Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DIMENSI RASIONAL DAN AKTUAL DALAM SILA


KETUHANAN YANG MAHA ESA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

Disusun oleh :
Tania Maharani (09040323069)

Dosen Pengampu :

Fathur Rohman, M.Ag

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Fathur Rohman, M.Ag
sebagai dosen pengampu yang telah membimbing dalam mengerjakan makalah
ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dimensi
Rasional dan Aktual dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa”

Kami menyadari makalah ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.


Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi orang lain.

Surabaya, 3 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Dimensi Rasional................................................................................................3
2.2 Dimensi Aktual...................................................................................................4
BAB III PENUTUPAN.....................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9

ii
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pancasila merupakan dasar negara dan ideologi negara Indonesia.
Kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “panca” yang berarti
lima dan “sila” yang berarti prinsip atau dasar. Jadi, secara harfiah
Pancasila berarti “lima prinsip.” Pancasila dinyatakan dalam Piagam
Jakarta pada 22 Juni 1945 dan kemudian dijadikan dasar negara Indonesia
dalam pembukaan UUD 1945.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung arti bahwa seluruh


warga Indonesia memiliki kebebasan untuk menganut agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya. Karena hal ini
Indonesia memiliki keragaman agama yang biasa disebut pluralism. Oleh
karena itu, agar perselisihan antar umat beragama tidak terjadi, hendaknya
semua umat beragama saling menghargai dan menghormati. Dengan
demikian, dalam kehidupan masyarakat hendaknya dikembangkan sikap
kerja sama antar-pemeluk agama hingga terbentuk toleransi umat
beragama. Dari sikap toleransi tersebit akan terbentuk kerukunan hidup
antar agama.

Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Pancasila sila


pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” dari dimensi rasionalitas dan
dimensi aktualitas. Dimensi rasionalitas memasukkan nilai pemikiran
dalam Ketuhanan Yang Maha Esa. Dimensi aktualitas memasukkan nilai
pengamalan dan pelaksanaan Ketuhanan Yang Maha Esa.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dimensi rasional dalam sila Ketuhanan Yang Maha
Esa?
2. Bagaimana konsep dimensi aktual dalam sila Ketuhanan Yang Maha
Esa?

1
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dimensi rasional dalam sila Ketuhanan
Yang Maha Esa.
2. Untuk mengetahui konsep dimensi aktual dalam sila Ketuhanan Yang
Maha Esa.

2
BAB II PEMBAHASAN

II.1 Dimensi Rasional


Rasionalisme merupakan paham filsafat yang mengatakan bahwa
akal adalah alat terpenting dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengetes pengetahuan (Ahmad Tafsir, 2005:127). Sedangkan rasionalitas
Pancasila merupakan konsep normatif yang mengacu pada keyakinan
rakyat bangsa Indonesia, atau tindakan bangsa sesuai Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi rasional itu juga dapat ditemukan dalam


perumusan sila Pertama Pancasila. Sila “Ketuhanan dengan menjalankan
syri’at Islam bagi para pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan yang
Maha Esa.” Dalam peristiwa penggantian yang dikenang sebagai Piagam
Jakarta itu, golongan Islam dan golongan Kebangsaan bersepakat
membangun konsensus lintas batas yang melepaskan diri dari doktrin
komprehensifnya demi menjaga kesatuan bangsa. Golongan Islam tidak
memaksakan klaim pembenarannya, sehingga Pancasila sebagai ideologi
rasional dapat menembatani kebhinnekaan budaya bangsa.

Panjangnya perdiskusian dimensi ketuhanan dalam perumusan


pancasila, menunjukan betapa penting makna agama bagi segenap bangsa
Indonesia yang multi agama ini. Para pendahulu senantiasa mendudukan
ketuhanan sebagai kata kunci awal dalam merajut Indonesia yang multi
agama ini, para sosiolog dan sejarawan mencatat bagaimana kepercayaan
kepada Tuhan melalui agama telah demikian berpengaruh dominan dalam
membentuk kekuatan moral publik, serta mendorong perubahan sosial dan
terciptanya sebuah masyarakat baru yang lebih beradab.

Maka Ketuhanan Yang Maha Esa dapat dimaknai sebagai


komitmen hidup bersama dalam membangun bangsa yang multi agama ini.
Melalui Ketuhanan Yang Maha Esa, warga negara juga digugah

3
kesadarannya untuk tetap memiliki sikap kritis pada fundamentalisme
agama dan fundamentalisme sekuler.

Melalui sila pertama inilah :

1. Bangsa Indonesia bersepakat bersepadu menyatakan


kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Dimana corak ketaqwaan itu sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
2. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda, dan membina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan kepercayaan.
3. Bangsa Indonesia secara insaf dan sadar bahwa Agama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa, oleh karena itu kita bersama wajib untuk mengembangkan
sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya itu, tanpa memaksakan suatu
agama dan kepercayaan kepada orang lain.

II.2 Dimensi Aktual


Aktualisasi dapat dijelaskan sebagai kondisi atau fakta aktual.
Aktualisasi merupakan suatu perbuatan atau tindakan realisasi antara
pemahaman akan nilai dan norma yang dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari. Aktualisasi Pancasila adalah penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam
bentuk norma-norma, serta merealisasikannya dalam bentuk kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pengamalan sila pertama Pancasila, keyakinan dan praktik
ketuhanan para pemeluk agama haruslah dipraksiskan dalam kerja
kemanusiaan menuju keadilan sosial. Fungsi Ketuhanan Yang Maha Esa
dalam Pancasila merupakan kesepakatan bersama yang pertama untuk
hidup berketuhanan. Setiap warga Indonesia memiliki hak kebebasan

4
dalam menjalankan ibadah. Negara menjamin bagi setiap teologi agama
yang berkembang sesuai keimanan pemeluknya dan bersama-sama saling
bersikap toleransi dan menghormati atas perbedaan.
Pancasila dan agama tidak dapat dipertentangkan, keduanya
merupakan hal yang berbeda dan berada pada fungsinya masing-masing,
keduanya harus saling melengkapi satu sama lain dalam keadaan
mutualisme. Dengan diferensiasi, fungsi antara institusi agama dan negara
dapat mengoptimalkan perannya dalam usaha pengembangan kehidupan
publik.
Institusi agama bertanggung jawab pada pengembangan tatanan
kehidupan masyarakat (civil society) yang beradab dengan dukungan
keberadaan negara. Pancasila lebih bertanggung jawab dalam
mengembangkan tatanan kehidupan negara (political society) yang
beradab dengan dukungan masyarakat. Menurut Mochtar Pabotinggi “Kita
memerlukan kehidupan agama yang yang menghormati mekanisme dan
kebijakan demokrasi dan kita memerlukan demokrasi yang menghargai
ritius, amal, dan terutama kebijakan agama.”
Tantangan terbesar dalam implementasi sila Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah problem empiris agama. Seperti yang disebut oleh
Soekarno sebagai “egoism-agama.” Egoism-agama jika dibawa dalam
ruang publik dapat menyebabkan kebuntuan dalam komunikasi. Menurut
Charles Kimball egoism-agama dapat diidentifikasikan dalam lima tanda,
yakni tanda-tanda salah tafsir mengenai ketuhanan sehingga mendorong
aksi yang melenceng dari kemanusiaan. Pertama; klaim kebenaran tunggal
mutlak yang dipaksakan dibawa ke ruang publik yang majemuk atas nama
Tuhan. Kedua; kepatuhan yang membabi buta dengan kekuatan dogma
yang bertolak belakang dengan semangat kemajemukan. Ketiga; utopia
membangun zaman ideal (tatanan ideal) atas nama Tuhan. Keempat;
fanatisme tujuan yang menghalalkan segala cara yang mencederai
kemanusiaan. Kelima; menyerukan ‘perang suci’ untuk memerangi yang
berbeda.

5
Tentunya dalam Indonesia sendiri pernah terjadi kasus egoism-
agama. Salah satu contohnya adalah Kasus Hizbu Tahrir Indonesia (HTI)
yang organisasinya sudah dibekukan oleh pemerintah. Serta organisasi dan
pemahaman sejenis itu. Pandangan mereka selalu saja menganggap bahwa
ideologi pemersatu yang digagas oleh negara diposisikan berhadapan
dengan keyakinan keagamaan yang mereka anut. Praktik gagasan politik
yang dilegitimasi tafsir agama yang menyimpang itu, baik yang radikal
maupun yang moderat akan selalu berbenturan dengan nilai Pancasila.
Beberapa organisasi-organisasi lain yang menyajikan paham keagamaan
ini adalah Asas Teokratik Organisasi Negara Islam Indonesia (NII),
Jamaah Islamiyah (JI) Jamiyah Ansorut Tauhid (JAT), Pergerakan Islamic
State in Iraq and Syria (ISIS)
Kelompok-kelompok seperti ini selalu gagal dalam menempatkan
sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai bahasa kesadaran luhur
membangun kebersamaan di tengah perbedaan agama dan praktik-praktik
ketuhanan yang berbeda. Tentunya hal ini bertentangan dengan hukum dan
moral bangsa Indonesia dan mencederai citra Indonesia di mata dunia.
Padahal dari perspektif sila pertama menghendaki kehidupan berbangsa
yang terbuka dan kekayaan penafsirannya selalu merajut harmoni untuk
kehidupan bersama tanpa mencampurkan masing-masing praktik dan
ajaran sebuah agama yang memang pada dasarnya berbeda.
Indonesia bukanlah negara sekuler yang berpretensi menyudutkan
agama ke ruang privat karena sila pertama menghendaki Ketuhanan
sebagai dasar kehidupan politik-politik. Pancasila pun tidak menghendaki
perwujudan negara agama, yang merepresentasikan salah satu aspirasi
kelompok keagamaan. Walaupun Islam sebagai agama mayoritas, setiap
agama lain secara prinsip diperlakukan secara setara dan tidak menjadikan
Islam sebagai agama negara.
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan konsensus bersama sebagai
dasar berbangsa secara baik dan benar. Perbedaan antarpribadi memang
diakui namun lebih banyak berkenaan dengan konsep saling tergantung

6
satu sama lain. Korelasi dan ketergantungan merupakan awal dari sebuah
tindakan. Dengan adanya sebuah tindakan akan muncul sebuah hubungan.
Sebagaimana dalam entitas yang berbeda yang hidup bersama dengan
damai. Artinya keramahtamahan merupakan jembatan dari kesadaran
dalam menjalankan nilai-nilai sila pertama.
Maka mengamalkan sila pertama tidak hanya berisi kesadaran di
tataran teologis dan filosofis mengenai variasi identitas yang tumpang tindih
satu dengan yang lain, yaitu satu sisi sebagai pemeluk agama yang taat dan di
sisi lain sebagai warga negara yang baik. Lebih dari itu, melainkan juga
melanjutkan kesadaran identitas yang plural melalui sebuah tindakan nyata,
yaitu dalam sebuah lingkup masyarakat yang saling berkontribusi dalam
toleransi. Hingga terwujudnya kerja sama dalam perbedaan-perbedaan itu
dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila.

7
BAB III PENUTUPAN

III.1 Kesimpulan
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan kesepakatan bersama yang
pertama untuk hidup berketuhanan. Dimensi aktual dalam sila pertama
berarti mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kehidupan
bermasyarakat. Setiap warga negara Indonesia memiliki kebebasan dalam
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Dimulai
dari sebuah tindakan saling menghargai dan menghormati dalam lingkup
masyarakat. Hingga terbentuknya kerja sama dalam perbedaan-perbedaan
dan mewujudkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.

Dimensi rasional dalam sila pertama dapat dilihat dari segi sejarah.
Peristiwa penggantian sila pertama atau biasa dikenang dengan Piagam
Jakarta itu, golongan Islam dan golongan Kebangsaan bersepakat
membangun konsensus lintas batas yang memisahkan diri yang
melepaskan diri dari doktrin komprehensifnya demi menjaga kesatuan
bangsa. Melalui Ketuhanan Yang Maha Esa warga negara digugah
kesadarannya untuk memiliki sikap kritis dalam fundamentalisme agama
dan fundamentalisme sekuler.

8
DAFTAR PUSTAKA

Umam, M. H., Suyikno, Athoillah, A. Y., Rohman, M. F., dan Fauziyah, Nailatin.
2021. Pancasila. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna Historitas, Rasionalitas, dan Aktualitas
Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Adhi Nur, M. & Annisa, Raudhatun. 2021. Normativitas, Historitas, dan
Aktualitas Sila Kedua. Makalah. Dikutip dari
https://www.studocu.com/id/document/uin-sunan-ampel-surabaya/manaje
men/nilai-normativitas-historisitas-aktulitas-dan-rasionalitas-dalam-sila-
kedua-pancasila/21178139. 1 September 2023.
Dwi, Anugrah. 2023. Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara. Diakses pada 1
September 2023. Dari https://fkip.umsu.ac.id/2023/07/17/pengertian-
pancasila-sebagai-dasar-negara/.
Erman, S. S. Analisis dan Makna Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Konteks
Pluralisme Agama di Indonesia. Jurnal Teologi Cultivation. 2 (1). 290-
303. 2018. Diakses pada 1 September 2023. Dari
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=makna+sila+pertama+pancasila&oq=#d=gs_qa
bs&t=1693712473093&u=%23p%3D7m5Dy-Q8GVQJ.

Anda mungkin juga menyukai