Guru pembimbing:
Disusun oleh:
Syariful Mujahid
A. Latar Belakang
Bernegara dalam perspektif islam adalah bagaimana kita memandang suatu negara dalam
syariat islam, bermasyarakat dalam suatu negara. Dalam islam kita harus mengikuti
dasar-dasar negara selagi itu tidak bertentangan dengan point-point yang diajarkan oleh
islam itu sendiri, seperti contohnya Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945,
ٰٓيَاُّيَها الَّناُس ِاَّنا َخ َلْقٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّو ُاْنٰث ى َو َجَع ْلٰن ُك ْم ُش ُعْو ًبا َّو َقَبۤا ِٕىَل ِلَتَع اَر ُفْو ا ۚ ِاَّن َاْك َر َم ُك ْم
13. Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Namun eksistensi islam pada zaman sekarang seakan terjepit diantara dua sisi, karena
ulah orang-orang islam sendiri, ada golongan yang sangat kaku dalam menerapkan
ketetapan-ketetapan syariat, keras dalam merespon hal-hal yang dianggap berada di luar
ketetapan syariat dan begitu enteng melemparkan tuduhan bid’ah. Ada juga golongan
mengaktualisasikan syariat islam dalam kehidupan modern bahkan mereka berani
melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilanggar. Karena termasuk ketetapan
yang baku (tsabit) dan muhkamat. Yang biasanya disebut dalam kategori sekuler.
Golongan yang pertama hanya menimbulkan kesulitan bagi diri sendiri, bagi islam dan
seluruh umat islam. Yang mana mereka selalu menfatwakan tidak jauh dari kalimat “ini
tidak boleh, ini dilarang, ini haram, itupun haram”. Semua diatasnamakan syariat islam
seakan-akan dalam syariat tidak ada yang diperbolehkan. Sementara golongan kedua
begitu bebas mengobrak-abrik garis pembatas, sehingga mereka bisa lepas dari islam
Memang perubahan fatwa bisa saja dilakukan karena perubahan tempat, waktu,
lingkungan, tradisi, dan kondisi, begitu yang ditegaskan ibnu qayyim. Karna kebodohan
orang-orang (ulama) tentang syariat, bisa menimbulkan kesulitan dan kesukaran dalam
mengaplikasikan agama.
B. Rumusan Masalah
C. TUJUAN
PEMBAHASAN
Bernegara mempunyai arti yaitu manusia yang mempunyai kepentingan yang sama
dan menyatakan dirinya sebagai satu bangsa serta berproses di dalam satu wilayah
nusantara atau Indonesia dan mempunyai cita-cita yang berlandaskan niat untuk bersatu
secara emosional dan rasional dalam membangun rasa nasionalisme secara eklektis1
kedalam sikap dan perilaku antar yang berbeda ras, agama, asal keturunan, adat, bahasa,
dan sejarah. Bisa diartikan bahwasannya bernegara adalah sikap mencintai bangsa sendiri
dengan menghormati dan menghargai berbagai perbedaan yang ada dan menjaga
keseimbangan antar hubungan daerah agar tidak terjadi perpecahan di dalam negara.
Sikap mencintai bangsa sendiri (patriotisme) adalah suatu hal yang memang sangat
masyarakat Indonesia saat ini semakin mengkhawatirkan, titik pusat dari kekhawatiran
yang kian membesar itu berasal dari penerus bangsa yaitu para pemuda yang tidak
menampakkan diri nya sebagai perusak dan pemecah belah bangsa dengan melakukan
tindakan yang tidak ada manfaat untuk negara seperti halnya dengan tawuran.
Tentu pahamnya kesadaran berbangsa dan bernegara adalah tanggung jawab besar
bagi setiap rakyat dan pemerintah Indonesia, disebabkan semakin banyaknya gangguan
1
Memilih yang terbaik dari berbagai sumber (orang, gaya, metode), kbbi.kemdikbud.go.id, 2023
juga pemahaman yang merusak dengan halus, namun efeknya sangat fatal karena akarnya
juga dengan pemahaman apabila pemahaman yang didapatkan oleh para warga negara
Indonesia sendiri buruk, maka perlakuan para rakyatnya pun pasti tidak akan memberikan
Namun bernegara juga mempunyai arti yang sempit yaitu sikap mencintai bangsa
sendiri secara berlebihan dengan memandang bangsa lain itu rendah. ini adalah
pemahaman yang digunakan oleh Mussolini dan hitler yang disebut dengan chauvinisme2.
harus dimusnahkan dan dibersihkan seperti halnya tidak mengakui adanya keberadaan
negara-negara yang telah berdiri, Sebagaimana yang dikutip dari laman polkam.go.id,
sunatullah, dan bernegara adalah suatu keniscayaan bagi setiap insan. Oleh setiap itu,
tidak mungkin ada orang bisa menolak untuk hidup di dalam sebuah negara”.
menumbuhkan rasa nasionalisme serta jiwa patriotisme, rasa saling menghargai juga
menghormati harus tumbuh dengan adanya keberadaan negara lain sebagai tetangga dari
2
cinta tanah air secara sangat berlebihan
chauvinisme, sukuisme3, provinsialisme4, ekstremisme5, dan radikalisme6 agar tidak
antara lain; pemimpin yang jujur, amanah, adil, transparan, bermusyawarah, dan
melindungi hak asasi manusia(fitrah), karena itulah islam disebut sebagai yang
mengajarkan dan memberikan tuntunan hidup dalam bernegara. Yang artinya agar
suatu negara di bangun sebagai rumah untuk menegakkan keadilan. Sesuai dengan
hak(fitrah) yang dimiliki oleh warga negaranya. Seperti keberhasilan Rasulullah SAW
yang membangun agama islam di madinah yang di sebut negara kota(city state)7.
Dalam islam kekuasaan adalah karunia yang di berikan oleh Allah SWT, yang di
antaranya itu merupakan rahmat serta kebaikan bagi yang menerima kekuasaan
tersebut maupun bagi rakyatnya. Hal tersebut dapat terjadi apabila kekuasaan tersebut
di implementasikan sesuai yang ada dalam Al-quran dan sunnah Nabi. Namun
sebaliknya jika kekuasaan tersebut diterapkan dalam cara yang menyimpang atau
bertolak belakang dari prinsip-prinsip Al-quran dan sunnah-sunnah atau tradisi Nabi,
3
Paham atau praktik yang mementingkan suku bangsa sendiri
4
Paham (Gerakan dan sebagainya) yang bersifat kedaerahan
5
Keadaan atau Tindakan menganut paham ekstrem berdasarkan pandangan agama, politik dan sebagainya
6
Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan social dan politik dengan cara kekerasan
atau drastis
7
Suatu wilayah yang dikelola secara eksklusif oleh suatu kota, biasanya dengan memiliki kedaulatan.
maka kekuasaan tersebut akan terjadi bencana bagi pemimpin dan yang dipimpin
ketika seperti ini bukannya karunia melainkan bencana. (Sayid Anshar 2009:236)
Dalam islam ada beberapa contoh bentuk dari bernegara berikut ini adalah contoh-
1. Khilafah
“jabatan khalifah”. Istilah ini berasal dari bahasa arab yaitu “khalaf” yang berarti
didasarkan dari dua rukun, yaitu; konsesus elit politik atau ijma’ para ulama dan
2. Hukumah
format politik atau kekuasaan, lain hal nya dengan hukumah, didalam islam
8
Penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat dan
melaksanakan keputusan politik
C. Sistem Hukum Yang Berlaku Di Indonesia
Sebagai negara hukum, Indonesia menganut tiga sistem hukum sekaligus yang
hidup dan berkembang di masyarakat yakni sistem hukum civil, sistem hukum adat, dan
sistem hukum Islam. Ketiga sistem hukum tersebut saling melengkapi, harmonis dan
menjadi bagian yang penting dan berpengaruh dalam sistem hukum di Indonesia.
Sedangkan hukum adat sebagai hukum yang asli yang tumbuh dan berkembang dari
Bahkan, nilai-nilai yang terkandung dari hukum adat dan hukum Islam di Indonesia
menjelaskan bagaimana hukum adat dan hukum Islam yang berkarakter “tidak tertulis”
mampu mengisi legal gaps10 dari sistem hukum civil Indonesia. Metode penelitian yang
digunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian hukum normatif dan menggunakan
pendekatan sejarah. Tulisan ini menyimpulkan bahwa pluralisme hukum yang ada di
Indonesia dapat menjadi solusi dari adanya legal gaps yang tercipta karena kekakuan
penerapan hukum civil. Kekakuan tersebut dapat diatasi dengan fleksibilitas dari norma
dan nilai yang terdapat dalam hukum adat dan hukum Islam, sehingga dapat menciptakan
ketertiban di masyarakat
9
Potensi-potensi penyimpangan dalam berhukum
10
Serangkaian putusan hukum yang dikeluarkan oleh pengadilan yang kemudian memiliki kekuatan hukum yang
mengikat atau persuaasif
D. Metodologi yang di harapkan untuk bernegara dalam islam
banyak sekali berbagai ras, suku, bangsa, dan juga agama, adalah bagaimana cara
sendiri mayoritas penduduknya adalah beragama islam dengan persenan 86,93% dari
Yang terpenting adalah adanya ke-eratan hubungan yang saling menyempurnakan dan
dilandaskan kepada metodologi ilmiah dan juga syariat yang tepat dan juga akurat,
karena fatwa bisa berubah menurut perubahan zaman, tempat, dan keadaan.
Bentuk Landasan metodologi ilmiah dan syariat yang menyempurnakan terdapat dua
landasan :
dengan memanfaatkan pusaka peninggalan hukum fiqih islami yang berasal dari
segala golongan madzhab, yang berasal dari luar golongan dan madzhab yaitu
fiqih dari para sahabat dan tabi’in, yang madzhab tersebut dari mereka para ahli
kepada syariat-syariat. Sebab yang pasti, syariat tidak akan menutup mata
terhadap realitas dan bahkan syariat menjadi dokter yang bisa menyembuhkan dan
bisa memahami segala masalah dan problematika yang terjadi di kehidupan saat
ini.
Syariat islam juga tidak ingin membelokkan agar bisa sejalan dengan
realitas kehidupan saat ini. Yang demikian ini tentu tidak akan dikatakan sebagai
muslim yang ridha kepada Allah sebagai rabb-nya dan Muhammad sebagai utusan
bagi para hambanya. Yang diinginkan ialah agar memahami berbagai macam
nash11 yang bersifat parsial12 dalam wilayah untuk tujuan yang universal. Dan
incidental14, antara apa yang dikatakan dan dilaksanakn oleh Rasulullah SAW,
dengan kapasitas beliau sebagai pemimpin dalam urusan segala macam politik
yag harus di sesuaikan dengan perubahan zaman dan lingkungan beliau, dengan
apa yang telah di laksanakan beliau agar menjadi syariat-syariat yang monumental
dan juga bisa berlaku secara umum hingga hari kiamat nanti. Dengan memerlukan
ke-extra hati-hatian dan pandangan yang lurus, bersih, dan benar, dan pastinya
juga bersifat prioritas dengan menyesuaikan kondisi juga lingkungan agar tidak
11
suatu ketetapan hukum yang bersumber dari al Quran dan al Sunnah.
12
berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan.
13
sesuatu yang bersifat menimbulkan kesan peringatan kepada sesuatu yang agung.
14
terjadi atau dilakukan hanya pada kesempatan atau waktu tertentu saja
bercampur aduk dengan hukum-hukum yang tetap dan hukum-hukum yang bisa
membuat syariat islam terus terjaga sampai hari kiamat dengan nilai plusnya
ragaman” yang ada di Indonesia ini. Menjawab, memecahkan, dan juga memberi
keuntungan bagi seluruh rakyat Indonesia, tidak ada pengabaian terhadap hal-hal
yang prinsip dan tidak melewati batas dengan hal-hal yang bersifat tambahan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
keberagaman manfaat dan keadilan serta kejayaan yang memang erat dengan kehidupan
untuk kepentingan yang menyeluruh bagi setiap bangsa dan negara juga para rakyat yang
hidup didalamnya, yang merujuk dari berbagai macam nash, apabila hukum-hukum islam
tersebut diaplikasikan dalam suatu negara. Akan tetapi itu semua akan menjadi sia-sia
apabila para rakyat dan pemerintah yang hidup didalamnya tidak memahami dan
Oleh karena itu, menjaga keberadaan para ‘alim ulama dan cendikiawan muslim
di Indonesia sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan dan eksistensi islam. karena
diblokade dengan adanya keberadaan para’alim ulama dan cendikiawan muslim, dan
dengan itu pula berbagai macam dari hukum-hukum islam yang penuh manfaat untuk
pada tahun 650-1250 masehi yang mana pada kala itu islam dapat menguasai ¾ dunia
dengan pemberlakuan daripada hukum islam yang merujuk pada berbagai macam nash
kepada orang tua, para pemimpin bangsa, agar mendalami dan memahami pengertian dari
berbangsa dan bernegara baik secara nash, syariat, dan juga secara keseluruhan agar
negara Republik Indonesia terjaga secara utuh dan menyeluruh, salah satu rujukan nya
ialah berasal dari islam yang didalamnya serat akan petunjuk yang mulia dan istimewa.
Penulis juga mengingatkan kepada para pembaca agar tidak menutup mata dan lalai
dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara serta agama, terlebih lagi islam terhadap
pengatahuan, karena pada zaman ini pemikiran, pemahaman, serta perlakuan sudah
dan menuju pada kehancuran karena banyak nya mudharat yang terkandung didalamnya.
Banyak sekali faktor-faktor yang bisa merubah kebiasaan, prinsip, dan juga
moral setiap individu dari mulai tontonan, bacaan, dan juga lingkungan yang kurang baik.
Sehingga banyak sekali timbul masalah yang terjadi di suatu tempat tersebut, maka
dengan begitu di butuhkan sekali pemimpin atau khilafah yang baik, benar, dan juga
lurus untuk memecahkan segala permasalahan yang terjadi dengan apa yang telah
diajarkan kepada kita semua oleh suri tauladan kita, yaitu Nabi Muhammad SAW, beliau
telah mencetuskan berbagai solusi atas setiap permasalahan, dan juga beliau pribadi yang
sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tidak merubah yang telah tetap dan
tidak merugikan dalam mengambil keputusan yang baru, yang bersifat universal dan
tidak memihak. Dengan adanya keputusan yang sangat menguntungkan bagi setiap
membuat suatu negara tersebut terjaga utuh “keaneka ragamannya” sampai hari kiamat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al Kareem.
Al-Qardhawi, Yusuf.Dr. 1999. Pedoman Bernegara Dalam Perspektif Islam , Pustaka Al-
Kautsar.
Jakarta utara.
Buku Diskursus Bernegara dalam Islam Oleh Thohir Luth, Moh. Anas Kholish,
Moh.Zainulla
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_di_Indonesia#:~:text=Dalam%20sensus%20resmi
%20yang%20dilirik,0%2C03%25%20agama%20lainnya.
kbbi.kemdikbud.go.id, 2023
https://nasional.kompas.com/read/2022/05/15/00300001/legitimasi--pengertian-objek-
dan-tipe-tipenya
https://id.wikipedia.org/wiki/Negara_kota
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6268957/apa-itu-paham-chauvinisme-yang-
pernah-diterapkan-oleh-jerman#:~:text=Chauvinisme%20adalah%20suatu%20paham
%20atau,lain%2C%20singkatnya%20nasionalisme%20yang%20sempit.
https://jurnalnasional.ump.ac.id
https://dspace.uii.ac.id