Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERAN PANCASILA DAN AGAMA DALAM MEMBANGUN


NEGARA YANG DEMOKRATIS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan
Dosen Pengampu ; Muhamad Nasrulloh M.Pd.I.

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Mei Diniatul Karimah (1860201221035)
2. Khoirun Nisa (1860201221095)
3. Umi Robfaidah (1860201222203)
4. Moh Akmal Choirulloh (1860201222212)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatnya sehinga makalah ini dapat tersusun
hingga selesai.

Tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikiran selama proses pembuatan
makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari pengawasan dan bimbingan
berbagai pihak yang bersangkutan, untuk itu penyusun sampaikan terimakasih kepada:

1. Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatulloh Tulungagung Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr. Muhammad Zaini, M.A. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.
4. Dr. Hj. Indah Komsiyah, M.Pd. selaku Koordinator Prodi Pendidikan Agama Islam.
5. Bapak Muhamad Nasrulloh M.Pd.I. selaku dosen pengampu mata kuliah
Kewarganegaraan.
6. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini. Dengan penuhharap
semoga jasa kebaikan mereka diterima Allah SWT.

Harapan penyusun semoga makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun serta
pembaca.Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, penyusun yakin masih terdapat
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari
pembaca sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas makalah ini.

Tulungagung, 01 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2
1. Hubungan Negara dan Agama. .......................................................................................... 2
2. Islam dan Pancasila…………………..…………………………..………………………………………………………..7
3. Peran Pancasila dan Agama dalam membangun Negara yang Demokratis .................... 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 9
1. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9
2. Saran..................................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara dan agama merupakan persoalan yang banyak menimbulkan perdebatan yang terus
berkelanjutan di kalangan para ahli bahkan di kalangan pakar muslim hingga kini. Ketegangan
tentang hubungan agama dan Negara dalam islam di sulut oleh hubungan yang agak canggung
dan perbedaan pandangan dalam menerjemahkan antara agama sebagai bagian dari Negara dan
Negara bagian dari agama.
Perdebatan islam dan Negara berangkat dari pandangan dominan islam sebagai sebuah
system kehidupan yang menyeluruh (syumuli) yang mengatur semua kehidupan manusia
termasuk persoalan politik. Banyak para ulama’ berargumentasi bahwa islam merupakan
system kepercayaan dimana agama memiliki hubungan erat dengan politik. Sedangkan Negara
secara umum di artikan sebagai suatu persekutuan hidup bersama, sebagai penjelmaan sifat
kodrat manusia, sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Dari pernyataan tersebut dapat di
simpulkan bawasanya agama dan Negara mempunyai hubungan yang saling berkaitan dan
kaitan kaitan tersebut akan kami jelaskan dalam makalah ini.
Dasar Negara merupakan pondasi dari bangunan Negara. Kuatnya pondasi Negara akan
menguatkan berdirinya Negara itu. Kerapuhan fundamen suatu Negara,berakibat lemahnya
Negara tersebut. Pancasila sering disebut dengan falsafah Negara dan juga di artikan sebagai
ideologi Negara. Pengelolaan dan pengaturan kehidupan bernegara ini dilandasi oleh filsafat
atau ideologi Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan negara dan Agama?
2. Apa Islam dan Pancasila itu?
3. Bagaimana peran Pancasila dan Agama dalam membangun negara yang demokratis?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui hubungan Negara dan Agama.
2. Untuk mengetahui Islam dan Pancasila.
3. Untuk mengetahui peran Pancasila dan agama dalam membangun negara yang
demokratis.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hubungan Negara dan Agama.
Perjalanan sejarah bangsa Indonesia telah menemukan suatu formulasi Yang
khas tentang hubungan negara dan agama, di tengah-tengah tipe negara Yang ada di
dunia, yaitu negara sekuler, negara ateis, dan negara teokrasi. Para pendiri negara
bangsa ini menyadari bahwa ‘kausa materialis’ negara Indonesia adalah pada bangsa
Indonesia sendiri. Bangsa Indonesia sejak zaman dahulu adalah bangsa yang religius,
yang mengakui adanya ‘Dzat Yang Maha Kuasa’, yaitu Tuhan, dan hal ini merupakan
suatu dasar ontologis bahwa manusia sebagai warga negara adalah sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan agama dan negara telah diperdebatkan sejak lama. Bahkan, masalah
ini dianggap pemicu pertama kalinya konflik intelektual dalam kaitannya beragama dan
bernegara. Dalam perkembangan peradaban manusia, agama senantiasa memilki
hubungan negara. Hubungan agama dan negara mengalami pasang surut. Ada suatu
masa di mana agama dekat dengan negara atau bahkan menjadi negara agama atau
sebaliknya pada masa-masa agama mengalami ketegangan dengan negara, dalam
perjalanannya hubungan antara agama dengan negara, tentu tidak dapat lepas dari
pengaruh sosial budaya atau politik yang melatarbelakanginya.
Puncak hubungan negara dengan agama terjadi konsepsi Kedaulatan Tuhan
(theocracy) dalam pelaksanaanya diwujudkan dalam diri raja.Tuhan dan Kedaulatan
Raja berhimpit satu sama lain sehingga raja adalah absolut yang mengungkung
peradaban manusia pada abad pertengahan. Kondisi tersebut melahirkan gerakan
sekulerisme yang berusaha memisahkan institusi negara dari institusi agama, antara
negara dengan gereja.
Sejarah hubungan agama dan negara di Indonesia selalu mengalami perdebatan
yang tidak pernah usai semenjak negara ini didirikan. Pembahasan mengenai hubungan
negara dan agama sesungguhnya tidak saja berasal ketika rapat Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) negara Indonesia. Tetapi sudah berlangsung jauh
hari di antara para pendiri bangsa. Perbedaan pandangan mengenai hubungan negara
dengan agama sudah dimulai sejak sebelum kemerdekaan yakni perdebatan ideologis
antara PNI dengan tokohnya Soekarno yang mewakili kelompok nasionalis sekuler
dengan kalangan Islam dengan Tokohnya HOS Cokroaminoto, Agus Salim, Ahmad
Hasan, dan M. Natsir yang mewakili kelompok nasionalis Islam.

2
Soekarno berbeda pandangan dengan M.Natsir mengenai masalah hubungan
agama dengan negara, Soekarno mendukung gagasan pemisahan agama dengan negara.
Menurut Soekarno, agama merupakan urusan spritual dan pribadi, sedangkan negara
merupakan persoalan dunia dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, Soekarno
berpendapat ajaran agama hendaknya menjadi tanggung jawab pribadi dan bukan
negara atau pemerintah. negara dalam hal ini tidak punya wewenang mengatur apalagi
memaksakan agama kepada warga negaranya. Sementara Natsir berpandangan
sebaliknya yaitu tidak ada pemisahan antara negara dengan agama. Menurut Natsir
agama (Islam) bukan semata-mata mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya,
tetapi juga mengatur manusia dengan manusia. Natsir beranggapan bahwa negara
adalah lembaga, sebuah organisasi yang memiliki tujuan, lengkap dengan sarana fisik
serta norma-norma khusus yang diakui umum. Dalam sebuah masyarakat terdapat
berbagai lembaga (pendidikan, ekonomi, agama, politik,keluarga), negara mencakup
keseluruhan dan semua lembaganya , negara mempersatukan lembaga-lembaga ini di
dalam sistem hukum, mengatur masyarakat yang berbeda-beda. Negara juga berhak
memaksa anggotanya mematuhi peraturan dan hukumnya.
Dikotomi pemikiran mengenai masalah hubungan agama dengan Negara ternyata
mendominasi perdebatan pemikiran di BPUPKI selama Membahas dasar Negara
Indonesia. Perdebatan pemikiran di BPUPKI itu Sebenarnya meneruskan perdebatan
yang sudah berlangsung sebelumnya Antara dua kelompok ideologi utama itu. Ideologi
kebangsaan tampak dalam Pandangan-pandangan mempertahankan persatuan
persatuan, kebangsaan, Kekeluargaan, kerakyatan, dan Ketuhanan Yang Maha Esa
menurut Kemanusian yang adil dan beradab. Ideologi Barat modern sekuler tampak
Dalam pandangan mereka yang menginkan dipisahkannya urusan agama Dengan
negara sedangkan ideologi Islam tampak dari pendapat yang Menghendaki Islam yang
menjadi dasar negara. Sehingga dalam sidang BPUPKI dapat dikelompokkan secara
ideologi menjadi dua kelompok, yaitu Kelompok sekuler (gabungan antara ideologi
kebangsaan dan ideologi barat Modern) dan kelompok nasionalis Islam (gabungan
antara antara ideologi Kebangsaan dan Islam)
Ada beberapa pandangan penting yang disampaikan tokoh dari Kalangan nasionalis
sekuler. Mengenai perumusan dasar negara. Yang Pertama pandangan Muh. Yamin.
Antara lain mengemukakan bahwa negara Yang akan dibentuk adalah suatu negara
kebangsaan Indonesia yang Sewajarnya dengan peradaban kita dan menurut susunan
dunia sekeluarga di Atas dasar kebangsaan dan ke-Tuhanan. Selanjutnya Muh Yamin

3
Mengajukan lima dasar negara, yaitu; Ketuhanan Yang Maha Esa, Kebangsaan
persatuan Indonesia, rasa kemanusian yang adil dan beradab,Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/perwakilan, keadilan sosial bagi
seluruh Indonesia
Selanjutnya Soepomo menyampaikan persetujuannya dengan Pemikiran Hatta ,
bahwa dalam negara persatuan di Indonesia hendaknya Urusan negara dipisahkan dari
urusan agama. Kemudian,Soepomo Menegaskan pendirianya bahwa negara yang
hendak didirikan adalah negara Nasional yang bersatu, yaitu negara yang tidak akan
mempersatukan dirinya Dengan golongan yang terbesar, tetapi yang akan mengatasi
segala golongan Dan akan menghormati keistimewaan dari segala golongan, baik
golongan Yang besar maupun yang kecil. Dengan sendirinya Soepomo, dalam negara
Nasional yang bersatu itu urusan agama akan terpisah dari urusan agama dan Dengan
sendirinya dalam negara nasional yang bersatu itu urusan agama Diserahkan kepada
golongan-golongan agama yang bersangkutan. Soepomo Mengakui adanya perbedaan
menyangkut hubungan negara dengan agama. Memang di sini terlihat ada dua paham,
ialah; paham dari anggota-anggota Ahli agama, yang menganjurkan supaya Indonesia
didirikan sebagai negara Islam, dan anjuran lain, sebagaimana telah dianjurkan oleh
tuan Moh. Hatta, negara persatuan nasional yang memisahkan urusan negara dan
urusan Islam, dengan lain perkataan: bukan negara Islam.
Pendiri negara Indonesia nampaknya menentukan pilihan yang khas Dan inovatif
tentang bentuk negara dalam hubungannya dengan agama. Dengan melalui
pembahasan yang sangat serius disertai dengan komitmen Moral yang sangat tinggi
sampailah pada suatu pilihan bahwa negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan
atas ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Mengingat kekhasan unsur-unsur rakyat dan bangsa
Indonesia yang terdiri Atas berbagai macam etnis, suku, ras agama nampaknya
Founding Fathers Kita sulit untuk menentukan begitu saja bentuk negara sebagaimana
yang ada Di dunia
Negara demokrasi model barat lazimnya bersifat sekuler, dan hal ini Tidak
dikehendaki oleh segenap elemen bangsa Indonesia. Negara komunis Lazimnya
bersifat atheis, yang menolak agama dalam suatu negara, Sedangkan negara agama
akan memiliki konsekuensi kelompok agama Tertentu akan menguasai negara dan di
Indonesia dalam hal ini Islam. Oleh Karena itu, negara berdasar atas Ketuhanan Yang
Maha Esa, merupakan Pilihan kreatif dan merupakan suatu proses eklektis inkorporatif.
Artinya Pilihan negara yang berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah khas Dan

4
nampaknya yang sesuai dengan kondisi objektif bangsa Indonesia. Agus Salim
menyatakan bahwa dasar Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Merupakan pokok atau
dasar dari seluruh sila-sila lainnya. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan
pedoman dasar bagi kehidupan kenegaraan yang Terdiri atas berbagai elemen bangsa.
Berdasarkan pandangan Agus Salim Tersebut prinsip dasar kehidupan bersama
berbagai pemeluk agama dalam suatu negara Republik Indonesia. Dalam kehidupan
bersama ini negara maupun semua paham dan aliran agama tidak dibenarkan masuk
pada ruang pribadi akidah masing-masing orang.
Secara filosofis relasi ideal antara negara dengan agama, prinsip Dasar negara
berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti setiap warga Negara bebas
berkeyakinan atau memeluk agama sesuai dengan keyakinan Dan kepercayaannya.
Kebebasan dalam pengertian ini berarti bahwa Keputusan beragama dan beribadah
diletakkan pada domain privat atau pada Tingkat individu. Dapat juga dikatakan bahwa
agama merupakan persoalan Individu dan bukan persoalan negara. Negara dalam
hubungan ini cukup Menjamin secara yuridis dan memfasilitasi agar warga negara
dapat Menjalankan agama dan beribadah dengan rasa aman, tenteram, dan damai.
2. Islam dan Pancasila.
Sejarah indonesia pada awalnya merupakan kumpulan kerajaan yang berbasis
agama dan suku. Pancasila diperjuangkan merupakan suatu pengikat dari agama dan
suku tersebut untuk tetap mengakui jati diri dan ciri khas yang dimiliki setiap agama
dan suku. Hubungan agama dan Negara dalam konteks dunia Islam menjadi perdebadan
yang intensif di kalangan pakar muslim hingga kini. Ketegangan perdebadan tentang
hubungan Negara dan agama dalam islam disulut hubungan agak canggung antara
Islam sebagai agama (din) dan Negara (daulah). Berbagai eksperimen telah dilakukan
untuk menyelaraskan antara din dan daulah dengan konsep dan kultur politik
masyarakat muslim.
Seperti halnya percobaan demokrasi di sejumlah Negara dunia, penyelarasan
din dan daulah di banyak negeri muslim telah berkembang secara beragam.
Islam menghendaki para pengikutnya untuk berjuang bagi kebaikan universal
(rahmatan lil ‘alamin), dan kembali keadaan nyata Indonesia, maka sudah jelas bahwa
sistem yang menjamin kebaikan konstitusional bagi keseluruhan bangsa ialah sistem
yang telah kita sepakati bersama, yakni pokok-pokok yang terkenal dengan pancasila
menurut semangat UUD 1945. Kaum muslimin Indonesia seharusnya tidak perlu
menolak pancasila (dan UUD 1945) karena ia sudah sangat islami. Sifat islami

5
keduanya didasarkan pada dua pertimbangan, yakni: pertama, nilai-nilainya dibenarkan
oleh ajaran agama Islam, dan kedua , fungsinya sebagai noktah-noktah kesepakatan
antar berbagai golongan untuk mewujudkan kesatuan sosial-politik bersama. Pancasila
melalui slogan Bhinneka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi tetap satu jua), mengandung
makna bahwa meski Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, agama, bahasa, dan
lain sebagainya, tetapi mereka diikat oleh sebuah landasan hidup bersama, yakni
pancasila. Secara serupa ,
Piagam Madinah juga merupakan rumusan tentang prinsip-prinsip kesepakatan
antara kaum Muslim Madinah di bawah pimpinan Nabi Saw. dengan berbagai
kelompok non- muslim di kota itu untuk membangun tatanan sosial politik bersama.
Pancasila sebagai dasar Negara merupakan keputusan final dan sudah menjadi
pegangan seluruh rakyat Indonesia. Para tokoh agama harusnya memahami agama
dengan melihat kondisi objektif bangsa Indonesia yang majemuk sehingga pemahaman
keagamaan lebih bersifat moderat tanpa mengorbankan ajaran dasar agama.
Pancasila dan Islam memiliki hubungan yang harmonis, menggugat pancasila
sebagai ideology Negara hanya akan membawa ketidak pastian baru dan akan
menimbulkan kesalahan yang memecah belah eksistensi NKRI dan akan menyebabkan
Indonesia terbagi menjadi Negara-Negara kecil yang berbasis agama dan suku. seluruh
elemen masyarakat harus lebih meningkatkan pendalaman agama dan memperkuat
nilai wawasan kebangsaan dan harus menerapkan implementasi empat pilar
kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI serta
melakukan perbaikan moral dan akhlaq merupakan cara menangkal sedini mungkin
dari upaya menggantikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan Negara.

3. Peran Pancasila dan Agama dalam membangun Negara yang Demokratis.


Pancasila sering disebut dengan falsafah Negara dan juga di artikan sebagai
ideologi Negara. Pengelolaan dan pengaturan kehidupan bernegara ini dilandasi oleh
filsafat atau ideologi Negara. Fundamen Negara ini harus kuat dan kokoh serta tidak
mungkin diubah. Mengubah fundamen,dasar,atau ideologi berati mengubah eksitensi
dan sifat Negara. Keutuhan Negara dan bangsa itu berpegang pada dasar negaranya.
Demokrasi tidak datang,tumbuh dan berkembang dengan sendirinya dalam
kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, diperlukan usaha
nyata setiap warga Negara dan perangkat pendukungnya yaitu budaya yang kondusif

6
sebagai manifestasi di jadikanya demokrasi sebagai pandangan hidup dalam seluk
beluk sendi kehidupan Negara baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah.
Pemerintahan demokratis membutuhkan kultur demokrasi untuk membuatnya
exis dan tegak.Kultur demokrasi berada dalam masyarakat sendiri. Sebuah
pemerintahan yang baik dapat tumbuh dan stabil bila masyarakat pada umumnya
memiliki sikap positif dan pro aktif terhadap norma norma dasar demokrasi. Sehingga
harus ada keyakinan yang luas di masyarakat bahwa demokrasi ialah system
pemerintahan yang terbaik di banding dengan system lainnya.
Demokrasi menyatu dengan proses sejarah, pengalaman nyata dan
experimentasi sosial sehari hari dalam mata kehidupan bermasyarakat dan bernegara
termasuk dalam tata pemerintah.Dalam konteks ini, pancasila sebagai ideologi Negara
harus di tatap dan di tangkap sebagai ideologi yang tebuka, yaitu lepas dari kata
literalnya dalam pembukaan UUD 1945. Penjabaran dan perumusannya haruss terus
berkembang seiring dinamika masyarakat dan pertumbuha kualitatifnya, tanpa
membatasi kewenangan penafsiran, hanya pada satu lembaga resmi seperti di Negara
komunis.
Bangsa Indonesia menetapkan pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi
bangsa, merupakan pula kepribadian bangsa yang juga memiliki keselarasan dengan
nilai agama. Olehh karena itu, pembinaan kehidupan manusia sebagai suatu bangsa
yang demokratis, harus secara konsisten diarahkan pada sikap atau tingkah laku dan
kegiatan yang mencerminkan perwujudkan ideologi bangsa.
Demokrasi merupakan isu gelobal. Keberadaannya dinilai mampu
mengentaskas kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara kearah yang lebih
baik. Kecenderungan implementasi prinsip prinsip demorasi dalam segala lini
kehidupan telah membawa banyak keterbukaan bagi masyarakat. Kenyataan ini yang
selanjutnya mendorong masyarakat pada tatanan kehidupan yang lebih beradap. Segala
sesuatu telah di putuskan berdasar kebutuhan dan kepentingan banyak orang, aspek
aspek yang menjadi kesulitan dalam hidup dapat di bicarakan di atas pondasi
demokrasi. Pendek kata demokrasi telah menjelma sebagai pendorong dalam
membentu satu tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai nilai kebersamaan,
keadilan, dan kesopanan.
Pada praktiknya, masih saja terdapat beberapa kejadian yang belum
menunjukkan pengewan tahan iklim demokrasi. Oleh karena itu, agama dan pancasila
mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan demokrasi. Demokrasi belumlah

7
di pahami sebagai suatu pondasi kehidupan bermasyarakat, sehingga banyak kejadian
yang justru anti demokrasi. Maraknya kekerasan yang bertendensi HAM, penipuan,
ketidak jujuran, ketidak adilan merupakan praktik anti demokrasi. Kejadian kejadian
tersebut tidak saja menggejala di kehidupan pada umumnya tetapi juga telah merambah
ke sector pendidikan dalam kasus ini, telah terjadi banyak praktik yang diskriminatf
dalam dunia pendidikan kenyataan iti menunjukkan bahwa dunia pendidikan, yang
sejatinya mampu menjadi pendorong dan motor penggerak kehidupan demokratis
masih mengalami kendala saat meng implementasikan gagasan demokrasi in.
Prinsip dalam demokrasi pancasila sedikit berbeda dengan prinsip demokrasi
secara universal ciri demokrasi pancasila adalah memerintah di jalankan berdasar
konstitusi, adanya pemilu secara berkeseimbangan, adanya perang kelompok
kepentingan, adanya penghargaan atas HAM serta perlindungan hak minoritas.
Demokrasi pancasila merupakan kompetisi berbagai ide dan cara untuk menyelesaikan
masalah. Yang paling baik akan di terima bukan berdasarkan suara terbanyak.
Demokrasi pancasila merupakkan demokrasa konstitusional dengan mekanisme
kedaulatan rakkyat dalam penyelenggaraan Negara dan penyelenggaraan pemerintahan
berdasar konstitusi yaitu UUD 1945. Sebuagi demokrasi pancasila terikat dengan UUD
1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
Peran pancasila di era gelobalisasi khususnya dalam konteks dasar Negara,
merupakan tuntutan hakiki agar setiap warganegara Indonesia memiliki pemahaman
yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama dalam kedudukan,
peranan dan fungsi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Bila di kaji perkembangannya secara konstitusional terakhir ini di hadapkan
pada situasi yang tidak kondufsi sehingga kredibilitasnya menjadi diragukan di
berdebatkan baik wacana politik atau akademik.

8
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Hubungan antara negara dengan agama dalam negara yang memiliki, prinsip berdasar
Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah negara secara aktif dan dinamis membimbing,
menyokong, memelihara, dan mengembangkan agama dan kepercayaan. Yang berarti
setiap warga negara bebas berkeyakinan atau memeluk agama dan kepercayaan sesuai
dengan keyakinan dan kepercayaannya. Kebebasan dalam pengertian ini berarti bahwa
keputusan beragama dan beribadah diletakkan pada domain privat atau pada tingkat
individu. Dapat juga dikatakan bahwa agama merupakan persoalan individu dan bukan
persoalan negara. Negara dalam hubungan ini cukup menjamin secara yuridis dan
memfasilitasi agar warga negara dapat menjalankan agama dan beribadah dengan rasa
aman, tenteram, dan damai tanpa ada ganguan dari setiap orang atau sekelompok
masyarakat selama pelaksanaan keyakinan tersebut tidak menimbulkan ganguan
ketertiban dan ketentraman masyarakat, hubungan agama dan negara adalah saling
membutuhkan. Agama membutuhkan negara untuk perkembangan agamanya dan negara
membutuhkan agama untuk peningkatan moral bangsa.

Indonesia terbagi menjadi Negara-Negara kecil yang berbasis agama dan suku.
seluruh elemen masyarakat harus lebih meningkatkan pendalaman agama dan
memperkuat nilai wawasan kebangsaan dan harus menerapkan implementasi empat pilar
kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI serta
melakukan perbaikan moral dan akhlaq merupakan cara menangkal sedini mungkin dari
upaya menggantikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan Negara.

Bangsa Indonesia menetapkan pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi bangsa,
merupakan pula kepribadian bangsa yang juga memiliki keselarasan dengan nilai agama.
Olehh karena itu, pembinaan kehidupan manusia sebagai suatu bangsa yang demokratis,
harus secara konsisten diarahkan pada sikap atau tingkah laku dan kegiatan yang
mencerminkan perwujudkan ideologi bangsa.

2. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan maakalah ini,akan
tetap pada kenyataanya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
karena masih minimnya pengetahuan penulis.

9
Oleh karena itu kritik saran yang membangun dari para pembaca sangat di harapkan
sebagai bahan evaluasi untuk kedepanya. Sehingga bias terus menghasilkan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang.

10
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, F. (n.d.). Peran Pancasila dan Agama Islam dalam membangun Negara yang
Demokratis. 5-6.
Asshiddiqie, J. (n.d.). Menuju Negara Hukum Yang demokratis. Jakarta:Sekretariat Jenndral
dan Kepaniteraan.
Hamidi,Jazim dan M.Husnu Abdi. (2001). intervensi Negara Terhadap Agama. Yogyakarta:
UII Press.
Marhaeni, S. S. (2017). Hubungan Pancasila dan Agama islam dalam Negara. Universitan
PGRI Banyuwangi JPPKn Vol.2,No.2,Desember, 133-115.
MD, M. (n.d.). Membangu Politik Hukum,Menengakkan Konstitusi. Jakarta: Putaka LP3ES
Indonesia.
Srijanti dkk. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Mahasiswa. Jakarta: Graha Ilmu.

11

Anda mungkin juga menyukai