas Budaya, Menjelajah Khazanah Peradaban
Gemilang. (Mizan: Bandung, 2001)
Kasmuri, Selamat, dkk. Akhlak Tasawuf, Upaya Meraih Kehalusan Budi dan Kedekatan Ilahi.
(Jakarta: Kalam Mulia, 2012)

Lasmana, Yusak. Account Officer Bank Syariah. (Jakarta: PT. Gramedia, 2009)

Anda mungkin juga menyukai