Disusun oleh :
Tania Maharani (09040323069)
Dosen Pengampu :
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Fathur Rohman, M.Ag
sebagai dosen pengampu yang telah membimbing dalam mengerjakan makalah
ini. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dimensi
Rasional dan Aktual dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa”
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Dimensi Rasional................................................................................................3
2.2 Dimensi Aktual...................................................................................................4
BAB III PENUTUPAN.....................................................................................................8
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................9
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dimensi rasional dalam sila Ketuhanan
Yang Maha Esa.
2. Untuk mengetahui konsep dimensi aktual dalam sila Ketuhanan Yang
Maha Esa.
2
BAB II PEMBAHASAN
3
kesadarannya untuk tetap memiliki sikap kritis pada fundamentalisme
agama dan fundamentalisme sekuler.
4
dalam menjalankan ibadah. Negara menjamin bagi setiap teologi agama
yang berkembang sesuai keimanan pemeluknya dan bersama-sama saling
bersikap toleransi dan menghormati atas perbedaan.
Pancasila dan agama tidak dapat dipertentangkan, keduanya
merupakan hal yang berbeda dan berada pada fungsinya masing-masing,
keduanya harus saling melengkapi satu sama lain dalam keadaan
mutualisme. Dengan diferensiasi, fungsi antara institusi agama dan negara
dapat mengoptimalkan perannya dalam usaha pengembangan kehidupan
publik.
Institusi agama bertanggung jawab pada pengembangan tatanan
kehidupan masyarakat (civil society) yang beradab dengan dukungan
keberadaan negara. Pancasila lebih bertanggung jawab dalam
mengembangkan tatanan kehidupan negara (political society) yang
beradab dengan dukungan masyarakat. Menurut Mochtar Pabotinggi “Kita
memerlukan kehidupan agama yang yang menghormati mekanisme dan
kebijakan demokrasi dan kita memerlukan demokrasi yang menghargai
ritius, amal, dan terutama kebijakan agama.”
Tantangan terbesar dalam implementasi sila Ketuhanan Yang
Maha Esa adalah problem empiris agama. Seperti yang disebut oleh
Soekarno sebagai “egoism-agama.” Egoism-agama jika dibawa dalam
ruang publik dapat menyebabkan kebuntuan dalam komunikasi. Menurut
Charles Kimball egoism-agama dapat diidentifikasikan dalam lima tanda,
yakni tanda-tanda salah tafsir mengenai ketuhanan sehingga mendorong
aksi yang melenceng dari kemanusiaan. Pertama; klaim kebenaran tunggal
mutlak yang dipaksakan dibawa ke ruang publik yang majemuk atas nama
Tuhan. Kedua; kepatuhan yang membabi buta dengan kekuatan dogma
yang bertolak belakang dengan semangat kemajemukan. Ketiga; utopia
membangun zaman ideal (tatanan ideal) atas nama Tuhan. Keempat;
fanatisme tujuan yang menghalalkan segala cara yang mencederai
kemanusiaan. Kelima; menyerukan ‘perang suci’ untuk memerangi yang
berbeda.
5
Tentunya dalam Indonesia sendiri pernah terjadi kasus egoism-
agama. Salah satu contohnya adalah Kasus Hizbu Tahrir Indonesia (HTI)
yang organisasinya sudah dibekukan oleh pemerintah. Serta organisasi dan
pemahaman sejenis itu. Pandangan mereka selalu saja menganggap bahwa
ideologi pemersatu yang digagas oleh negara diposisikan berhadapan
dengan keyakinan keagamaan yang mereka anut. Praktik gagasan politik
yang dilegitimasi tafsir agama yang menyimpang itu, baik yang radikal
maupun yang moderat akan selalu berbenturan dengan nilai Pancasila.
Beberapa organisasi-organisasi lain yang menyajikan paham keagamaan
ini adalah Asas Teokratik Organisasi Negara Islam Indonesia (NII),
Jamaah Islamiyah (JI) Jamiyah Ansorut Tauhid (JAT), Pergerakan Islamic
State in Iraq and Syria (ISIS)
Kelompok-kelompok seperti ini selalu gagal dalam menempatkan
sila Ketuhanan yang Maha Esa sebagai bahasa kesadaran luhur
membangun kebersamaan di tengah perbedaan agama dan praktik-praktik
ketuhanan yang berbeda. Tentunya hal ini bertentangan dengan hukum dan
moral bangsa Indonesia dan mencederai citra Indonesia di mata dunia.
Padahal dari perspektif sila pertama menghendaki kehidupan berbangsa
yang terbuka dan kekayaan penafsirannya selalu merajut harmoni untuk
kehidupan bersama tanpa mencampurkan masing-masing praktik dan
ajaran sebuah agama yang memang pada dasarnya berbeda.
Indonesia bukanlah negara sekuler yang berpretensi menyudutkan
agama ke ruang privat karena sila pertama menghendaki Ketuhanan
sebagai dasar kehidupan politik-politik. Pancasila pun tidak menghendaki
perwujudan negara agama, yang merepresentasikan salah satu aspirasi
kelompok keagamaan. Walaupun Islam sebagai agama mayoritas, setiap
agama lain secara prinsip diperlakukan secara setara dan tidak menjadikan
Islam sebagai agama negara.
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan konsensus bersama sebagai
dasar berbangsa secara baik dan benar. Perbedaan antarpribadi memang
diakui namun lebih banyak berkenaan dengan konsep saling tergantung
6
satu sama lain. Korelasi dan ketergantungan merupakan awal dari sebuah
tindakan. Dengan adanya sebuah tindakan akan muncul sebuah hubungan.
Sebagaimana dalam entitas yang berbeda yang hidup bersama dengan
damai. Artinya keramahtamahan merupakan jembatan dari kesadaran
dalam menjalankan nilai-nilai sila pertama.
Maka mengamalkan sila pertama tidak hanya berisi kesadaran di
tataran teologis dan filosofis mengenai variasi identitas yang tumpang tindih
satu dengan yang lain, yaitu satu sisi sebagai pemeluk agama yang taat dan di
sisi lain sebagai warga negara yang baik. Lebih dari itu, melainkan juga
melanjutkan kesadaran identitas yang plural melalui sebuah tindakan nyata,
yaitu dalam sebuah lingkup masyarakat yang saling berkontribusi dalam
toleransi. Hingga terwujudnya kerja sama dalam perbedaan-perbedaan itu
dalam mewujudkan nilai-nilai Pancasila.
7
BAB III PENUTUPAN
III.1 Kesimpulan
Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan kesepakatan bersama yang
pertama untuk hidup berketuhanan. Dimensi aktual dalam sila pertama
berarti mengamalkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa di dalam kehidupan
bermasyarakat. Setiap warga negara Indonesia memiliki kebebasan dalam
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing. Dimulai
dari sebuah tindakan saling menghargai dan menghormati dalam lingkup
masyarakat. Hingga terbentuknya kerja sama dalam perbedaan-perbedaan
dan mewujudkan nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
Dimensi rasional dalam sila pertama dapat dilihat dari segi sejarah.
Peristiwa penggantian sila pertama atau biasa dikenang dengan Piagam
Jakarta itu, golongan Islam dan golongan Kebangsaan bersepakat
membangun konsensus lintas batas yang memisahkan diri yang
melepaskan diri dari doktrin komprehensifnya demi menjaga kesatuan
bangsa. Melalui Ketuhanan Yang Maha Esa warga negara digugah
kesadarannya untuk memiliki sikap kritis dalam fundamentalisme agama
dan fundamentalisme sekuler.
8
DAFTAR PUSTAKA
Umam, M. H., Suyikno, Athoillah, A. Y., Rohman, M. F., dan Fauziyah, Nailatin.
2021. Pancasila. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna Historitas, Rasionalitas, dan Aktualitas
Pancasila. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Adhi Nur, M. & Annisa, Raudhatun. 2021. Normativitas, Historitas, dan
Aktualitas Sila Kedua. Makalah. Dikutip dari
https://www.studocu.com/id/document/uin-sunan-ampel-surabaya/manaje
men/nilai-normativitas-historisitas-aktulitas-dan-rasionalitas-dalam-sila-
kedua-pancasila/21178139. 1 September 2023.
Dwi, Anugrah. 2023. Pengertian Pancasila Sebagai Dasar Negara. Diakses pada 1
September 2023. Dari https://fkip.umsu.ac.id/2023/07/17/pengertian-
pancasila-sebagai-dasar-negara/.
Erman, S. S. Analisis dan Makna Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Konteks
Pluralisme Agama di Indonesia. Jurnal Teologi Cultivation. 2 (1). 290-
303. 2018. Diakses pada 1 September 2023. Dari
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=makna+sila+pertama+pancasila&oq=#d=gs_qa
bs&t=1693712473093&u=%23p%3D7m5Dy-Q8GVQJ.