Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENTINGNYA PENERAPAN NILAI PANCASILA


AGAR TIDAK TERJADI PENYIMPANGAN DI MASYARAKAT

Disusun Oleh :
Dina Cahya Alifiyah ( 2304060001 )
Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Dewi Tjandraningsih, S.H., M.Kn.

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM SYEKH-YUSUF TANGERANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "Pentingnya
Penerapan Nilai Pancasila Agar Tidak Terjadi Penyimpangan Di Masyarakat".

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.

Saya berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Tangerang, November 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
KAJIAN TEORITIS................................................................................................................5
2.1 Pengertian Pancasila......................................................................................................5
2.2 Nilai-Nilai yang Terkandung didalam Pancasila.........................................................6
2.3 Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila.............................................................................7
2.4 Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila..........................8
1. Ditetapkannya Demokrasi Terpimpin........................................................................8
2. Pemahaman terhadap Pancasila Terbatas.................................................................9
3. Pancasila Jadi Indoktrinasi..........................................................................................9
BAB III....................................................................................................................................10
HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................................10
3.1 Dampak Terjadinya Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila.......................................10
3.2 Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Masyarakat................................................10
3.3 Upaya Pencegahan agar Tidak Terjadinya Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila.12
BAB IV....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................14
4.2 Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang setiap warganya harus hafal dan
mematuhi segala isi dalam pancasila tersebut. Namun sebagian besar warga negara
Indonesia hanya menganggap pancasila sebagai dasar negara/ideologi semata tanpa
memperdulikan makna dan manfaatnya dalam kehidupan. Tanpa manusia sedari nilai-
nilai makna yang terkandung dalam pancasila sangat berguna dan bermanfaat.
Di dalam Pancasila terkandung banyak nilai dimana dari keseluruhan nilai tersebut
terkandung di dalam 5 garis besar dalam kehidupan berbangsa bernegara. Perjuangan
dalam memperebutkan kemerdekaan tak lepas dari nilai Pancasila. Sejak zaman
penjajahan sampai sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
Indonesia hidup di dalam berbagai keberagaman, baik itu suku, bangsa, budaya dan
agama. Dari semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan. Menjadi kesatuan dan
bersatu di dalam persatuan yang kokoh di bawah naungan Pancasila dan semboyannya,
Bhineka Tunggal Ika.
Pancasila membuat Indonesia tetap teguh dan bersatu di dalam keberagaman budaya.
Dan menjadikan pancasila sebagai dasar kebudayaan yang menyatukan 2 budaya dengan
yang lain. Karena ikatan yang satu itulah. Pancasila menjadi inspirasi berbagai macam
kebudayaan yang ada di Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila?
2. Apa saja nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila?
3. Apa penyimpangan nilai-nilai Pancasila yang terjadi di Masyarakat?
4. Bagaimana cara mengatasi agar tidak terjadinya penyimpangan nilai-nilai Pancasila di
Masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila
2. Memahami nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila
3. Mengetahui apa saja penyimpangan nyata nilai-nilai Pancasila yang terjadi di
Masyarakat
4. Mengetahui upaya apa yang harus dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan nilai-
nilai Pancasila di Masyarakat
BAB II

KAJIAN TEORITIS
2.1 Pengertian Pancasila
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia : Pancasila adalah dasar negara Indonesia.
Nama ini terdiri dari dua kata dari bahasa Sanskerta: पञ्च "pañca" berarti lima dan शीला "śīla"
berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa
dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengertian Pancasila telah didefinisikan oleh berbagai tokoh sejarah dan ahli, yang
memberikan pemahaman yang beragam namun tetap mencerminkan nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalamnya. Berikut pengertian Pancasila menurut beberapa tokoh sejarah dan
ahli yang berperan penting dalam perumusannya.

1. Ir. Soekarno

Menurut Soekarno, Pancasila adalah filosofi hidup bangsa Indonesia yang terdiri dari
lima sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Ia
menjelaskan bahwa Pancasila bukan hanya sekedar dasar negara, tetapi juga
merupakan panduan moral yang harus dijadikan pedoman dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara.

2. Muh. Yamin

Pancasila adalah rumusan yang menggambarkan cita-cita dan tujuan perjuangan


bangsa Indonesia. Ia menekankan bahwa Pancasila memiliki arti mendalam, yaitu
menjunjung tinggi hak asasi manusia, keadilan sosial, persatuan, dan kesatuan bangsa.
Bagi Yamin, Pancasila adalah cerminan dari semangat perjuangan kemerdekaan yang
harus terus dijaga dan diperjuangkan oleh seluruh rakyat Indonesia.

3. Ali Sastroamidjojo

Pancasila adalah landasan dan sumber hukum tertinggi di Indonesia. Ia menganggap


Pancasila sebagai konstitusi yang bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan dengan
perkembangan zaman. Ali Sastroamidjojo juga menekankan bahwa Pancasila adalah
landasan bagi pembentukan lembaga-lembaga negara dan sistem pemerintahan yang
berkeadilan.

4. Dr. Radjiman Wedyodiningrat


Pancasila adalah hasil sintesis nilai-nilai budaya Indonesia dan konsep-konsep
perjuangan nasional yang terbentuk selama ribuan tahun. Ia menggambarkan
Pancasila sebagai suatu ideologi yang mencerminkan kepribadian dan identitas
bangsa Indonesia, yang mencakup keberagaman dan keadilan.
2.2 Nilai-Nilai yang Terkandung didalam Pancasila
1. Nilai Ketuhanan

Di dalam Pancasila sila pertama yang berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa"
terkandung nilai Ketuhanan. Nilai Ketuhanan adalah nilai yang menggambarkan
bahwa rakyat Indonesia merupakan rakyat yang memiliki agama dan meyakini adanya
Tuhan. Dengan kata lain, menjalankan semua perintah agama dan menjauhi segala
yang dilarang oleh agama.

Dikutip dari buku Ensiklopedi PKN (2017) oleh R. Toto Sugiarto, nilai Ketuhanan
memiliki makna yakni bangsa Indonesia merupakan bangsa yang religius bukan
bangsa yang atheis. Selain itu, makna nilai Ketuhanan yakni adanya pengakuan dan
kebebasan untuk memeluk agama, menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada
paksaan serta tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama.

2. Nilai Kemanusiaan

Di dalam sila kedua Pancasila yang berbunyi "Kemanusiaan yang adil dan beradab"
terkandung nilai Kemanusiaan. Nilai Kemanusiaan adalah pengakuan dan
menghormati martabat dan hak orang lain/sesama manusia, saling tolong menolong,
dan bersikap sebagai manusia yang beradab.

Nilai Kemanusiaan memiliki makna kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan
nilai-nilai moral dalam hidup bersama, atas dasar tuntutan hati nurani dengan
memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya.

3. Nilai Persatuan

Untuk sila ketiga Pancasila yang berbunyi "Persatuan Indonesia" terdapat nilai
Persatuan. Nilai Persatuan merupakan nilai yang ada pada Indonesia yang sebagai
negara kepulauan dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, maka persatuan haruslah
tetap dijunjung dengan tidak saling membeda-bedakan apalagi sampai terjadi
perpecahan. Dalam nilai Persatuan juga terkandung nilai patriotisme dan cinta tanah
air, di mana setiap rakyat Indonesia haruslah bersatu dan rela berkorban demi Tanah
Air tercinta.

Nilai Persatuan mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat,
untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Rakyat Indonesia (NKRI).
Persatuan Indonesia sekaligus mengakui dan menghargai sepenuhnya terhadap
keanekaragaman yang dimiliiki bangsa Indonesia.

4. Nilai Kerakyatan

Dalam sila keempat Pancasila yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" yang di mana terkandung
nilai Kerakyatan. Nilai Kerakyatan berarti kedaulatan berada di tangan rakyat, setiap
rakyat berhak memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, dan musyawarah
serta gotong royong.
Nilai Kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakayat, oleh rakyat
dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan.

5. Nilai Keadilan

Terakhir, untuk sila kelima Pancasila yang berbunyi "Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia" yang di mana di dalamnya terkandung nilai keadilan. Nilai Keadilan
yang berarti keadilan dalam kehidupan sosial haruslah meliputi seluruh rakyat
Indonesia, persamaan hak dalam berbagai hak yang dilandasi dengan hak dan
kewajiban setiap orang, dan sikap saling menghormati.
Nilai Keadilan mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu
tercapainya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara lahiriah ataupun
batiniah.

2.3 Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila


Dalam memenuhi fungsinya sebagai dasar negara, terdapat beberapa contoh
kasus penyimpangan yang terjadi. Lima nilai Pancasila yang masing-masingnya
menggambarkan sebuah cara hidup pada akhirnya tidak dijadikan pedoman karena
faktor-faktor tertentu.

1. Sila Pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa “

Munculnya gerakan radikal dari sebuah kelompok yang membonceng agama


merupakan salah satu contohnya. Dari sini, mereka tidak menghargai keberagaman
agama dan menganggap bahwa kelompok mereka yang paling benar di antara yang
lain.

2. Sila kedua “ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab “

Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dalam kasus penyimpangan tidak
diperhatikan. Contohnya dapat dilihat dari kasus penggusuran rumah warga miskin
dan tidak mendapatkan tindak lanjut atau bantuan. Dari sini, keadilan adab yang
ditekankan tidak dijadikan pedoman hidup.

3. Sila ketiga “ Persatuan Indonesia “

Persatuan berarti menyatakan diri sebagai bagian dari negara Indonesia. Dalam
kasus penyimpangan, terdapat Organisasi Papuan Merdeka (OPM) yang masih ada
hingga sekarang. Mereka ingin memisahkan daerah Papua Barat dari NKRI dan
merdeka sebagai negara sendiri.

4. Sila keempat “ Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwailan “

Musayawarah dijalankan untuk memecahkan masalah (mencapai sebuah


kemufakatan). Akan tetapi, penyimpangan terjadi ketika pimpinan musyawarah
lebih condong ke satu pihak. Dengan kata lain, contoh penyimpangan ada ketika
salah satu pihak mengalami rugi akibat musyawarah yang tidak adil.

5. Sila kelima “ Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia “

Adil ini hampir sama dengan bunyi sila kedua. Nilai yang berusaha ditekankan
adalah seluruh warga negara Indonesia punya hak dan kewajiban yang sama.
Contoh penyimpangan terjadi ketika hak seorang warga negara tidak diberikan,
diskriminasi etnis, dan bentuk ketidakadilan lainnya.

2.4 Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila

Penyimpangan Pancasila berarti praktik penerapan nilai-nilai Pancasila yang tidak


berjalan sesuai yang diharapkan. Penyimpangan Pancasila sudah terjadi sejak masa
pemerintahan orede lama hingga orde baru. Padahal, sejak dahulu Pancasila berfungsi
sebagai dasar negara, ideologi negara, sekaligus sumber hukum di
Indonesia. Bersumber dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila, Pancasila sebagai sumber
hukum negara artinya, berjalannya hukum, lembaga, pejabat pemerintah, bahkan warga
Indonesia harus bersikap sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Oleh karena itu, penyimpangan
Pancasila juga dapat berpengaruh pada kebijakan hukum yang diatur oleh
pemerintah. Penyimpangan Pancasila memberikan dampak buruk bagi kehidupan
masyarakat, terutama berjalannya demokrasi dan pemerintahan.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya kondisi seperti ini. Praktik


penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan UUD Tahun 1945 yang terjadi dalam
pengalaman sejarah perkembangan NKRI, belum tersosialisasikannya dengan baik eksistensi
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional, gamangnya kebijakan pemerintah
dalam proses pemasyarakatan dan pelembagaan nilai-nilai Pancasila, dan karena pengaruh
ideologi besar dunia lainnya di era globalisasi ini, menjadi virus-virus utama yang makin
melemahkan upaya-upaya pemahaman, penghayatan dan peyakinan, serta pengamalan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Adapun faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap Pancasila antara


lain sebagai berikut.

1. Ditetapkannya Demokrasi Terpimpin

Pada masa pemerintahan orde lama (1945-1966), ada beberapa contoh penyimpangan
Pancasila, salah satunya Presiden menjadi bersikap otoriter. Ini berhubungan dengan
ditetapkannya demokrasi terpimpin, yang cenderung berpusat pada kekuasaan presiden
sebagai pemimpin besar revolusi. Dalam pandangan Soekarno, demokrasi terpimpin
adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan.Namun, dalam penerapannya kekuasaan presiden menjadi lebih besar dan
mengarah pada perilaku yang otoriter.Pada masa demokrasi terpimpin, juga ditetapkan
pengangkatan presiden seumur hidup karena tidak adanya aturan tentang jabatan presiden
seumur hidup.Bahkan Presiden juga membuat penentuan Presiden (penpres) tanpa ada
persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Kekuasaan yang berlebihan inilah yang
memicu terjadinya penyimpangan Pancasila.

2. Pemahaman terhadap Pancasila Terbatas


Pancasila ditetapkan sebagai dasar negara pada Sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945,
sehari setelah proklamasi kemerdekaan. Pada saat itu, pemerintah masih terus belajar
membentuk negara setelah lepas dari campur tangan penjajah. Penerapan Pancasila belum
dilaksanakan secara maksimal, karena pemahaman rakyat terhadap Pancasila juga masih
terbatas. Keterbatasan pemahaman Pancasila ini juga terjadi di kursi pemerintahan,
sehingga pihak atas secara tidak sadar telah menyimpangkan Pancasila. Banyak
penyimpangan Pancasila yang terjadi pada masa awal kemerdekaan merupakan contoh
keterbatasan pemahaman tersebut.

3. Pancasila Jadi Indoktrinasi

Bersumber dari Kompas.com, Pancasila dijadikan indoktrinasi pada masa pemerintah orde
baru. Menurut KBBI, indoktrinasi adalah pemberian ajaran secara mendalam (tanpa kritik)
atau penggemblengan mengenai suatu paham atau doktrin tertentu dengan melihat suatu
kebenaran dari arah tertentu saja.Masa Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto
dimulai dari 1966 hingga 1998. Pada masa orde baru, Pancasila digunakan sebagai alat
untuk melanggengkan kekuasaan Presiden dan melemahkan aspek
demokrasi. Melemahnya demokrasi ditandai oleh kebebasan pers atau penyiaran berita
melalui surat kabar, majalah, dan radio yang dibatasi. Berbagai surat kabar dan majalah
yang menyinggung bisnis dan kasus pelanggaran hukum diberedel atau dicabut
peredarannya.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Dampak Terjadinya Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila

Menurut Sedarnawati Yasni dalam buku Merawat Nilai-Nilai Kebangsaan dalam


Kebhinnekaan di Tengah Covid-19 (2021), Pancasila bukan hanya berlaku sebagai dasar
negara Indonesia saja. Namun, juga harus dihafalkan serta diterapkan. Karena dengan
menerapkan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat bisa hidup berdampingan
satu sama lain, serta terhindar dari permasalahan yang bisa memecah belah persatuan
Indonesia.
Jika kita tidak menerapkan sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kondisi
masyarakat Indonesia akan dipenuhi konflik dan hidupnya tidak rukun. Sebagai contoh, sila
pertama Pancasila berbunyi “Ketuhahan Yang Maha Esa”. Sila pertama ini bisa diterapkan
dengan menghormati dan menghargai teman yang memiliki agama atau keyakinan berbeda.
Apabila sila pertama ini tidak diterapkan, masyarakat yang kondisinya beragam karena
memiliki agama dan keyakinan berbeda akan mengalami konflik satu sama lain. Selain
dipenuhi konflik, tidak diterapkannya sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari juga
menimbulkan pelanggaran hak serta kewajiban. Misalnya suatu kelompok masyarakat bisa
dengan bebas mengambil hak masyarakat yang lain, dan tidak menjalankan kewajibannya.
Tidak menerapkan sila Pancasila juga membuat kehidupan masyarakat menjadi tidak aman
serta tidak tertib, sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Bila disimpulkan, ada tiga hal yang akan terjadi jika kita tidak menerapkan sila
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, yakni:

1. Kehidupan masyarakat yang dipenuhi konflik dan kondisinya tidak rukun.


2. Dapat menimbulkan pelanggaran hak dan kewajiban.
3. Menimbulkan rasa tidak aman dan tidak nyaman, serta kondisi masyarakat tidak
tertib.

3.2 Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Masyarakat

1. Sila pertama “ Ketuhanan Yang Maha Esa “

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dari Sila ke I sampai Sila Sila ke V yang
harus diaplikasikan atau dijabarkan dalam setiap kegiatan pengelolaan lingkungan
hidup adalah sebagai berikut: Dalam Sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai
religius, antara lain: Kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai
pencipta segala sesuatu dengan sifat-sifat yang sempurna dan suci seperti Maha
Kuasa, Maha Pengasih, Maha Adil, Maha Bijaksana dan sebagainya; Contohnya:
Menyayangi tumbuh-tumbuhan dan merawatnya; selalu menjaga kebersihan dan
sebagainya (Dedees, 2016). Dalam Islam bahkan ditekankan, bahwa Allah tidak suka
pada orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, tetapi Allah senang
terhadap orang-orang yang selalu bertakwa dan selalu berbuat baik. Lingkungan
hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan
bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-Nya yang wajib dilestarikan dan
dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber dan penunjang hidup
bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta makhluk hidup lainya demi kelangsungan dan
peningkatan kualitas Hidup itu sendiri (Murdiono et al., 2020).
2. Sila kedua “ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab “

Sila Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab terkandung nilai-nilai perikemanusiaan


yang harus diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini antara lain
sebagai berikut: Pengakuan adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak
dan kewajiban asasinya. Penerapan, pengamalan/ aplikasi sila ini dalam kehidupan
sehari hari yaitu: Dapat diwujudkan dalam bentuk kepedulian akan hak setiap orang
untuk memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat; hak setiap orang untuk
mendapatkan informasi lingkungan hidup yang berkaitan dengan peran dalam
pengelolaan lingkungan hidup; hak setiap orang untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku dan sebagainya. Dalam Pasal 5 ayat (1) dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat; dalam ayat (2)
dikatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang
berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup; dalam ayat (3)
dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Retnasari & Hidayah, 2019).

3. Sila ketiga “ Persatuan Indonesia “

Dalam Sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, dalam arti dalam
hal-hal yang menyangkut persatuan bangsa patut diperhatikan aspekaspek sebagai
berikut: Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia serta wajib membela dan menjunjung tinggi (patriotisme); Pengakuan
terhadap Ke Bhinneka Tunggal Ika dan suku bangsa (etnis) dan kebudayaan bangsa
(berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan
bangsa; Cinta dan bangga akan bangsa dan Negara Indonesia (nasionalisme)
(Sutiyono, 2018). Penerapan sila ini dalam kehidupan sehari-hari, antara lain: Dengan
melakukan inventarisasi tata nilai tradisional yang harus selalu diperhitungkan dalam
pengambilan kebijaksanaan dan pengendalian pembangunan lingkungan di daerah dan
mengembangkannya melalui pendidikan dan latihan serta penerangan dan penyuluhan
dalam pengenalan tata nilai tradisional dan tata nilai agama yang mendorong perilaku
manusia untuk melindungi sumber daya dan lingkungan (Wahyudi, 2017).

4. Sila keempat “ Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan “

Dalam Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan Perwakilan terkandung nilai-nilai kerakyatan. Dalam hal ini ada
beberapa hal yang harus dicermati, yakni: Mewujudkan, menumbuhkan,
mengembangkan dan meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pengambil
keputusan dalam pengelolaan lingkungan hidup; Mewujudkan, menumbuhkan,
mengembangkan dan meningkatkan kesadaran akan hak dan tanggung jawab
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup; Mewujudkan, menumbuhkan,
mengembangkan dan meningkatkan kemitraan, Masyarakat, dunia usaha dan
pemerintah dalam upaya pelestarian daya dukung dan daya tampung lingkungan
hidup.
5. Sila kelima “ Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia “

Dalam Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan
sosial. Dalam hal ini harus diperhatikan beberapa aspek berikut, antara lain:
Penerapan sila ini tampak dalam ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur masalah
lingkungan hidup. Sebagai contoh, dalam Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1999
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), Bagian H yang mengatur aspek-
aspek pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan sumber daya alam (Yunita &
Suryadi, 2018). Dalam ketetapan MPR ini hal itu diatur sebagai berikut (Penabur
Ilmu, 1999 : 40): Mengelola sumber daya alam dan memelihara daya dukungnya agar
bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan rakyat dari generasi ke generasi.
Meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
melakukan konservasi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan dengan menerapkan
teknologi ramah lingkungan. Mendelegasikan secara bertahap wewenang pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah dalam pelaksanaan pengelolaan sumber daya alam
secara selektif dan pemeliharaan lingkungan hidup, sehingga kualitas ekosistem tetap
terjaga yang diatur dengan undang-undang. Mendayagunakan sumber daya alam
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi
dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan
ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta penataan ruang yang pengaturannya
diatur dengan undangundang.

3.3 Upaya Pencegahan agar Tidak Terjadinya Penyimpangan Nilai-Nilai Pancasila

Pendidikan merupakan upaya potensi individu agar menjadi individu yang


dewasa. Pendidikan kewarganegaraan merupakan upaya menumbuh kembangkan modal
sosial untuk membangun negara bangsa. Untuk membangun negara bangsa sebesar
dan semajemuk Indonesia perlu dibarengi dan perlu didahului oleh modal sosial.
Karena bila tenunan sosial, sumber daya alam, finansial, keterampilan tidak banyak
menolong. Modal sosial perlu diperkuatdengan memperluas ruang-ruang perjumpaan,
memperkuat semangat implusivitas yang dapat menumbuhkan rasa saling percaya. Dengan
harapan generasi muda Indonesia mempunyai keluasan mental seluas Indonesia dan kekayaan
rohani sebanyak dan semajemuk bangsa Indonesia.

Pendidikan kewarganegaraan pun menanamkankekayaan jiwa. Karena kemiskinan


terparah di Indonesia bukan sumber daya melainkan kemiskinan jiwa.Pendidikan
karakter diperlukan dengan empat alas an yaitu: Pertama, Historis yaitu pembelajaran
yang berasal dari catatan sejarah. Kedua, Yuridis yaitu berasal dari Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
dan pasal 35 tentang kurikulum ayat 3. Ketiga, Sosiologis berdasarkan keadaan di
masyarakat yaitu tentang keragaman sosial yang perlu disatukan. Keempat, Politis
berarti mengenai kebijakan pemerintah mengenai pendidikan kewarganegaraan dalam
kurikulum sekolah dan perguruan tinggi.Budaya dan kehidupan demokrasi harus terjadi
di wilayah masyarakat. Karena pembentukan struktur pemerintahan negara yang
demokratis tanpa diimbangi dengan tumbuhnya demokrasi pada berbagai komponen
masyarakat akan menjurus pada lahirnya kehidupan demokratis.
Adapun tujuan utama pendidikan kewarganegraan untuk menumbuhkan
karakter disiplin, tanggung jawab, penghargaan harkat dan martabat dari setiap individu
maupun karakter publik. Hakikat pendidikan kewarganegaraan yaitu pendidikan
kewargnegaraan merupakan bagian penting bagi kehidupan bangsa dan penumbuhan
karakter.Karakter merupakan budi pekerti atau tingkah laku yang ada pada pikiran dan
diri seseorang yang sudah menjadi kebiasaan yang secara terus-menerus di praktekkan.
Tidaklah mudah butuh waktu yang cukup lama untuk membentuk karakter harus
dilakukan secara terus-menerus agar bisa menjadi kebiasaan. Karakter disini
dimaksudkan kepada pola pikir dan perilaku masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur yang ada dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam membangun
karakter sesuai Pancasila warga negara harus terlebih dahulu hafal butir-butir pncasila,
mengetahui maknanya, dan menerpkannya di kehidupan Masyarakat.

Karakter merupakan budi pekerti atau tingkah laku yang ada pada pikiran dan
diri seseorang yang sudah menjadi kebiasaan yang secara terus-menerus di praktekkan.
Tidaklah mudahbutuh waktu yang cukup lama untuk membentuk karakter harus
dilakukan secara terus-menerus agar bisa menjadi kebiasaan. Karakter disini
dimaksudkan kepada pola pikir dan perilaku masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai
luhur yang ada dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Dalam membangun
karakter sesuai Pancasila warga negara harus terlebih dahulu hafal butir-butir pncasila,
mengetahui maknanya, dan menerpkannya di kehidupan masyarakat.
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa Memahami dan Menerapkan Nilai-Nilai
Pancasila dalam kehirupan sehari-hari di Masyarakat itu penting karena dengan cara itu kita
bisa menghayati dan memaknai Nilai yang ada dalam Pancsila itu sendiri. Sebagai Warga
Negera Indonesia yang baik, mampu memahami, memaknai dan menerapkan Nilai-Nilai
Pancasila dalam Kehidupan sehari-hari itu suatu keharusan karena selain sebagai Ideologi.
Pancasila juga berfungsi sebagai Pandangan Hidup Berbangsa dan Bernegara.Maka dari itu,
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila di Masyarakat itu sangat diperlukan dengan harapan agar
Masyarakat bisa menjalankan fungsi Pancasila sebagai Pandangan Hidup Berbangsa dan
Bernegara.

Nilai-Nilai Pancasila merupakan cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya
mampu diamalkan oleh seluruh Masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia tidak
mampu mengamalkan nilai-nilai tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban Masyarakat
dapat di minimalisir, secara tidak langsung juga akan mengurangi kriminalitas di Indonesia,
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan Bangsa Indonesia.

4.2 Saran

Saran dari penulis, diharapkan agar seluruh Masyarakat dapat menerapkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila, tidak hanya sekedar mengetahui saja namun juga
melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan penerapan Pendidikan karakter harus
ditanamkan sejak dini agar kelak nilai Pancasila sudah melekat pada diri individu tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Himmatul Izza Nur Fadhila,Fatma Ulfatun Najicha (2021), Jurnal Pendidikan,


Kewarganegaraan, Hukum, Sosial dab Politik: Pentingnya Memahamidan
Mengimplementasikan Nilai-Nilai Pancasila di Lingkngan Masyarakat, Universitas Sebeblas
Maret,

https://ejournal.lppm-unbaja.ac.id/index.php/propatria/article/view/1303

Ikama Dewi Setia Triana, Iskatriah (2021), Jurnal Pendidikan Kewarganaegaraan Undiksha:
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA DI DALAM MENCIPTAKAN
PENDIDIKAN KARAKTER YANG KUAT BAGI BANGSA INDONESIA DALAM
TATANAN HUKUM NASIONAL, Universitas Wijayakusuma Purwokerto,

https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPP

Nisagita Octavia, Dinie Anggraeni Dewi, Yayang Furi Furnamasari (2021), Jurnal
Pendidikan Tambusai: Pencegahan Perilaku Penyimpangan di Era Globalisasi Melalui
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia,

https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/2217/1940

Yohana R.U.Sianturi, Dinie Anggraeni Dewi (2021), Jurnal Kewarganegaraan: Penerapan


Nilai-Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-Hari dan Sebagai Pendidikan Karakter,
Universitas Pendidikan Indonesia,

https://id.wikipedia.org/wiki/Pancasila

https://www.kompas.com/skola/read/2023/07/28/200000469/nilai-nilai-pancasila--
pengertian-makna-dan-contoh-dalam-kehidupan-sehari?page=all&lgn_method=google

https://tirto.id/contoh-penyimpangan-nilai-pancasila-faktor-penyebab-dampaknya-gmbx

https://bobo.grid.id/read/083906972/mengapa-penyimpangan-terhadap-pancasila-bisa-terjadi-
ini-faktor-penyebabnya?page=all

Anda mungkin juga menyukai