Anda di halaman 1dari 16

BERNEGARA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Kelas Akhir

Guru pembimbing:

Ust. Jamal S.Pd

Disusun oleh:

Syariful Mujahid

Abdul Harits Al-fajri

Ahmad Syauqi Ramadhan

SEKOLAH MENENGAH ATAS

I’DAAD AL-MU’ALLIMIN WA AD-DU’AH (IMAD)

PESANTREN TERPADU DAARUL FIKRI


TAHUN AJARAN 1443-1444H / 2022-202 BAB I
PENDAHALUAN

A. Latar Belakang

Bernegara dalam perspektif islam adalah bagaimana kita memandang suatu negara dalam

syariat islam, bermasyarakat dalam suatu negara. Dalam islam kita harus mengikuti

dasar-dasar negara selagi itu tidak bertentangan dengan point-point yang diajarkan oleh

islam itu sendiri, seperti contohnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945,

dan disebutkan juga didalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat;13

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو ا ۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم‬

‫ِع ْنَد ِهّٰللا َاْتٰق ىُك ْم ِۗاَّن َهّٰللا َع ِلْيٌم َخ ِبْيٌر‬

13. Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan

seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku

agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah

ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.

Namun eksistensi islam pada zaman sekarang seakan terjepit diantara dua sisi, karena

ulah orang-orang islam sendiri, ada golongan yang sangat kaku dalam menerapkan

ketetapan-ketetapan syariat, keras dalam merespon hal-hal yang dianggap berada di luar

ketetapan syariat dan begitu enteng melemparkan tuduhan bid’ah. Ada juga golongan
mengaktualisasikan syariat islam dalam kehidupan modern bahkan mereka berani

melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Karena termasuk ketetapan

yang baku (tsabit) dan muhkamat. Yang biasanya disebut dalam kategori sekuler.

Golongan yang pertama hanya menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri, bagi islam dan

seluruh umat islam. Yang mana mereka selalu menfatwakan tidak jauh dari kalimat “ini

tidak boleh, ini dilarang, ini haram, itupun haram”. Semua diatasnamakan syariat islam

seakan-akan dalam syariat tidak ada yang diperbolehkan. Sementara golongan kedua

begitu bebas mengobrak-abrik garis pembatas, sehingga mereka bisa lepas dari islam

seperti anak panah yang melesat dari busurnya.

Memang perubahan fatwa bisa saja dilakukan karena perubahan tempat, waktu,

lingkungan, tradisi, dan kondisi, begitu yang ditegaskan ibnu qayyim. Karna kebodohan

orang-orang (ulama) tentang syariat, bisa menimbulkan kesulitan dan kesukaran dalam

mengaplikasikan agama.
B. Rumusan Masalah

1. Apa itu bernegara?

2. Bagaimana bernegara dalam islam?

3. Bagaimana penerapan hukum yang ada di Indonesia?

C. TUJUAN

1. Agar mengetahui apa itu bernegara

2. Mengetahui pandangan bernegara dalam islam

3. Mengetahui penerapan hukum islam di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Umum Bernegara

Bernegara mempunyai arti yaitu manusia yang mempunyai kepentingan yang sama

dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah

nusantara atau Indonesia dan mempunyai cita-cita yang berlandaskan niat untuk bersatu

secara emosional dan rasional dalam membangun rasa nasionalisme secara eklektis1

kedalam sikap dan perilaku antar yang berbeda ras, agama, asal keturunan, adat, bahasa,

dan sejarah. Bisa diartikan bahwasannya bernegara adalah sikap mencintai bangsa sendiri

dengan menghormati dan menghargai berbagai perbedaan yang ada dan menjaga

keseimbangan antar hubungan daerah agar tidak terjadi perpecahan di dalam negara.

Sikap mencintai bangsa sendiri (patriotisme) adalah suatu hal yang memang sangat

penting. Kondisi pemahaman berupa kesadaran untuk berbangsa dan bernegara,

masyarakat Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan, titik pusat dari kekhawatiran

yang kian membesar itu berasal dari penerus bangsa yaitu para pemuda yang tidak

memperhatikan pengertian dari nasionalisme dan patriotisme itu sendiri, dengan

menampakkan diri nya sebagai perusak dan pemecah belah bangsa dengan melakukan

tindakan yang tidak ada manfaat untuk negara seperti halnya dengan tawuran.

Tentu pahamnya kesadaran berbangsa dan bernegara adalah tanggung jawab besar

bagi setiap rakyat dan pemerintah Indonesia, disebabkan semakin banyaknya gangguan
1
Memilih yang terbaik dari berbagai sumber (orang, gaya, metode), kbbi.kemdikbud.go.id, 2023
juga pemahaman yang merusak dengan halus, namun efeknya sangat fatal karena akarnya

dari perlakuan seseorang adalah keinginan untuk melakukannya, namun berlandaskan

juga dengan pemahaman apabila pemahaman yang didapatkan oleh para warga negara

Indonesia sendiri buruk, maka perlakuan para rakyatnya pun pasti tidak akan memberikan

kontribusi yang membangun justru malah menghancurkan.

Namun bernegara juga mempunyai arti yang sempit yaitu sikap mencintai bangsa

sendiri secara berlebihan dengan memandang bangsa lain itu rendah. ini adalah

pemahaman yang digunakan oleh Mussolini dan hitler yang disebut dengan chauvinisme2.

Pemikiran-pemikiran yang tidak mempunyai kemanfaatan yang baik untuk masyarakat

harus dimusnahkan dan dibersihkan seperti halnya tidak mengakui adanya keberadaan

negara-negara yang telah berdiri, Sebagaimana yang dikutip dari laman polkam.go.id,

Menko Polhukam Prof. Mahfud MD mengatakan:“adanya negara adalah suatu

sunatullah, dan bernegara adalah suatu keniscayaan bagi setiap insan. Oleh setiap itu,

tidak mungkin ada orang bisa menolak untuk hidup di dalam sebuah negara”.

Suatu yang perlu diperhatikan karena disampingnya keharusan untuk mempunyai

pemahaman kesadaran bernegara, juga terdapat kesadaran berbangsa, selain dari

menumbuhkan rasa nasionalisme serta jiwa patriotisme, rasa saling menghargai juga

menghormati harus tumbuh dengan adanya keberadaan negara lain sebagai tetangga dari

negara Indonesia. Kewaspadaan yang lebih terhadap orang-orang yang berpemahaman

2
cinta tanah air secara sangat berlebihan
chauvinisme, sukuisme3, provinsialisme4, ekstremisme5, dan radikalisme6 agar tidak

berkembang dan menyebarluas karena inilah pemahaman yang harus dimusnahkan.

B. Pandangan Bernegara Menurut Islam

konsep bernegara dalam islam yakni mengatur asas–asas atau prinsip–prinsip

antara lain; pemimpin yang jujur, amanah, adil, transparan, bermusyawarah, dan

melindungi hak asasi manusia(fitrah), karena itulah islam disebut sebagai yang

mengajarkan dan memberikan tuntunan hidup dalam bernegara. Yang artinya agar

suatu negara di bangun sebagai rumah untuk menegakkan keadilan. Sesuai dengan

hak(fitrah) yang dimiliki oleh warga negaranya. Seperti keberhasilan Rasulullah SAW

yang membangun agama islam di madinah yang di sebut negara kota(city state)7.

Dalam islam kekuasaan adalah karunia yang di berikan oleh Allah SWT, yang di

antaranya itu merupakan rahmat serta kebaikan bagi yang menerima kekuasaan

tersebut maupun bagi rakyatnya. Hal tersebut dapat terjadi apabila kekuasaan tersebut

di implementasikan sesuai yang ada dalam Al-quran dan sunnah Nabi. Namun

sebaliknya jika kekuasaan tersebut diterapkan dalam cara yang menyimpang atau

bertolak belakang dari prinsip-prinsip Al-quran dan sunnah-sunnah atau tradisi Nabi,

3
Paham atau praktik yang mementingkan suku bangsa sendiri
4
Paham (Gerakan dan sebagainya) yang bersifat kedaerahan
5
Keadaan atau Tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan pandangan agama, politik dan sebagainya
6
Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan
atau drastis
7
Suatu wilayah yang dikelola secara eksklusif oleh suatu kota, biasanya dengan memiliki kedaulatan.
maka kekuasaan tersebut akan terjadi bencana bagi pemimpin dan yang dipimpin

ketika seperti ini bukannya karunia melainkan bencana. (Sayid Anshar 2009:236)

Dalam islam ada beberapa contoh bentuk dari bernegara berikut ini adalah contoh-

contoh bernegara dalam islam ;

1. Khilafah

Istilah khilafah mengandung arti “perwakilan”, “pergantian” atau

“jabatan khalifah”. Istilah ini berasal dari bahasa arab yaitu “khalaf” yang berarti

“wakil, “pengganti”, dan “penguasa’ dalam perspektif politik sunni khilafah

didasarkan dari dua rukun, yaitu; konsesus elit politik atau ijma’ para ulama dan

pemberian penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin

untuk memerintah(legitimasi)8 atau bay’ah.

2. Hukumah

Istilah hukumah adalah ”pemerintah”. konsep yang ada di dalam

hukumah ini berbeda dengan konsep-konsep pemerintahan yang di bentuk oleh

agama islam, apabila konsep-konsep lain di dalam islam berhubungan dengan

format politik atau kekuasaan, lain hal nya dengan hukumah, didalam islam

hukumah ini berhubungan dengan sistem pemerintahan.

8
Penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat dan
melaksanakan keputusan politik
C. Sistem Hukum Yang Berlaku Di Indonesia

Sebagai negara hukum, Indonesia menganut tiga sistem hukum sekaligus yang

hidup dan berkembang di masyarakat yakni sistem hukum civil, sistem hukum adat, dan

sistem hukum Islam. Ketiga sistem hukum tersebut saling melengkapi, harmonis dan

romantis. Hukum Islam mempengaruhi corak hukum di Indonesia karena mayoritas

penduduk di Indonesia menganut agama Islam yang memungkinkan hukum Islam

menjadi bagian yang penting dan berpengaruh dalam sistem hukum di Indonesia.

Sedangkan hukum adat sebagai hukum yang asli yang tumbuh dan berkembang dari

kebiasaan-kebiasaan masyarakat mempengaruhi proses berlakunya hukum di Indonesia.

Bahkan, nilai-nilai yang terkandung dari hukum adat dan hukum Islam di Indonesia

digunakan dalam pembentukan yurisprudensi9 di Mahkamah Agung. Tulisan ini akan

menjelaskan bagaimana hukum adat dan hukum Islam yang berkarakter “tidak tertulis”

mampu mengisi legal gaps10 dari sistem hukum civil Indonesia. Metode penelitian yang

digunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif dan menggunakan

beberapa pendekatan yakni pendekatan undang-undang, pendekatan perbandingan, dan

pendekatan sejarah. Tulisan ini menyimpulkan bahwa pluralisme hukum yang ada di

Indonesia dapat menjadi solusi dari adanya legal gaps yang tercipta karena kekakuan

penerapan hukum civil. Kekakuan tersebut dapat diatasi dengan fleksibilitas dari norma

dan nilai yang terdapat dalam hukum adat dan hukum Islam, sehingga dapat menciptakan

ketertiban di masyarakat

9
Potensi-potensi penyimpangan dalam berhukum
10
Serangkaian putusan hukum yang dikeluarkan oleh pengadilan yang kemudian memiliki kekuatan hukum yang
mengikat atau persuaasif
D. Metodologi yang di harapkan untuk bernegara dalam islam

Yang di harapkan untuk membangun negara yang didalamnya terdapat

banyak sekali berbagai ras, suku, bangsa, dan juga agama, adalah bagaimana cara

khilafah dan elemen-elemen pembangun di suatu negara tersebut menjaga keutuhan

“keaneka ragaman” yang ada didalamnya. Diringkus dalam Wikipedia di Indonesia

sendiri mayoritas penduduknya adalah beragama islam dengan persenan 86,93% dari

100% jumlah penduduk yang ada di Indonesia.

Yang terpenting adalah adanya ke-eratan hubungan yang saling menyempurnakan dan

dilandaskan kepada metodologi ilmiah dan juga syariat yang tepat dan juga akurat,

karena fatwa bisa berubah menurut perubahan zaman, tempat, dan keadaan.

Bentuk Landasan metodologi ilmiah dan syariat yang menyempurnakan terdapat dua

landasan :

1. Kembali ke dasar dan mengambil hukum dari sumbernya yang bersih,

dengan memanfaatkan pusaka peninggalan hukum fiqih islami yang berasal dari

segala golongan madzhab, yang berasal dari luar golongan dan madzhab yaitu

fiqih dari para sahabat dan tabi’in, yang madzhab tersebut dari mereka para ahli

atau imamnya semua madzhab dan guru dari segala guru.


2. Berinteraksi dengan realitas kehidupan saat ini, berbuat untuk

memecahkan berbagai macam masalah dan juga problematika dengan merujuk

kepada syariat-syariat. Sebab yang pasti, syariat tidak akan menutup mata

terhadap realitas dan bahkan syariat menjadi dokter yang bisa menyembuhkan dan

bisa memahami segala masalah dan problematika yang terjadi di kehidupan saat

ini.

Syariat islam juga tidak ingin membelokkan agar bisa sejalan dengan

realitas kehidupan saat ini. Yang demikian ini tentu tidak akan dikatakan sebagai

muslim yang ridha kepada Allah sebagai rabb-nya dan Muhammad sebagai utusan

bagi para hambanya. Yang diinginkan ialah agar memahami berbagai macam

nash11 yang bersifat parsial12 dalam wilayah untuk tujuan yang universal. Dan

memilah antara hukum-hukum yang monumental13 dan hukum-hukum yang

incidental14, antara apa yang dikatakan dan dilaksanakn oleh Rasulullah SAW,

dengan kapasitas beliau sebagai pemimpin dalam urusan segala macam politik

yag harus di sesuaikan dengan perubahan zaman dan lingkungan beliau, dengan

apa yang telah di laksanakan beliau agar menjadi syariat-syariat yang monumental

dan juga bisa berlaku secara umum hingga hari kiamat nanti. Dengan memerlukan

ke-extra hati-hatian dan pandangan yang lurus, bersih, dan benar, dan pastinya

juga bersifat prioritas dengan menyesuaikan kondisi juga lingkungan agar tidak

11
suatu ketetapan hukum yang bersumber dari al Quran dan al Sunnah.
12
berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan.
13
sesuatu yang bersifat menimbulkan kesan peringatan kepada sesuatu yang agung.
14
terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja
bercampur aduk dengan hukum-hukum yang tetap dan hukum-hukum yang bisa

berubah seiring perkembangan zaman dan lingkungan.

Dengan demikian landasan fiqih yang seperti inilah yang mampu

membuat syariat islam terus terjaga sampai hari kiamat dengan nilai plusnya

mampu mencukupi dan memenuhi semua kebutuhan keutuhan “keaneka

ragaman” yang ada di Indonesia ini. Menjawab, memecahkan, dan juga memberi

keuntungan bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak ada pengabaian terhadap hal-hal

yang prinsip dan tidak melewati batas dengan hal-hal yang bersifat tambahan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembakuan dan penetapan daripada hukum-hukum islam yang penuh dengan

keberagaman manfaat dan keadilan serta kejayaan yang memang erat dengan kehidupan

untuk kepentingan yang menyeluruh bagi setiap bangsa dan negara juga para rakyat yang

hidup didalamnya, yang merujuk dari berbagai macam nash, apabila hukum-hukum islam

tersebut diaplikasikan dalam suatu negara. Akan tetapi itu semua akan menjadi sia-sia

apabila para rakyat dan pemerintah yang hidup didalamnya tidak memahami dan

mengerti seberapa besar manfaat hukum-hukum islam untuk kepentingan umat.

Oleh karena itu, menjaga keberadaan para ‘alim ulama dan cendikiawan muslim

di Indonesia sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan dan eksistensi islam. karena

berbagai banyaknya macam gangguan yang bertujuan untuk menghancurkan dapat

diblokade dengan adanya keberadaan para’alim ulama dan cendikiawan muslim, dan

dengan itu pula berbagai macam dari hukum-hukum islam yang penuh manfaat untuk

kepentingan umat dapat tegak berdiri dengan sempurna.

Pembuktian dari hukum-hukum islam yang berjalan tersebut telah dilakukan

pada tahun 650-1250 masehi yang mana pada kala itu islam dapat menguasai ¾ dunia

dengan pemberlakuan daripada hukum islam yang merujuk pada berbagai macam nash

yang didalamnya terdapat manfaat yang besar secara universal.


B. SARAN

Penulis berpesan kepada penulis sendiri dan seluruh pembaca, khususnya

kepada orang tua, para pemimpin bangsa, agar mendalami dan memahami pengertian dari

berbangsa dan bernegara baik secara nash, syariat, dan juga secara keseluruhan agar

negara Republik Indonesia terjaga secara utuh dan menyeluruh, salah satu rujukan nya

ialah berasal dari islam yang didalamnya serat akan petunjuk yang mulia dan istimewa.

Penulis juga mengingatkan kepada para pembaca agar tidak menutup mata dan lalai

dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara serta agama, terlebih lagi islam terhadap

pengatahuan, karena pada zaman ini pemikiran, pemahaman, serta perlakuan sudah

terkontaminasi dengan budaya barat yang menghasilkan kenikmatan secara berlebihan

dan menuju pada kehancuran karena banyak nya mudharat yang terkandung didalamnya.

Banyak sekali faktor-faktor yang bisa merubah kebiasaan, prinsip, dan juga

moral setiap individu dari mulai tontonan, bacaan, dan juga lingkungan yang kurang baik.

Sehingga banyak sekali timbul masalah yang terjadi di suatu tempat tersebut, maka

dengan begitu di butuhkan sekali pemimpin atau khilafah yang baik, benar, dan juga

lurus untuk memecahkan segala permasalahan yang terjadi dengan apa yang telah

diajarkan kepada kita semua oleh suri tauladan kita, yaitu Nabi Muhammad SAW, beliau

telah mencetuskan berbagai solusi atas setiap permasalahan, dan juga beliau pribadi yang

sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tidak merubah yang telah tetap dan

tidak merugikan dalam mengambil keputusan yang baru, yang bersifat universal dan

tidak memihak. Dengan adanya keputusan yang sangat menguntungkan bagi setiap

individu atau bahkan kelompok-kelompok tertentu, akan timbul kenyamanan yang

membuat suatu negara tersebut terjaga utuh “keaneka ragamannya” sampai hari kiamat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al Kareem.

Al-Qardhawi, Yusuf.Dr. 1999. Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam , Pustaka Al-
Kautsar.
Jakarta utara.

Buku Diskursus Bernegara dalam Islam Oleh Thohir Luth, Moh. Anas Kholish,
Moh.Zainulla

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia#:~:text=Dalam%20sensus%20resmi
%20yang%20dilirik,0%2C03%25%20agama%20lainnya.

Kesbangpolinmas, “KESADARAN BERBANGSA DAN BERNEGARA”, diakses pada


26 februari 2023 pukul 10:15
https://kesbangpollinmas.klungkungkab.go.id/2017/06/22/kesadaran-berbangsa-dan-
bernegara/#:~:text=Sedangkan%20bernegara%20adalah%20manusia
%20yang,membangun%20rasa%20nasionalisme%20secara%20eklektis

kbbi.kemdikbud.go.id, 2023

https://nasional.kompas.com/read/2022/05/15/00300001/legitimasi--pengertian-objek-
dan-tipe-tipenya

https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_kota

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6268957/apa-itu-paham-chauvinisme-yang-
pernah-diterapkan-oleh-jerman#:~:text=Chauvinisme%20adalah%20suatu%20paham
%20atau,lain%2C%20singkatnya%20nasionalisme%20yang%20sempit.

https://jurnalnasional.ump.ac.id

https://dspace.uii.ac.id

Anda mungkin juga menyukai