Anda di halaman 1dari 13

PERBANDINGAN KONSEP KENEGARAAN BARAT DAN NEGARA-

NEGARA ISLAM : MADZHAB BARAT DAN KONSEP NEGARA


VERSI ISLAM
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Muqaranat al-Madzahib fii Siyasah
Dosen Pengampu : Siti Khoirotul Ula., M.H.I.

Kelompok 4

1. Amaliya Zakiyah (12103193131)


2. Aprilia Dwi Susanti (12103193149)
3. Sella Nurul Adiniyah (12103193173)
4. Slamet Susanto (12103193175)

SEMESTER 4

HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG

APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, taufiq,
serta hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungan kita Nabi
Agung Muhammad SAW, sehingga penyusunan makalah Mata Kuliah
“Muqaranat al-Madzahib fii Siyasah” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.

Dalam penulisan makalah kali ini, kami cukup banyak mengalami hambatan
dan rintangan serta akibat dari selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu kami, yaitu antara lain:

1. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku Rektor IAIN Tulungagung


2. Dr. H. Muhtadi Anshor, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum.
3. Siti Khoirotul Ula., M.H.I., selaku dosen pembimbing
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak
dapat disebutkan satu-satu, kami mengucapkan terima kasih
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
“Perbandingan Konsep Kenegaraan Barat dan Negara-Negara Islam: Madzhab
Barat dan Konsep Negara Versi Islam” ini, masih jauh dari kata sempurna. Untuk
itu kritik yang membangun serta saran dari semua pihak sangat kami harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini, kami berharap dari makalah yang
kami susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi kami maupun
pembaca. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 17 Mei 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
A. Negara ......................................................................................................................................... 3
B. Konsep Negara Menurut Barat ................................................................................................... 4
C. Konsep Negara Menurut Islam ................................................................................................... 5
D. Perbandingan Konsep Negara Barat dan Islam ........................................................................... 7
BAB III ................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 9
B. Saran ........................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Allah menciptakan setiap manusia memiliki potensi yang berbeda-beda,
yang mengharuskannya bekerja sesuai dengan hikmah Illahi, dan ini menciptakan
keragaman cara berfikir manusia untuk menuju Tuhannya. Berangkat dari
pernyataan ini, dalam Islampun sebenarnya memiliki keberagaman pandangan
tersendiri dalam melaksanakan ibadah kepada Tuhannya. Terdapat beberapa
golongan yang masing-masingnya mengakui bahwa pendapatnyalah yang paling
benar. Golongan-golongan ini sering biasa kita dengar dengan istilah “mazhab”.
Perbedaan paham disini lebih condong ke arah hukum furu’iyah, karena
dalam penetapan hukum itu diperhatikan masa dan musim, keadaan alam dan
tempat, adat kebiasaan dan lain sebagainya. Aboebakar Atjeh(1977:
9)menuliskan keterangannya mengenai Mazhab dalam bukunya yang berjudul
Perbandingan Mazhab;bahwakeadaan alam, umat, adat istiadatnya, serta
berbagai macam keyakinannya, tidaklah tetap dan kekal, itu semua bisa berubah-ubah
tergantung perkembangan zaman.
Dengan berkembangnya agama Islamdi berbagai negeri maka timbulah
pemahaman masyarakat yang beragam. Artinya, perbedaan pendapat atau bisa
disebut dengan istilah “Khilafiyah”ini sudah terjadi sejak masa nabi, hanya saja
pada zaman nabi apabila terjadi khilafiyah dikalangan masyarakat ada yang
memberikan keputusan akhir yaitu nabi sendiri. Dengan demikian khilafiyah
terselesaikan dan umatpun mengikuti keputusan nabi ini. Pada zaman Khulafa al-
rasyidin, untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan kemaslahatan umat selalu
dimusyawarahkan oleh khalifah dengan anggota-anggota majlis permusyawaratan.
Keputusan musyawarah inilahyang nantinya menjadi pegangan umat (A.
Dzajuli, 1992: 103)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan negara?
2. Apa saja macam-macam konsep negara menurut barat?
3. Apa saja macam-macam negara menurut Islam?

1
4. Bagaimana perbandingan konsep negara barat dan Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu negara.
2. Untuk memahami apa saja macam-macam konsep negara menurut barat.
3. Untuk dapat mengetahui apa saja macam-macam konsep negara menurut Islam.
4. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan konsep negara menurut barat dan
Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Negara
Negara merupakan konsep yang paling penting dalam ilmu politik. Negara
selalu menjadi wilayah kajian karena di sana terdapat pergulatan politik dan
kekuasaan yang paling mudah untuk dilihat dan dikenali. Negara merupakan integrasi
dari kekuasaan politik1
Negara adalah suatu badan atau organisasi tertinggi yang mempunyai
wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan untuk kepentingan orang banyak
serta mempunyai kewajiban-kewajiban untuk melindungi, menyejahterakan
masyarakat yang dinaunginya. Sedangkan menurut istilah negara atau "state" berasal
dari bahasa Latin status (stato dalam bahasa Itali, estat dalam bahasa Perancis dan
state dalam bahasa Inggris).2
Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas kekuasaan dapat digunakan
dalam kehidupan bersama baik yang dilakukan oleh individu maupun golongan atau
asosiasi, maupun oleh negara itu sendiri. Negara dapat menyatukan dan membimbing
kegiatan-kegiatan social dari penduduknya kearah tujuan bersama. Dalam hal ini,
dapat dikatakan bahwa sebuah negara mempunyai dua tugas, yaitu:
1. mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang a-sosial, yakni
yang bertentangan satu sama lain, supaya tidak menjadi antagonisme yang
membahayakan,
2. mengorganisasi dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-
golongan kearah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya.
Negara menentukan bagaimana kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan
disesuaikan satu sama lain dan diarahkan kepada tujuan nasional.3

Miriam Budiardjo mendefinisikan negara sebagai suatu organisasi yang dalam


suatu wilayah yang dapat memaksakan kekuasaanya secara sah terhadap semua
golongan dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.
Menurut Harold J. Laski, tujuan negara adalah menciptakan keadaan yang rakyatnya
1
Abu Bakar Abyhara, Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, hlm. 229.
2
Ahmad Syafi'i Maarif, Islam dan Cita-cita dan Masalah Kenegaraan, Jakarta: LP3ES, 1985, Cet. ke-1, hlm.
12.
3
Abu Bakar Abyhara, Pengantar Ilmu Politik, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010, hlm. 230.

3
dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal. Negara harus
memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan


bersama dan mencegah terjadinya bentrokan-bentrokan dalam masyarakat,
negara harus melaksanakan penertiban atau negara bertindak sebagai
stabilisator.

2. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

3. Pertahanan, untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar .

4. Menegakkan keadilan. Hal ini dilaksanakan melalui badan-badan


pengadilan.4

B. Konsep Negara Menurut Barat


1. Negara Monarki (Kerajaan)
Istilah monarki berasal dari bahasa Yunani, monos yang berarti satu, dan
archein yang berarti pemerintahan. Monarki merupakan jenis pemerintahan yang
dipimpin oleh seorang pengusaha atau raja. Sistem monarki adalah sistem
pemerintahan yang paling tua di dunia.
Suatu negara disebut dengan negara monarki/ kerajaan, jika dalam sebuah
negara tersebut kepala negaranya dipimpin oleh seorang raja/sultan/kaisar yang
berasal sari garis keturunan keluarga penguasa. Raja tersebut akan berkuasa
seumur hidup kecuali atas keinginan sendiri mengundurkan dirinya sendiri. Raja
diangkat dan diturunkan atas kehendak diri dan keluarganya saja. Rakyat sama
sekali tidak dilibatkan dalam penentuan pemimpinya.
Sistem monarki dapat dibagi menjadi dua. Monarki mutlak/ absolute dan
monarki konstitusional. Monarki mutlak adalah suatu negara yang mempunyai
raja dan raja tersebut memegang kekuasaan penuh dalam memerintah negaranya.
Sedangkan monarki konstitusional adalah suatu negara yang menganggap raja/
ratu merupakan hal yang simbolis dalam memimpin suatu negara, kedudukanya
hanya sebagai kepala negara, namun kepala pemerintahanya tetaplah orang lain
yang dipilih melalui mekanisme demokrasi atau pemilu.5

4
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1984, hlm, 45-46.
5
Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: liberty, 1980, hlm. 26.

4
2. Negara Otoriter
Negara otoriter adalah negara yang kekuasaan politiknya terkonsentrasi oleh
satu orang/ golongan ideologi tertentu secara terus menerus. Otoritarianisme biasa
disebut sebagai bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya
kepada negara atau pribadi tertentu, tanpa mengahrgai derajat dan hak orang
banyak. Sistem ini biasanya menetang bentuk-bentuk demokrasi, karena secara
umum, kekuasaan politiknya diperoleh juga bukan melalui mekanisme demokrasi
dan pemilihan umum, namun umumnya melalui kudeta. Pemimpin negara otoriter
hanya menerapkan satu arah dalam hal komunikasi yaitu dari atas (penguasa)
kebawah (rakyat).
3. Negara Demokrasi
Secara etimologi kata demokrasi berasal dari bahaya yunani (demokratia),
demos artinya rakyat dan cratos yang berarti kekuasaan. Jadi demokrasi berarti
kekuasaan yang berasal dari rakyat dan untuk rakyat. Artinya kedaulatan tertinggi
dalam suatu negara demokrasi ada di tangan rakyat dan rakyat memiliki hak, suara
dan kesempatan yang sama dalam mengatur kebijakan pemerintah.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warganya (tanpa
membeda-bedakan agama, jenis kelamin, tingkat pendidikan) memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi baik langsung maupun melalui
perwakilan dalam perumusan, pengembangan dan pembuatan hukum.

C. Konsep Negara Menurut Islam


Dalam ranah pemikiran politik Islam mengenai dasar negara maupun politik
sudah muncul sejak abad klasik, abad pertengahan dan sampai modern. Seperti Al-
Farabi, Al Mawardi, Al Ghazali yang mampu menjadi pemikir politik di abad klasik
dan pertengahan, sedangkan di abad modern yang terkenal seperti, Muhammad
Abduh, Muhammad Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal dan tokoh-tokoh yang lain.
Terdapat lima konsep negara dalam sejarah Islam. Pertama, konsep teokratis.
Menurut teori, negara teokrasi adalah sebuah negara yang kedaulatannya ada pada
Tuhan. Konsep teokratis pada negara Islam muncul di era paling awal sejarah Islam,
yakni pada masa nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diketahui, dalam mengelola
negara dan masyarakat, nabi senantiasa berdasarkan pada tuntunan dan bimbingan

5
wahyu dari Allah SWT. Konsep teokrasi ini tentunya tidak akan dapat dilakukan lagi
oleh siapapun setelahnya, mengingat nabi merupakan orang terakhir yang menerima
wahyu dari Allah. Dengan kata lain, tidak ada teokrasi dalam konsep negara Islam
setelah nabi Muhammad wafat, meskipun dia berdalih menyandarkan semuanya pada
Al-Quran dan As-Sunnah.
Kedua, konsep republik. Ketika nabi wafat, dan urusan pemerintahan beralih
ke tangan Khulafaur Rasyidin, terjadi perubahan-perubahan mendasar dalam
pengelolaan pemerintahan Islam. Konsep teokrasi yang pernah dijalankan nabi
Muhammad digantikan dengan bentuk republik. Bentuk republik ini dijalankan karena
para Khalifah bukan lagi orang-orang yang menerima wahyu, layaknya para rasul,
meskipun para Khalifah tetap tunduk pada prinsip-prinsip dasar yang digariskan oleh
Al-Quran dan As-Sunnah. Dimulai oleh Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar
bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, pemerintahan Islam era
Khulafaur Rasyidin mengambil bentuk demokrasi dan republik. Beberapa pemikir
politik dalam Islam berpendapat, bentuk negara dan sistem pemerintahan di era
Khulafaur Rasyidin inilah yang paling ideal dalam Islam. Bahkan para pemikir
Muslim di abad ke 19 dan 20 dengan tegas menyatakan bahwa kemuduran umat Islam
di era modern adalah karena umat Islam telah meninggalkan konsep negara yang
pernah diterapkan oleh para Khulafaur Rasyidin. Sarjana-sarjana Barat, sebut saja
salah satunya Philip K. Hitti, turut membenarkan pernyataan tersebut. Menurut Hitti,
konsep negara dengan bentuk republik yang dijalankan oleh Khulafaur Rasyidin
merupakan bentuk terbaik negara Islam pasca nabi Muhammad.
Ketiga, konsep monarki. Setelah Ali bin Abi Thalib wafat, yang menandai
berakhirnya era kekalifahan, bentuk negara dalam Islam berubah dari republik ke
monarki (kerajaan). Muawiyah pionir berdirinya kerajaan bani Umayyah adalah
pemimpin Islam pertama yang mengubah bentuk pemerintahan tersebut. Sesuai
dengan bentuk monarki, kepala negara bersifat absolut, kekuasaan terjadi secara turun
temurun, dan musyawarah kurang dilaksanakan. Bentuk monarki ini dilestarikan oleh
Dinasti Abbasiyah yang datang kemudian. Namun bedanya, pada masa Muawiyah
yang masih terpengaruh jiwa demokratis Arab, keabsolutan kepala negara belum
terlalu menonjol. Sementara para era Abbasiyah, keabsolutan itu meningkat. Dan
keabsolutan itu berada pada pucaknya ketika kekuasaan Turki Utsmani di Istanbul
muncul. Kerajaan Turki Utsmani inilah yang nantinya akan menjadi titik balik dan
pusat perdebatan di kalangan umat Islam di dunia mengenai bentuk negara ideal.
6
Turki Utsmani dijadikan contoh sebagai bentuk negara terburuk dalam sejarah Islam,
dimana kepala negara bukan saja absolute, namun juga memiliki sifat kekudusan.
Keempat, konsep monarki konstitusional. Masuknya pengaruh Barat pada
abad ke 19 ke dunia Islam dalam bidang politik, membuat para pemikir Islam mulai
membuka wacana baru, terutama dalam paham konstitusi dan republik. Sebagai
akibatnya kemudian muncul gerakan konstitusionalisme dalam gerakan Islam. Di
antara para pemikir tersebut terdapat nama Rifa’ah Badawi, Jamaludin Al-Afghani
dan Khayr Al-Din At-Tunisi. Dari para pemikir-pemikir tersebutlah kemudian
disusunlah konstitusi pertama di dunia Islam yang diumumkan di Tunisia pada tahun
1861, menyusul kemudian di Turki pada tahun 1876. Pada pertengahan abad ke 20
boleh dibilang hampir seluruh dunia Islam sudah mempunyai konstitusi. Dengan
demikian, terjadi perubahan penting di dunia Islam, yaitu perubahan bentuk
pemerintahan dari monarki absolute menjadi monarki konstitusional.
Kelima, konsep republik. Masih di abad ke 20, perubahan penting terjadi pula
ketika Musthafa Kemal Attaturk (1881-1938) menghapus dinasti Turki Utsmani dan
melahirkan Republik Turki pada tahun 1923, dan pada tahun 1924, Turki kemudian
berubah menjadi republik murni. Berakhirnya sistem monarki dari Turki memancing
antusiasme para pemikir Muslim untuk mulai membicarakan konsep negara Islam
secara lebih serius, terstruktur dan sistematis.6

D. Perbandingan Konsep Negara Barat dan Islam


Perbedaan konsep negara barat barat dan Islam, yaitu terletak pada sistem
yang dianutnya. Apabila dilihat sejarahnya negara Islam menganut negara teokrasi
yang berdasarkan putusan Tuhan. Tetapi dalam perkembangannya negara Islam lebih
sering menggunakan sistem negara monarki yang dipimpin oleh seorang raja, dan
terkadang dalam kepemimpinannya terlalu absolut. Sehingga suara dari masyarakat
kurang didengar. Sedangkan dalam negara barat sistem negara menggunakan
demokrasi yang berdasarkan dari keluh kesah masyarakatnya, dan tidak jarang juga
menggunakan sistem otoriter yang.
Untuk persamaan konsep negara barat dan Islam yaitu sama-sama pernah
menggunakan sistem negara monarki baik itu monarki absolut maupun konstitusional.
Karena dalam perjalanan pembentukan negara tidak terlepas dari beberapa tokoh yang

6
Munawir Sadzali, Islam dan Tata Negara Jakarta: UI Press, 1990, hlm 98

7
menonjol dan ingin membuat sistem kenegaraannya sendiri yang menurut dia baik
bagi seluruh rakyatnya.
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa dalam negara barat terdapat beberapa
konsep negara yang digunakan, mulai dari negara Monarki, Otoriter, dan
Demokrasi. Sistem monarki dapat dibagi menjadi dua. Monarki mutlak/ absolute dan
monarki konstitusional. Negara otoriter adalah negara yang kekuasaan politiknya
terkonsentrasi oleh satu orang/ golongan ideologi tertentu secara terus
menerus.Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang semua warganya (tanpa
membeda-bedakan agama, jenis kelamin, tingkat pendidikan) memiliki hak setara
dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka.
Sedangkan Terdapat lima konsep negara dalam sejarah Islam. Pertama,
konsep teokratis. Kedua, konsep republik, Ketiga, konsep monarki. Setelah Ali bin
Abi Thalib wafat, yang menandai berakhirnya era kekalifahan, bentuk negara dalam
Islam berubah dari republik ke monarki (kerajaan), Keempat, konsep monarki
konstitusional. Kelima, konsep republik.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara merupakan suatu badan atau organisasi tertinggi yang mempunyai
wewenang untuk mengatur hal-hal yang berkaitan untuk kepentingan orang banyak
serta mempunyai kewajiban-kewajiban untuk melindungi, menyejahterakan
masyarakat yang dinaunginya. Dalam negara terdapat beberapa konsep mulai dari
konsep barat dan Islam. Negara menurut konsep barat dibagi menjadi tiga yaitu,
monarki, otoriter dan demokrasi. Sedangkan dalam konsep Islam negara dibagi
menjadi teokrasi, monarki dan republik.
Untuk perbandingan antara negara yangberkonsep barat dan Islam yaitu
terdapat pada sistem yang dianutnya. Seperti barat menggunakan sistem monarki dan
demokrasi sedangkan Islam lebih sering menggunakan monarki dan republik.
B. Saran
Setelah membaca makalah ini, kami berharap pembaca dapat mengerti dengan
pembahasan kami yaitu “Perbandingan Konsep Kenegaraan Barat dan Negara-Negara
Islam: Madzhab Barat dan Konsep Negara Versi Islam” serta mampu untuk
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan untuk pembahasan selanjutnya
kami harapkan mampu membuat makalah dengan lebih baik lagi, karena kami sadar
bahwasannya dalam pembuatan makalah ini masih kurang dari kata sempurna. Jadi
kami berharap agar pembahas selanjutnya lebih teliti dan memberikan informasi
secara menyeluruh.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abyhara, Abu Bakar. 2010. Pengantar IlmuPolitik. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Budiardjo, Miriam. 1984. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia
Maarif, Ahmad Syafi’i. 1985. Islam dan Cita-Cita dan Masalah Kenegaraan. Jakarta: LP3ES
Sadzali, Munawir. 1990. Islam dan Tata Negara. Jakarta: UI Press
Soehino. 1980. Ilmu Negara. Yokyakarta: Liberty

10

Anda mungkin juga menyukai