Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu :

Dr. Syarbaini Saleh, S.Sos., M.Si

Disusun oleh kelompok 3 :

1. Dini Asfia Dewi (0301222142)


2. Adelya Putri Nadira (0301223153)
3. Fauzan Azima (0301222138)
4. Farhan Syarif Muda Harahap (
5. Rizky Pernando Berutu (

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS

ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS

ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh.

Puji tuhan kita haturkan keapda Allah Subhanahu wata’la yang telah memberikan nikmat
NYA kepada kita, sehingga kita dapat melanjutkan kegiatan perkuliahan dan penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA” dengan
tempo yang di tentukan. Makalah ini sengaja di susun guna memenuhi tugas dan kewajiban
matah kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Serta tujuan lain makalah ini di buat guna
menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dan pembaca .

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu bapak


Dr. Syarbaini Saleh, S.Sos., M.Si selaku dosen mata kuliah ini. Ucapan terimakasih juga kami
ucapkan kepada seluruh pihak yang berperan dan membantu dalam penulisan makalah ini
sehingga makalah ini dapat selesai pada waktunya. Kami selaku penulis mengetahui adanya
kekurangan dan kecacatan dalam hal penulisan, oleh karena itu kami berharap arahan serta
bimbingan kepada seluruh pihak yang bersangkutan guna menjadikan makalah ini kelihatan
lebih baik lagi dan pembelajaran kepada kami untuk kedepan nya.

Penulis

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Agama di negeri ini diposisikan pada tempat yang sangat strategis. Sekalipundisebutkan
bahwa Indonesia bukan sebagai negara yang berdasarkan agama,tetapi pemerintah
memberikan perhatian yang sedemikian luas dan besarterhadap kehidupan beragama.
Sejak lahir, pemerintah negeri ini menunjuksatu departemen tersendiri yang bertugas
melakukan pembinaan danpelayanan terhadap semua agama yang ada, yaitu Departemen
Agama.

Lebih dari itu, pelaksanaan ritual agama pun mendapatkan perhatian


danpelayanan dari pemerintah. Seperti misalnya penyelenggaraan ibadah haji,puasa di bulan
ramadhan, pemerintah ambil bagian dalam penentuan awal danakhir bulan ramadhan. Demikian
pula pada peringatan hari besar keagamaan,semua agama, dijadikan sebagai hari libur nasional.
Lebih dari itu, simbolkeagamaan misalnya mulai dari yang paling sederhana, bahwa hampir
setiappejabat pemerintah tatkala memulai pidato memberikan nuansa agama,misalnya
mengucapkan salam dan memuji Tuhan, dengan menggunakan caraIslam bagi pejabat muslim,
dan begitu pula bagi agama lainnya Ayat-ayat sucial Qur an banyak disitir atau dijadikan
referensi dalam berbagai pidato oleh‟para pejabat pemerintah.

Memang dalam beberapa hal, ada sementara pihak menuntut lebih dari itu.misalnya, agar
hukum Islam dijadikan sebagai dasar hukum positif. Usulan ini selain didasarkan atas
pertimbangan bahwa kaum muslimin merupakanmayoritas penduduk negeri ini, juga dijamin
bahwa jika usulan itu disetujuimaka pemeluk agama lain tetap akan terlindungi. Hal itu
sangatdimungkinkan, kerena hukum Islam sesungguhnya akan melindungisiapapun,
termasuk bagi mereka yang memeluk agama lain. Begitu pula muncul isu di wilayah
yang mayoritas masyarakatnya beragama nasrani,mengajukan tuntutan serupa.

Aspirasi tersebut sampai saat ini belum mendapatkan respon. Keinginan ituagaknya sulit
dipenuhi atas dasar pandangan bahwa negeri ini bukan berdasaragama, melainkan Pancasila dan
UUD 1945. Agama tidak dijadikan sebagaidasar mengatur negara, tetapi agama
diposisikan sebagai pedomanberperilaku dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
Namun nilai-nilaiuniversal agama, seperti keadilan, kejujuran, saling menghormati
sesama,kasih sayang, kebersamaan, bermusyawarah, dan lain-lain dijadikan sebagaisumber atau
ruh dalam menyusun berbagai aturan, pedoman, dan bahkanundang-undang negara.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian dan Hakikat Agama


2. Pengertian Negara
3. Peran Agama Terhadap Negara
4. Peran Negara terhadap Negara
C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian dan hakikat agama


2. Untuk mengetahui pengertian negara
3. Untuk mengetahui peran agama terhadap negara
4. Untuk mengetahui peran negara terhadap negara
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian dan hakikat agama
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), agama disebut sebagai sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya.
Sedangkan menurut pandangan sosiologis agama adalah tindakan-tindakan pada suatu system
sosial dalam diri orang-orang yang percaya pada suatu kekuatan tertentu (kekuatan supranatural)
dan berfungsi agar dirinya selamat.

Islam mendefenisikan agama sebagai ajaran yang diturunkan oleh Allah kepada manusia.
Sedangkan menurut Dr. Sahrul, M.Ag dalam bukunya yang berjudul Agama dan masalah-
masalah sosial, Agama adalah suatu kepercayaan terhadap hal-hal yang bersifat spiritual,
manusia mengembangkan kepercayaan agama dalam rangka menjelaskan persoalan-persoalan
seperti mimpi, misi, ketidaksadaran dan kematian.

Selain itu, agama juga disebut sebagai kepercayaan, keyakinan yang mendasar dari dalam
jiwa manusia. Agama sebagai ajaran moral dan spiritual selalu menjanjikan pemeluknya untuk
meraih kebahagiaan. Maka sebagai ciri yang dimiliki agama adalah fungsinya yang bersifat
universal. Artinya agama menanamkan kebahagiaan dan kedamaian sesame manusia, dan
penganugerahan kenikmatan yang tak terhingga, yaitu perjumpaan dengan tuhan.

2. Pengertian Negara

Secara Bahasa, negara merupakan terjemahan dari beberapa kata asing, yakni baladun
(Bahasa arab), satae (Inggris), staat (Belanda dan Jerman), yang berarti keadaan yang tegak dan
tetap (kedudukan). Sedangkan secara terminologi, negara diartikan sebagai organisasi tertinggi
diantara satu kelompoik masyarakat yang memiliki cita-cita untuk bersatu, hidup dalam suatu
Kawasan, dan mempunyai pemerintahan yang berdaulat. Pengertian ini mengandung nilai
konstitutif yang dimiliki oleh suatu negara yang berdaulat, masyarakat, wilayah. Negara identic
dengan hak dan wewenang.

Ada beberapa faktor sehingga suatu wilayah atau Kawasan dapat disebut sebagai negara,
antara lain:
1. Tujuan negara

Sebagai sebuah organisasi kekuasaan dari kumpulan orang-orang yang mendiaminya,


maka suatu negara harus memiliki tujuan yang disepakati bersama. Terdapat beberapa tujuan
sebuah negara seperti:

a. memperluas wilayah kekuasaan,

b. menyelenggarakan ketertiban hukum

c. mencapai kesejahteraan umum.

Pemikiran tentang terbentuknya sebuah negara memiliki tujuan tertentu sesuai model
negara tersebut. Dalam islam, Ibnu Arabi mengemukakan tujuan negara adalah agar manusia
bisa menjalankan kehidupannya dengan baik, jauh dari sebgketa dan menjaga intervensi pihak-
pihak asing. Sedangkan menurut ajaran dan konsep teoritis Thomas Aquinas dan Agustinus,
tujuan negara adalah untuk mencapai penghidupan yang aman dan tentram dengan taat kepada
tuhan dan pemimpin.

Dalam konteks negara Indonesia, tujuan negara telah dikemukakan dalam pembukaan
undang-undang dasar 1945 pada Alinea ke-empat yang berbunyi “untuk memajkan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

2. unsur-unsur negara

Terdapat beberapa unsur pembentuk sebuah negara, baik itu bersifat mutlak maupun
bersifat deklaratif atau tambahan. Unsur pertama merupakan syarat mutlak terbentuknya sebuah
negara, apabila salah satu dari unsur tersebut tidak ada, maka suatu wilayah tidak dapat
dikatakan sebagai negara. Dalam rumusan konvensi montevidio tahun 1933, terdapat tiga unsur
penting yaitu: rakyat, wilayah, dan pemerintahan yang berdaulat. Sementara itu, unsur tambahan
mencakup kepada pengakuan dari negara-negara lain.
3. Bentuk-bentuk negara

Secara umum negara memiliki bentuk yang berbeda beda. Dalam teori modern negara
terbagi ke dalam 2 bentuk yaitu negara kesatuan dan negara serikat.

a. Negara kesatuan

Negara kesatuan adalah bentuk negara yang merdeka dan berdaulat dengan satu pemerintahan
pusat yang berkuasa dan mengatur seluruh daerah, namun dalam pelaksanaannya negara
kesatuan ini terbagi kedalam dua macam yaitu system pemerintahan sentral dan otonomi.

b. Negara serikat

Negara serikat adalah bentuk negara gabungan yang terdiri dari beberapa negara dari sebuah
negara serikat. Negara tersebut merupakan negara yang merdeka, berdiri sendirinya. Setelah
menggabungkam diri dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut melepaskan
sebagian kekuasaannya dan menyerahkan kepada negara serikat.

1. Monarki adalah sistem pemerintahan yang di kepalai oleh seorang raja atau ratu,
monarki memiliki dua jenis yaitu monarki absolut dan monarki konstitusional.

2. Oligarki adalah sistem pemerintahan yang di jalankan oleh beberapa orang yang
berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu yang menguasai sumber -sumber ekonomi dan
politik.

3. Demokrasi adalah system pemerintahan yang bersandar pada kedaulatan rakyat.

3. Peran Agama Terhadap Negara

Bagi semua negara, agama memiliki peran yang sangat besar, agama di jadikan sebagai
acuan tata cara dalam melaksanakan segala kegiatan suatu negara. Baik itu dalam pemerintahan,
perekonomian, Pendidikan dan lain sebagainya. Agama juga membangun karakter-karakter
setiap individu yang terdapat di negara tersrbut. Keidealan sebuah negara dapat di lihat apabila
negara tersebut berpegang pada agama yang sempurna, sebab agama yang sempurna
mengandung nilai-nilai kesempurnaan sebagai pedoman dan tuntunan dalam menata sebuah
negara.
Terdapat beberapa paham terhadap hubungan Agama dan Negara, yakni:

1. Hubungan Agama dan Negara menurut paham teokrasi

Dalam paham teokrasi hubungan Agama dan Negara digambarkan sebagai dua hal yang
tidak dapat di pisahkan, karena pemerintahan menurut paham ini dijalankan berdasarkan firman-
firman Tuhan dan tata kehidupan masyarakat negara dilakukan atas titah Tuhan. Dengan
demikian urusan kenegaraan dalam paham teokrasi juga di yakini sebagai manifestasi Tuhan.

Dalam perkembangannya paham teokrasi terbagi kedalam dua bagian yaitu paham
teokrasi langsung dan paham teokrasi tidak langsung. Menurut paham teokrasi langsung adanya
sebuah negara di dunia adalah atas kehendak Tuhan dan oleh karna itu yang memerintah adalah
Tuhan pula. Sementara menurut paham teokrasi tidak langsung adalah yang memerintah
bukanlah Tuhan melainkan raja atau kepala negara yang memiliki otoritas atas nama Tuhan dan
memerintah atas kehendak Tuhan.

2. Hubungan Agama dan Negara menurut paham sekuler

Paham ini memisahkan dan membedakan antara Agama dan Negara yang dimana negara
adalah urusan hubungan manusia dengan manusia lain (urusan dunia). Sedangkan agama adalah
hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam negara sekuler, system dan dan norma hukum positif
dipisahkan dengan nilai dan norma agama. Dimana norma hukum ditentukan atas kesepakatan
manusia, sekalipun norma tersebut bertentangan dengan norma-norma agama. Akan tetapi pada
lazimnya, negara sekuler membebaskan warganya untuk memeluk agama apa saja yang mereka
Yakini.

3. Hubungan Agama dan Negara menurut paham komunisme

Paham ini memandang hakikat hubungan negara dan agama berdasarkan filosofi
materialisme-diakletis dan materialisme-historis. Paham ini juga menimbulkan paham atheis
yang mana memandang agama sebagai kecanduan masyarakat.

4. Hubungan Agama dan Negara yang bersifat Akomodatif


Kecenderungan akomodasi negara terhadap Islam menurut Affar Gaffar di tandai dengan
adanya kebijakan pemerintah dalam bidang Pendidikan dan keagamaan serta kondisi dan
kecenderungan politik umat Islam sendiri. Pemerintah menyadari bahwa umat Islam merupakan
kekuatan politik yang potensial, karena mereka pula negara lebih memilih akomodasi terhadap
Islam, karena jika negara menempatkan Islam sebagai outsider negara, maka konflik akan sulit
di hindari yang pada akhirnya akan membawa imbas terhadap proses pemeliharaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

4. Peran Negara Terhadap Negara

Anda mungkin juga menyukai