Anda di halaman 1dari 119

Urgensi, Pengertian, Lahirnya, dan Kesaktian dari Pancasila

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila


Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mashudi Adi, M. Pd.

Kelompok 1
Atthirilla Binuri (F1071201005)
Ananda Dwi Putri (F1071201012)
Bagus Pratomo Nusantoro (F1071201025)
Susi Helen Christin (F1071201028)
Siti Nurhasanah (F1071201039)
Azfa Fadhilah (F1071201044)
Erni Sulistiyowati (F1071201049)
Nuruliza Nabilah (F1071201050)
Intan Putri Rahmani (F1072201012)

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakuktas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2021
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidyat-Nya kepada kita semua sehingga kami penulis dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Pancasila” dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pada mata kuliah Pancasila. Selain itu makalah ini juga ditulis dengan harapan
mampu menambah wawasan untuk kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Mashudi Adi, M. Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pancasila yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga kami
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami di bidang ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
kami masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu apabila ada kekurangan atau kesalahan
dalam makalah ini kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk kami lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya umtuk penulis dan umumnya untuk kita
semua.

Penulis

Kelompok 1

i
Daftar Isi

Halaman Judul

Kata Pengantar ....................................................................................................................... i

Daftar Isi .................................................................................................................................. ii

BAB I, Pendahuluan ............................................................................................................... 1

1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

2. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

3. Tujuan ........................................................................................................................... 1

BAB II, Pembahasan .............................................................................................................. 3

1. Urgensi Pancasila .......................................................................................................... 3

2. Pengertian Pancasila ..................................................................................................... 4

3. Konsep Dasar Pancasila ................................................................................................ 4

4. Peranan dan Fungsi Pancasila ....................................................................................... 5

5. Lahirnya Pancasila ........................................................................................................ 6

6. Kesaktian Pancasila ...................................................................................................... 15

BAB III, Penutup .................................................................................................................... 16

1. Kesimpulan ................................................................................................................... 16

2. Saran ............................................................................................................................. 17

Daftar Pustaka ........................................................................................................................ 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara oindonesia, sehingga dapat diartikan
kesimpulan bahwa pancasila merupakan dasar falsafah dan ideology negara yang diharapkan
menjadi pandangan hidup bangsa indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan
kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan negara.
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia tak ada yang
mampu menandinginya. Indonesia yang terdiiri atas berbagai dan suku bangsa dapat
dipersatukan oleh pancasil. Itu sebabnya sering kali Pancasila dianggap sebagai ideologi yang
sakti. Siapa pun coba menggulingkannya,akan berhadapan langsung dengan seluruh
komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara indonesia.
Sebagai dasar negara republi indonesia ( way of life ), pancasila nilainilainya telah
dimiliki oleh bangsa indonesia sejak zaman dulu. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai budaya,
adat-istiadat dan religiusitas yang diimplimentasikan dalam kehidupan sehari-hari. Jati diri
bangsa indonesia melekat kuat melalui nilai-nilai tersebut yang dijadikan pandangan hidup.
Tindakan serta perilaku masyarakat nusantara sejak dahulu kala telah tercermin dalam nilai-
nilai pancasila. Untuk itu, pendiri republik indonesia berusaha merumuskan nilai-nilai luhur
itu kedalam sebuah ideologi bernama pancasila.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan urgensi pancasila?
2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila?
3. Bagaimana konsep dasar Pancasila?
4. Apa peranan dan fungsi dari Pancasila?
5. Bagaimana proses lahirnya Pancasila?
6. Apa yang di maksud dengan kesaktian Pancasila?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu urgensi Pancasila

1
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila.
3. Untuk mengetahui konsep dasar Pancasila.
4. Untuk mengetahui peranan dan fungsi dari Pancasila.
5. Untuk mengetahui proses lahirnya Pancasila.
6. Untuk mengetahui apa itu kesaktian Pancasila.

2
Bab II
PEMBAHASAN

1. Urgensi Pancasila
Ir. Soekarno menggambarkan urgensi pancasila secararingkas tetapi meyakinkan.
Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga satu alat pemersatu bangsa yang
juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala macam
penjajahan terutama imperialisme.
Memahami urgensi pancasila sebagai dasar negara, bisa menggnakan dua pendekatan yaitu
Pendekatan institusional dan pendekatan sumber daya manusia, Pendekatan institusional adalah
membentuk dan menyelenggarakan negara yang berdasarkan pada nilai-nilai pancasila sehingga
negara Indonesia dapat mewujudkan tujuan negara atau terpenuhinya kepentingan nasional.
Sementara itu pendekatan sumber daya manusiaterdapat pada dua aspek, yaitu orang-orang yang
menjalankan pemerintahan dengan cara melaksanakan nilai - nilai Pancasila secara murni dan
konsekuen di dalam mengemban tugas dan bertanggung jawab. Sehingga kebijakan negara akan
menghasilkan kebijakan yang mengedepankan kepentingan rakyat. Tetapi melihat kejadian yang
jauh dari sikap penerapan nilai-nilai pancasila pada Indonesia seperti, masyarakat yang hanya
memeluk agama tertentu karena faktor mayoritas sehingga ia tidak bisa menjalani ajaran agamanya
dengan baik, sikap tidak adil terhadap sesama hanya karena perbedaan suatu hal, aksi bentrok antar
suku karena rendahnya kesadaran dan rasa persatuan, dan perlakuan tidak adil di beberapa tempat
sosial karena faktor perbedaan RAS.
Untuk mengatasi beberapa masalah yang ada perlu pemahaman yang mendalam terhadap
urgensi pancasila sebagai dasar negara. Dalam pemahaman tersebut ada tahap implementasi juga
yaitu tahap yang selalu memperhatikan prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan,
akuntabel, danfairness sehingga akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan
warga negara yang berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan.
Pancasila sebagai sumber nilai-nilai etika bisnis yang menghindarkan warga negara
melakukan free fight liberalism, tidak terjadi monopoli dan monopsoni, serta warga negara yang
bergerak dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan bidang politik. Maka Indonesia akan
mencapai tujuan yang di cita-citakan seperti yang diharapan pejuang-pejuang pada masa dulu jika
rakyat Indonesia menerapkan nila-nilai yang terkandung dalam pancasila.

3
Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:
a. Agar para pejabat publik dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah,
b. Agar partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan dalamberbagai
bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Dengan demikian, pada
gilirannya nanti cita-cita dan tujuan negara dapat diwujudkan sehingga secara bertahap
dapat diwujudkan masyarakat yang makmur dalam keadilan dan masyarakat yang adil
dalam kemakmuran.

2. Pengertian Pancasila

Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sendi , asas,
atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian pancasila merupakan lima
dasar yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila dapat
kita artikan sebagai lma dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu
bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tampa dasar negara yang kuat dan tidak dapat
mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tampa pandangan hidup. Dengan
adanya dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan
baik yang dari dalam maupun dari luar.

Peranan dan fungsi pancasila pada era sekarang masih relevan karena pancasila mencakup
aspek –aspek dasar. Selain itu, pancasila juga merupakan alat untuk keamanan dan kemakmuran
bersama rakyat Indonesia, hanya saja pelakanan sacara konkritnya belum bisa dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya karena keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat indonesia belum juga
terwujud sampai saat ini. Pancasila juga merupakan kepribadian seluruh rakyat Indonesia. Akan
tetapi, nilai-nilai luhur sudah sangat pudar terkikis oleh perilaku yang hanya mementingkan aspek
ekonomi gaya hidup globalisasi yang buruk.
Mengingat sangat pentingnya pancasila sebagai dasar negara, maka kita harus meneruskan
perjuagan serta memelihara, melestarikan menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan sahari-hari agar tujuan. dan pancasila dapat terpenuhi, sehigga akan menjadi
ketahanan jati diri bangsa.

3. Konsep Dasar Pancasila

4
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sendi , asas, ata
peraturan tingkah laku yang penting dan baik . dengan demikian pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila dapat kita
artikan sebagai lma dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu bangsa
tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tampa dasar negara yang kuat dan tidak dapat mengetahui
dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tampa pandangan hidup. Dengan adanya dasar
negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan baik yang
dari dalam maupun dari luar.

4. Peranan dan Fungsi Pancasila


a. Pancasila sebagai dasar negara mempunyai makna
- Sebagai dasar untuk menata nagara yang merdeka da berdaulat.
- Sebagai dasar mengatur penyelengaraan aparatur negara yang bersih dan bewibawa,
sehingga tecapai tujuan nasional yang tercntum dalam pembukaan undang-undang dasar
1945 alinea ke-4, dan,
- Sebagai dasar, arah dan petunjuk aktifitas perikehidupan bangsa indonesia dalam
kehidupan sehari- hari.
b. Pancasila Sebagai Sumber Hukum Dasar Nasional
Istilah ini merupakan istilah baru dalam tata hukum indonesia, yaitu muncul pasca
reformasi melalui tap MPR NO. III /2000, Yang kemudian diubah UU NO. 10 Tahun 2004
tentang pembentukan peraturan perundang- undangan.
c. Sumber Hukum Tertulis Dan Tidak Tertulis
Sumber hukum dasar nasional adalah pancasila sebagaimana yang tertulis dalam
perundang-undang dasar 1945, serta batang tubuh undang-undang dasar 1945.dalam ilmu
hukum, istilah sumber hukum berarti sumber nilai- nilai yang menjadi penyebab timbulnya
aturan hukum. Jadi dapat diartikan, pancasia sebagai sumber hukum dasar nasional, yaitu segala
aturan hukum yang berlaku dinegara kita tidak boleh bertantangan dan harus bersumber pada
Pancasila.
d. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa atau way of life mengandung makna bahwa
semua aktivitas kehidupan bangsa indonesia sehari-hari harus sesuai dengan sila-sila pancasila,

5
karena pancasila juga merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yag dimilki dan sumber dari
kehidupan bangsa indonesia sendiri. Nilai –nilai tersebut yaitu :
- Nilai dan jiwa ketuhanan dan keagamaan
- Nilai dan jiwa kemanusiaan
- Nilai da jiwa persatuan
- Nilai dan jiwa kerakyatan dan demokrasi
- Nilai dan jiwa keadilan sosial
e. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Pada saat bangsa indonesia bangkit untuk hidup sendiri sebagai bangsa yang merdeka,
bangsa indonesia telah sepakat untuk menjadikan pancasila sebagai dasar negara. Kesepakatan
terwujud pada tanggal 18 agustus 1945 denga disahkanya pancasila sebagai dasar negara oleh
panitia persiapan kemedekaan indonesia (PPKI) yang mewakili seluruh bangsa indonesia.
f. Pancasila Sebagai Ideolagi Negara
Pancasila sebagai ideologi negara yang merupakan tujuan bersama bangsa indonesia yang
diimplementasikan dalam pembengunan nasional, yaiti mewujudkan masyarakat adil dan
makmur yang merata material dan spritual berdasarkan pancasila dalam waah negara kesatuan
RI yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan kedulatan rakyat dalam suasana peri kehidupan
bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamais serta dalam lingkungan kehidupan pergaulan
dunia yang merdeka, bersahabat, tetib dan damai.
g. Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa
Bangsa indonesia yang pluralis dan wilayah nusantara yang terdiri dari berbagai pulau -
pulau, maka sangat tepat apabila pancasila dijadikan pemersatu bangsa, hal ini karenakan
pancasila mempunyai nila-nilai umu dan universal sehingga memungkinkan dapat
mengakomodir semua perikehidupan yang berbhineka dan dapat diterima oleh semua pihak.

5. Lahirnya Pancasila
Sebagai realisasi janji Jepang maka pada hari ulang tahun Kaisar Hirohito tanggal 29 April
1945 Jepang memberi semacam “hadiah ulang tahun” kepada bangsa Indonesia, yaitu janji kedua
dari pemerintah Jepang berupa “kemerdekaan tanpa syarat. Tindak lanjut janji tersebut
dibentuklah suatu badan yang bertugas untuk menyelidi usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yang dikenal dengan nama BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persipan Kemerdekaan

6
Indonesia), yang dalam Bahasa Jepang disebut Dokuritsu Zyunbi Tioosakai. Pada hari itu
diumumkan nama-nama ketua serta para anggotanya sebagai berikut :
- Ketua : Dr. KRT. Radjiman Wediodiningrat
- Ketua Muda : Ichubangase (seorang anggota luar biasa
- Ketua Muda : RP. Soeroso (Merangkap ketua)
Enam puluh anggota biasa bangsa Indonesia tidak termasuk ketua dan ketua muda dan
mereka kebanyakan berasal dari Jawa, tetapi ada juga yang berasal dari Sumatera, Sulawesi,
Maluku, beberapa peranankan Eropa, Cina dan Arab.

 Sidang Pertama BPUPKI


BPUPKI mulai bekerja pada tanggal 28 Mei 1945 pada tanggal 28 Mei 1945, dimulai
upacara pembukaan dan pada kesesok harinya dimulai sidangsidang (29 Mei -1 Juni 1945). Yang
menjadi Pembicaranya adalah Mr. Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir.
Soekarno. Sayang sekali notulen sidang pertama sebanyak 40 halaman telah hilang dan sampai
sekarang belum ditemukan, sehingga banyak catatan sejarah sidang tersebut tidak diketahui
bangsa Indonesia. Hanya berdasar saksi hidup dapat dirunut garis-garis besar yang dibicarakan
dalam sidang tersebut.
a. Isi Pidato Mr. Muh Yamin
Di dalam bukunya Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, dikatakan bahwa
pada tanggal 29 Mei 1945 itu beliau berpidato tentang rancangan. Usulan dasar negara
sebagai berikut:
- Peri Kebangsaan
- Peri Kemanusiaan
- Peri Ketuhanan
- Peri Kerakyatan
- Kesejahteraan Rakyat
b. Isi Pidato Mr. Soepomo
Sidang tanggal 31 Mei 1945 mengetengahkan pembicara Mr. Soepomo. Beliau adalah
seorang ahli hukum yang sangat cerdas dan masih muda usia waktu itu. Di dalam
pidatonya Mr. Soepomo menjelaskan bahwa dasar pemerintahan suatu negara bergantung

7
pada staatsidee yang akan dipakai. Menurut Soepomo, di dalam ilmu negara ada beberapa
aliran pikiran tentang negara yaitu:
- Pertama, aliran pikiran perseorangan (individualis) sebagaimana diajarkan oleh Thomas
Hobbes (abad 17), Jean Jacques Rousseau (abad 18), Herbert Spencer (abad 19) dan Harold
J Laski (abad 20). Menurut alam pikiran ini negara ialah masyarakat hukum (legal society)
yang disusun atas kontrak seluruh orang dalam masyarakat itu (kontrak sosial). Susunan
negara ini terdapat di Eropa Barat dan Amerika.
- Kedua, aliran pikiran tentang negara berdasar teori golongan (class theory) sebagaimana
diajarkan Karl Marx, Engels dan Lenin. Negara dianggap sebagai alat dari suatu golongan
(suatu kelas) untuk menindas kelas yang lain. Negara ialah alatnya golongan yang
mempunyai kedudukan ekonomi yang paling kuat untuk menindas golongan lain yang
mempunyai kedudukan lemah. Negara kapitalis ialah perkakas borjuis untuk menindas
kaum buruh, oleh karena itu para Marxis menganjurkan revolusi politik untuk merebut
kekuasaan.
- Ketiga, Aliran pikiran lainnya: teori integralistik yang diajarkan Spinoza, Adam Muller,
Hegel, dan lain-lain (abad 18-19). Menurut pikiran itu negara tidak menjaminm
kepentingan seseorang atau golongan tetapi kepentingan masyarakat seluruhnya. Negara
ialah susunan masyarakat yang integral, segala golongan, segala anggota hubungannya erat
dan merupakan persatuan masyarakat yang organis. Negara tidak memihak kapada
golongan yang paling kuat atau paling besar, tetapi menjamin kepentingan dan keselamatan
hidup bagi seluruhnya sebagai persatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Setelah memaparkan ketiga teori tersebut Soepomo menawarkan kepada hadirin untuk
memilih aliran pikiran mana yang akan digunakan dari ketiganya itu. Kemudian Soepomo
sendiri mengusulkan bahwa tiap-tiap negara memiliki keistimewaan sendiri-sendiri, maka
politik pembangunan negara Indonesia harus disesuaikan dengan sociale structur
masyarakat Indonesia sekarang dan panggilan zaman. Beliau menolak faham
individualistis karena contohnya di Eropa dengan menggunakan faham ini orang
mengalami krisis rohani yang maha hebat. Demikian pula susunan negara Soviet Rusia
yang bersifat diktaktor proletariat bertentangan dengan sifat masyarakat Indonesia yang
asli. Prinsipnya, persatuan antara pimpinan dan rakyat, prinsip persatuan dalam negara
seluruhnya yang menurut Soepomo ini cocok dengan aliran ketimuran dan masyarakat

8
Indonesia. Semangat kebatinan dari bangsa Indonesia adalah persatuan hidup, persatuan
kawulo dan gusti, dunia luar, dunia batin, mikrokosmos dan makrokosmos, rakyat dan
pemimpin. Pemimpin sejati sebagai petunjuk jalan ke arah cita-cita yang luhur yang
didamkan rakyat.
Soepomo juga setuju dengan pendapat Moh. Hatta bahwa negara yang didirikan itu
bukan negara Islam, tetapi negara persatuan. Kalau negara Islam, maka berarti negara
mempersatukan diri dengan golongan terbesar yaitu golongan Islam dan tentu akan timbul
soal minderheeden bagi golongan agama yang lain. Di dalam negara nasional yang bersatu
dengan sendirinya urusan agama akan diserahkan kepada golongan agama yang
bersangkutan (Bahar, 1995: 33-43).
c. Isi Pidato Ir. Soekarno
Pada hari keempat sidang pertama BPUPKI, tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno
mendapat giliran menyampaikan gagasannya mengenai dasardasar bagi Indonesia
merdeka. Pidato Ir., Soekarno sangat menarik dan sering mendapat applus dari anggota
sidang yang lain. Pada intinya, Ir.Soekarno pertama-taam memaparkan dasar-dasar
Indonesia merdeka sebagaimana diminta oleh ketua BPUPKI dibicarakan di dalam siding
tersebut belum dibahas secara jelas oleh para pembicara sebelumnya. Menurut Ir.
Soekarno, dasar bagi Indonesia merdeka itu adalah dasarnya suatu negara yang akan
didirikan yang disebutnya philosophische grondsag, yaitu fundamen, filsafat, jiwa, pikiran
yang sedalam-dalamnya yang di tasnya akan didirikan gedung Indonesia yang merdeka.
Setiap negara mempunyai dasar sendiri-sendiri demikian pula hendaknya Indonesia.
Selanjutnya Ir, Soekarno mengusulkan kepada sidang bahwa dasar bagi Indonesia
merdeka itu disebut Pancasila, yaitu:
1. Kebangsaan (nasionalisme)
2. Kemanusiaan (internasionalisme)
3. Musyawarah, mufakat, perwakilan
4. Kesejhteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Jika anggota sidang tidak setuju dengan rumusan yang lima di atas, maka rumusan itu
dapat diperas menjadi tiga yang disebutnya Trisila, yaitu:

9
1. Sosio-nasionalisme
2. Sosio-demokrasi
3. Ketuhanan

Rumusan Trisila dapat pula diperas menjadi satu sila yang disebut oleh Ir. Soekarno
sebagai Ekasila, yaitu gotong-royong. Menurut Ir. Soekarno gotong-royong adalah ide asli
Indonesia. Setelah Ir. Soekarno berpidato maka sidang pertama BPUPKI dianggap sudah cukup,
karena usulan tentang dasar-dasar Indonesia merdeka telah banyak. Selain usulan yang
disampaikan secara lisan (pidato), para anggota jug diminta memberi usulan secara tertulis.
Kemudian, dibentuklah suatu panitia kecil berjumlah delapan orang untuk menyusun dan
mengelompokkan semua usulan tersebut. Panitia delapan terdiri dari:
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh Hatta
3. Sutardjo
4. K.H. Wachid Hasyim
5. Ki Bagus Hadikoesoemo
6. Oto Iskandardinata
7. Moh. Yamin
8. Mr. A.A. Maramis
Setelah para panitia kecil yang berjumlah delapan orang tersebut bekerja meneliti dan
mengelompokkan usulan yang masuk, diketahui ada perbedaan pendapat dari para anggota
sidang tentang hubungan antara agama dan negara. Para anggota sidang yang beragama Islam
menghendaki bahwa negara berdasarkan syariat Islam, sedangkan golongan nasionalis
menghendaki bahwa negara tidak mendasarkan hukum salah satu agama tertentu. Untuk
mengatasi perbedaan ini maka dibentuk lagi suatu panitia kecil yang berjumlah sembilan orang
(dikenal sebagai Panitia Sembilan), yang anggotanya berasal dari golongan nasionalis, yaitu:
1. Ir. Soekarno (Ketua)
2. Mr. Moh Yamin
3. K.H Wachid Hasyim
4. Drs. Moh. Hatta
5. K.H. Abdul Kahar Moezakir

10
6. Mr. Maramis
7. Mr. Soebardjo
8. Abikusno Tjokrosujoso
9. H. Agus Salim
Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilkan kesepakatan atau suatu
persetujuan yang menurut istilah Ir. Soekarno adalah suatu modus, kesepakatan yang dituangkan
di dalam Mukadimah (Preambule) Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan dasar negara
sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan,
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta.

 Sidang Kedua BPUPKI


Pada sidang kedua BPUPKI tanggal 10 Juli 1945 Ir. Soekarno diminta menjelaskan tentang
kesepakatan tanggal 22 Juni 1945 (Piagam Jakarta). Oleh karena sudah mencapai kesepakatan
maka pembicaraan mengenai dasar negara dianggap sudah selesai. Selanjutnya dibicarakan
mengenai materi undang-undang dasar (pasal demi pasal) dan penjelasannya. Penyusunan
rumusan pasal-pasal UUD diserahkan kepada Mr. Soepomo. Demikian pula mengenai susunan
pemerintahan negara yang terdapat dalam Penjelasan UUD.
Sidang BPUPKI kedua ini juga berhasil menentukan bentuk negara jika Indonesia
merdeka. Bentuk negara yang disepakati adalah republic dipilih oleh 55 dari 64 orang yang hadir
dalam sidang. Wilayah negara disepakati bekas Hindia Belanda ditambah Papua dan Timor
Portugis (39 suara).

 Pembentukan PPKI
Sementara itu kedudukan Jepang yang terus menerus terdesak karena serangan balik
Sekutu. Komando Tentara Jepang di wilayah Selatan mengadakan rapat pada akhir Juli 1945 di

11
Singapura. Disetujui dalam rapat tersebut bahwa kemerdekaaan bagi Indonesia akan diberikan
pada tanggal 7 September 1945, setahun setelah pernyataan Koiso. Akan tetapi dalam bulan
Agustus terjadi perubahan cepat dan tanggal 7 Agustus Jendral Terauchi menyetujui
pembentukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI =Dokuritzu Zyunbi Iinkai) yang
bertugas melanjutkan tugas BPUPKI dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan karena
akan diadakannya pemindahan kekuasaan dari Jepang kepada bangsa Indonesia.
Anggota PPKI terdiri dari 21 orang dengan ketua Ir. Soekarno dan Wakil Ketua Drs. Moh. Hatta.
Secara simbolis PPKI dilantik oleh Jendral Terauchi dengan mendatangkan Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta dan Rajiman Wedyodiningrat, bekas ketua BPUPKI ke Saigon pada tanggal 9
Agustus 1945. Dalam pidatonya Terauchi mengatakan cepat lambatnya kemerdekaan bisa
diberikan tergantung kerja PPKI. Dalam pembicaraan Terauchi dengan para pempimpin
Indonesia tanggal 11 Agustus 1945, ia mengatakan bahwa kemerdekaan akan diberikan tanggal
24 Agustus 1945. Akan tetapi perkembangan cepat justru terjadi setelah bom atom dijatuhkan di
Hirosima dan Nagasaki.
Setelah kembali dari Saigon pada tanggal 14 Agustus 1945 di Kemayoran Ir. Soekarno
mengumumkan bahwa Indonesia akan merdeka sebelum jagung berbunga dan kemerdekaan itu
bukan merupakan hadiah dari Jepang melainkan hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri. Oleh
karena itu Ir. Soekarno atas tanggung jawab sendiri menambah jumlah anggota yang lain
sebanyak 18 orang sehingga jumlah seluruhnya ada 21 orang. Agar sifat panitia persipan
kemerdekaan itu berubah menjadi badan pendahuluan bagi Komite Nasional. Selain dari Jawa,
tujuh orang anggota khusus didatangkan dari Sumatera, Sulawesi, Kalimantan dan Bali agar
representatif mewakili rakyat Indonesia yang tersebar di Nusantara. Setelah itu anggota PPKI
masih ditambah enam orang lagi wakil golongan yang terpenting dalam masyarakat Indonesia.
Adapun enam orang tersebut adalah Wiranatakusuma, Ki Hadjar Dewantara, Mr. Kasman
Singodimedjo, Sajuti Malik, Mr. Iwa Kusuma Sumantri, dan Achmad Soebardjo.

 Lahirnya Negara Indonesia


Dalam pelaksanaan proklamasi sendiri ternyata terdapat perbedaan antara golongan tua dan
golongan muda tentang kapan pelaksanaan pernyataan kemerdekaan Indonesia. Golongan muda
yang lebih agresif menghendaki kemerdekaan diproklamasikan secepatnya. Yang termasuk
golongan muda adalah: Soekarni, Adam Malik, Kusnaini, Sutan Syahrir, Sayuti Malik,

12
Soedarsono, Soepomo, dll. Sutan Syahrir sebagai tokoh pertama yang menginginkan
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno-Hatta tanpa menunggu janji Jepang,
karena ia telah mendengar siaran radio tentang kekalahan Jepang. Perbedaan itu memuncak
dengan diamankannya Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ke Rengasdengklok oleh para pemuda
agar tidak mendapat pengaruh Jepang. Atas desakan pemuda dan massa, akhirnya Soekarno-
Hatta bersedia memproklamsikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 atas
nama bangsa Indonesia.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus Tahun 1945
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta

 Sidang Pertama PPKI tanggal 18 Agustus 1945


Sidang pertama PPKI dikaksanakan setelah Proklammasi Kemerdekaan, dipimpin oleh
ketua Ir. Soekarno dan wakil ketua Drs. Moh. Hatta dan dihadiri anggota sejumlah 25 orang.
Agenda sidang mengenai pengesahan UndangUndang Dasar. Ir. Soekarno sebagai ketua
meminta agar anggota siding mengikuti garis-garis besar yang telah dirancang dalam sidang
kedua BPUPKI. Oleh karena kerja sidang yang kilat, maka perubahan-perubahan kecil
dikesampingkan dulu supaya hari itu juga sudah ada UUD, presiden dan wakil presiden. Terdapat
perubahan yang telah dilakukan sebagai hasil pembicaraan dengan beberapa anggota dan
kemudian Ir. Soekarno mempersilahkan Drs. Moh Hatta sebagai wakil ketua untuk menjelaskan
mengenai perubahan di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar serta pasal-pasalnya. Drs.
Moh Hatta membacakan Rancangan Pembukaan(hasil rancangan Panitia Kecil) dengan
perubahan pada sila pertama (tujuh buah kata dihilangkan dan diganti dengan kata-kata Yang
Maha Esa) dan beberapa perubahan pada rancangan UUD. Setelah itu Ir. Soekarno membacakan
naskan Pembukaan Undang-Undang Dasar yang telah disepakati bersama dan pada saat itu juga
Pembukaan UndangUndang Dasar dan pasal-pasal UUD tersebut disahkan menjadi Undang-

13
Undang Dasar negara Republik Indonesia. Setelah itu siding sesi pertama berakhir dan
dilanjutkan lagi pada sesi kedua pukul 12.34 WIB.
Pada sesi kedua, Ir. Soekarno meminta Mr. Soepomo menjelaskan tentang pemandangan
umum, yaitu tentang opzet (rencana) Undang-Undang dasar ini. Soepomo menjelaskan pokok-
pokok pikiran untuk UUD sebagai berikut :
1. Kedaulatan negara ada di tangan rakyat, penjelmaan rakyat di dalam badan MPR
2. MPR menetapkan UUD, mengangkat presiden dan wakil presiden, menetapkan GBHN
3. Presiden dan wakil Presiden berada di bawah MPR
4. Di samping Presiden ada DPR yang bersama Presiden membentuk Undang- Undang
5. Presiden dibantu oleh Wakil Presiden dan mentri-mentri negara
6. Mentri-mentri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
7. Untuk tingkat pusat, selain DPR ada DPA yang memberikan pertimbangan kepada
pemerintah (presiden dan wakil presiden)
8. Di bawah pemerintah pusat ada pemerintah daerah dan pemerintah asli tetap dihormati,
misalnya Sultanat-sultanat, Konti-konti, Desa, dsb.
Setelah istirahat kedua, sidang dibuka kembali pukul 1.45 WIB dengan acara pengangkatan
presiden, wakil presiden dan pembentukan KNIP. Atas usul anggota sidang, Oto Iskandardinata
pemilihan presiden diselenggarakan secara aklamasi dan ia mengajukan calon yaitu Ir. Soekarno
sendiri sebagai presiden. Usulan itu disambut dengan tepuk tangan anggota sidang. Setelah Ir.
Soekarno menyatakan kesediannya menjadi presiden, maka semua anggota berdiri dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya dan sesudah itu seluruh anggota berseru “Hidup Bung Karno”
tiga kali. Demikian pula Oto Iskandardinata mengusulkan wakil presiden adalah Drs. Moh. Hatta
dan inipun disetujui oleh anggota yang lain. Hal yang sama dilakukan pula pada Bung Hatta
seperti terhadap Bung Karno. Selanjutnya sidang hari itu membicarakan rancangan aturan
peralihan sebagaimana dikenal selama ini.
Di dalam aturan peralihan tersebut dinyatakan pembentukan KNIP (Komite Nasional
Indonesia Pusat). Alasan pembentukan Komite Nasioanal ialah mungkin sekali anggota-anggota
dari PPKI tidak lama lagi akan meninggalkan Jakarta (yang berasal dari luar Jakarta), maka perlu
ada suatu komite di Jakarta untuk kepentingan membantu presiden yang anggota-anggotanya
dapat bertemu dalam waktu cepat. Komite ini setara kedudukannya dengan MPR (Bahar, 1995:
445-450).

14
6. Kesaktian Pancasila
Kesaktian Pancasila merupakan sebuah momentum penting bagi bangsa Indonesia, dimana
Pancasila telah membuktikan kesaktiannya yang tidak bisa tergantikan oleh ideologi
apapun.Kekuatan Pancasila yang luar biasa telah bisa menghancurkan kekuatan ideology
Komunis di Indonesia.Seperti yang kita ketahui bahwa paham komunis yang diciptakan oleh
Karl Marx ini telah banyak menghancurkan para pejuang bangsa Indonesia seperti para jenderal,
ulama, dan santri sehingga pemahaman tentang komunis ini jangan sampai mewarisi para anak-
anak bangsa. Hal ini dikarenakan karena pemahaman tentang komunis itu sendiri sebagai bentuk
pemahaman kebencian terhadap agama.Sebenarnya kesaktian yang terkandung dalam pancasila
adalah tidak membeda-bedakan perbedaan yang terjadi pada bangsa Indonesia, sebut saja
perbedaan suku, ras, etnis, agama, dan budaya.Bagi pancasila semua itu adalah bagian dari
keistimewaan bangsa Indonesia dimana negera-negara lain tidak memiliki keistimewaan
tersebut.Disamping itu, pancasila diyakini bisa memberikan persoalan-persoalan bangsa baik
bersifat local, nasional maupun internasional. Komunisme mengganggap agama sebagai sesuatu
yang menghalangi setiap kegiatan mereka terutama berkaitan dengan penguasaan suatu
Negara.Tentunya pemahaman ini sangat tidak relevan dengan sila pertama Pancasila yaitu
“Ketuhanan Yang Maha Esa” yang mengharuskan segala tindakan kita sesuai dengan agama.
Oleh karena itu, komunisme tidak bisa hidup di Indonesia karena sangat bertentangan dengan
dasar Negara yang telah tertanam kuat di Indonesia sejak era proklamasi yaitu Pancasila. Jika
kita kaitkan dengan permasalahan pendidikan di Indonesia sekarang ini, ajaran tentang
komunisme ini telah banyak merasuk kedalam jiwa anak bangsa Indonesia. Banyak diantara
mereka yang bertindak jauh dari nilai-nilai agama seperti membunuh, memperkosa, tawuran,
penganiayaan, dan lainnya. Hal tersebut telah membuat miris para pelaku pendidikan,
pemerintah, dan masyarakat.

15
Bab III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga satu alat pemersatu bangsa yang
juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala macam
penjajahan terutama imperialisme. Urgensi Pancasila sebagai dasar negara, yaitu:
1. Agar para pejabat publik dalam menyelenggarakan negara tidak kehilangan arah,
2. Dan agar partisipasi aktif seluruh warga negara dalam proses pembangunan
dalamberbagai bidang kehidupan bangsa dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.

Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sendi, asas, atau
peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila dapat kita
artikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup bangsa. Suatu
bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tampa dasar negara yang kuat dan tidak dapat
mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tampa pandangan hidup. Dengan
adanya dasar negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi permasalahan
baik yang dari dalam maupun dari luar. Sejarah pembuatan Pancasila ini berawal dari pemberian
janji kemerdekaan di kemudian hari kepada bangsa Indonesia oleh Perdana Menteri Jepang saat
itu,Kuniaki Koiso pada tanggal 7 September 1944.Lalu, pemerintah Jepang membentuk BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 29 April 1945
yang bertujuan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tata pemerintahan Indonesia
Merdeka.Sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945 untuk merumuskan falsafah
dasar negara bagi negara Indonesia.Selama empat hari bersidang ada tiga puluh tiga
pembicara.Penelitian terakhir menunjukkan bahwa Soekarno adalah “Penggali/Perumus
Pancasila”. Tokoh lain yang menyumbangkan pikirannya tentang Dasar Negara antara lain adalah
Mohamad Hatta, Muhammad Yamin dan Soepomo.“Klaim” Muhammad Yamin bahwa pada
tanggal 29 Mei 1945 dia mengemukakan 5 asas bagi negara Indonesia Merdeka, yaitu kebangsaan,
kemanusiaan, ketuhanan, kerakyatan, dan kesejahteraan rakyat. oleh “Panitia Lima” (Bung Hatta
cs)diragukan kebenarannya. Arsip A.G Pringgodigdo dan Arsip A. K. Pringgodigdo yang telah
ditemukan kembali menunjukkan bahwa Klaim Yamin tidak dapat diterima. Pada hari keempat,

16
Soekarno mengusulkan 5 asas yaitu kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau peri-
kemanusiaan, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan sosial, dan ketuhanan yang Maha Esa, yang
oleh Soekarno dinamakan Pancasila, Pidato Soekarno diterima dengan gegap gempita oleh peserta
sidang. Oleh karena itu, tanggal 1 Juni 1945 diketahui sebagai hari lahirnya pancasila.

Kesaktian Pancasila merupakan sebuah momentum penting bagi bangsa Indonesia, dimana
Pancasila telah membuktikan kesaktiannya yang tidak bisa tergantikan oleh ideology
apapun.Kekuatan Pancasila yang luar biasa telah bisa menghancurkan kekuatan ideology Komunis
di Indonesia.Seperti yang kita ketahui bahwa paham komunis yang diciptakan oleh Karl Marx ini
telah banyak menghancurkan para pejuang bangsa Indonesia seperti para jenderal, ulama, dan
santri sehingga pemahaman tentang komunis ini jangan sampai mewarisi para anak-anak
bangsa.Komunisme mengganggap agama sebagai sesuatu yang menghalangi setiap kegiatan
mereka terutama berkaitan dengan penguasaan suatu Negara.Tentunya pemahaman ini sangat
tidak relevan dengan sila pertama Pancasila yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa” yang
mengharuskan segala tindakan kita sesuai dengan agama. Oleh karena itu, komunisme tidak bisa
hidup di Indonesia karena sangat bertentangan dengan dasar Negara yang telah tertanam kuat di
Indonesia sejak era proklamasi yaitu Pancasila.

B. Saran

Kami penulis mengharapkan kedepannya kita semua dapat memahami dengan baik dan benar
apa itu Pancasila dan pentingnya pengamalan butir-butir Pancasila, maka penulis menyarankan
kepada seluruh warga negara Indonesia untuk mengamalkan nilai-nilai luhur pancasila mulai dari
diri sendiri dengan kesadaran dan keteladan yang mungkin akan dicontoh oleh orang lain dan
menjadi budaya yang positif bagi bangsa Indonesia serta mampu mewujudkan tujuan dan cita-cita
bangsa sesuai yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

17
Daftar Pustaka
Suryana,Effendy & Kaswan, pancasila & ketahanan jati diri bangsa Bandung: Pt Refika
Aditama,2015
Kaelan, 2001, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Penerbit Paradigma
Sjafroedin Bahar, dkk. (ed), 1995, Risalah Sidang-Sidang BPUPKI dan PPKI, Jakarta:
Sekretariat Negara RI
kesaktian pancasila dalam membangun kesadaran dan keamanan bangsa indonesia fathurrosi
site http://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/nizham/article/download/1156/976 .2018

18
Pancasila Sebagai Pandangan Hidup, Pancasila Sebagai Dasar Negara,

Pancasila Sebagai Sistem Etika Berbangsa

Mata Kuliah : Pancasila

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mashudi, M.Pd.

Oleh :

Kelompok 2

Alda (F1071201015)
Dhian Permata Suwandi (F1071201029)
Yodi (F1071201014)
Retno Tri Wahyuni (F1071201003)
Eria Fitriani (F1071201013)
Nala Ranelia Putri (F1071201043)
Citra Ardini (F1071201058)
Urai Nurbaiti (F1071201059)
Dea Fitri Natasya (F1071201033)
Salbiah (F1072201009)

PROGRAM STUDI STRATA 1 PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT,atas segala rahmat dan karunia-
Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah,dalam usaha untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah Pancasila.

Terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. Mashudi, M.Pd. selaku Dosen Pengampu mata
kuliah Pancasila,dan pihak-pihak yang telah memberi bimbingan ,dan bantuan sehingga
penulisan makalah ini dapat kami selesaikan.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan makalah
ini.Oleh sebab itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi
acuan bagi penyusun untuk lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat menambah wawasan pembaca dan dapat bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Pontianak, 13 April 2021

Kelompok 2
DAFTAR ISI

BAB I ................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
C. Tujuan....................................................................................................................... 5
BAB II .............................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup ........................................................................ 6
2. Pancasila Sebagai Dasar Negara ............................................................................... 8
3. Pancasila Sebagai Etika Bebangsa .......................................................................... 13
BAB III ........................................................................................................................... 16
PENUTUP ...................................................................................................................... 16
A.Kesimpulan ............................................................................................................. 16
B. Saran ....................................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Sejarah telah mengungkapkan Pancasila merupakan jiwa dari seluruh bangsa
Indonesia yang mampu membakar semangat serta menumbuhkan kekuatan hidup
kepada bangsa Indonesia demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa telah disepakati oleh
seluruh bangsa Indonesia.Akan tetapi,dalam perwujudannya banyak sekali mengalami
pasang surut.Bahkan ,sejarah bangsa kita telah mencatat bahwasanya pernah ada upaya
untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa dengan
ideologi lainnya.Tantangan di era globalisasi kini justru semakin membawa ancaman
besar untuk Pancasila,tantangan masa kini maupun masa depan yang terjadi dalam
perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia Internasional,dapat menjadi ancaman
yang sangat membahayakan bagi nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup.Karena hal tersebut maka kita harus senantiasa menjaga Pancasila
agar tetap kokoh,sebagai pandangan hdiup bangsa.Pada hakikatnya setiap bangsa
mempunyai cita-cita yang sama ,yaitu merdeka dan mempunyai kehidupan yang
sejahtera, begitupun bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
yang berbunyi mewujudkan suatu tatanan kehidupan masyarakat yang adil dan
makmur.Pancasila juga mempunyai kedudukan sebagai Ideologi terbuka.Pancasila
berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa sehingga memnuhi
persyaratan menjadi ideologi terbuka.

Menghadapi arus globalisasi yang semakin pesat,keurgesian Pancasila sebagai


dasar negara semakin dibutuhkan.Pancasila dengan sifat keterbukaannya melalui tafsir-
tafsir baru dapat jadikan pengawal dan keurgensian serta pemandu di dalam
menghadapi situasi yang serba tidak pasti.

Orde lama mengembangkan Pancasila sebagai dasar negara tidak sebagai


sesuatu substantif, melainkan di-instrumentalisasikan sebagai alat politik semata.
Demikian pula di Orde Baru yang berideologikan ekonomi, Pancasila dijadikan asas
tunggal dan dimanipulasi untuk KKN dan kronisme dengan mengatas namakan sebagai
mandataris MPR.
Sejarah implementasi Pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bukan
dalam pengertian keabsahan substansialnya, tetapi dalam konteks implementasinya.
Tantangan terhadap Pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan
bernegara bukan hanya berasal dari faktor domestik,tetapi juga dunia
internasional.Pancasila sangat dibutuhkan oleh masyarakat,karena di dalam Pancasila
terkandung nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang sesuai dengan kepribadian
bangsa.Hal demikian bisa meminggirkan Pancasila dan dapat menghadirkan sistem nilai
dan idealisme baru yang bertentangan dengan kepribadian bangsa.

Pancasila sebagai suatu sistem falsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem
nilai yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainnya. Suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai
yang mendasar yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan yang bersifat
praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa, dan negara maka diwujudkan
dalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Dengan demikian pancasila
pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif
ataupun praksis, melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan
sumber norma.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai pandangan hidup?

2. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai Dasar Negara?

3. Apa yang dimaksud Pancasila Sebagai sistem etika berbangsa?

4. Apa saja Esensi Pancasila Sebagai Sistem Etika Dalam Kehidupan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari pancasila sebagai pandangan hidup.

2. Untuk mengetahui maksud dari pancasila sebagai dasar negara.

3. Untuk mengetahui maksud pancasila sebagai sistem etika berbangsa.

4. Untuk mengetahui Esensi Pancasila Sebagai Sistem Etika Dalam Kehidupan.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


 Sejak tanggal 28 Oktober kita tela menjadi satu bangsa ,artinya satu kesatuan
dari berbagai ragam latar belakang sosial budaya, agama dan keturunan yang bertekad
untuk membangun satu tatanan hidup berbangsa dan bernegara.Setiap bangsa
mempunyasi cita-cita untuk masa depan dan menghadapi masalah bersama dalam
mencapai cita-cita bersama. Cita-cita kita sebagai bangsa Indonesia tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang adil dan
makmur materil dan spirituan berdasarkan Pancasila. Seperti halnya keluarga, suatu
bangsa yang bertekad mencapai cita-cita bersama memerlukan suatu pandangan
hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu bangsa akan terombang ambing. Dengan
pandangan hidup suatu bangsa dapat secara jelas mengetahui arah yang dicapai.
Dengan pandangan hidup, suatu bangsa akan : dengan mudahmemandang persoalan-
pesoalan yang dihadapi; dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi; memiliki pedoman dan pegangan; dan membangun dirinya.Dengan uraian di
atas jelaslah betapa pentingnya pandangan hidup suatu bangsa.

 Pandangan hidup suatu bangsa adalah :


a. Cita-cita bangsa
b. Pikiran-pikiran yang mendalam
c. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.
Jadi, pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari (kristalisasi) dari nilai0nilai
yang dimiliki bangsa itu dan diyakini kebenarannya,yang berdasarkan pengalaman
sejarah dan yang telah menimbulkan tekat pada bangsa itu untuk mewujudkannya
dalam kehidupan sehari-sehari.

 Pandangan hidup bangsa Indonesia


Dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang
dicita-citakan oleh suatu bangsa ,terkandung pikiran yang dianggap baik.Oleh karena
itu pandangan hidup suatu bangsa merupakan masalah yang sangat asasi bagi
kekokohan dan kelestarian suatu bangsa. . Negara Republik Indonesia memang
tergolong muda dalam barisan Negara-negara lain. di dunia. Tetapi bangsa Indonesia
lahir dari sejarah dan kebudayaan yang tua, melalui gemilangnya Kerajaan Sriwijaya,
Majapahit dan Mataram. Kemudian mengalami penderitaan penjajahan sepanjang tiga
setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya
pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut
kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah penjajahan itu sendiri
Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri yang
merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-
cita hidup di masa yang akan datang, yang secara keseluruhan membentuk
kepribadianya sendiri. Oleh karena itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadianya
sendiri, yang bersamaan dengan lahirnya bangsa dan Negara itu, kepribadian itu
ditekankan sebagai pandangan hidup dan dasar Negara Pancasila. Bangsa Indonesia
lahir dengan kekuatan sendiri, maka percaya pada diri sendiri juga merupakan salah
satu ciri kepribadian bangsa Indonesia.
Karena itulah, Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945,
melainkan telah melalui proses yang panjang, dimatangkan oleh sejarah perjungan
bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman bangsa-bangsa lain, dengan diilhami
oleh bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita sendiri.Karena pancasila
sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa, maka ia
diterima sebagai Dasar Negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini tampak
dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun
dalam tiga buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945,
Mukadimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan UUD sementara Republik
Indonesia tahun 1950 pancasila itu tetap tercantum di dalamnya.Pancasila yang selalu
dikukuhkan dalam kehidupan konstitusional kita, Pancasila selalu menjadi pegangan
bersama pada saat terjadi krisis nasional dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita,
merupakan bukti sejarah bahwa Pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa
Indonesia sebagai dasar kerohanian bangsa, dikehendaki sebagai Dasar Negara.

 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dikodratkan hidup secara
berkelompok. Kelompok manusia itu akan selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Perkembangan manusia dari yang mengelompok sampai pada suatu
keadaan dimana mereka itu terjalin ikatan hubungan yang kuat dan serasi. Ini adalah
pertanda adanya kelompok manusia dengan ciri-ciri kelompok tertentu, yang
membedakan mereka dengan kelompok kelompok manusia lainya. Kelompok ini
membesar dan menjadi suku-suku bangsa. Tiap suku bangsa dibedakan oleh perbedaan
nilai-nilai dan moral yang mereka patuhi bersama. Berdasarkan hal ini kita dapat
menyebutkan adanya kelompok suku bangsa Minangkabau, Batak, Jawa, Flores, Sunda,
Madura, dan lain sebagainya. Semua suku itu adalah modal dasar terbentuknya
kesadaran berbangsa dan adanya bangsa Indonesia yang kita miliki adalah bagian dari
bangsa itu sekarang ini.Kelompok-kelompok manusia tersebut dikatakan suku bangsa,
karena mempunyai tujuan hidup. Tujuan hidup kelompok ini akan membedakan
mereka dengan kelompok suku bangsa lain di Nusantara. Jadi kita kenal dengan
pandangan hidup suku Jawa, Sunda, Batak, Flores, Madura, dan lain-lain
sebagainya.Pandangan hidup merupakan wawasan atau cara pandang mereka untuk
memenuhi kehidupan di dunia dan bekal di hari akhir. Bangsa Indonesia yang terdiri
dari suku bangsa tersebut, meyakini adanya kehidupan di dunia dan hari akhir.

Berdasarkan hal tersebut kita menemukan persamaan pandangan hidup di antara


suku-suku bangsa di tanah air ini, ialah keyakinan mereka adanya dua dunia
kehidupan.Inilah yang menyatukan pandangan hidup bangsa Indonesia, walaupun
mereka terdiri atas berbagai suku yang berbeda. Bangsa Indonesia yang terikat oleh
keyakinan Kepada Tuhan yang Maha Kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan nilai
kehidupan dalam masyarakat adalah tali persamaan pandangan hidup antara berbagai
suku bangsa di Nusantara ini. Pandangan hidup kita berbangsa dan bernegara tersimpul
dalam falsafah kita Pancasila.Pancasila memberikan pancaran dan arah untuk setiap
orang Indonesia tentang masa depan yang ditempuhnya. Inilah pandangan hidup bangsa
Indonesia sebagaimana tertuang dalam kelima Sila Pancasila.

2. Pancasila Sebagai Dasar Negara


 Rumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara
BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali sidang resmi dan satu kali
sidang tidak resmi. Sidang resmi pertama dilaksanakan tanggal 29 Mei sampai
dengan 1 Juni 1945 yang membahas tentang dasar negara. Pada sidang tidak resmi,
BPUPKI membahas perancangan Undang-Undang Dasar 1945 yang dipimpin
Soekarno dan dihadiri oleh hanya 38 orang.
1. Sidang BPUPKI 1 (29 Mei-1 Juni 1945)
dalam sidang yang pertama, hari pertama, 29 Mei 1945 bahwa Indonesia
membutuhkan dasar negara. Para tokoh-tokoh pendiri negara mulai mengusulkan
rumusan dasar negara yang isinya berbeda-beda namun tetap memiliki persamaan
yaitu didasari oleh gagasan besar bangsa Indonesia dan kepribadian bangsa
Indonesia. Salah satu tokoh yang mengemukakan pendapatnya adalah Mohammad
Yamin. Disini, ia mengemukakan bahwa dasar negara terdiri dari 5 asas yaitu:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat.
Kemudian, pada hari ketiga sidang pertama, 31 Mei 1945, Soepomo
mengemukakan pendapat dalam pidatonya yang menyatakan bahwa negara
Indonesia merdeka adalah dengan mengatasi segala golongan dan
pemahaman untuk mempersatukan lapisan masyarakat Indonesia. Hal ini,
dirumuskan dalam 5 poin yaitu:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Pada hari terakhir dari sidang pertama, 1 Juni 1945, Soekarno turut
mengemukakan pendapatnya dalam sebuah pidato yang diberi nama
Pancasila atas usulan dari seorang teman, ahli bahasa. Rumusan dasar negara
dalam 5 sila tersebut, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
2. Sidang BPUPKI 2 (10-16 Juni 1945)
diadakan sidang kedua pada 10 Juni sampai dengan 16 Juni 1945. Setelah
melewati pelbagai pertimbangan dan diskusi, pada 22 Juni 1945 berhasil
merumuskan dasar negara untuk Indonesia merdeka yang diberi nama Piagam
Jakarta oleh M. Yamin yang didalamnya berbunyi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari‟at Islam bagi para
pemeluk-pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Walaupun sudah dirumuskan, bukan berarti rumusan Pancasila
mendapatkan kesepakatan final. Karena, belum adanya perwakilan yang
representatif yang mewakili dari berbagai unsur. berakhirnya kerja BPUPKI
pada 7 Agustus 1945, dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI) pada 9 Agustus 1945. Diketuai Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta,
PPKI bertujuan untuk mempercepat persiapan kemerdekaan Indonesia.
Setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu, disitulah Indonesia
mengambil kesempatan untuk mendeklarasikan kemerdekaan yang
sebelumnya dijanjikan oleh Jepang pada 24 Agustus 1945. Dengan
merdekanya Indonesia pada 17 Agustus 1945, PPKI berhasil merumuskan
dan menyesahkan dasar negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-
Undang Dasar 1945 pada 18 Agustus 1945, bunyinya:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

 Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara


Pancasila merupakan suatu dasr nilai, serta norma untuk mengatur pemerintahan
sebagai penyelenggara negara. Artinya, Pancasila merupakan suatu dasar niali, serta
norma untuk mengatur pemerintahan sebagai penyelenggara negara. Pancasila
merupakan sumber hokum negara yang secara konstitusional mengatur negara
Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya, yaitu rakyat, wilayah dan pemerintahan
negara.
Pancasila sebagai dasar negara adalah Pancasila menjadi pedoman bagi
masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila itu sendiri
dijadikan pedoman peraturan dan dasar dari norma-norma hokum yang berlaku di
Indonesia. Semua sila Pancasila memiliki keterkaitan antar masing-masing sila,
artinya dari kelima nilai sila tersebut tidak dapat dipisahkan atau dihilangkan. Jika
salah satu nilai sila dihilangkan, maka Pancasila tidak bias berfungsi sebagaimana
mesatinya.

 Fungsi Pancasila Sebagai Dasar Negara


1. Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
Dasar di sini diartikan sebagai dasar falsafah atau filosofi negara. Sehingga
Pancasila dalam hal ini digunakan sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara.
Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur penyelenggaraan aparatur negara
yang sesuai dengan bunyi dan isi yang tercantum dalam pembukaan Undang-Unadang
Dasar 1945.
2. Pandangan hidup bangsa Indonesia
Pancasila berperan petunjuk kehidupan sehari-hari, juga merupakan satu
kesatuan yang tidak akan bias dipisahkan antara satu dengan yang lain. Artinya
Pancasila sebagai pedoman bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam bersikap dan
bertingkah laku sehari-hari. Pancasila sebagai pandangan hidup menjadi landasan moral
kepedulian manusia sepanjang masa.
3. Kepribadian bangsa Indonesia
Kepribadian yang dimaksud disini adalah ciri khas masyarakat bangsa
Indonesia. Artinya, suatu sikap mental dan tingkah laku yang memiliki ciri khas
tersendiri sehingga mampu dibesadakn dengan bangsa yang lainnya di seluruh dunia.
4. Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila merupakan jiwa bangsa yang lahir bersamaan dengan terbentuknya
bangsa Indonesia, di mana setiap warga negara harus menjadikan Pancasila sebagai
acuan ideologi dalam setiap perilakunya. Setiap tindakan dan perkataan kita haruslah
mencerminkan jiwa Pancasila di dalamnya, hal yang paling mudah dilakukan adalah
dengan mematuhi peraturan yang berlaku dan belajar saling menghormati dengan orang
lain di sekitar.
5. Sumber dari segala Hukum
Pancasila merupakan sumber hokum bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sumber hokum ini bermakna sebagai pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita moral
yag meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia. Maksud dari cita-cita
tersebut adalah cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa,
perikemanusiaan, keadilan social dan perdamaian nasional yang merupakan hak dan
kewajiban bagi wrga negara.
6. Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia
Maksud dari perjanjian luhur ini adalah menyangkut ikrar yang telah dibuat saat
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia bersama-sama oleh para pendiri
bangsa Indonesia. Keputusan untuk merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada
tanggal 18 agustus disahkan pembukaan dan batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945
oleh PPKI.
7. Falsafah hidup yang mempersatukan bangsa
Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan etnis yang berbeda.
Pancasila disini berfungsi sebagai falsafah hidup dan sekalugus kepribadian bangsa
Indonesia yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma luhur serta diyakini paling
benar, adil, bijaksana dan tepat bagi bangsa Indonesia untuk ‘bisa mempersatukan
seluruh rakyat Indonesia.
8. Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia
Cita-cita luhur bangsa Indonesia termuat tegas dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945. Hal ini dikarenakan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
merupakan media penuangan jiwa proklamasi, yaitu jiwa Pancasila yang tertulis di
dalamnya. Sehingga Pancasila dapat dikatakan sebagai cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia. Cita-cita luhur inilah yang kelak akan dicapai oleh bangsa Indonesia selaku
bangsa atau Negara.
9. Ideologi Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai ideologi negara berisi nilai-nilai luhur yang terkandung dalam
Pancasila, yang menjadi cita-cita normatif dalam proses penyelenggaraan negara.
Secara lebih luas, pengertian Pancasila sebagai ideologi negara dapat diartikan sebagai
visi atau arah penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Dengan terwujudnya suatu kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, kesadaran akan kesatuan, berkerakyatan, dan menjunjung tinggi nilai
keadilan, termasuk keadilan sosial.
3. Pancasila Sebagai Etika Berbangsa
Pancasila sebagai sistem etika merupakan way of life bangsa Indonesia, dan
merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila
sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri
setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila sebagai sistem etika
merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam tindakan konkrit,
yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-sila Pancasila perlu
diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan sehingga mampu mencerminkan
pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-akademis.

 Pancasila Sebagai Sistem Etika


Etika merupakan cabang filsafat yang dijabarkan melalui sila-sila Pancasila dalam
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Etika Pancasila cenderung mendekati pada pengertian etika kebajikan dalam system
pemerintahan. Hal ini dikarenakan konsep deontologis dan teologis terkandung di dalam
Pancasila. Deontologi artinya Pancasila mengandung kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh warga negara. Teleologi artinya Pancasila menjadi tujuan dari negara
Idonesia. Namun, Pancasila tetap bersumber pada etika kebajikan, tidak hanya
berorientasi pada kewajiban dan tujuan. Etika memiliki arti watak, sikap, adat atau cara
berpikir. Etika sangat erat kaitannya dengan kebiasaan dan tata cara hidup yang baik
pada diri sendiri serta orang lain. Etika bertendensi dengan kata moral, berarti berasal
dari hati nurani setiap orang. Pada intinya, etika adalah struktur pemikiran yang disusun
guna memberi tuntunan kepada manusia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari kehidupan masyarakat berbagai etnik
di Indoensia. Selain itu, Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma dasar
(grundnorm) yang digunakan sebagai pedoman penyusunan peraturan. Secara politis,
Pancasila sebagai sistem etika mengatur masalah perilaku politikus yang berhubungan
dengan praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur sosial, politik dan ekonomi.
Dengan kata lain, para penyelenggara negara harus mencerminkan etika dari Pancasila.
 Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Etika Dalam Kehidupan
Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan permaslahan yang dihadapi
oleh bangsa Indonesia diantaranya:
a. Masih terdapat kasus korupsi yang melemahkan sendi kehidupan negara
b. Masih terdapat kasus terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
menurunkan sikap toleransi dan menghambat integrasi nasional.
c. Masih terjadinya pelanggaran atas arti HAM dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara.
d. Terdapat kesenjangan antara kelompok miskin dan kaya serta masih terdapatnya
kaum arginal di beberapa wilayah yang merasa terasingkan
e. Maish adanya ketidakadilan hukum dalam sistem peradilan di Indonesia.
f. Banyak terjadi pengingkaran dalam pembayaran pajak,dan sebagianya.

 Konsep Pancasila Sebagai Sistem Etika Dalam Kehidupan


Pancasila sebagai sistem etika memerlukan kajian kritis-rasional terhadap nilai
moral yang hidup agar tidak terjebak dalam pandangan yang bersifat mitos. Misalnya
korupsi terjadi karena pejabat diberi hadiah oleh seorang yang membutuhkan
sehingga urusannya lancar. Dia menerima hadiah tanpa memikirkan alasan orang
tersebut memberikan bantuan. Sehingga tidak tahu kalau perbuatannya
dikategorikan dalam bentuk suap. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan
Pancasila sebagai sistem etika meliputi:
a. Menempatkan Pancasila sebagai sumber moral dan penentu sikap,tindakan serta
keputusan yang akan diambil setiap warga negara.
b. Pancasila memberikan pedoman bagi setiap warga negara agar memiliki orientasi
yang jelas dalam pergaulan regional,nasional dan internasional.
c. Pancasila menjadi dasar analisis kebijakan yang dibuat penyelenggara negara
sehingga mencerminkan semangat kenegaraan berjiwa Pancasila.
d. Pancasila menjadi filter terhadap pluralitas nilai yang berkembang dalam berbagai
bidang kehidupan.
 Esensi Pancasila Sebagai Sistem Etika Dalam Kehidupan
Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal berikut :
1.) Sila Ketuhanan mencerminkan bahwa Tuhan merupakan penjamin prinsip moral.
Hakikat sila ketuhanan ini terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan
sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga negara harus
didasarkan atasnilai-nilai moral yang bersumber pada norma agama.
2.) Sila Kemanusiaan memiliki prinsip acta humanus. Tindakan kemanusiaan
diimplikasikan melalui sikap adil dan beradab guna menjamin tata pergaulan antar
manusia dan antar makhluk yang berdasar pada nilai kemanusiaan tertinggi. Hakikat
sila kemanusiaan ini terletak pada actus humanus, yaitu tindakan manusai yang
mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan dengan actus
homini, yaitu tindakan manusia yang biasa
3.) Sila Persatuan memiliki arti kesedian hidup bersama di atas kepentingan individu
dan kelompok dalam kehidupan bernegara. . Hakikat sila persatuan ini terletak pada
kesediaan untuk hidup bersama sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah
bangsa diatas kepentingan individu atau kelompok. System etika yang berlandaskan
pada semangat kebersamaan, solidaritas social akan melahirkan kekuatan untuk
menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah bangsa.
4.) Sila Kerakyatan sebagai sistem etika terletak pada konsep musyawarah untuk
mufakat. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat,.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.
5.) Sila Keadilan sebagai perwujudan dari sistem etika tidak menekankan pada
kewajiban saja (deontologi) atau tujuan saja (teleologi). Akan tetapi lebih
menonjolkan pada kebijaksanaan (virtue ethics). Hakikat sila keadilan social bagi
seluruh rakyat Indonesia merupakan perwujudan dari sistem etika yang tidak
menekankan pada kewajiban semata atau menekankan pada tujuan belaka, tetapi
lebih menonjolkan keutamaan yang terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setiap bangsa mempunyai cita-cita untuk masa depan dan menghadapi masalah
Bersama dalam mencapai cita-cita bersama.Cita-cita kita sebagai bangsa Indonesia
tercantum dalam Pembukaan UUD 1945,yakni mewujudkan suatu tatanan
masyarakat yang adil dan makmur materi dan spirituan berdasarkan Pancaila.Suatu
bangsa yang bertekad mencapai cita-cita bersama memerlukan suatu pandangan
hidup.Tanpa pandangan hidup,suatu bangsa akan terombang ambing.Dengan
pandangan hidup suatu bangsa dapat secara jelas mengetahui arah yang dicapai.
Manusia yang diciptakanoleh Tuhan yang Maha Kuasa,dikodratkan hidup
secara berkelompok yang mengalami perubahan dan perkembangan.Perkembangan
manusia dari yang mengelompok sampai pada suatu keadaan dimana mereka itu
terjalin ikatan hubungan yang kuat dan serasi.
Pada hari terakhir dari sidang pertama BPUPKI,I Juni 1945,Soekarno turut
mengemukan pendapatnya dalam sebuah pidato yang diberi nama Pancasila atau
usulan dari seorang teman,ahli bahasa.

Rumusan dasar negara dalam 5 sila tersebut,yaitu:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan

Pancasila merupakan suatu dasar nilai,serta norma untuk mengatur


pemerintahan sebagai penyelenggara negara.Pancasila merupakan sumber hukum
negara yang secara konstitusional mengatur negara Indonesia beserta seluruh unsur-
unsurnya,yaitu rakyat,wilayah dan pemerintahan negara.
Etika merupakan cabang filsafat yang dijabarkan melalui sila-sila Pancasila
dalam mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat,berbangsa dan bernegara di
Indonesia.Namun,Pancasila tetap bersumber pada etika kebajikan,tidak hanya
berorientasi pada kewajiban dan tujuan.Pancasila sebagai sistem etika bersumber dari
kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia.Selain itu,Pancasila sebagai sistem
etika terdapat dalam norma dasar yang digunakan sebagai pedoman penyusunan
peraturan.

B. Saran
Sudah sepatutnya seluruh masyarakat Indonesia mengubah pikiran yang berpikir
Pancasila hanya untuk para pelajar dan mahasiswa ,dan juga memahami nilai-nilai
serta butir-butir Pancasila tersebut dan mengamalkannya untuk mencapai satu tujuan
bersama yakni,menjadi bangsa yang makmur aman sejahtera.
DAFTAR PUSTAKA

Kansil C.S.T, Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: PT pradnya paramita.

Pangeran Alhaj S.T.S dan Surya Partia Usman, 1995. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.

Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

Srijanto Djarot, Waspodo Eling,dkk. 1994. Tata Negara Sekolah Menengah Umum.
Surakarta: PT.

Pabelan, UU Nomor 32 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioana, Tematik


2016.

Surbakti, K., & Si, M. (2019). KAJIAN MENGENAI PENTINGNYA BASIS DATA
BAGI SEKOLAH SAAT INI. JURNAL CURERE, 2(2).

Surbakti, K. (2018). FOSTERING OF FEMALE PRISONERS IN TANJUNG GUSTA


PENITENTIARY OF MEDAN. PROCEEDING: THE DREAM OF MILLENIAL
GENERATION TO GROW, 216-225.

Astim Riyanto. (2007) . Pancasila Dasar Negara Indonesia . Jurnal Hukum dan
Pembangunan , 37 (3), 457-485.

Hartati, Firmansyah Putra. (2019) . Etika Politik Dalam Politik Hukum Di Indonesia
(Pancasila Sebagai Suatu Sistem Etika). Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2 (2).
MAKALAH PANCASILA

“PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI ILMU PANCASILA DAN PANCASILA


SEBAGAI PEMERSATU BANGSA”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mashudi, M.Pd.

Kelompok 3
Andreas Hendro (F1071201016)
Jessica ( F1071201021)
Nika Susanti ( F1071201022)
Ria Amanda (F1071201007)
Ariswandi (F1071201041)
Desti Priandiani (F1071201052)
Fadhelia Maudy ( F1071201032)
Hairun Nisa (F1071201045)
Hany Nurfitri (F1072201003)
Tiara Nurul Hidayah (F1072201010)
Sahdika Muhammad Ikhwarizmy (F1071191045)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pancasila sebagai dasar
nilai ilmu pengetahuan dan Pancasila sebagai pemersatu bangsa ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen Prof. Dr.
Mashudi, M.Pd pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pancasila sebagai dasar nilai ilmu pengetahuan dan
Pancasila sebagai pemersatu bangsa bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Mashudi, M.Pd ,
selaku dosen mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Pontianak, 25 April 2021


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………….…………....2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...…3
BAB I : PENDAHULUAN
1. Latar Belakang………………………………………………………………….. 4
2. Rumusan masalah………………………………………………………………..5
3. Tujuan…………………………………………………………………………....5
BAB II : PEMBAHASAN
1. Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa..........................................................................6
2. Implementasi Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa di Perguruan Tinggi…………..7
3. Pancasila penting dalam pemersatu bangsa………………………………………….8
4. Kandungan di dalam Pancasila sehingga Menjadi Pemersatu Bangsa……………....8
5. Fungsi Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa………………………………………..10
6. Nilai-nilai Pancasila dalam Setiap Perkembangan Ilmu Pengetahuan...…....…….....11
7. Nilai-nilai Pancasila dan Perkembangan Ilmu……………………………...........13
8. Pancasila sebagai Dasar Nilai Ilmu Pengetahuan………………………………....13
9. Hubungan Pancasila dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi….....14

BAB III : PENUTUP

1. Kesimpulan............................................................................................16
2. Saran.....................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak dulu, Ilmu Pengetahuan mempunyai posisi penting dalam aktivitas berpikir
manusia. Istilah Ilmu Pengetahuan terdiri dari dua gabungan kata berbeda makna, Ilmu
dan Pengetahuan. Segala sesuatu yang kita ketahui merupakan definisi pengetahuan,
sedangkan ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis
menurut metode tertentu. Sikap kritis dan cerdas manusia dalam menanggapi berbagai
peristiwa di sekitarnya, berbanding lurus dengan perkembangan pesat ilmu pengetahuan.
Namun dalam perkembangannya, timbul gejala dehumanisasi atau penurunan derajat
manusia. Hal tersebut disebabkan karena produk yang dihasilkan oleh manusia, baik itu
suatu teori mau pun materi menjadi lebih bernilai ketimbang penggagasnya. Itulah
sebabnya, peran Pancasila harus diperkuat agar bangsa Indonesia tidak terjerumus pada
pengembangan ilmu pengetahuan yang saat ini semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu, artinya kelima pancasila merupakan
pegangan dan pedoman dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa
teminologi yang dikemukakan para pakar untuk menggambarkan peran pancasila sebagai
rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai dasar, ideologi, dan falsafah bangsa, Pancasila selalu diuji ketahanannya
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, yang multikultural seperti
Indonesia. Indonesia merupakan Negara yang kaya, baik sumber daya alam maupun adat
dan budaya. Indonesia terdiri dari ratusan pulau-pulau dengan keberagaman isi yang ada
di dalam pulau tersebut. Ada 5 pulau besar yang di huni masyarakat Indonesia, yaitu
pulau Jawa, pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Sumatra, Pulau Papua, dan Pulau
Bali. Dari sekian banyak pulau, lahir adat istiadat dan budaya yang beragam pula.
Indonesia terkenal dnegan adat dan budaya yang masih ada sampai saat ini. Tak jarang,
touris manca Negara datang ke Indonesia hanya untuk menyaksikan pertunjukan adat dan
budaya yang di gelar masyarakat setempat. Selain terkenal akan adat istiadat dan budaya
nya, Indonesia merupakan Negara dengan 5 agama yang di akui oleh hukum, yaitu
Agama Islam, Agama Kristen, Agama katholik, Agama budha, dan Agama Hindu.
Mayoritas masyarakat Indonesia menganut agama Islam. Adat yang masih di lestarikan
hingga saat ini merupakan adat yang sudah di kolaborasi dnegan ajaran agama. Bukan
hanya agama islam sebagai mayoritas, agama lain pun memasukkan ajaran agama ke
dalam adat dan budaya mereka. Dengan keberagaman dan perbedaan yang ada di
Indonesia, masyarakat memerlukan pengikat perbedaan tersebut. Masyarakat Indonesia
memakai Pancasila sebagai pengikat perbedaan sejak kemerdakaan. Sila ke 3 berbunyi,
“Persatuan dan Kesatuan Indonesia”, yang artinya bangsa Indonesia harus tetap menjaga
persatuan dan kesatuan dengan perbedaan yang ada. Justru, perbedaan inilah yang
membuat kita seharusnya saling menghargai dan menghormati keyakinan dan
kepercayaan sesuai yg di anut. Bukan malah menjadi pembeda yang menjadikan kita
semua berkubu dan membenci satu sama lain.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa fungsi Pancasila sebagai pemersatu bangsa?
2. Bagaimana implementasi Pancasila sebagai pemersatu bangsa di Perguruan Tinggi?
3. Mengapa Pancasila penting dalam pemersatu bangsa?
4. Apa yang terkandung di dalam pancasila sehingga menjadi pemersatu bangsa?
5. Apa kedudukan pancasila sebagai pemersatu bangsa?
6. Apa saja nilai-nilai pancasila dalam setiap perkembangan ilmu pengetahuan?
7. Apa yang dimaksud dengan ilmu?
8. Jelaskan nilai-nilai pancasila dan perkembangan ilmu?
9. Mengapa pancasila dijadikan sebagai dasar nilai ilmu pengetahuan?
10. Apa nilai setiap sila Pancasila yang berhubungan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi?
11. Bagaimana implementasi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui fungsi Pancasila sebagai pemersatu bangsa
2. Mengetahui bagaimana implementasi Pancasila sebagai pemersatu bangsa di
Perguruan Tinggi
3. Mengetahui pentingnya Pancasila dalam pemersatu bangsa
4. Mengetahui apa yang terkadung di dalam pancasila sehingga menjadi pemersatu
bangsa
5. Mengetahui kedudukan pancasila sebagai pemersatu bangsa
6. Mengetahui nilai-nilai pancasila dalam setiap perkembangan ilmu pengetahuan
7. Mengetahui apa itu ilmu
8. Mengetahui nilai-nilai pancasila dan perkembangan ilmu
9. Mengetahui mengapa pancasila dijadikan sebagai dasar nilai ilmu pengetahuan
10. Mengetahui nilai setiap sila Pancasila yang berhubungan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
11. Mengetahui implementasi Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Fungsi Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa


Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia,
pandangan hidup bangsa Indonesia, filsafat hidup bangsa Indonesia mempunyai arti
bahwa Pancasila oleh bangsa Indonesia benar-benar memiliki kebenaran. Dapat
diketahui bahwa persatuan adalah penting, karena sebagai cerminan kokohnya suatu
negara yang berdaulat, tanpa persatuan suatu negara tidak dapat berjalan dengan
semestinya dan akhirnya runtuh. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural dan
menghendaki adanya persatuan dalam berbangsa dan bernegara dengan cinta tanah air
atau sifat nasionalisme. Dalam hal ini Pancasila mempunyai peranan penting, karena
Pancasila merupakan suatu ideologi yang memiiki nilai asas Nasionalisme yang
tumbuh diatas perbedaan bukan Nasionalisme yang berasas Primordialisme (berdasar
suku, etnis, ras, atau agama).
Pancasila bukanlah ideologi yang timbul dari buah pikiran satu dua orang saja
tapi suatu ideology yang nilai-nilainya digali dari budaya dan pengalaman sejarah
masyarakat nusantara sejak zaman dahulu. Hal ini berarti bahwa nilai nilai dasar yang
tergantung dalam ideologi tersebut secara rill hidup dan berkembang dalam
masyarakat nusantara pada saat itu dan nilai-nilai yang ada sebagai landasan untuk
bersatu.
Bisa dilihat dari uraian diatas bahwa kepentingan persatuan bangsa jauh lebih
penting dari pada kepentingan golongan, pada hal jika membaca sejarah kontribusi
golangan islam jauh lebih besar dari pada golongan yang lain. Tetapi dengan rendah
hatinya dari golongan islam rela untuk merubah hal yang mengikat mereka, demi
mencegah terpecah belanya bangsa pada awal kemerdekaan. Hal itu karena tujuan
Indonesia merdeka untuk bersama bukan hanya untuk suatu golongan saja.
Adanya realita semacam ini, menunjukkan bahwa arti dan fungsi Pancasila
bukan saja menjadi Dasar Negara, tetapi juga mempunyai arti dan fungsi yang
semakin banyak lagi. Kedudukan dan fungsi Pancasila dapat menjadi yaitu:
1. Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia
Hal ini berarti bahwa pancasila melekat erat pada kehidupan bangsa
Indonesia, dan menentukan eksistensi bangsa Indonesia. Segala aktivitas
bangsa Indonesia disemangati oleh Pancasila.
2. Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia
Hal ini berarti bahwa sikap mental, tingkah laku dan amal perbuatan
bangsa Indonesia mempunyai cirri-ciri kkas yang dapat membedakan
dengan bangsa lain. Cirri-ciri khas inilah yang dimaksud dengan
kepribadian, dan kepribadian bangsa Indonesia adalah Pancasila
3. Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia
Hal ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
dipergunakan sebagai petunjuk, penuntun, dan pegangan dalam mengatur
sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4. Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia
Falsafah berasal dari kata yunan "philoshopia". Philos atau plilein berarti
to love (mencintai atau mencari). Shopia berarti wisdom, kebijaksanaan
atau kebenaran. Falsafah berarti mencintai kebenara.
5. Pancasila sebagai perjanjian luhur rakyat Indonesia
Hal ini berarti bahwa Pancasila telah disepakati dan disetujui oleh rakyat
Indonesia melalui perdebatan dan tukar pikiran baik dalam siding BPUPKI
maupun PPKI oleh para pendiri negara
6. Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia.
Hal ini berarti bahwa Pancasila dipergunakan sebagai dasar dan pedoman
dalam mengatur pemerintahan dan penyelenggaraan negara.
7. Pancasila adalah Landasan idiil.
Kalimat ini terdapat dalam ketetapan MPR mengenai Garis-garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Hal ini berarti bahwa landasan idiil GBHN
adalah Pancasila

2.2 Implementasi Pancasila Sebagai Pemersatu Bangsa di Perguruan Tinggi


Terdapat banyak konsep dalam mengimplementasikan pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya dalam bingkai persatuan bangsa.
Persatuan merupakan hal yang harus dipertahankan dan ditingkatkan. Tujuannya
untuk mewujudkan persatuan antar negara yang memiliki keberagaman budaya
sehinnga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, solidaritas, kebanggaan, dan cinta
kepada bangsa dan negara republik Indonesia
" Indonesia sejatinya yang merupakan saripati nilai pancasila, yaitu keadian
dan toleransi, Kedua hal ini mutlak diperlukan untuk membangun kehidupan yang
berkeadilan dan berkeadaban sebagai sebuah persatuan". Pancasila dan agama tidak
sama sekali bertetangan, dengan mengamalkan pancasila otomatis mengamalkan
agama. Karena nilai-nilai pancasila merupakan nilai-nilai kebaikan yang juga terdapat
dalam ajaran agama, Memahami sejarah Indonesia merupakan bagian dari cara
bagaimana untuk mengimplementasikan pancasila, karena adanya pancasila itu bukan
jatuh dari langit. Tapi diciptakan dengan menggunakan suatu alat yang disebut masa
lalu atau sejarah. Alasan alasan masa lalu adanya alas an alasan pancasila dan juga
karena masa lalu Indonesia dapat merdeka,
Dibawah ini adalah rincian penerapan nilai-nilai pancasila warga negara dalam
persatuan bangsa, adalah sebagai berikut :
1. Menumbuhkan sifat nasionalisme dan cinta tanah air dalam berbangsa dan
bernegara.
2. Menumbuhkan sikap saling menghormati antar suku, agama, ras, dan antar
golongan dan tidak mematakan perbedaan
3. Membina persatuan dan kesatuan demi terwujudnya kemajuan bangsa negara,
4. Memahami sejarah Indonesia, sebagai pembangkit semangat persatuan
Pemerintah juga berperan penting dalam penerapan pancasila, bahwa
pemerintah tidak boleh setengah-setengah dalam penerapan pancasil, khususnya
terhadap suatu kebijakan public yang dikeluarkan haruslah memperhatikan nilai-nilai
pancasila secara utuh, sehingga dapat terhindar dari suatu kebijakan yang
menguntungkan salah satu pihak tetapi merugikan pihak yang lain. Disitulah biasanya
titik suatu perpecahan suatu bangsa Karena pemerintsh sudah tidak memiliki
legistimasi dan tidak mamapu untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dasar negara.

2.3 Pancasila penting dalam pemersatu bangsa


Sebagai pemersatu banga, pancasila mutlak diperlukan oleh seluruh generasi bangsa.
Sekalipun bangsa Indonesia yang sekarang sudah bersatu tidak berarti pancasila tidak
diperlukan lagi. Karena yang disebut bangsa Indonesia bukan hanya yang sekarang ini ada,
tetapi ada juga nanti yang akan datang. Selama masih terjadi proses regenerasi, selama itu
pula pancasila sebagai pemersatu bangsa masih tetap kita perlukan. Itu berarti selama masih
ada bangsa Indonesia, selama itu pula masih kita perlukan alat pemersatu bangsa, ini berarti
bahwa selama masih ada bangsa Indonesia, maka pancasila sebagai dasar negara masih tetap
kita butuhkan. Ini sekaligus membuktikan kebenaran pancasila, baik selaku dasar negara
maupun sebagai kepentingan lainnya. Sehingga pancasila menunjukkan memiliki banyak
fungsi.
Menteri dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengataakan, ada dua alasan mendasar
pancasila amat penting bagi bangsa ini. Pertama, pancasila menjadi norma pundamental,
filsafat, pikiran yang jernih, serta hasrat yang menjadi dasar didirikannya Negara Republik
Indonesia. Pancasila dalam membimbing para pejuang mencapai Indonesia berdaulat
Tetapi lebih dari itu, pancasila telah menjadi bintang penuntun bagi bangsa ini dalam
mengarungi masa depan yang masih jauh membentang dihadapan berlapis-lapis generasi
yang akan datang". Kata Tjahjo Kumolo saat upacara memperingati hari lahir pancasila
dikantor kemendagri, jln medan merdeka utara. Kedua, pancasila sebagai pemersati bangsa
Indonesia yang memiliki beragam suku agama, ras dan golongan dari sabang sampai
Merauke”.
2.4 Kandungan di dalam Pancasila sehingga Menjadi Pemersatu Bangsa
Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia yang dapat menyatukan keberagaman
yang ada di Indonesia ini menjadi satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia. Di dalamnya
terkandung lima nilai penting sebagai pedoman bangsa Indonesia.
Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dimana sila ini mengandung arti
pengakuan atas keberadaannya Tuhan sebagai pencipa alam semesta beserta isinya. Dan
manusia beriman diwujudkan dalam ketaatannya kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Tuhan. Dalam sila ini berarti juga Tuhan yang
majemuk, tidak memihak suatu golongan tertentu. Artinya semua agama dan kepercayaan
masyarakat Indonesia berada dalam sila pertama ini. Setiap orang harus menghargai agama
dan kepercayaan mereka masing – masing, dengan menghargai kepercayaan orang lain dan
tidak menghina ataupun mengganggu saat orang tersebut sedang melakukan ibadah. Dengan
adanya sila pertama ini, keberagaman tentang kepercayaan dan agama di Indonesia ini dapat
tetap terjaga jika dijalankan dengan benar. Dalam kehidupan sehari hari sila pertama ini dapat
diamalkan dengan mempercayai adanya Tuhan. Saat mempercayai adanya Tuhan maka kita
akan berhati – hati dalam menjalani hidup. Menolak adanya Tuhan sama dengan melanggar
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Selain itu kita juga harus memeluk suatu agama
tertentu. Di Indonesia terdapat enam negara resmi yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Agama merupakan bagian dari identitas kita sebagai
warga negara Indonesia. Makna kemerdekaan beragama bagi Indonesia begitu besar, karena
di masa penjajahan sering terjadi pemaksaan untuk memeluk agama tertentu. Kemudia
sebagai penganut suatu agama hendaknya menjalankan ibadah sesuai perintah Agama masing
– masing. Karena beragamnya agama, maka sifat toleransi sangatlah dibutuhkan. Dengan
adanya toleransi akan mengurangi konflik yang terjadi dan makin menghargai dan
menghormati agama lain.
Kemudian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini mengandung
arti setiap manusia adalah makhluk yang sama. Walau berbeda suku, budaya, agama, bahasa,
setiap manusia tetaplah sama dan sederajat. Dengan kata lain setiap masyarakat Indonesia itu
sama dan sederajat serta mereka semua memiliki hak dan kewajiban yang sama sebagai
warga negara. Sehingga seharusnya keberagaman yang ada tidak menjadi konflik diantara
masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sehari hari pun dapat dilakukan dengan
menghormati hak orang lain. Setiap manusia memiliki hak dan kewajiban masing masing.
Sebagai umat manusia sebaiknya tidak boleh hanya memikirkan kepentingan diri sendiri saja
namun juga kepentingan orang lain. Misalnya saat seseorang sedang membutuhkan hiburan
dengan menonton televisi, namun adik atau kakaknya sedang butuh waktu berkonsentrasi
untuk belajar. Maka sebagai orang yang menghargai hak orang lain hendaklah orang tersebut
mengurangi volume suara tersebut.
Selanjutnya sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Disini sangatlah jelas bahwa sila ini
merupakan perwujudan dari mengatasi paham perseorangan, golongan, suku bangsa. Dalam
sila ini menggabarkan bahwa kita sebagai warga negara Indonesia harus Bersatu dan
mengutamakan kepentingan bangsa Indonesia lebih dari kepentingan perseorangan,
golongan, maupun suku bangsa. Karena setiap masyarakat Indonesia adalah warga negara
Indonesia, maka tidak ada lagi yang namanya perseorangan, kelompok, dan lain sebagainya.
Namun yang ada hanyalah bangsa Indonesia sebagai pemersatu sehingga tidak ada lagi
perpecahan diantara setiap masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sehari – hari seperti
bangga akan karya Bangsa. Membeli produk – produk dalam negeri, bukan produk import.
Karena sebenarnya dari segi kualitas produk produk dalam negeri tidak kalah dengan produk
luar negeri. Kemudia juga menggunakan Bahasa Indonesia, karena Bahasa Indonesia
merupakan bahasa persatuan.
Sila keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Pancasila bukan hanya membahas tentang perbedaan suku, ras,
budaya, dan agama, namun juga perbedaan pendapat yang dapat dipecahkan masalahnya
pada sila keempat ini. Sila ini menyatukan segala perbedaan pendapat yang ada di seluruh
masyarakat Indonesia dan dijadikan suatu keputusan dengan adanya demokrasi secara
musyawarah. Musyawarah ini membuat semua kepentingan individu maupun golongan dapat
terpenuhi, sehingga tidak akan ada yang merasa dirugikan dalam pengambilan suatu
keputusan. Dalam kehidupan sehari hari dapat dicontohkan dengan saling menghargai
pendapat. Terkadang dalam melakukan suatu tugas membutuhkan pendapat dari orang lain
juga supaya tugas tersebut dapat berjalan dengan lebih efektif. Disaat seperti ini menghargai
pendapat orang lain sangatlah dibutuhkan. Kemudian juga menerima kritik dari orang lain.
Dengan adanya kritik dari orang lain, maka sebagai orang yang mengamalkan sila keempat
hendaklah menerimanya dengan lapang dada dan mengintrospeksi diri sendiri serta
memperbaiki diri menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dan yang terakhir adalah sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Disini sangat jelas membahas tentang keadilan yang didapatkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Keadilan yang dimaksud berlaku bagi seluruh aspek kehidupan
termasuk hak dan kewajiban tiap masing individunya. Selain itu kita juga harus
mementingkan kepentingan orang lain terlebih dahulu, bukan kepentingan diri kita sendiri.
Dan juga jika seseorang melanggar akan diberikan sanksi yang adil sesuai dengan apa yang
telah diperbuatnya, serta hukuman tersebut berlaku sama kepada setiap orang yang melanggar
juga. Dengan adanya keadilan ini masyarakat akan merasakan kesetaraan dan tidak ada yang
merasa dirugikan.
2.5 Kedudukan Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa
Kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai pemersatu bangsa akan memperankan
Pancasila berikut ini:
1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia
Pancasila sebagai Jiwa Bangsa berarti bahwa Pancasila melekat erat pada kehidupan bangsa
Indonesia, dan menentukan eksistensi bangsa Indonesia. Segala aktivitas kehidupan bangsa
Indonesia harus disemangati oleh Pancasila.
2. Pancasila sebagai Keperibadian Bangsa Indonesia:
Pancasila sebagai Jiwa Bangsa berarti bahwa sikap mental, tingkah laku dan amal perbuatan
bangsa Indonesia memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain.
Ciri-ciri khas inilah yang dimaksud dengan kepribadian, dan kepribadian bangsa Indonesia
adalah Pancasila.
3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indone:. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk, penuntun, dan pegangan
dalam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4. Pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia:
Falsafah berasal dari kata Yunani “philosophia”. Philos atau philein berarti to love (mencintai
atau mencari). Sophia berarti wisdom, kebijaksanaan atau kebenaran. Jadi secara harafiah,
falsafah berarti mencintai kebenaran. Dengan demikian, Pancasila sebagai falsafah hidup
bangsa Indonesia mempunyai arti bahwa, Pancasila oleh
bangsa Indonesia diyakini benar-benar memiliki kebenaran. Falsafah berarti pula pandangan
hidup, sikap hidup, pegangan hidup, atau tuntunan hidup.
5. Pancasila sebagai weltanshauung Bangsa Indonesia atau sebagai Philosophische
Grondslag bangsa Indonesia:Kata-kata ini diucapkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada
tanggal 1 Juni 1945 di muka sidang BPUPKI. Welt berarti dunia, anshauung berarti
pandangan. Dalam kamus Jerman-Inggris weltanschauung bearti conception of the world,
philosophy of life. Jadi weltanschauung berarti pandangan dunia atau pandangan
hidup, atau falsafah hidup atau philoshopischegrondslag (dasar ilsafat).
6. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Rakyat Indonesia:Hal ini berarti bahwa Pancasila
telah disepakati dan disetujui oleh rakyat Indonesia melalui perdebatan dan tukar pikiran baik
dalam sidang BPUPKI maupun PPKI oleh para pendiri negara. Perjanjian luhur tersebut
dipertahankan terus oleh negara dan bangsa
Indonesia. Kita semua mempunyai janji untuk melaksanakan, mempertahankan serta tunduk
pada azas Pancasila.
7. Pancasila sebagai Dasar Negara Repbuplik Indonesia:
Hal ini berarti bahwa Pancasila dipergunakan sebagai dasar dan pedoman dalam mengatur
pemerintahan dan penyelenggaraan negara. Isi dan tujuan dari semua perundang-undangan di
Indonesia harus berdasarkan, Pancasila dan tidak boleh bertentangan dengan jiwa Pancasila.
Pancasila dalam pengertian ini disebut dalam Pembukaan UUD 1945.
8. Pancasila sebagai Iandasan Idiil:
Kalimat ini terdapat dalam ketetapan MPR mengenai Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Hal ini berarti, bahwa landasan idiil GBHN adalah Pancasila. Arti dan fungsi
Pancasila sebenarnya masih banyak lagi, salah satunya adalah Pancasila sebagai Pemersatu
Bangsa.
9. Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa
Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa terdapat dalam sila ketiga Pancasila, yakni Sila
Persatuan Indonesia. Artinya,bahwa Pancasila sangat menekankan dan menjunjung tinggi
persatuan bangsa. Hal ini berarti, bahwa Pancasila juga menjadi alat pemersatu bangsa.
Disebutnya sila Persatuan Indonesia sekaligus juga menunjukkan, bahwa bangsa Indonesia
memiliki perbedaan-perbedaan. Apakah itu perbedaan bahasa (daerah), suku bangsa, budaya,
golongan kepentingan, politik, bahkan juga agama. Artinya, bahwa para pemimpin bangsa,
terutama mereka yang terlibat dalam penyusunan dasar negara, sangat mengerti dan sekaligus
juga sangat menghormati perbedaan yang ada didi dalam masyarakat Indonesia. Bangsa
Indonesia juga menyadari bahwa perbedaan sangat potensial menimbulkan perpecahan
bangsa, dan oleh sebab itu mereka juga sangat menyadari pentingnya persatuan bagi bangsa
Indonesia.
Pencantuman Sila Persatuan bagi bangsa Indonesia selain menyadari pentingnya persatuan
bagi kelangsungan hidup bangsa, juga menunjuk kan adanya pemahaman bahwa perbedaan
itu suatu realita yang tidak mungkin dihilangkan oleh manusia. Perbedaan sesungguhnya
adalah suatu hikmah yang harus disukuri, dan bukan sesuatu yang harus diingkari. Apalagi
harus dihilangkan dari muka bumi ini.
2.6 Nilai-nilai Pancasila dalam Setiap Perkembangan Ilmu Pengetahuan
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu dapat mengacu pada bebarapa jenis
pemahaman. Salah satunya adalah bahwa setiap ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan di Indonesia haruslah tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila.
a. Nilai Ketuhanan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Ilmu pengetahuan harus tetap menjaga keseimbangan antara rasional dan
irasional, keseimbangan antara akal, rasa, dan kehendak. Sila pertama menempatkan
manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian yang
sistematik dari alam semesta yang diolahnya. Pancasila sebagai dasar pengembangan
ilmu dalam mengamalkan komitmen etis ketuhanan ini, Pancasila harus didudukan secara
proporsional, bahwa ia bukanlah agam yang berpretensi mengatur sister keyakinan,
sistem peribadatan, sistem norma dan identitas keagamaan dalam ranah privat dan ranah
komunitas agama masing-masing.
b. Nilai Kemanusiaan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu
Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan
perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati
nurani masing-masing, dengan memperlakukan sesuatu hal dengan sebagaimana
semestinya.
1. Memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan, ilmu dikembalikan pada
fungsinya semula yaitu kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok atau lapisan
tertentu.
2. Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek
haruslah secara beradab, membangan iptek harus berdasarkan kepada usaha-usaha
yaitu untuk mencapai kesejateraan umat manusia.
3. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabadikan untuk peningkatan harkat dan
martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang angkuh dan
sombong akibat memiliki ilmu pengetahuan.

c. Nilai Persatuan Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Nilai persatuan Indonesia memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia akan
rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dan teknologi
harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi hendaknya diarahkan demi kesejahteraan
umum manusia termasuk di dalam nya kesejahteraan bangsa Indonesia dan rasa
nasionalismenya.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan negara
persatuan itu diperkuat dengan budaya gotong royong dalam kehidupan masyarakat sipil
dan politik dengan terus mengembangkan pendidikan kewargaan dengan dilandasi
prinsip-prinsip kehidupan publik yang lebih partisipatif dan non-diskriminatif.
d. Nilai Kerakyatan Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu
Nilai kerakyatan mendasari pengembangan ilmu pengetahuan dan secara
demokratis, yang artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan tetapi juga harus saling menghormati dan
menghargai kebebasan orang lain. Ilmu pengetahuan yang telah teruji kebenarannya
harus dapat dipersembahkan untuk kepentingan masyarakat. Nilai kerakyatan juga
mensyaratkan adanya wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendalam yang
mengatasi ruang dan waktu tentang materi yang dimusyawarahkan.

e. Nilai Keadilan Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Berdasarkan nilai keadilan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus
menjadi keseimbangan dan keadilan dalam kehidupan manusia, yaitu keseimbangan dan
keadilan dalam hubungan antara manusia dengan sesamanya, manusia dengan
penciptanya, dan manusia dengan lingkungan di mana meraka berada.
2.7 Ilmu pengetahuan Pancasila
Ilmu secara Etimologi ( segi Bahasa ) Ilmu berasal dari Bahasa Arab, ilm
(Ensiklopedia Islam, 1997), dan Bahasa Yunani, logos, yang memiliki arti “
Pengetahuan”. Kata “ Ilmu” biasa dipadankan yang bermakna perasaan.
A. Ilmu secara Terminologi ( segi Istilah )
1. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu diartikan sebagai pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu dan
dapat digunakan untuk menerangkan saru gejala pada sebuah bidang.
2. Menurut Afanasyef, seorang pemikir Marxist dari Rusia, ilmu merupakan
pengetahuan manusia tentang alam, pikiran, dan masyarakat. Beliau
mencerminkan alam dan berbagai konsep, kategori dan hukum-hukum, yang mana
ketetapan dan kebenarannya diuji oleh pengalaman praktis.
3. Menurut Moh, Hatta, ilmu adalah sebuah pengetahuan yang teratur mengenai
pekerjaan hukum secara kausal dalam suatu golongan masalah yang sama
tabiatnya, maupun menurut kedudukannya yang tampak dari luar , maupun dari
dalam.
Ilmu secara umumnya, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu hal atau fenomena,
baik yang menyangkut alam ataupun sosial (kehidupan masyarakat) yang
diperoleh manusia melalui proses berpikir. Setiap ilmu merupakan pengetahuan
tentang suatu yang menjadi objek kajian dari suatu penemuan.
2.8 Nilai-nilai Pancasila dan Perkembangan Ilmu
Pengembangan ilmu pengetahuan yang berkeadilan harus dapat teraktualisasi
dalam pengelolaan kekayaan alam sebagai milik bersama bangsa Indonesia untuk
kemakmuran rakyat.

Pentingnya Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


Seiring dengan kemajuan iptek nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia
menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini
membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak
terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa.
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh perkembangan iptek yang didominasi negara-
negara barat dengan politik global ikut mengancam nilai-nilai khas dalam kehiduapan
bangsa Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas, musyawarah, dan cita
rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk menyaring dan
menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kepribadian
bangsa Indonesia.
2.9 Pancasila sebagai Dasar Ilmu Pengetahuan

2.10 Hubungan Pancasila dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Menurut Kaelan (2000) bahwa Pancasila merupakan satu kesatuan dari sila-silanya
harus merupakan sumber nilai, kerangka berpikir serta asas moralitas bagi pembangunan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem
etika dalam pembangunan iptek yakni :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta,


perimbangan antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa, dan kehendak. Berdasarkan
sila pertama ini iptek tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan
diciptakan, tetapi juga dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah merugikan
manusia dengan sekitarnya. Pengolahan diimbangi dengan pelestarian. Sila pertama
menempatkan manusia di alam semesta bukan sebagai pusatnya melainkan sebagai bagian
yang sistematik dari alam yang diolahnya.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian dari
proses budaya manusia yang beradab dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan iptek harus
didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia Iptek harus dapat diabdikan
untuk peningkatan harkat dan martabat manusia, bukan menjadikan manusia sebagai
makhluk yang angkuh dan sombong akibat dari penggunaan iptek.
3. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa
nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, dengan iptek persatuan dan
kesatuan bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah
di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari faktor kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek
harus dapat dikembangkan untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa dan
selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan manusia Indonesia dengan masyarakat
internasional.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/perwakilan, mendasari pengembangan iptek secara demokratis. Artinya
setiap ilmuwan haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan iptek. Selain itu dalam
pengembangan iptek setiap ilmuwan juga harus menghormati dan menghargai kebebasan
orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulanh
maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam
hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia
lain, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam
lingkungannya.

2.11 Implementasi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu


A. Sila Ketuhanan yang Maha Esa: Sila pertama menempatkan manusia di alam semesta bukan
sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang sistematika dari alam yang diolahnya. Contoh:
penciptaan mobil tanpa bahan bakar berupa minyak untuk menjaga kelestarian alam.
B. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Sila ini menuntun para kaum berilmu kepada arah
pengendalian berilmu. Ilmu dikembalikan kepada fungsinya semula, yaitu untuk kemanusiaan,
tidak hanya untuk kelompok dan lapisan tertentu. Contoh: diterjunkannya para tenaga
kependidikan ke daerah terpencil untuk melakukan pengabdian, distribusi ilmu, dan pengajaran
kepada masyarakat.
C. Sila Persatuan Indonesia: Persaudaraan dan hubungan antar daerah tetap dapat terjalin
karena kemajuan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Contoh: penciptaan media-media
sosial seperti facebook, twitter dan skype untuk menjalin hubungan antar individu di penjuru
dunia.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1.Kedudukan dan fungsi Pancasila dapat menjadi yaitu:

Pancasila adalah jiwa bangsa Indonesia

Pancasila adalah kepribadian bangsa Indonesia

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia

Pancasila adalah falsafah hidup bangsa Indonesia

Pancasila sebagai perjanjian luhur rakyat Indonesia

Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia.

Pancasila adalah Landasan idiil.

2. penerapan nilai-nilai pancasila warga negara dalam persatuan bangsa, adalah sebagai berikut :

Menumbuhkan sifat nasionalisme dan cinta tanah air dalam berbangsa dan bernegara.

Menumbuhkan sikap saling menghormati antar suku, agama, ras, dan antar golongan dan tidak
mematakan perbedaan

Membina persatuan dan kesatuan demi terwujudnya kemajuan bangsa negara,

Memahami sejarah Indonesia, sebagai pembangkit semangat persatuan

3. Menteri dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengataakan, ada dua alasan mendasar pancasila amat
penting bagi bangsa ini. Pertama, pancasila menjadi norma pundamental, filsafat, pikiran yang
jernih, serta hasrat yang menjadi dasar didirikannya Negara Republik Indonesia. Pancasila dalam
membimbing para pejuang mencapai Indonesia berdaulat

4. Pancasila merupakan ideologi negara Indonesia yang dapat menyatukan keberagaman yang ada di
Indonesia ini menjadi satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia. Di dalamnya terkandung lima nilai
penting sebagai pedoman bangsa Indonesia.

Sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dimana sila ini mengandung arti pengakuan atas
keberadaannya Tuhan sebagai pencipa alam semesta beserta isinya.

Kemudian sila kedua yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila ini mengandung arti setiap
manusia adalah makhluk yang sama.

Selanjutnya sila ketiga yaitu persatuan Indonesia. Disini sangatlah jelas bahwa sila ini merupakan
perwujudan dari mengatasi paham perseorangan, golongan, suku bangsa.

Sila keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan. Pancasila bukan hanya membahas tentang perbedaan suku, ras, budaya, dan agama,
namun juga perbedaan pendapat yang dapat dipecahkan masalahnya pada sila keempat ini.

Dan yang terakhir adalah sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Disini sangat
jelas membahas tentang keadilan yang didapatkan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
5. Kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai pemersatu bangsa akan memperankan Pancasila berikut
ini:

1. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa Indonesia

2. Pancasila sebagai Keperibadian Bangsa Indonesia:

3. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa indonesia

4. Pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa Indonesia:

5. Pancasila sebagai weltanshauung Bangsa Indonesia atau sebagai Philosophische Grondslag


bangsa Indonesia:

6. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur Rakyat Indonesia:

7. Pancasila sebagai Dasar Negara Repbuplik Indonesia:

8. Pancasila sebagai Iandasan Idiil:

9. Pancasila sebagai Pemersatu Bangsa

6. nilai-nilai pancasila dalam setiap perkembangan ilmu pengetahuan :

Sila pertama : Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dalam mengamalkan komitmen etis
ketuhanan ini, Pancasila harus didudukan secara proporsional, bahwa ia bukanlah agam yang
berpretensi mengatur sister keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma dan identitas keagamaan
dalam ranah privat dan ranah komunitas agama masing-masing.

Sila kedua : Memberi arah dan mengendalikan ilmu pengetahuan, ilmu dikembalikan pada fungsinya
semula yaitu kemanusiaan, tidak hanya untuk kelompok atau lapisan tertentu.

Sila ketiga : Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mewujudkan negara persatuan
itu diperkuat dengan budaya gotong royong dalam kehidupan masyarakat sipil dan politik dengan
terus mengembangkan pendidikan kewargaan dengan dilandasi prinsip-prinsip kehidupan publik
yang lebih partisipatif dan non-diskriminatif.

Sila keempat : Ilmu pengetahuan yang telah teruji kebenarannya harus dapat dipersembahkan untuk
kepentingan masyarakat. Nilai kerakyatan juga mensyaratkan adanya wawasan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang mendalam yang mengatasi ruang dan waktu tentang materi yang
dimusyawarahkan.

Sila kelima : pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi keseimbangan dan
keadilan dalam kehidupan manusia, yaitu keseimbangan dan keadilan dalam hubungan antara
manusia dengan sesamanya, manusia dengan penciptanya, dan manusia dengan lingkungan di mana
meraka berada.

7. Ilmu secara Etimologi ( segi Bahasa ) Ilmu berasal dari Bahasa Arab, ilm (Ensiklopedia Islam, 1997),
dan Bahasa Yunani, logos, yang memiliki arti “ Pengetahuan”. Kata “ Ilmu” biasa dipadankan yang
bermakna perasaan.
8. Seiring dengan kemajuan iptek nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia
menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan. Hal ini membutuhkan
renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak terjerumus ke dalam penentuan
keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.

9. sila-sila dalam Pancasila menunjukkan sistem etika dalam pembangunan iptek yakni :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu pengetahuan, mencipta, perimbangan
antara rasional dengan irrasional, antara akal, rasa, dan kehendak. Berdasarkan sila pertama ini iptek
tidak hanya memikirkan apa yang ditemukan, dibuktikan, dan diciptakan, tetapi juga
dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya apakah merugikan manusia dengan sekitarnya.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia
dalam mengembangkan iptek haruslah secara beradab. Iptek adalah bagian dari proses budaya
manusia yang beradab dan bermoral.

3. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepada bangsa Indonesia bahwa rasa
nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari sumbangan iptek, dengan iptek persatuan dan kesatuan
bangsa dapat terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar daerah di berbagai
daerah terjalin karena tidak lepas dari faktor kemajuan iptek.

4. Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,


mendasari pengembangan iptek secara demokratis. Artinya setiap ilmuwan haruslah memiliki
kebebasan untuk mengembangkan iptek. Selain itu dalam pengembangan iptek setiap ilmuwan juga
harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap yang terbuka
artinya terbuka untuk dikritik, dikaji ulanh maupun dibandingkan dengan penemuan teori lainnya.

5. Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus dapat menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam

hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia lain,
manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta manusia dengan alam lingkungannya.

SARAN

Dalam mendalami “PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI ILMU PANCASILA DAN PANCASILA SEBAGAI
PEMERSATU BANGSA” harus menggunakan berbagai sumber referensi valid
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH PANCASILA
“PANCASILA SEBAGAI DEMOKRASI EKONOMI
INDONESIA”

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mashudi, M.Pd.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4


Alya Zatira (F1071201037)
Azijah (F1071201042)
Evianti (F1071201051)
Friza Isnaeni (F1071201004)
Hanis Nursuha (F1072201004)
Helnika (F1071201056)
Jihan Shakina Nilanti (F1071201057)
Juliarti (F1071201010)
Valeria Eka (F1072201011)

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
TAHUN AKADAMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah “Pancasila
Sebagai Demokrasi Ekonomi Indonesia” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah PANCASILA .
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pancasila Sebagai
Demokrasi Ekonomi Indonesia Peserta Didik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Mashudi, M.Pd. selaku
dosen pengajar mata kuliah PANCASILA yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan semua, atas
bantuannya sehingga sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.

Kami menyadari, tugas yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi kesempurnaan dan
berkembangnya makalah ini.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sederhana, pengertian Sistem ekonomi Pancasila adalah sesuatu hal yang dijiwai
oleh ideologi Pancasila dengan berlandaskan kekeluargaan dan gotong-royong. Sistem
ekonomi yang diterapkan beberapa negara memang sesuai dengan filosofi hidup negara
yang berkaitan, begitu pula dengan Indonesia.

Sistem Ekonomi Pancasila sendiri memberikan kebebasan kepada seluruh warga negara
untuk berusaha atau membangun usaha perekonomian dengan batasan dan syarat-syarat
yang ditentukan. Produksi masyarakat kebanyakan adalah usaha swasta yang bersandingan
dengan perusahaan negara yang meliputi bidang pertambangan transportasi, pertanian,
perbankan, dan lain-lain.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah adalah sebagai berikut :
1. Apa ciri-ciri Sebuah Sistem Ekonomi Pancasila?
2. Apa peranan Pancasila Bagi Kehidupan Perekonomian Bangsa Indonesia ?
3. Fakta dan kenyataan Pancasila sebagai Demokrasi Ekonomi Pancasila ?

C. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri Sebuah Sistem Ekonomi Pancasila.
3. Untuk mengetahui peranan Pancasila Bagi Kehidupan Perekonomian Bangsa
Indonesia.
4. Untuk mengetahui Fakta dan kenyataan Pancasila sebagai Demokrasi Ekonomi
Pancasila peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Ciri-Ciri Sebuah Sistem Ekonomi Pancasila


Ciri-ciri sistem ekonomi Pancasila yang seperti terdapat pada UUD 1945 Pasal
33 dan GBHN Bab 3B No. 14 seperti berikut ini:

 Pasal 33 Setelah Amandemen 2002

1. Perekonomian yang berdasarkan asas kekeluargaan disusun sebagai usaha bersama.

2. Sumber daya yang meliputi bumi dan air serta kekayaan alam lainnya yang
terkandung dalam nya, dikuasai oleh negara dengan tujuan digunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.

3. Negara menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi hajat hidup orang
banyak.

4. Perekonomian nasional diselenggarakan dengan prinsip ekonomi kebersamaan atas


dasar demokrasi ekonomi, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian dan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.

5. Ketentuan peraturan lebih lanjut tentang pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

 GBHN bab 3B No 14

Pembangunan ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang


peranan aktif dalam kegiatan pembangunan yang berdasarkan kepada demokrasi
ekonomi maka pengarahan dan bimbingan wajib diberikan untuk terhadap
perkembangan pertumbuhan ekonomi dan menciptakan iklim yang sehat bagi
perkembangan dunia usaha.

Selain itu terdapat juga ada lima ciri pokok pada Konsep Ekonomi Pancasila, antara
lain:

1. Berkembangnya koperasi.

2. Terdapat komitmen pemerataan.


3. Lahirnya kebijakan ekonomi yang nasionalis.

4. Perencanaan yang terpusat.

5. Dilakukan secara desentralisasi

A. Tujuan Sistem Ekonomi Pancasila

Untuk apapun sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara, tentu ada tujuan
yang diharapkan bisa tercapai oleh sistem ekonomi yang dianut tersebut. Untuk sistem
ekonomi yang dianut oleh negara Indonesia mengadopsi sistem ekonomi Pancasila
dengan tujuan diantaranya seperti:

1. Kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat.

2. Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari Tindakan ekonomi dalam berbisnis.

3. Kestabilan ekonomi dengan kesempatan kerja yang luas.

4. Adanya insentif atau dorongan untuk bekerja dan ikut ambil bagian dalam kegiatan
ekonomi di masyarakat.

5. Adanya koordinasi yang efektif dan efisien terhadap proses produksi, konsumsi dan
investasi contohnya dalam menanggapi adanya perubahan cara produksi atau pola
kebutuhan masyarakat.

6. Adanya pertimbangan yang wajar antara kepentingan sekarang dan kepentingan


masa depan (kongkritnya antara konsumsi tabungan dan investasi).

7. Adanya perimbangan yang wajar antara barang untuk kepentingan perorangan


(sektor swasta) dan kepentingan umum (sektor publik).

8. Adanya pemerataan pendapatan dan persamaan antara berbagai golongan dan


lapisan masyarakat.

9. Adanya perimbangan yang wajar antara kekuasaan dan pengaruh antara atas dan
bawah.

10. Diindahkannya nilai yang melekat pada manusia seperti Hak Asasi Manusia
(HAM), kebebasan , keadilan sosial, kesamaan hak milik, solidaritas dan sebagainya.
B. Fungsi Sistem Ekonomi Pancasila

Terlepas dari kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi Pancasila, sistem


perekonomian Indonesia termasuk salah satu sistem ekonomi yang mungkin saat ini
sedang berkembang khususnya bagi Anda yang ingin memulai bisnis atau sebagai
startup company, yang sedikit banyak mengadopsi sistem ekonomi Pancasila mereka
untuk meraup pasar konsumen mereka di Indonesia.

Perlunya instrument kebijakan moneter sebagai tolok ukur untuk


mengindikasikan fungsi-fungsi sistem ekonomi Pancasila tersebut dilaksanakan
berhasil. Adapun Fungsi sistem ekonomi Pancasila tersebut adalah :

1. Sebagai penyedia dorongan untuk melakukan proses produksi.

2. Supaya dapat tercipta koordinasi yang tepat dalam sebuah aktivitas individu di
bidang perekonomian.

3. Untuk mengatur pembagian hasil dari suatu produksi dalam seluruh anggota
masyarakat, supaya bisa terlaksana dengan sesuai harapan.

4. Supaya dapat menciptakan mekanisme tertentu, sehingga distribusi barang dan juga
jasa dapat berlangsung dengan baik.

C. Contoh Penerapan Ekonomi Pancasila


 Koperasi

Adanya koperasi merupakan salah satu wujud penerapan ekonomi pancasila


yang dapat memajukan perekonomian dilihat dari institusinya. Koperasi merupakan
usaha kolektif berasaskan kekeluargaan.

Pengelolaan dan distribusi kekayaannya dikuasai oleh para anggota sehingga


tidak adanya kesenjangan ekonomi antar individu. Namun, popularitas koperasi kian
tenggelam, hal ini terlihat dari banyaknya koperasi di Indonesia yang tinggal papan
namanya saja.

 BUMN

BUMN adalah singkatan dari Badan Usaha Milik Negara. Adanya BUMN
menunjukkan eksistensi peran negara dalam mengelola perekonomian di berbagai
bidang. Jika BUMN mengalami privatisasi, maka bisa dilihat sebagai Indikasi
berkurangnya peran negara dalam pengelolaan perekonomian negara.

 Serikat buruh

Serikat buruh merupakan bentuk gerakan kolektif kelas pekerja. Relasi antara
pekerja dan pemodal yang rentan eksploitasi bisa diantisipasi atau dikurangi dengan
adanya serikat buruh. Serikat buruh yang kuat mempunyai posisi tawar yang kuat di
mata pemilik modal atau investor. Kesenjangan pendapatan antara buruh dan
pengusaha termasuk tim manajerial perusahaan bisa dikurangi apabila serikat buruh
memiliki posisi tawar yang kuat. Ekonomi pancasila mengutamakan kemakmuran
bersama, bukan kemakmuran segelintir elit.

Diharapkan dengan adanya sistem ekonomi Pancasila menjadi salah satu


fondasi yang kuat bagi para pebisnis millennial di Indonesia yang ingin
membentangkan sayapnya di dunia bisnis. Sistem ekonomi Pancasila dapat dijalankan
apabila kondisi perekonomian dan keuangan dalam bisnis tersebut menjadi baik,
bahkan tidak sedikit para pelaku bisnis mengindahkan hal tersebut.

Untuk menjalankan roda keuangan dan pembukuan keuangan sebuah bisnis


tersebut diharapkan dapat menggunakan salah satu sistem pembukuan yang tepat guna
dan bisa bersinergi dengan bisnis yang dijalankan, salah satu diantaranya adalah
Harmony Smart Accounting Solution.

Berawal dari rumitnya membuat sebuah pencatatan keuangan yang dibutuhkan


para masyarakat, Harmony Smart Accounting Solution kini sudah menjadi kebutuhan
primer bagi pebisnis dinamis dalam membantu mereka melakukan pencatatan
keuangan bisnis yang sedang dijalankan.

Dengan teknologi tinggi dan user friendly, Harmony menjadi salah satu
pilihan para ribuan pebisnis yang telah terbantu dalam hal laporan keuangan, seperti
yang diinformasikan melalui konferensi tahunan kami di FinTax Fair 2019 . Mulai
gunakan Harmony untuk membereskan pembukuan bisnis Anda dan dapatkan Gratis
30 Hari disini dengan mendaftarkan akun bisnis/ perusahaan Anda. Dan nikmati
perkembangan dunia akuntansi dan laporan keuangan berbasis teknologi dalam
genggaman Anda hanya di Harmony Smart Accounting Solution.
2. Peranan Pancasila Bagi Kehidupan Perekonomian Bangsa Indonesia

Bagi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila adalah sebagai Ideologi dan
satu-satunya asas pada berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegaranya. Penegasan itu menimbulkan konsekwensi agar dalam setiap
gerak dan langkah kehidupan masyarakat (termasuk juga di bidang
perekonomian), haruslah senantiasa didasarkan atau merupakan penjabaran dari
nilai-nilai luhur yang terkandung pada Pancasila. Konsekwensi itu tidak semata-
mata tertuju kepada masyarakat semata, namun juga terhadap tindakan Pemerintah
yang secara yuridis diimplementasikan melalui produk hukum yang ditetapkannya.

Sebagaimana pernah kita ketahui, MPR pernah menetapkan Garis Besar


Haluan Negara (GBHN) yang isinya adalah arahan dasar bahwa Pancasila agar
diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia
tersebut, hal ini dapat kita simak pada Bab II huruf A GBHN 1996 tentang
Makna dan Hakikat Pembangunan Nasional, yang menyatakan sebagai
berikut:“Keseluruhan semangat, arah dan gerak pembangunan dilak-sanakan
sebagai pengamalan semua sila Pancasila secara serasi dan sebagai kesatuan yang
utuh, yang meliputi”:

1. Pengamalan Sila Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yang antara lain
mencakup tanggung jawab bersama dari semua golongan beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk secara terus-menerus dan
bersama sama meletakan landasan spiritual, moral, dan etik yang kukuh bagi
pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

2. Pengamalan Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, yang antara lain
mencakup peningkatan martabat serta hak dan kewajiban asasi warga negara
serta penghapusan penjajahan, kesengsaraan, dan ketidakadilan dari muka bumi.

3. Pengamalan Sila Persatuan Indonesia, yang antara lain mencakup


peningkatan pembinaan bangsa di semua bidang kehidupan manusia, masyarakat,
bangsa, dan negara, sehingga rasa kesetiakawanan semakin kuat dalam rangka
memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Pengamalan Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan, yang antara lain mencakup upaya makin
menumbuhkan dan me-ngembangkan sistem politik Demokrasi Pancasila
yang makin mampu memelihara stabilitas nasional yang dinamis,
mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab politik warga negara, serta
menggairahkan rakyat dalam proses politik.

5. Pengamalan Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang antara
lain mencakup upaya untuk mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi yang dikaitkan dengan pemerataan pembangunan dan hasil-
hasilnya menuju kepada terciptanya kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia dalam sistem ekonomi yang disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan. Rumusan itu mengamanatkan adanya “semangat
kekeluargaan, kebersa-maan, persatuan dan kesatuan yang terkandung dalam
Pancasila baik secara filsafati maupun idiologi, sehingga Pemerintah dan rakyat
dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh serta saling menunjang dalam peroses
pembangunan bangsa Indonesia.

Berkenaan dengan arahan dan komitmen bangsa di atas, satu persoalan


yang perlu ditelusuri lebih lanjut adalah mengenai nilai-nilai Pancasila yang
bagaimanakah yang dapat diterapkan dalam kehidupan perekonomian bangsa
Indonesia. Dengan kata lain, bagaimanakah penerapan Idiologi Pancasila dalam
bidang ekonomi? Apakah semata-mata mendasarkan pada satu silanya saja,
ataukah memungkinkan kelima sila Pancasila yang merupakan satu kesatuan itu
dapat diimplementasikan dalam kehidupan perekonomian dari bangsa Indonesia?
Untuk mendapatkan jawaban yang lengkap dan memuaskan tentang hal itu
tidaklah merupakan tugas yang mudah, mengingat Pancasila adalah “Idiologi yang
terbuka” Dengan sifatnya itu maka nilai-nilai Pancasila akan senantiasa
berkembang dan menyesuaikan diri terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan,
kecanggihan teknologi, maupun percepatan sarana komunikasi. Keterbukaannya itu
bukanlah berarti akan mengubah nilai-nilai dasar Pancasila, namun hanya
mengekspli-sitkan wawasannya secara lebih kongkrit sehingga mempunyai
kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru mauapun ketahanan dalam
menghadapi dampak negatif dari kemajuan yang terjadi. Dilain pihak, penjabaran atas
nilai-nilai Pancasila haruslah dilakukan secara sistematis terintegrasi dalam semua
aspek kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia. Bilamana hal di atas
dikaitkan dengan kehidupan perekonomian di Indonesia, maka implementasi
dari nilai-nilai Pancasila antara lain dapat kita rumuskan sebagai berikut :

a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, diimplementasikan melalui roda kehidupan


perekonomian bangsa yang digerakan oleh rangsangan-rangsangan moral.

b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, diimplementasikan melalui


kehidupan perekonomian yang berwawasan keme-rataan sosial atas dasar
kemanusiaan.

c. Sila Persatuan Indonesia, diimplementasikan melalui roda perekonomian


bangsa dan negara yang berorientasi men-ciptakan perekonomian nasional yang
tangguh serta dijiwai oleh semangat nasionalisme.

d. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan, diimplementasikan melalui perwujudan usaha
yang berlandaskan usaha bersama dan berdasar atas asas kekeluargaan.

e. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, diimplementasikan


melalui kehidupan perekonomian bangsa yang berorientasi untuk
mewujudkan adanya keadilan ekonomi dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.Dengan demikian jelaslah bahwa nilai-nilai dari keseluruh Sila
Pancasila, secara utuh dan sistematis dapat meresapi kehidupan perekonomian
bangsa Indonesia. Akan tetapi seperti yang kita ketahui bersama, sejarah
menunjukkan bahwa pelaksanaan dan penjabaran dari nilai-nilai Pancasila dalam
berbagai kehidupan bangsa (termasuk pada bidang perekonomian) belumlah
terwujud sepenuhnya.

3. Fakta dan kenyataan Pancasila sebagai Demokrasi Ekonomi Pancasila


Dari segi epistemologis masih belum banyak dirumuskan proses bekerjanya
Ekonomi Pancasila. Prof. Mubyarto mengatakan bahwa sangat mudah dijumpai
Ekonomi Pancasila dalam praktek, yaitu yang dapat dijumpai dari ekonomi pedesaan,
ekonomi rakyat, ekonomi koperasi, ekonomi daerah atau mungkin juga ekonomi
keluarga (family business), tapi realitas itu belum banyak ditulis. Malah yang banyak
ditulis adalah kelemaham-kelemahan dan kasus-kasus kegagalan, stagnasi,
marjinalisasi atau ketergantungan perekonomian rakyat. Ekonomi Pancasila sering
disebut sebagai konsep yang bersifat normatif, yaitu Ekonomi yang berorientasi pada
nilai-nilai Pancasila. Hanya saja dalam kenyataannya, suatu wacana aksiologis
Ekonomi Pancasila belum banyak dilakukan. Cuma secara umum dikatakan bahwa
tujuan sistem Ekonomi Pancasila adalah keadilan sosial atau masyarakat yang adil
dan makmur. Namun bagaimana rincian dan bentuk kongkret masyarakat yang
berkeadilan sosial atau adil dan makmur itu belum banyak ditulis. Yang lebih banyak
ditulis adalah aspek negatif ekonomi kapitalis yang menciptakan ketimpangan,
ekploitasi, dominasi, ketergantungan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Secara epistemologis Ekonomi Pancasila perlu digambarkan dalam sebuah


deskripsi dan analisis mengenai Sistem Ekonomi Pancasila, yaitu system ekonomi
yang disusun berdasarkan UUD 1945, termasuk Pancasila, khususnya berpedoman
pada pasal 33. Berikut ini isi pasal 33 :
1. Sistem Perekonomian yang berdasarkan asas kekeluargaan dan disusun sebagai
bentuk usaha bersama.
2. Sumber daya yang mencakup bumi dan air serta kekayaan alam lainnya yang
terkandung di dalamnya, dikuasai oleh negara dengan tujuan digunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.
3. Negara menguasai berbagai cabang produksi yang penting bagi kepentingan
hidup orang banyak.
4. Perekonomian nasional dilakukan dengan adanya prinsip ekonomi kebersamaan
atas dasar demokrasi ekonomi, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian dan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan
ekonomi nasional.
5. Ketentuan peraturan lebih lanjut tentang pelaksanaan pasal ini diatur dalam
undang-undang.

Penerapan Sistem Ekonomi Pancasila dalam Bisnis

Dalam dunia bisnis sendiri, penerapan dari sistem ekonomi Pancasila sangat beragam
dan sangatlah luas.

 Penerapan Sila Ke-1


Sistem pengelolaan keuangan yang baik akan mencegah terjadinya
kemungkinan kerugian dan mencegah peluang adanya penyalahgunaan keuangan
perusahaan yang bertolak belakang dengan nilai agama atau Ketuhanan yang Maha
Esa.

 Penerapan Sila Ke-2

Memberikan upah dan fasilitas pegawai sesuai dengan tingkat performa,


tanggung jawab, serta risiko yang diberikan pada perusahaan pun merupakan bentuk
penerapan dari nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

 Penerapan Sila Ke-3

Memproduksi barang bisnis terbaik, yang tidak bertentangan dengan berbagai


nilai serta norma masyrakat serta memiliki manfaat yang baik untuk seluruh rakyat
Indoneisa merupakan suatu bentuk dari sila ke-3. Dengan memproduksi barang yang
baik dan bermanfaat untuk banyak orang, maka kita memiliki harapan bahwa produk
tersebut mampu digunakan dan tidak menyebabkan masalah ketika
memanfaatkannya.

 Penerapan Sila Ke-4

Dengan adanya sistem kebersamaan dan juga musyawarah perusahaan dalam


hal memutuskan segala bentuk masalah yang berkaitan dengan usaha merupakan
bentuk dari sila ke-4 yang lebih mengutamakan adanya permusyawaratan.

 Penerapan Sila Ke-5

Terjadinya proses yang baik dan produk yang mampu digunakan oleh banyak
pihak akan menimbulkan pemerataan pemasaran atas barang hasil usaha merupakan
penerapan dari sila keadilan bagi seluruh raktyat Indonesia.

Upaya yang di lakukan dalam demokrasi ekonomi

Pasal 33 UUD 45 menyatakan :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas


kekeluargaan”
2. Cabang-cabang produksi dikuasai oleh Negara
3. Bumi dan air dan kekayaan alam lainnya dikuasai negara untuk sebesar besar
kemakmuran rakyat

Dalam demokrasi ekonomi cabang-cabang produksi yang penting bagi negara


dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Dan dipergunakan
demi kemakmuran rakyat. Untuk itulah dibuatlah undang-undang agar pemilikan
langsung dan penguasaan oleh pemerintah. Hanya perusahaan yang tidak menguasai
hajat hidup orang banyak yang diperbolehkan dikuasai orang seorang dan bermotivasi
memperoleh laba.

Demokrasi Indonesia menghendaki setiap warga hidup layak dan memilih


pekerjaan yang dikehendakinya. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara
diperkembangkan sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan kepentingan umum.
Dan pemerintah sebagai lembaga pengawas.

Pasal 34 UUD 1945, menyatakan :

Fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara. Dalam kata lain
menghapuskan kemiskinan absolut. Demokrasi ekonomi menghindarkan atas sistem
liberalisme, sistem etatisme, dan peng-eksploitasi-an. Dalam rangka itu, para pelaku
ekonomi baik perorangan maupun dalam bentuk badan usaha koperasi, diakui haknya
menentukan sendiri penggunaan sumber daya ekonomi yang dimilikinya.
Pemanfaatan hak ini tidak boleh bertentangan dengan kepentingan masyarakat luas.
Pengambilan keputuan ekonomi oleh para pelaku ekonomi dikendalikan pemerintah
secara tidak langsung terutama dengan sistem intensif dan dis-intensif dan tidak
melalui sistem komando. Dan menghindarkan perusahaan yang berusaha
memonopoli.

Upaya pemerintah pada kehidupan ekonomi demokrasi terpimpin

Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan:


1. Pembentukan Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas)
Pembentukan Badan Perancangan Pembangunan Nasional atau lebih dikenal
dengan Bappenas mulai dibentuk pada tanggal 15 Agustus 1959 yang pada
awalnya dipimpin oleh Muhammad Yamin dengan jumlah anggota sebanyak 50
orang guna untuk melaksanakan pembangunan ekonomi dibawah Kabinet Karya
yang dibentuk oleh Dewan Perancangan Nasional. Dimana tugas Bappenas itu
ketika pada tauhn 1963 memiliki tugas untuk:
- Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pembangunan.
- Melakukan penilaian kerja terhadap mandataris dari MPRS.
- Melakukan rancangan anggaran pembangunan dalam skala panjang maupun
skala pendek.

2. Devaluasi atau penurunan nilai uang


Dengan dilakukan penurunan nilai uang, maka kita dapat melakukan
pembendungan terhadap inflasi yang secara konstan tinggi guna untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar pada masyarakat sehingga akan meningkatkan nilai rupiah
sehingga rakyat Indonesia tidak dirugikan.
Sebelumnya Indonesia, pernah melakukan devaluasi yang dilakukan pada
tanggal 25 Agustus 1950 yang dimana diubah sebagai berikut: Uang Rp 500 menjadi
Rp 50 dan Uang Rp 1000 menjadi Rp 100. Namun usaha tersebut gagal.

3. Deklarasi Ekonomi

Deklarasi ekonomi dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan sebuah


perekonomian yang bersifat membangun untuk nasional, demokratis, serta
terbebaskan dari sisa-sisa imperialisme yang ada untuk mencapai tahap ekonomi
ekonomi sosialis Indonesia yang dibangun secara terpimpin.
BAB III

PENUTUP

Ciri-ciri sistem ekonomi Pancasila terdapat pada UUD 1945 Pasal 33 dan
GBHN Bab 3B No. 14. Peranan Pancasila Bagi Kehidupan Perekonomian
Bangsa Indonesia yaitu, bagi bangsa dan negara Indonesia, Pancasila adalah
sebagai Ideologi dan satu-satunya asas pada berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegaranya. Penegasan itu menimbulkan
konsekwensi agar dalam setiap gerak dan langkah kehidupan masyarakat
(termasuk juga di bidang perekonomian), haruslah senantiasa didasarkan atau
merupakan penjabaran dari nilai-nilai luhur yang terkandung pada Pancasila.

Prof. Mubyarto mengatakan bahwa sangat mudah dijumpai Ekonomi


Pancasila dalam praktek, yaitu yang dapat dijumpai dari ekonomi pedesaan, ekonomi
rakyat, ekonomi koperasi, ekonomi daerah atau mungkin juga ekonomi keluarga
(family business), tapi realitas itu belum banyak ditulis. Malah yang banyak ditulis
adalah kelemaham-kelemahan dan kasus-kasus kegagalan, stagnasi, marjinalisasi atau
ketergantungan perekonomian rakyat. Ekonomi Pancasila sering disebut sebagai
konsep yang bersifat normatif, yaitu Ekonomi yang berorientasi pada nilai-nilai
Pancasila. Hanya saja dalam kenyataannya, suatu wacana aksiologis Ekonomi
Pancasila belum banyak dilakukan. Cuma secara umum dikatakan bahwa tujuan
sistem Ekonomi Pancasila adalah keadilan sosial atau masyarakat yang adil dan
makmur. Namun bagaimana rincian dan bentuk kongkret masyarakat yang
berkeadilan sosial atau adil dan makmur itu belum banyak ditulis. Yang lebih banyak
ditulis adalah aspek negatif ekonomi kapitalis yang menciptakan ketimpangan,
ekploitasi, dominasi, ketergantungan, kemiskinan dan keterbelakangan.

Contoh Penerapan Ekonomi Pancasila yaitu ada Koperasi. Koperasi adalah


salah satu bentuk penerapan Pancasila yang mampu meningkatkan perekonomian
suatu institusi. Kemudian yang kedua, BUMN. BUMN atau Badan Usaha Milik
Negara menunjukan adanya peran serta negara dalam hal mengelola perekonomian
dalam berbagai bidang. Yang terakhir yaitu Serikat Buruh. Serikat buruh adalah suatu
bentuk gerakan kolektif yang dilakukan oleh kelas pekerja. Adanya relasi antar para
pekerja dan investor yang rentan di eksploitasi bisa ditekan atau diminimalisir lewat
serikat buruh.

Adapun upaya yang di lakukan dalam demokrasi ekonomi adalah sebagai berikut :

Pasal 33 UUD 45 menyatakan :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas


kekeluargaan”
2. Cabang-cabang produksi dikuasai oleh Negara
3. Bumi dan air dan kekayaan alam lainnya dikuasai negara untuk sebesar besar
kemakmuran rakyat

Dalam demokrasi ekonomi cabang-cabang produksi yang penting bagi negara


dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara. Dan dipergunakan
demi kemakmuran rakyat. Untuk itulah dibuatlah undang-undang agar pemilikan
langsung dan penguasaan oleh pemerintah. Hanya perusahaan yang tidak menguasai
hajat hidup orang banyak yang diperbolehkan dikuasai orang seorang dan bermotivasi
memperoleh laba. Demokrasi Indonesia menghendaki setiap warga hidup layak dan
memilih pekerjaan yang dikehendakinya. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap
warga negara diperkembangkan sepenuhnya dalam batas yang tidak merugikan
kepentingan umum. Dan pemerintah sebagai lembaga pengawas.

Pemerintah juga memberikan upaya pada kehidupan ekonomi demokrasi


terpimpin. Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan pembentukan
Badan Perancangan Pembangunan Nasional (Bappenas), devaluasi atau penurunan
nilai uang, dan Deklarasi ekonomi.

Saran
Saya sebagai penulis menyadari jika makalah ini banyak sekali memiliki kekurangan
yang jauh dari kata sempurna.Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu kepada sumber yang busa dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran mengenai
pembahasan makalah di atas.
MAKALAH
“PANCASILA PADA PERIODE KEMERDEKAAN, PADA PRESIDEN 1, 2, 3, 4, DAN 5”

Mata Kuliah : Pancasila


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Mashudi, M.Pd

Disusun Oleh:
Atin Nur'Jannah F1071201008

Dini Tiara Andini F1071201017


Fitria Salwa Nadia F1071201023
Linda Rahmawati F1071201047

Manda Melinda F1071201009


Nita Oktaviana F1072201025

Nufitasari F1071201048
Ratih Martina Putri F1072201002

Rita Lisnawati F1071201035


Wiwin Saraswati F1071201055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah Pancasila pada Periode Kemerdekaan, Pada Presiden
1, 2, 3, 4, dan 5.” dengan tepat waktu, hal ini tentunya karena pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang sangat kita nanti-nanti kan syafaatnya di akhirat nanti.

Tiada kata terindah selain mengucap syukur, Alhamdulillah kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat karunia-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah
Pancasila

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam menulis makalah
tersebut, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Pontianak, Mei 2021


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 2
2.1 Pancasila di Masa Kemerdekaan ……………………………………………...3
2.2 Pancasila di Masa Kepemimpinan Ir. Soekarno ............................................... 4
2.3 Pancasila di Masa Kepemimpinan Soeharto .................................................... 5
2.4 Pancasila di Masa Kepemimpinan BJ. Habibie ............................................... 7
2.5 Pancasila di Masa Kepemimpinan Abdurrahman Wahid ................................. 8
2.6 Pancasila di Masa Kepemimpinan Megawati ................................................ 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 11
A. Simpulan ..................................................................................................... 13
B. Saran............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAK

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, bahwasannya pancasila merupakan ideologi
bagi bangsa Indonesia. Dimana pancasila sebagai nilai nilai yang menjadi dasar
bagi segala aspek kehidupan bermasyarakat maupun bernegara di Indonesia.
Pancasila tersusun atas lima sendi utama, dimana mereka memiliki keterkaitan
antara satu dan lainnya yang tidak dapat dipisahkan. Sehingga pancasila
merupakan salah satu elemen penting bagi negara Indonesia.
Disisi lain, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa. Hal ini
merupakan salah satu perwujudan dari nilai nilai budaya yang dimiliki bangsa
Indonesia. Nilai nilai ini sangat di yakini sebagai kebenarannya. Pancasila digali
dari budaya bangsa yang sudah ada sebelumnya. lalu tumbuh serta berkembang
selama berabad abad. Sehingga, dapat dikatakan bahwasannya pancasila adalah
ke khasan yang dimiliki bangsa indonesia, yang keberadaanya ada dimulai
sebagai sebuah bangsa. Di dalam pancasila juga, terdapat sebuah nilai nilai yang
sama dengat adat stiadat, kebudayaan bahkan agama yang ada di Indonesia.oleh
karena itu, pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dapat mencerminka
kepribadian bangsa indonesia.
Selain itu, nilai nilai yang terkandung di dalam pancasila dapat dikatakan
sebagai dasar filsafat negara. Di Indonesia sendiri, filsafat negara memiliki
peranan yang sangat penting. Karena pada hakikatnya merupakan sumber dari
segala sumber hukum yang berada di Indonesia. Hal ini bersifat objektif yang
merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran hukum, dan juga cita cita moral
yang luhur, serta meliputi watak atau sifat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Pancasila lahir pada tanggal 1 juni 1945, dimana maksud dan tujuan
dilahirkannya pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara
Indonesia(Philosofische Grondslag). Hal ini tercantum pada Undang Undang
Dasar 1945Alenia IV1945. Dan merupakan landasan yuridis konstitusional dan
dapat disebut juga sebagai ideologi negara (Budiyanto, 2004: 151). Sehingga
pancasila memiliki peranan penting di setiap gerak, arah bangsa Indonesia.
Ideologi yang dimiliki pancasila bersifat fleksibel dari masa ke masa..
artinya, pancasila dapat menyesuaikan dengan zaman atau keadaan yang terus
berkembang. Disisi lain pancasila juga mampu untuk memberikan suatu arah
baru dengan adanya sebuah tafsiran baru yang konsisten dan relavan. Namun,
perlu diingat bukan berarti nilai dari pancasila dapat diganti dengan nilai dasar
lain yang dapat menghilangkan jati diri bangsa Indonesia.Nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai intrinsik yang kebenarannya dapat dibuktikan secara objektif,
serta mengandung kebenaran yang universal. Sehingga, aktualisasi dan

1
implementasi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dapat diwujudkan.
Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan, pancasila yang
merupakan falsafah negara dengan sifatnya yang fleksibel tentunya mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Seiring dengan bergantinya presiden di
Indonesia, tentunya akan memiliki sedikitnya perkembangan dalam
pengaplikasian maupun implementasinya. Sehingga kita perlu mengetahui
bagaimana perkembangan pancasila dari masa ke masa.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana Pancasila di masa kemerdekaan?


2. Bagaimana pancasila di masa kepemimpinan Ir.
Soekarno?
3. Bagaimana pancasila di masa kepemimpinan Soeharto?
4. Bagaimana pancasila di masa kepemimpinan B.J Habibie?
5. Bagaimana pancasila di masa kepemimpinan
Abdurahman Wahid?
6. Bagaimana pancasila di masa kepemimpinan Megawati?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pancasila di masa kemerdekaan.


2. Untuk mengetahui pancasila di masa kepemimpinan Ir. Soekarno.
3. Untuk mengetahui pancasila di masa kepemimpinan Soeharto.
4. Untuk mengetahui pancasila di masa kepemimpinan B.J Habibie.
5. Untuk mengetahui pancasila di masa kepemimpinan Abdurahman
Wahid.
6. Untuk mengetahui pancasila di masa kepemimpinan Megawati.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pancasila di Masa Kemerdekaan
Pada tanggal 6 Agustus 1945 bom atom dijatuhkan di kota
Hiroshima oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral
semangat tentara Jepang. Sehari kemudian BPUPKI berganti nama
menjadi PPKI menegaskan keinginan dan tujuan mencapai
kemerdekaan Indonesia. Bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki yang
membuat Jepang menyerah kepada Amerika dan sekutunya. Peristiwa
ini pun dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Untuk merealisasikan tekad tersebut, maka pada
tanggal 16 Agustus 1945 terjadi perundingan antara golongan muda
dan golongan tua dalam penyusunan teks proklamasi yang berlangsung
singkat, mulai pukul 02.00-04.00 dini hari. Teks proklamasi sendiri
disusun oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Mr. Ahmad Soebardjo
di ruang makan.

Laksamana Tadashi Maeda tepatnya di jalan Imam Bonjol No 1.


Konsepnya sendiri ditulis oleh
Ir. Soekarno. Sukarni (dari golongan muda) mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta atas nama bangsa Indonesia.

Kemudian teks proklamasi Indonesia tersebut diketik oleh Sayuti


Melik. Isi Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sesuai
dengan semangat yang tertuang dalam Piagam Jakarta tanggal 22 Juni
1945. Piagam ini berisi garis-garis pemberontakan melawan
imperialisme-kapitalisme dan fasisme serta memuat dasar pembentukan
Negara Republik Indonesia. Piagam Jakarta yang lebih tua dari Piagam
Perjanjian San Francisco (26 Juni 1945) dan Kapitulasi Tokyo (15
Agustus 1945) itu ialah sumber berdaulat yang memancarkan
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (Yamin, 1954: 16).
Piagam Jakarta ini kemudian disahkan oleh sidang PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945 menjadi pembentukan UUD 1945, setelah terlebih
dahulu dihapus 7 (tujuh) kata dari kalimat “Ketuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya”,
diubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada tahun 1950-an muncul inisiatif dari sejumlah tokoh yang


hendak melakukan interpretasi ulang terhadap Pancasila. Saat itu
muncul perbedaan perspektif yang dikelompokkan dalam dua kubu.

3
Pertama, beberapa tokoh berusaha menempatkan Pancasila lebih dari
sekedar kompromi politik atau kontrak sosial. Mereka memandang
Pancasila tidak hanya kompromi politik melainkan sebuah filsafat
sosial atau weltanschauung bangsa. Kedua, mereka yang menempatkan
Pancasila sebagai sebuah kompromi politik. Dasar argumentasinya
adalah fakta yang muncul dalam sidang-sidang BPUPKI dan PPKI.
Pancasila pada saat itu benar-benar merupakan kompromi politik di
antara golongan nasionalis netral agama (Sidik Djojosukarto dan Sutan
takdir Alisyahbana dkk) dan nasionalis Islam (Hamka, Syaifuddin
Zuhri sampai Muhammad Natsir dkk) mengenai dasar negara.

2.2 Pancasila di Masa Kepemimpinan Ir. Soekarno


Ir. Soekarno merupakan presiden pertama Indonesia. Dimana dalam
masa jabatannya, dapat disebut dengan orde lama. Pada masa Orde Lama, yaitu
pada masa kekuasaan Presiden Soekarno, Pancasila mengalami ideologisasi.
Artinya, Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan dan
kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno menyampaikan bahwa
ideologi Pancasila berangkat dari mitologi yang belum jelas bahwa Pancasila itu
dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah kesejahteraan, tetapi Soekarno
tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa
Indonesia. Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang
berkembang pada situasi dunia yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan
kondisi sosial-budaya berada di dalam suasana transisional dari masyarakat
terjajah menjadi masyarakat merdeka.
Masa ini adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila, terutama
dalam sistem kenegaraan. Maka dari itu, Pancasila diimplementasikan dalam
bentuk yang berbeda-beda. Pada periode tahun 1945 sampai dengan 1950, nilai
persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia masih tinggi karena menghadapi
Belanda yang masih ingin mempertahankan daerah jajahannya di Indonesia.
Dalam kehidupan politik, sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan
mufakat tidak dapat dilaksanakan karena demokrasi yang diterapkan adalah
demokrasi parlementer. Padahal dasar negara yang digunakan adalah Pancasila
dan UndangUndang Dasar 1945 yang presidensil, namun dalam praktiknya
sistem ini tidak dapat terwujud.

Selain itu, ada juga DI/TII yang ingin mendirikan negara berdasarkan
ajaran Islam. Pada periode tahun 1950 sampai dengan 1955, penerapan Pancasila
diarahkan sebagai ideologi liberal, yang pada kenyataannya tidak dapat
menjamin stabilitas pemerintahan. Sistem pemerintahannya yang liberal lebih
menekankan hak-hak individual. Pada periode ini, persatuan dan kesatuan
bangsa mendapat tantangan yang berat dengan munculnya pemberontakan-

4
pemberontakan yang dilakukan oleh RMS, PRRI, dan Permesta yang ingin
melepaskan diri dari NKRI.

Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan


terlaksananya pemilihan umum tahun 1955 yang dianggap sebagai pemilihan
umum yang paling demokratis. Akan tetapi, anggota Konstituante hasil
pemilihan umum tidak dapat menyusun Undang-Undang Dasar seperti yang
diharapkan. Akan tetapi, demokrasi justru tidak berada pada kekuasaan rakyat
yang merupakan amanah nilai-nilai Pancasila, kepemimpinan berada pada
kekuasaan pribadi Presiden Soekarno melalui ‘Dekrit Presiden’. Akibatnya,
Presiden Soekarno menjadi presiden yang otoriter, mengangkat dirinya menjadi
presiden dengan masa jabatan seumur hidup.
Selain itu, terjadinya politik konfrontasi karena digabungkannya
nasionalis, agama, dan komunis, yang ternyata tidak cocok dengan konsep
Negara Indonesia. Terbukti bahwa pada masa ini adanya kemerosotan moral di
masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, serta
berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Dalam
mengimplementasikan Pancasila, Presiden Soekarno melaksanakan pemahaman
Pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Hal ini tampak jelas
ketika akhir tahun 1950-an, Pancasila sudah bukan merupakan titik pertemuan
bagi semua ideologi sebagaimana yang dimaksud oleh Soekarno dahulu.

Kepentingan-kepentingan politis dan ideologis yang saling berlawanan


antara Presiden Soekarno, militer, Partai Komunis Indonesia, serta kelompok
Islam telah menimbulkan struktur politik yang sangat labil pada awal tahun
1960-an, sampai akhirnya melahirkan Gerakan G 30 S/PKI yang berakhir pada
runtuhnya kekuasaan Orde Lama.

2.3 Pancasila Di Masa Kepemimpinan Soeharto


Soeharto merupakan presiden kedua yaang memimpin Indonesia. Priode ini
disebut dengan Orde Baru atau disingkat dengan Orba. Orde Baru
menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno.
Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya Surat Perintah 11 Maret
1966.Meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 telah meruntuhkan konfigurasi
politik era demokrasi terpimpin yang bercorak otoritarian. Pengkhianatan
tersebut mengakhiri tolak-tarik di antara tiga kekuatan politik -Soekarno,
Angkatan Darat, dan PKI- dalam dinamika era demokrasi terpimpin yang
ditandai dengan tampilnya militer sebagai pemenang. Tarik-menarik antara
Soekarno, militer, dan PKI pada era demokrasi terpimpin mencapai titik
puncaknya pada bulan September 1965, menyusul kudeta PKI yang gagal, yang
kemudian dikenal sebagai G 30 S/PKI. Setelah kudeta yang gagal itu, kekuasaan
Soekarno dan PKI merosot tajam. Merosotnya kekuatan Soekarno dan PKI

5
secara drastis setelah G 30 S/PKI disebabkan oleh peran-peran yang dimainkan
oleh keduanya sebelumnya. Seperti diketahui, Soekarno bersikap sangat otoriter,
sehingga banyak yang menunggu momentum untuk melakukan penantangan
secara terbuka tanpa risiko masuk penjara. Sementara PKI sejak tahun 1963
(ketika UU Darurat dicabut oleh Soekarno) tidak lagi memilih jalan damai
dalam berpolitik.
Surat perintah tersebut telah menjadi alat legitimasi yang sangat efektif bagi
Angkatan Darat untuk melangkah lebih jauh dalam panggung politik. Sehari
setelah surat perintah itu diterima, Soeharto membubarkan PKI, sesuatu yang
sudah lama dituntut oleh masyarakat melalui demonstrasi-demonstrasi. Presiden
Soekarno sendiri praktis kehilangan kekuasaannya setelah mengeluarkan
Supersemar, kendati secara resmi masih menjabat Presiden dalam status
‘Presiden Konstitusional’. Setelah dibersihkan dari unsur PKI dan pendukung
Soekarno, DPR-GR dan MPRS mulai mengadakan sidang-sidangnya sebagai
lembaga negara. Pada tahun 1967, MPRS mencabut mandat Soekarno sebagai
Presiden. Soekarno kehilangan jabatannya berdasarkan TAP No.
XXXIII/MPRS/1967, yang sekaligus mendudukkan Soeharto sebagai Pejabat
Presiden.
Setahun kemudian, melalui TAP No. XLIII/MPRS/1968, Soeharto diangkat
menjadi Presiden definitif. Dalam rezim seperti ini, keputusan dibuat melalui
cara sederhana, tepat, tidak bertele-tele, efisien, dan tidak memungkinkan
adanya proses bergaining yang lama. Munculnya rezim ini disebabkan adanya
semacam delayed-dependent development syndrome di kalangan elite politik,
seperti ketergantungan pada sistem internasional dan kericuhan-kericuhan
politik dalam negeri. Rezim ini didukung oleh kelompok-kelompok yang paling
dapat mendukung proses pembangunan yang efisien, yaitu militer, teknokrat
sipil, dan pemilik modal.

Tekad Orde Baru menjamin stabilitas politik dalam rangka pembangunan


ekonomi mempunyai implikasi tersendiri pada kehidupan partai-partai dan
peranan lembaga perwakilan rakyat. Pemerintah Orde Baru bertekad untuk
mengoreksi penyimpangan politik yang terjadi pada era Orde Lama dengan
memulihkan tertib politik berdasarkan Pancasila. Penegasan bahwa stabilitas
politik menjadi prasyarat pembangunan ekonomi secara tidak langsung dapat
berimplikasi pada pengurangan pluralisme kehidupan politik atau pembatasan
pada sistem politik yang demokratis. Pada awal kehadirannya, Orde Baru
memulai langkah pemerintahannya dengan langgam libertarian. Orde Baru telah
menggeser sistem politik Indonesia dari titik ekstrim otoriter pada zaman
demokrasi terpimpin ke sistem demokrasi liberal. Akan tetapi, implementasi dan
aplikasinya sangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian, kebijakan-
kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila.

6
Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah sehingga
tertutup bagi tafsiran lain. Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi.

Presiden Soeharto menggunakan Pancasila sebagai alat untuk


melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
indoktrinasi Pancasila. Pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-
sekolah melalui pembekalan. Kedua, Presiden Soeharto membolehkan rakyat
untuk membentuk organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan
Pancasila, atau yang disebut sebagai asas tunggal. Ketiga, Presiden Soeharto
melarang adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah dengan
alasan stabilitas, karena Presiden Soeharto beranggapan bahwa kritikan terhadap
pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di dalam negeri. Oleh karena itu,
untuk menjaga stabilitas negara, Presiden Soeharto menggunakan kekuatan
militer sehingga tidak ada pihak-pihak yang berani untuk mengkritik
pemerintah.

Selama rezim Orde Baru berkuasa, terdapat beberapa tindakan penguasa


yang melenceng dari nilai-nilai luhur Pancasila, antara lain yaitu:
1. Melanggengkan Presiden Soeharto berkuasa selama 32 tahun.
2. Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila melalui program P4.
3. Adanya penindasan ideologis sehingga orang-orang yang
mempunyai gagasan kreatif dan kritis menjadi takut bersuara.
4. Adanya penindasan secara fisik, seperti pembunuhan di Timor
Timur, Aceh, Irian Jaya, kasus di Tanjung Priok, kasus pengrusakan
pada 27 Juli, dan lain sebagainya.
5. Perlakuan diskriminasi oleh negara terhadap masyarakat non
pribumi (keturunan) dan golongan minoritas.

2.4 Pancasila Di Masa Kepemimpinan B.J Habibie


Masa reformasi dimulai saat Soeharto mundur dari jabatannya dan
digantikan oleh B.J. Habibie. Dalam pemerintahannya, B.J. Habibie berusaha
untuk memperbaiki sistem ekonomi, mereformasi bidang politik dan hukum,
mengeluarkan UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan
Pendapat di Muka Umum, dan lain-lain.
Pada Era Reformasi, Pancasila sebagai re-interpretasi, yaitu Pancasila harus
selalu diinterpretasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti
dalam menginterpretasikannya harus relevan dan kontekstual, serta harus
sinkron atau sesuai dengan kenyataan pada zaman saat itu. Berbagai perubahan
dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara
di bawah payung ideologi Pancasila. Pancasila banyak diselewengkan dan
dianggap sebagai bagian dari pengalaman buruk di masa lalu, dan bahkan ikut
disalahkan menjadi sebab kehancuran.

7
Pancasila pada Era Reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila pada
masa Orde Lama dan Orde Baru, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi.
Tantangan itu adalah Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang sampai hari ini tidak
ada habisnya. Pada masa ini, korupsi benar-benar merajalela.Mulai pada masa
reformasi, penerapan Pancasila sebagai ideologi negara terus digaungkan hingga
saat ini. Tidak hanya itu, upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi
lainnya juga berkurang.

2.5 Pancasila Di Masa Kepemimpinan Abdurahman Wahid


Seorang Abdurrahman Wahid atau yang dikenal Gus Dur di tengah kondisi
bangsa yang sedang mengalami krisis kebangsaan, jejak pemikiran dan
perjuangannya sangat terasa dibutuhkan. Salah satu jejak itu ialah perumusan
keselarasan Islam dan Pancasila. Bersama Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) saat itu, KH Ahmad Shiddiq, Gus Dur adalah kreator
keselarasan tersebut yang melahirkan Piagam Munas Alim Ulama di Situbondo,
1983. Dalam piagam itu, NU menerima kebijakan asas tunggal Pancasila karena
alasan teologis, bukan politis. Karena, Pancasila merupakan cerminan tauhid dan
syariah, tidak ada alasan warga NU untuk menolak.
Pandangan Gus Dur, Pancasila yang bermahkota Ketuhanan Yang Maha Esa
menjadi jalan keluar dari dua kebuntuan. Pada satu sisi, kebuntuan teokrasi yang
menghendaki penegakan kedaulatan Allah (hakimiyatullah). Jika penegakan
Daulat Tuhan berarti legalisasi hukum Islam abad pertengahan minus nilai-nilai
demokratik, sesuaikah sistem ini dengan semangat zaman modern? Sebab yang
disebut Negara Islam ialah negara dimana sultan atau khalifah menjadi penafsir
tunggal syariah. Adapun wakil rakyat (ahlul halli wal ‘aqdi) hanya bertugas
menasehati. Syura (parlemen) di Negara Islam bukan lembaga legislatif,
melainkan konsultatif. Nasihatnya bisa diterima atau diabaikan sultan.

Di sisi lain, sistem demokrasi sekular juga buntu karena tidak mampu
melihat kebaikan agama di ruang publik. Kehidupan publik bagi sistem ini harus
imun dari agama, karena agama dianggap cerminan dari sektarianisme dan
absolutisme kitab suci. Bagi Gus Dur, dua kebuntuan ini dipecahkan oleh
Pancasila karena beberapa alasan :

1. Pancasila menempatkan ketuhanan sebagai sila pertama. Hal ini dekat


dengan paradigma teokratis, tetapi minus penetapan syariah sebagai
dasar negara. Karena sila ketuhanan ini, syariah dilindungi oleh negara,
meskipun dalam konteks undang-undang (qanun) bukan konstitusi
(dustur). Ketiadaan dimensi doktrinal dari agama tertentu membuat
ketuhanan dalam Pancasila tidak mewakili sektarianisme, sebagaimana
dikhawatirkan sistem sekular, karena ketuhanan yang ditegakkan
Pancasila ialah nilai-nilai ketuhanan modern, berisi penghormatan

8
terhadap kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi, dan keadilan sosial. Hal
ini tentu tidak terlintas di benak kalangan sekular yang melihat Islam dari
kesempitan pandangan kelompok radikal.
2. Pancasila ternyata mencerminkan nilai-nilai Islam. Menurut Gus Dur,
hanya negara inklusif seperti Negara Pancasila yang bisa menaungi
terpenuhinya “Pancasila” (ushul al-khams) dari tujuan syariah, yakni
perlindungan atas agama, nyawa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena
itu, fungsi negara sebagai penegak hukum Tuhan harus dipahami secara
substantif melalui tekanan pada visi kerahmatan, baik yang terdapat
dalam akidah (teologi), syariah (hukum), maupun akhlak (amal etis).
Kini, sepuluh tahun sudah Gus Dur berpulang ke Rahmatullah. Warisan
pikiran tersebut semestinya menjadi modal bagi keagungan Indonesia
sebagai bangsa Muslim terbesar yang demokratis.
Dalam pandangan Abdurrahman Wahid, Pancasila adalah sebuah
kesepakatan politik yang memberi peluang bagi bangsa Indonesia untuk
mengembangkan kehidupan nasional yang sehat di dalam sebuah negara
kesatuan. Dalam pidato Rapat Akbar itu, Gus Dur menegaskan bahwa
penerimaan NU atas Pancasila bertolak dari beberapa alasan yang sangat masuk
akal. Tetapi yang paling penting adalah alasan historis. Tahun 1945 Presiden
Soekarno meminta dan menerima nasihat para pemimpin NU tentang bagaimana
seharusnya Pancasila disusun sebagai dasar negara.

Menurut Gus Dur, Pancasila bukan persoalan unik dan hanya di


Indonesia. Di banyak negarapun, untuk merumuskan dan memantapkan dasar
negara ada yang mengambil jalan dialog terbuka dan dialog dengan proses
tawar-menawar yang sepi (silent bargainings). Di Indonesia yang terjadi adalah
dengan silent bargainings pada kelompok elit.
Di samping itu, tampak juga ketegasan dan komitmen Gus Dur dalam
membela Pancasila. Pancasila menurut Gus Dur sangat mungkin diselewengkan
dan disalah tafsirkan oleh kelompok tertentu. Persoalan singkatnya begini: Di
kalangan pemerintah pada rezim Orde Baru mengartikan demokrasi sebagai
kelembagaan seperti lembaga perwakilan tetapi pihak lain berbicara soal
perilaku demokrasi. Bukti ketegasan Gus Dur selalu mengajak kembali pada
Pancasila dan UUD 1945, bahkan Gus Dur beraní mempertaruhkan nyawa untuk
Pancasila.

Pada era reformasi di bawah kepemimpinan Gus Dur, Pancasila


dijadikan sebagai ideologi yang final. Lahirnya Keppres No. 9 Tahun 2000
tentang Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan nasional, menjadi pesan
yang amat jelas untuk mendorong proses demokratisasi yang bernilai kesetaraan
gender. Hingga kini Keppres ini menajdi landasan advokasi penghapusan
diskriminasi terhadap perempuan.

9
2.6 Pancasila Di Masa Kepemimpinan Megawati
Megawati terpilih menjadi presiden pada tahun 2001. Adapun SI – MPR
tersebut diselenggarakan dalam rangka menyikapi sikap presiden Gus Dur ketika
membekukan lembaga legislatif MPR dan Partai Golkar (Soebachman,
2015:152). Karena pada tanggal 23 Juli 2001 MPR secara resmi melengserkan
Presiden Gus Dur, otomatis wakil presiden Megawati Soekarnoputri naik
jabatan untuk menggantikannya.

Implementasi pancasila di era Megawati nampaknya tidak trlalu


signifikan. Pasalnya, kurangnya implementasi di era megawati terhadap
pancasila membuat banyak kejadian yang muncul. Sebagai contoh aksi-aksi
terorisme mulai marak di era Megawati, suatu fenomena politik yang hampir
tidak ada di era Orde Baru. Namun, megawati dengan sigap meberlakukan
aturan mengenai terorisme dan hukuman yang setimpal terkait terorisme.

Aksi aksi terorisme yang terjadi pada masa ini dikarenakan kurangnya
sosialisasi dan penanaman idelogi pancasila pada masyarakat. Warisan penting
Soeharto di bidang implementasi Pancasila, yaitu kewajiban menerapkan asas
tunggal (Pancasila) bagi semua kekuatan politik dan kekuatan masyarakat, pun
terlupakan.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Di era orde lama, pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Pancasila
adalah ideologis. Dengan kata lain, Pancasila bekerja keras membangun,
Menjadi iman dan kepribadian bangsa Indonesia. Faktanya, Pancasila hanya
digunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan secara permanen
Presiden diangkat seumur hidup.

Di era orde baru, pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Bangsa


Indonesia kembali ke Pancasila dan UUD 1945 sebagai fondasi negara. Padahal,
Pancasila kembali hanya digunakan sebagai Alat untuk mempertahankan
kediktatoran Presiden Soeharto Sekitar 32 tahun.
Diharapkan era reformasi era reformasi menyediakanMembawa angin segar
bagi bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia diharapkan kembali mengamalkan
nilai-nilai luhur Pancasila sebagai pedoman negarapatriotik. Padahal faktanya di
era reformasi ini bangsa IndonesiaJauh dari nilai luhur Pancasila. Hal ini
dikarenakan dampak globalisasi, mereka mengalami kemerosotan moral dan
cenderung melakukan liberalisasi. Korupsi dilakukan di depan umum serta
menjadi budaya di Indonesia.

3.2 Saran
Oleh sebab itu, pancasila yang merupakan ideologi dan falsafah negara harus
dipertahankan sebaik mungkin. Sehingga nilai nilai luhur dari pancasila tetap
terjaga dari generasi ke generasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aruma Nurjannah, I. R., Umamah, N., & . M. (2018). Megawati Presiden Political
Policy in 2001-2004. February, 2(1), 14. jurnal.unej.ac.id

Muntoha, & Darmoko, P. D. (2017). Pergeseran Demokrasi Pancasila Ke Demokrasi


Liberal (Praktek Ketatanegaraan Ri Pasca Reformasi). Jurnal Madaniyah, 7(2),
354–372.

Muntoha, M. (2016). Respon Islam Terhadap Perubahan Relasi Masyarakat Lokal Dan
Negara Di Indonesia Era Reformasi. Wahana Akademika: Jurnal Studi Islam
Dan Sosial, 2(2), 11. https://doi.org/10.21580/wa.v2i2.374
Pancasila, P., Modal, S., Berbangsa, S., & Bernegara, D. A. N. (2017). Pancasila
Sebagai Identitas Dan Nilai Luhur Bangsa: Analisis Tentang Peran Pancasila
Sebagai Modal Sosial Berbangsa Dan Bernegara. Jurnal Ilmiah Ilmu
Pemerintahan, 2(1), 44–52. https://doi.org/10.14710/jiip.v2i1.1634
Pratiwi, A. L. (2015). Megawati Soekarnoputri Presiden Wanita Di Indonesia ( 2001-
2004 ). Jurnal Pattingalloang, 2(1), 8.

Utama, A. S., & Dewi, S. (2018). Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia serta
Perkembangan Ideologi Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Era
Reformasi. https://doi.org/10.31227/osf.io/7y9wn
Vanya Karunia Mulia Putri. (2021). Penerapan Pancasila dari Masa ke Masa.
Kompas.Com.
https://www.kompas.com/skola/read/2021/04/14/152113969/penerapan-
pancasila-dari-masa-ke-masa?page=all
Warno. (2009). Pandangan Abdurrahman Wahid terhadap Pancasila sebagai Dasar
Negara.

12
PANCASILA TERAPAN DAN KENYATAAN,
PERATURAN UNDANG-UNDANG YANG DIBUAT,
SERTA FAKTOR YANG MENDUKUNG
DAN MENGHAMBATNYA

(Laporan penelitian ini ditulis untuk melengkapi tugas Pendidikan Pancasila)

Disusun oleh Kelompok 6 :


Asih Triyanti (F1072201007)
Chintia Vani (F1072201006)
Dhea Purwati (F1072201008)
Filza Asqurini (F1071201046)
Inne Aqmarina Filza (F1071201031)
Mas Akhbar Faturrahman (F1071201053)
Nasreen Nischka Minderman (F1071201026)
Nur Annisa (F1071201002)
Robby Akbar (F1071191059)
Serina (F1071201011)

Program Studi : Pendidikan Biologi


Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tanjungpura
Tahun Akademik 2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-
Nya, sehingga penulis dapat menyusun laporan penelitian yang berjudul “Pancasila Terapan
dan Kenyataan, Peraturan Undang-Undang yang Dibuat, serta Faktor yang Mendukung dan
Menghambatnya” dengan lancar dan terselesaikan dengan baik.
Laporan penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan kompetensi dari mata
kuliah Pendidikan Pancasila dengan mengetahui Pancasila terapan dan kenyataan, peraturan
undang-undang yang dibuat, serta faktor yang mendukung dan menghambatnya.
Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Mashudi, M.Pd. sebagai dosen dari mata kuliah Pendidikan Pancasila yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini.
2. Orang tua yang telah memfasilitasi dan mendukung proses pekerjaan penulis.
3. Teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, yang telah berperan dalam
penyusunan laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
Meskipun telah disusun dengan maksimal, namun penulis menyadari masih banyak
kesalahan dalam laporan ini, baik dalam penulisan, tata bahasa, tanda baca, dan hal-hal lainnya
yang masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca sekalian.
Akhir kata, semoga laporan penelitian ini dapat memberi banyak manfaat bagi
Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Pontianak, 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I – PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Permasalahan ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 1
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 2
BAB II – PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN ............................................................ 3
A. Pancasila Terapan dan Kenyataan ................................................................................ 3
B. Peraturan Undang-Undang yang Dibuat ....................................................................... 5
C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan Pancasila ....................... 7
BAB III – KESIMPULAN .................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penerapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk
kepadanya, membela, dan melaksanakan dalam seluruh perundang-perundangan. Mengenai
hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan “Negara Pancasila adalah suatu negara yang
didirikan dan dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan
mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan
yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,
mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraan lahir batin selengkap mungkin,
memajukan kesejahteraan umum, yang kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat dan
mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial)”.
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan adalah pembuatan Peraturan-Peraturan
Perundang-Undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan,
pengesahan atau penetapan dan pengundangan. Peraturan Perundang-Undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau
ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-Undangan. Dalam hal ini, penerapan dan ketentuan peraturan
perundang-undangan Pancasila memiliki faktor pendorong dan penghambat.

B. Rumusan Permasalahan
Rumusan permasalahan yang terdapat di laporan penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana penerapan Pancasila dan kenyataannya di kehidupan sehari-hari?
2. Apa saja peraturan undang-undang yang telah dibuat?
3. Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan Pancasila?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Pancasila dan kenyataannya di kehidupan sehari-
hari.
2. Untuk mengetahui apa saja peraturan undang-undang yang telah dibuat.

1
3. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam penerapan
Pancasila.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, yaitu dapat memberikan pengetahuan dan wawasan kepada
mahasiswa, dosen, dan pihak lain mengenai Pancasila terapan dan kenyataan, peraturan
undang-undang yang dibuat, serta faktor yang mendukung dan menghambatnya.

2
BAB II
PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pancasila Terapan dan Kenyataan


Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai warga negara Indonesia kita harus
berpegang teguh pada Pancasila yang mana itu adalah ideologi dasar negara kita. Pancasila
sebagai pedoman bagi seluruh warga negara Indonesia seharusnya lebih dari cukup untuk
menjadi arah hidup kita dalam berbangsa dan bernegara, namun masih ada kendala-kendala
dalam realisasi Pancasila sehingga belum terimplementasi sepenuhnya di kenyataan
berkehidupan.
Sila pertama, yaitu Ketuhanan yang Maha Esa. Pada sila pertama Pancasila, bangsa
Indonesia harus memiliki agama ataupun kepercayaan dalam memeluk dan beribadah sesuai
dengan iman agama masing-masing. Seharusnya dalam sila pertama ini, warga negara
Indonesia sudah jelas dan mengerti tentang Tuhan yang Maha Esa dam meyakini bahwa
perbuatan dan sikap kita pasti akan diperhatikan oleh Tuhan kita masing-masing. Bangsa harus
berusaha memberantas aliran-aliran keagamaan yang menyimpang terhadap nilai-nilai maupun
moral Pancasila. Sila ini juga mengajarkan tentang membina kerukunan hidup di antara sesama
umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, akur dalam bermasyarakat
sebagai umat beragama yang saling menghormati kehendak beribadah satu sama lain sesuai
agama yang sah di Indonesia, dan tidak menghalang-halangi umat beragama lain untuk
beribadah dan berdakwah masing-masing asalkan masih dalam norma-norma yang berlaku.
Tetapi, pada kenyataannya masih banyak orang yang melakukan penyimpangan dari nilai-nilai
Pancasila tanpa pengawasan dari Tuhan yang Maha Mengetahui. Kenyataannya masih banyak
kebohongan, kecurangan, konspirasi, dan masih banyak hal lainnya yang diperbuat oleh
manusia. Sebagai contoh kecil, yaitu masih banyak pelajar yang berbuat kecurangan dalam
pembelajaran, seperti mencontek, membuat cara apapun untuk mendapatkan jawaban saat
ujian, dan masih banyak lagi; juga seperti koruptor, yang berbuat seenaknya merampas uang
yang bukan haknya. Hal-hal tersebut menandakan bahwa orang tersebut merasa tidak diawasi
oleh Tuhan mereka. Misalnya saja di bulan puasa, masih ada orang-orang yang minum atau
bahkan merokok di kalangan orang banyak yang menunjukkan tidak ada sedikitpun rasa ingin
menghormati orang lain atau orang yang sedang berpuasa.
Sila kedua yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, di mana sila ini mengakui dan
memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan yang

3
Maha Esa, mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia
tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan
sosial, warna kulit dan sebagainya, tidak merendahkan orang lain dengan mudah tetapi
bersikaplah rendah diri agar tidak menimbulkan perpecahan satu sama lain, menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap saling
tenggang rasa dan tepa selira, dan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain, dan mulai
menghargai satu sama lain memberikan perhatian kepada mereka yang mengalami kesusahan.
Namun, jarang sekali kita lihat keadilan yang ditunjukkan oleh sesama manusia. Manusia
zaman sekarang sudah banyak yang tidak beradab, tidak punya hati nurani, perilakunya
melebihi perilaku hewan yang tidak berperikemanusiaan – banyak manusia yang melakukan
pembunuhan, pemerkosaan, pelecehan seksual, dan sebagainya yang menurunkan nilai-nilai
kemanusiaan yang ada di antara masyarakat.
Sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Maksud dari sila ketiga ini mengutamakan
persatuan atau kerukunan bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama,
suku, bahasa, dan budaya. Kita sebagai warga negara Indonesia harus mampu menempatkan
persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan sehingga sanggup dan rela
berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. Perlu dijelaskan bahwa
sudah tidak sedikit lagi orang-orang yang sudah hilang rasa persatuan dan nasionalisme, mulai
acuh tak acuh apa yang terjadi pada negara kita. Di Indonesia, sekarang tidak terlihat lagi
persatuan yang ditunjukkan oleh sesama manusia, yang ada hanyalah kekerasan dan
pembantaian. Sudah tidak tampak kebersamaan yang seharusnya diperlihatkan atau
ditunjukkan demi membangun negara ini.
Sila keempat, yaitu Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Sila keempat ini mempunyai makna bahwa kekuasaan ada di
tangan rakyat, dan dalam melaksanakan kekuasaannya, rakyat menjalankan sistem perwakilan
dan keputusan-keputusan yang diambil dilakukan dengan jalan musyawarah yang dikendalikan
dengan pikiran yang sehat, jernih, logis, serta penuh tanggung jawab baik. Menerapkan sila
keempat ini, kita sebagai warga negara dan warga masyarakat harus mengerti bahwa setiap
manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama dan tidak boleh
memaksakan kehendak kepada orang lain. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil
keputusan untuk kepentingan bersama, mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan,
menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah
dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
4
musyawarah. Namun, saat ini banyak krisis kepercayaan yang disebabkan banyak orang yang
dipercaya tetapi ingkar. Oleh sebab itu, saat ini sudah kurangnya kepercayaan satu sama lain
sehingga mengurangi niat dalam menjalin suatu kegiatan yang mulanya untuk kepentingan
bersama. Misalnya, pemilihan ketua yang telah diangkat disetujui melalui beberapa orang saja,
yang mana sisanya tidak setuju dan bahkan tidak tahu dengan adanya pemilihan ketua sehingga
mengurangi minat mereka ke depannya untuk melakukan musyawarah karena tidak mencapai
makna musyawarah yang semestinya.
Sila kelima, yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan berarti
adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain, sehingga seseorang itu bertindak
adil apabila orang memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan haknya. Kemakmuran
yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat – dinamis dalam arti
diupayakan lebih tinggi dan lebih baik dan terjadi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
yang lebih baik. Seluruh kekayaan alam tidak dikuasai oleh sekelompok orang, tetapi harus
untuk kesejahteraan semua orang, kepentingan bersama menurut potensi masing-masing. Yang
perlu digarisbawahi adalah jangan menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain, hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah,
maupun bertentangan dengan / atau merugikan kepentingan umum. Banyaknya penggunaan
hak milik yang telah dijelaskan membuat banyak timbulnya penipuan dan berperilaku buruk
yang merusak bangsa kita. Korupsi juga menjadi salah satu bentuk ketidakadilan yang terjadi,
di mana mereka yang memakan uang rakyat dengan tidak semestinya mengakibatkan tidak
meratanya infrastruktur yang harusnya sudah ada dan tersebar dengan baik.

B. Peraturan Undang-Undang yang Dibuat


Perundang-undangan (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden. Undang-undang
memiliki kedudukan sebagai aturan main bagi rakyat untuk konsolidasi posisi politik dan
hukum, untuk mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk
negara. Undang-undang dapat pula dikatakan sebagai kumpulan-kumpulan prinsip yang
mengatur kekuasaan pemerintah, hak rakyat, dan hubungan di antara keduanya. Undang-
Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dengan persetujuan bersama Presiden. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal
kegentingan yang memaksa.
Tahapan pembentukan undang-undang :
5
1. Persiapan Sunting – Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat diajukan oleh DPR atau
Presiden. RUU yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan
LPND sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya. RUU ini kemudian
diajukan dengan surat Presiden kepada DPR, dengan ditegaskan menteri yang
ditugaskan mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan RUU di DPR. DPR
kemudian mulai membahas RUU dalam jangka waktu paling lambat 60 hari sejak surat
Presiden diterima. RUU yang telah disiapkan oleh DPR disampaikan dengan surat
pimpinan DPR kepada Presiden. Presiden kemudian menugasi menteri yang mewakili
untuk membahas RUU bersama DPR dalam jangka waktu 60 hari sejak surat Pimpinan
DPR diterima. DPD dapat mengajukan RUU kepada DPR mengenai hal yang berkaitan
dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta
penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Pembahasan Sunting – Pembahasan RUU di DPR dilakukan oleh DPR bersama
Presiden atau menteri yang ditugasi, melalui tingkat-tingkat pembicaraan, dalam rapat
komisi/panitia/alat kelengkapan DPR yang khusus menangani legislasi, dan dalam
rapat paripurna. DPD diikutsertakan dalam Pembahasan RUU yang sesuai dengan
kewenangannya pada rapat komisi/panitia/alat kelengkapan DPR yang khusus
menangani bidang legislasi. DPD juga memberikan pertimbangan kepada DPR atas
RUU tentang APBN dan RUU yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.
3. Pengesahan Sunting – Apabila RUU tidak mendapat persetujuan bersama, RUU
tersebut tidak boleh diajukanlagi dalam persidangan masa itu. RUU yang telah disetujui
bersama oleh DPR dan Presiden disampaikan oleh pimpinan DPR kepada Presiden
untuk disahkan menjadi UU, dalam jangka waktu paling lambat 7 hari sejak tanggal
persetujuan bersama. RUU tersebut disahkan oleh presiden dengan menandatangani
dalam jangka waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui oleh DPR dan Presiden. Jika
dalam waktu 30 hari sejak RUU tersebut disetujui bersama tidak ditandatangani oleh
Presiden, maka RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan.
Peraturan perundang-undangan bukanlah opini atau artikel akademis yang dibuat
berdasarkan pendapat atau teori semata. Opini dan artikel tidak memiliki daya paksa atas orang
lain untuk berbuat atau untuk tidak berbuat. Sebaliknya, peraturan perundang-undangan
merupakan dokumen hukum yang memiliki konsekuensi sanksi bagi pihak yang diatur.
Peraturan perundang-undangan juga merupakan dokumen politik yang mengandung
kepentingan dari berbagai pihak. Apabila seseorang ingin menyusun peraturan perundang-
6
undangan yang baik, maka seseorang perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk
menyusunnya. Mengenai kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan, perlu
diketahui bahwa kewenangan pembentukan undang-undang berada di tangan DPR yang
bersama Presiden membahas dan menyetujui setiap Rancangan Undang-Undang. Selanjutnya,
Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah mendapat persetujuan bersama
menjadi undang-undang. Pembuatan undang-undang pada hakikatnya merupakan kekuasaan
bersama antara DPR dan Presiden (sharing power). Sementara, kewenangan pembentukan
peraturan perundang-undangan yang tingkatannya di bawah undang-undang merupakan
kewenangan Presiden, Kepala Daerah, atau Pimpinan Kementerian/Lembaga sesuai
kewenangannya. Perlu diketahui, hierarki peraturan perundang-undangan dari yang tertinggi
sampai terendah adalah UUD Tahun 1945, TAP MPR, Undang-Undang /Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan Daerah
Provinsi, dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Mengetahui hierarki ini penting untuk
menghindarkan peraturan perundang-undangan yang disusun bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

C. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan Pancasila


Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian bangsa yang nilai-nilainya
bersifat nasional yang mendasari kebudayaan bangsa, maka nilai-nilai tersebut merupakan
perwujudan dari aspirasi (cita-cita hidup bangsa). Dengan Pancasila, perpecahan bangsa
Indonesia akan mudah dihindari karena pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang
berdasarkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian sehingga perbedaan apapun yang ada
dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh dengan keanekaragaman yang
berada dalam satu keseragaman yang kokoh. Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam
penerapan nilai-nilai Pancasila, antara lain:
a. Faktor-faktor pendukung dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila :
1. Pendidikan atau pengetahuan sangat besar pengaruhnya terhadap pemahaman kita
untuk memahami arti dan fungsi Pancasila.
2. Lingkungan hidup sama halnya dengan pendidikan, lingkungan juga berpengaruh
kepada pembentukan jiwa Pancasila yang kita pahami dan pelajari.
3. Memahami arti dan fungsi Pancasila dengan baik dan jadikan sebagai pandangan hidup
kita sehari-hari.

7
4. Menjadikan Pancasila sebagai aturan-aturan berperilaku. Memiliki rasa persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara, agar tidak mengenal batas-batas perbedaan
agama, kesukuan, golongan dan lain sebagainya.
5. Mampu menciptakan rasa kebersamaan dengan cara tolong-menolong untuk mencapai
hubungan yang lebih harmonis.
b. Faktor penghambat dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila, adalah berkurangnya nilai-
nilai kekeluargaan, semangat gotong royong, tenggang rasa, norma susila, kesopanan dan
adat istiadat bangsa karena lebih mementingkan keegoisannya sendiri dibandingkan orang
lain.

8
BAB III
KESIMPULAN

Penerapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara
Indonesia adalah negara Pancasila. Sebagai warga negara Indonesia kita harus berpegang teguh
pada Pancasila dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu,
Pancasila diimplementasikan dalam Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan persetujuan bersama Presiden yang bertujuan untuk
mengatur kehidupan bersama dalam rangka mewujudkan tujuan dalam bentuk negara. Namun
dalam menjalankannya dalam kehidupan sehari hari terdapat banyak faktor-faktor pendukung
dan penghambatnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Humas. 2015. Apa Yang Perlu Diketahui Untuk Membuat Peraturan Perundang-Undangan?.
Diakses pada 24 Mei 2021 dari https://setkab.go.id/apa-yang-perlu-diketahui-untuk-
membuat-peraturan-perundang-undangan/.

Pratiwi, Anggilia. 2015. Kenyataan Penerapan Pancasila di Zaman Sekarang. Diakses pada
24 Mei 2021 dari
https://www.kompasiana.com/anggilia/551857f1a333117007b66519/kenyataan-
penerapan-pancasila-di-zaman-sekarang.

Septianingsih, Ayu. 2020. Pentingnya Menerapkan Nilai-Nilai Pancasila Di Lingkungan


Masyarakat. UIN Banten. Diakses pada 24 Mei 2021 dari
https://osf.io/3dnmr/download/?format=pdf.

Siregar, Sovi Anwari, dkk. 2019. Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan
Masyarakat. Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan. Diakses pada 24 Mei
2021 dari https://osf.io/76bw5/download/?format=pdf.

iii
MAKALAH
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PANCASILA, HAMBATAN DAN
SOLUSI

Disusun oleh :
Inayah Dzil Izzati Hartono F1071201030
Najla Noviyani F1071201034
Nur Afifah Fitriana F1071201040
Odela Priscilia Murni F1071201020
Putri Sekarayu F1071201006
Putri Shaumi Ramadhaniah F1071201036
Sarah Gunarti F1071201001
Shafiyahtul Syahjidah F1072201001
Tiara Marantika Natalia F1071201027
Agus Kurniasi F1071201038

Pendidikan Biologi
Universitas Tanjungpura
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pontianak, 31 Mei 2021

Penyusun
LATAR BELAKANG

Di era globalisasi ini menjadi tantangan bagi masyarakat Indonesia. Dimana di era
globalisasi ini menjadi tantangan yang serius bagi Indonesia karenat sumber daya manusia yang
dimiliki masih menjadi kendala utama dalam menanggapi tantangan sekaligus peluang yang ada,
kendala ini datang dari latar belakang pendidikan masyarakat yang semakin menurun. Latar
belakang pendidikan masyarakat Indonesia yang saat ini masih dalam ketegori rendah setidaknya
menjadikan masalah bagi masyarakat itu sendiri, karena faktor pendidikan yang rendah akan
menjadi penyebab sulitnya masyarakat beradaptasi dengan era globalisasi.

Nilai-nilai sosial dan budaya di tengah-tengah masyarakat masih berjalan, tetapi siring
berkembangnya zaman menimbulkan dampak dari arus globalisasi juga disebabkan karena latar
belakang pendidikan masyarakat yang semakin menurun. Khususnya nilai-nilai yang ada didalam
pancasila, masyarakat tidak menganggap bahwa nilai-nilai tersebut merupakan fondasi dalam
menjalankan kehidupan mermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pancasila dapat diartikan juga sebagai falsafag dan pandangan hidup
bangsa Indonesia yang disebut Ideologi Pancasila. Ideologi merupakan sekumpulan ide, gagasan
yang menjadi dasar juga pegangan hidup ataupun falsafah hidup Ada baiknya nilai-nilai yang ada
dalam pancasila seharusnya di tanamkan dan diterapkan nilai-nilai pancasilasejak dini, agar
terbentuknya individu yang menjiwai nilai - nilai pancasila. Dengan demikian penerapan nilainilai
pancasila ini dapat mengakibatkan kesadaran akan dirinya atas tanggung jawab pribadi dan
bermasyarakat.
PEMBAHASAN

System pendidikan Pancasila di indonesia penting untuk diketahui karena berlakunya


pendidikan Pancasila di perguruan tinggi mengalami pasang surut. Selain itu, kebijakan
penyelenggaraan pendidikan Pancasila di perguruan tinggi tidak serta merta diimplementasikan
baik di perguruan tinggi negeri maupun di perguruan tinggi swasta. Keadaan tersebut terjadi
karena dasar hukum yang mengatur berlakunya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi selalu
mengalami perubahan dan persepsi pengembang kurikulum di masing-masing perguruan tinggi
berganti-ganti.

Lahirnya ketentuan dalam pasal 35 ayat (5) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 yang
menyatakan bahwa kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat mata kuliah agama, Pancasila,
kewarganegaraan, dan bahasa Indonesia menunjukkan bahwa negara berkehendak agar pendidikan
Pancasila dilaksanakan dan wajib dimuat dalam kurikulum perguruan tinggi sebagai mata kuliah
yang berdiri sendiri. Dengan demikian, mata kuliah Pancasila dapat lebih fokus dalam membina
pemahaman dan penghayatan mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Hal tersebut berarti
pendidikan Pancasila diharapkan dapat menjadi ruh dalam membentuk jati diri mahasiswa guna
mengembangkan jiwa profesionalitasnya sesuai dengan bidang studinya masing-masing. Selain
itu, dengan mengacu kepada ketentuan dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012,
sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus berdasarkan Pancasila.

Implikasinya, sistem pendidikan tinggi di Indonesia harus terus mengembangkan nilai-


nilai Pancasila dalam berbagai segi kebijakannya dan menyelenggarakan mata kuliah pendidikan
Pancasila secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab.

A. Pengertian pendidikan Pancasila


Pendidikan Pancasila merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki pengetahuan, kepribadian, dan keahlian sesuai dengan
program studi masing-masing. Dengan begitu, mahasiswa diharapkan mampu
memberikan kontribusi yang konstruktif dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
dengan mengacu kepada nilai-nilai panasila. Selain itu, pendidikan Pancasila juga
merupakan wadah untuk mengembangkan knowledge, attitude, dan skill mahasiswa
sebagai calon pemimpin bangsa dalam membangun jiwa profesionalitasnya sesuai dengan
program studi masing-masing dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai kaidah
penuntun, sehingga menjadi warga negara yang baik.

B. Alasan Diperlukannya Pendidikan Pancasila


Dalam pikiran kita semua pasti pernah terlintas, mengapa harus ada pendidikan
Pancasila di perguruan tinggi? Hal tersebut terjadi mengingat jurusan/ program studi di
perguruan tinggi sangat spesifik sehingga ada pihak-pihak yang menganggap pendidikan
Pancasila dianggap kurang penting karena tidak terkait langsung dengan program studi
yang diambilnya. Namun, apabila Anda berpikir jenih dan jujur terhadap diri sendiri,
pendidikan Pancasila sangat diperlukan untuk membentuk karakter manusia yang
profesional dan bermoral. Hal tersebut dikarenakan perubahan dan infiltrasi budaya asing
yang bertubi-tubi mendatangi masyarakat Indonesia bukan hanya terjadi dalam masalah
pengetahuan dan teknologi, melainkan juga berbagai aliran (mainstream) dalam berbagai
kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan Pancasila diselenggarakan agar masyarakat
tidak tercerabut dari akar budaya yang menjadi identitas suatu bangsa dan sekaligus
menjadi pembeda antara satu bangsa dan bangsa lainnya. Selain itu, dekadensi moral yang
terus melanda bangsa Indonesia yang ditandai dengan mulai mengendurnya ketaatan
masyarakat terhadap norma-norma sosial yang hidup dimasyarakat, menunjukkan
pentingnya penanaman nilai-nilai ideologi melalui pendidikan Pancasila. Dalam kehidupan
politik, para elit politik (eksekutif dan legislatif) mulai meninggalkan dan mengabaikan
budaya politik yang santun, kurang menghormati fatsoen politik dan kering dari jiwa
kenegarawanan. Bahkan, banyak politikus yang terjerat masalah korupsi yang sangat
merugikan keuangan negara. Selain itu, penyalahgunaan narkoba yang melibatkan generasi
dari berbagai lapisan menggerus nilai-nilai moral anak bangsa. Korupsi sangat merugikan
keuangan negara yang dananya berasal dari pajak masyarakat. Oleh karena terjadi
penyalahgunaan atau penyelewengan keuangan negara tersebut, maka target pembangunan
yang semestinya dapat dicapai dengan dana tersebut menjadi terbengkalai. Hal tersebut
menunjukkan betapa pentingnya Pancasila diselenggarakan di perguruan tinggi untuk
menanamkan nilai-nilai moral Pancasila kepada generasi penerus cita-cita bangsa. Dengan
demikian, pendidikan Pancasila diharapkan dapat memperkokoh modalitas akademik
mahasiswa dalam berperan serta membangun pemahaman masyarakat, antara lain:
1. Kesadaran gaya hidup sederhana dan cinta produk dalam negeri,
2. Kesadaran pentingnya kelangsungan hidup generasi mendatang,
3. Kesadaran pentingnya semangat kesatuan persatuan (solidaritas) nasional,
4. Kesadaran pentingnya norma-norma dalam pergaulan,
5. Kesadaran pentingnya kesahatan mental bangsa,
6. Kesadaran tentang pentingnya penegakan hukum,
7. Menanamkan pentingnya kesadaran terhadap ideologi Pancasila.

Penanaman dan penguatan kesadaran nasional tentang hal-hal tersebut sangat


penting karena apabila kesadaran tersebut tidak segera kembali disosialisasikan,
diinternalisasikan, dan diperkuat implementasinya, maka masalah yang lebih besar akan
segera melanda bangsa ini, yaitu musnahnya suatu bangsa (Istilah dari Kenichi Ohmae,
1995 yaitu, the end of the nation-state). Punahnya suatu negara dapat terjadi karena empat
“I”, yaitu industri, investasi, individu, dan informasi (Ohmae, 2002).

Berdasarkan SK Dirjen Dikti No 38/DIKTI/Kep/2002, Pasal 3, Ayat (2) bahwa


kompetensi yang harus dicapai mata kuliah pendidikan Pancasila yang merupakan bagian
dari mata kuliah pengembangan kepribadian adalah menguasai kemampuan berpikir,
bersikap rasional, dan dinamis, serta berpandangan luas sebagai manusia intelektual
dengan cara mengantarkan mahasiswa:

1. Agar memiliki kemampuan untuk mengambil sikap bertanggung jawab sesuai hati
nuraninya;
2. Agar memiliki kemampuan untuk mengenali masalah hidup dan kesejahteraan serta
cara-cara pemecahannya;
3. Agar mampu mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi dan seni;
4. Agar mampu memaknai peristiwa sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan Indonesia.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian dari pendidikan nasional, mempunyai tujuan
mempersiapkan mahasiswa sebagai calon sarjana yang berkualitas, berdedikasi tinggi, dan
bermartabat agar:

1. Menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
2. Sehat jasmani dan rohani, berakhlak mulia, dan berbudi pekerti luhur;
3. Memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai hari nurani;
4. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK dan seni; serta
5. Mampu ikut mewujudkan kehidupan yang cerdas dan berkesejahteraan bagi bangsanya

Secara spesifik, tujuan penyelenggaraan Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi


adalah untuk:

1. Memperkuat Pancasila sebagai dasar falsafah negara dan ideologi bangsa


melalui revitalisasi nilai-nilai dasar Pancasila sebagai norma dasar kehidupan
bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.
2. Memberikan pemahaman dan penghayatan atas jiwa dan nilai-nilai dasar
Pancasila kepada mahasiswa sebagai warga negara Republik Indonesia, dan
membimbing untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3. Mempersiapkan mahasiswa agar mampu menganalisis dan mencari solusi
terhadap berbagai persoalan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara melalui sistem pemikiran yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan
UUD Negara RI Tahun 1945.
4. Membentuk sikap mental mahasiswa yang mampu mengapresiasi nilainilai
ketuhanan, kemanusiaan, kecintaan pada tanah air, dan kesatuan bangsa, serta
penguatan masyarakat madani yang demokratis, berkeadilan, dan bermartabat
berlandaskan Pancasila, untuk mampu berinteraksi dengan dinamika internal
dan eksternal masyarakat bangsa Indonesia.

C. Visi dan Misi Pendidikan Pancasila


• Visi Pendidikan Pancasila
Terwujudnya kepribadian sivitas akademika yang bersumber pada nilai-nilai Pancasila.
• Misi Pendidikan Pancasila
1. Mengembangkan potensi akademik peserta didik (misi psikopedagogis).
2. Menyiapkan peserta didik untuk hidup dan berkehidupan dalam masyarakat, bangsa
dan negara (misi psikososial).
3. Membangun budaya ber-Pancasila sebagai salah satu determinan kehidupan (misi
sosiokultural).
4. Mengkaji dan mengembangkan pendidikan Pancasila sebagai sistem pengetahuan
terintegrasi atau disiplin ilmu sintetik (synthetic discipline), sebagai misi akademik
(Sumber: Tim Dikti)

• IMPLEMENTASI PENDIDIKAN PANCASILA

Implementasi atau implementasi sila-sila dalam Pancasila adaakan hal yang wajib ada untuk tiap-
tiap warga negara. Akan tetapi saat ini semakin lama ideologinya nilai-nilai Pancasila justru
semakin nayak. Pengaruhnya budaya asing dan teknologi arah di tengah kehidupan masyarakat
yang selalu berkilah tanpa adanya utama atau seleksiakan salah satu satu arah semakin
terkikisnya rasa patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia. Pada era globalisasi saat ini
peran Peran Pancasila tentu sangat penting untuk tetap menjaga identitas sosok sosok bangsa
Indonesia. Sejauh yang saya rasakan implementasi Pancasila hanya menjadi teori di sekolah,
kampus, atau lembaga pendidikan lain. Bahkan teori-teori yang saya mendapatkan selama
perkuliah masih belum cukup. Apalagi selama masa perkuliahan saya hanya mendapatkan kuliah
tentang Pancasila hanya satu semester. Menurut saya, Pancasila cipta hanya suatu simbol tanpa
adanya adalah yang merupakan hasil dari lahirannya masyarakat yang berbangsa dan bernegara.
Dipahami sekaligus implementasi Pancasila sangat penting bagi mahasiswa yang merupakan
aktor perubahan dalam pemerataan parakagan. Mahasiswa menjadi roda penggerak Pancasila
namun akhir-akhir ini semangat itu mulai terkikis dan jarang kitatemukan. Pada kesempatan kali
ini saya akan kecilkan ke arahkan Pancasila dalam kehidupan kampus.

Pendekatan pembelajaran yang direkomendasikan dalam mata kuliah pendidikan Pancasila adalah
pendekatan pembelajaran yang berpusat kepada mahasiswa (student centered learning), untuk
memahami dan menghayati nilai-nilai Pancasila baik sebagai etika, filsafat negara, maupun
ideologi bangsa secara scientific. Contohnya yaitu pembelajaran pendidikan Pancasila di
Universitas Tanjungpura khususnya pendidikan biologi dilakukan dengan model pembelajaran
student centered learning. Dimana para mahasiswa pendidikan biologi aktif dalam memandu
perkuliahan dan memberikan atau menyampaikan materi Pancasila. Dengan harapan, nilai-nilai
Pancasila yang disampaikan akan terinternalisasi sehingga menjadi guiding principles atau kaidah
penuntun bagi mahasiswa dalam mengembangkan jiwa profesionalismenya. Implikasi dari
pendidikan Pancasila tersebut adalah agar mahasiswa dapat menjadi insan profesional yang
berjiwa Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Adapun implementasi
pendidikan Pancasila di kampus atau perguruan tinggi yaitu :

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama memiliki perkiraan bahwa warga negara harus akuhah Yang Maha Esa sebagai zat
yang Utama di atas atas kehidupan ada. Bentuk masuk masuk meyakini dalam hati, kata, dan
kesalah. Oleh karena itu, Pancasila tirtian warga negara Indonesia untuk taat dalam taat dalam
beranak. Terlebih lagi kehidupan umat di Indonesia sangatlah kompleks ada beberapa keyakinan
yang dianut oleh warga negara Indonesia dari mulai Islam, Budha, Kristen, Katolik, Protestan,
Hindu, dan lain-lain. Kehidupan yang mana ini tercermin dalam kehidupan kampus di Universitas
Tnjungpura . Mahasiswa-mahasiswa yang ada di Kampus Universitas tanjungpura terdiri dari dari
dari beranasi yang dianut dan dikukuhkan oleh masing-masing individu. Oleh karena itu, jika jadi
mahasiswa tak bisa sila pertama ini bias jadi kampus akan sangat kacau dan nilai toleransi antar
umat umat akan rusak dan bisa menyebabkan dalam pembangunan.

-Jadwal kuliah sudah di atur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu jadwal ibadah.

-Adanya organisasi seperti kerohanian di kampus seperti Gamaska, At-Tarbawi, dll.

2. Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kedua memiliki harapan bahwasannya setiap warga negara Indonesia harus menjunjung tinggi
dan pelabuhan setiap manusia atau orang lain derajat yang sama tak adanya kasta atau kelas sosial,
memiliki hak-hak yang sama dengan manusia, dan martabat yang mulia. Kehidupan bernegara di
Indonesia sangat penuh dengan kemajemukan atau keberagaman baik itu suku, ras, budaya, dan
yakinnya agama. Halnya sila sila ini penting adanya dalam kehidupan bernegara. Sila ini harus
kita letak dalam kehidupan kampus UNTAN kampus ini memiliki mahasiswa yang terdiri dari
suku, ras, budaya, dan agama dari seluruh penjuru Indonesia. Kehidupan kampus yang beragam
beragam nilai toleransi antar mahasiswa yang tinggi. Kita pada mahasiswa harus biasah-ada yang
ada di antara mahasiswa-mahasiswa yang lain. Rasa rasa rasa antar mahasiswa bisa ada
keharmonisan dalam kehidupan kampus dan menjaga keberlangsungan pembangunan dalam
kehidupan kampus.

-Tidak ada pembedaan perlakuan atau diskriminasi dalam kampus

-Semua mahasiswa diperlakukan dengan adil dan sama

3. Sila Persatuan Indonesia

Sila yang mana pengertia yaitu satu, bulat tidak-pecah pecah. Sila ini apaan untuk 10009 rasa tanah
air, bangsa, dan negara. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan kaum sekarang modern ini,
maka menyebut juga dengan nasionalisme. Nasionalisme akan nama baik nama suatu bangsa, satu
dengan warga yang ada dalam masyarakat. Bila dikaitkan dalam kehidupan kempus apa jadi jadi
organisasi kemahasiswaan, mereka membentuk organisasi atau perkumpulan mahasiswa dari
berbagai macam latar belakang ilmu. Hal ini adalah salah satu bukti adanya sikap dan upaya untuk
rasa menjalin kebersamaan antar para mahasiswa jadi dari pembangunan dan pemuda Indonesia.

-Melalui organisasi kemahasiswaan dapat membentuk suatu jaringan perkumpulan mahasiswa dari
berbagai universitas di Indonesia. Hal tersebut merupakan salah satu bukti adanya sikap dan upaya
untuk menjalin rasa kebersamaan diantara para mahasiswa sebagai bagian dari pemuda Indonesia.

4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Sila ini memiliki musyawarah dan kehidupan berpolitik. Musyawarah jalankan upaya dalam hasil
keputusan-keputusan yang bulat dan bisa dijalankan semua kelangan sehingga keputusan bisa
bermanfaat bagi orang banyak. Kehidupan politik di lingkungan kampus sangat penting adanya
terkait keputusan-keputusan yang akan sangat berguna di tengah keberlangsungan pembangunan
dalam kehidupan kampus terlebih kita mahasiswa jadikan bagian dari pembangunangan itu sendiri.
kehidupan politik di kampus itu terdapat kebiasaan untuk musyawarah dan diskusi atau biasa
disebut hearing terkait tentang isu-isu yang ada.
-Penerapan suatu kebiasaan untuk melakukan musywarah dan diskusi bersama terkait dengan
berbagai hal seperti rapat organisasi, diskusi dalam kelas, musyawarah BEM, dan lain-lain.

5. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

-Penerapan persamaan dan saling menghargai karya orang lain, contohnya yaitu mahasiswa yang
telah memenuhi syarat berhak untuk mengikuti ujian akhir semester, setiap mahasiswa berhak
memperoleh nilai sesuai kemampuannya, dan setiap mahasiswa berupaya menghargai hasil karya
orang lain dengan tidak mencontek atau membuat plagiat atas hasil karya ilmiah teman.

• HAMBATAN

Faktor-faktor penghambat nilai-nilai Pancasila belum diamalkan secara baik dapat dibedakan
atas faktor internal, yakni :

1. tingkat kesadaran masyarakat masih kurang terhadap Pancasila

2.sistem pendidikan Indonesia yang kurang memperhatikan pembelajaran moral dan etika. Kita
bisa melihat bahwasanya standar pendidikan dan kelulusan sekolah-sekolah ditentukan oleh
pelajaran-pelajaran seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan Bahasa Inggris. Tidak
satupun dari seluruh pelajaran tersebut yang menitik beratkan pembelajaran kepada aspek moral
dan etika. Sehingga dari pembelajaran tersebut, hanya akan melahirkan siswa-siswa yang
materialistis.

3. proses globalisasi yang begitu cepat cenderung membawa masyarakat Indonesia berorientasi

pada nilai yang datang dari luar seperti nilai individual,

4. pragmatis yang menyebabkan rasa nasionalisme semakin memudar dan nilai-nilai Pancasila
tidak lagi menjadi pedoman hidup sehari-hari.

Sedangkan faktor ekternal :

1. kurang nya kontrol, dan kurangnya panutan didalam masyarakat.

Contohnya seperti

Berkurangnya nilai-nilai kekeluargaan, semangat gotongroyong,


tenggang rasa, norma susila, kesopanan dan adat istiadat bangsa karena

lebih mementingkan keegoisannya sendiri dibandingkan orang lain.

2. pengaruh pengaruh budaya dan peradaban luar negeri yang menyebabkan anjlok dan luruhnya
jati diri bangsa yang telah dirangkum dalam Pancasila. Kita sangat menyayangkan pembebasan
kebebasan seperti yang telah didengungkan oleh negara lain tentang Hak Asasi Manusia (HAM).
Sebenarnya, HAM tersebut sudah termasuk kedalam Pancasila, yaitunya dalam sila keadilan
sosial.

3. kedaerahan yang eklusif tampak mengganggu kesadaran berbangsa,

4. adanya multicultural sering berdampak pada pengabaian nilai-nilai Pancasila.

• SOLUSI

Perlu dipahami bahwa Pancasila dengan seluruh aspeknya memberikan landasan yang kuat bagi
peningkatan kemampuan profesionalisme, peningkatan cinta tanah air, dan peningkatan iman dan
taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang disertai sikap keterbukaan, sikap kebersamaan, dan
sikap kemitraan, serta sikap harmoni.

1. Kemampuan Profesional Yang Tinggi

Sifat tantangan yang dihadapi masa kini mengharuskan adanya profesionalisme di masing-
masing bidang untuk menanganinya. Dengan adanya globalisasi yang membawa keterbukaan di
bidang ekonomi dengan segala implikasi persaingannya, penanganan masalah tidak dapat
dilakukan secara amatir dan bersifat coba-coba. Apabila kemampuan profesionalisme ini tidak
diperhatikan, yang mengakibatkan kita tidak dapat bersaing dengan perusahaan asing yang
terbuka masuk ke dunia usaha Indonesia dengan segala kecanggihannya, kita akan tertinggal dan
menjadi penonton di Tanah Air sendiri. Profesionalisme di tingkat menengah diperoleh melalui
pendidikan kejuruan pada sekolah menengah, dan pendidikan tinggi melalui program Diploma,
Sarjana (S1, S2, dan S3) maupun pendidikan non-gelar yang memberikan keterampilan yang
diperlukan (spesialisasi). Pendidikan yang diberikan untuk meningkatkan profesionalisme di
tingkat menengah dan tingkat tinggi ini harus mampu mengantisipasi kebutuhan akan keahlian
dan keterampilan tertentu. Hal ini diperlukan dalam menghadapi persaingan bebas tersebut di
atas, sehingga tidak boleh terpaku pada pendekatan konvensional di bidang pendidikan dengan
hanya melihat kepada kebutuhan nasional dalam arti sempit.

2. Cinta Tanah Air

Generasi-generasi terdahulu berperan dalam menghadapi tantangan amannya atas dasar rasa
cinta tanah air yang mendalam, yang memberikan motivasi kuat untuk berjuang, maka rasa cinta
Tanah Air yang mendalam ini juga menjadi motivasi bagi generasi muda dalam berjuang
menghadapi tantangan zaman yang rumit ini. Semangat juang 1945 yang didasarkan cinta Tanah
Air yang mendalam telah memberikan motivasi untuk merebut dan mengisi kemerdekaan dengan
perjuangan penuh keikhlasan. Nilai-nilai 1945 itu telah memberikan motivasi kepada generasi
penerus untuk dengan cinta Tanah Air yang mendalam pula, meneruskan perjuangan yang
wujudnya ditentukan oleh tatangan zaman. Globalisasi membawa konsekuensi berupa
terbukanya lapangan kerja di negara-negara lain bagi tenaga-tenaga terdidik Indonesia yang
professional, dengan lingkungan kerja dan imbalan yang mungkin jauh lebih menarik daripada di
Indonesia. Sebaliknya, tenaga-tenaga terdidik asing akan berdatangan di Indonesia dengan
kemampuan profesionalisme yang tinggi, sehingga dengan kemampuannya itu mereka dapat
menguras kekayaan sumber daya alam Indonesia.Generasi muda Indonesia yang terdidik, dengan
berlandaskan cinta Tanah Air yang mendalam, tidak akan membiarkan keadaan di atas berlarut,
karena hal itu akhirnya akan membawa kepada penjajahan dalam bentuk lain, yaitu penjajahan
melalui kegiatan ekonomi dan budaya.

3. Iman dan Taqwa Terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Sesuai dengan filsafat bangsa dan negara, pancasila, iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa senantiasa perlu dilaksanakan oleh setiap insan Indonesia. Pendidikan nasional di Indonesia
memberikan landasan kepada pengembangan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bahwa pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Ketentuan tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan-peraturan pemerintah
yang bersangkutan. Iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa membawa konsekuensi
kepada pelaksanaan ajaran-Nya, mematuhi petunjuk-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sehingga
dalam menghadapi arus informasi canggih yang masuk ke ruang setiap rumah, terutama yang
datagnya dari luar negeri dengan pola budaya yang berbeda, yang dampaknya tidak selalu
positif, maka iman dan taqwa merupakan alat penapis yang ampuh bagi tiap-tiap insan Indonesia.
Batas bagi cendekiawan Indonesia adalah sebagaimana tercantum dalam ajaran Tuhan Yang
Maha Esa melalui agama masing-masing, yang diperkuat oleh sila pertama Pancasila. Dengan
demikian IPTEK di Indonesia harus disertai iman dan taqwa (Imtaq). Dari sudut inilah
pendidikan agama dan pendidikan Pancasila di sekolah sangar penting fungsinya, yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan persepsi anak didik, mulai sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi.

4. Sikap Keterbukaan, Kebersamaan, dan Kemitraan

Dari pengalaman yang amat banyak serta beragam dari generasi muda sebelumnya, telah
berkembang keyakinan akan perlu dikembangkannya sikap keterbukaan, kebersamaan, dan
kemitraan (K3). Sikap keterbukaan adalah (a state of mind), yang berkembang secara bertahap,
tidak datang dengan tiba-tiba. Sikap keterbukaan adalah sikap membuka diri pada orang lain
dalam interaksi personal. Sikap membuka diri ini berarti adanya kesediaan untuk mendengarkan
orang atau pendapat lain. Kewajiban pemimpin untuk mau mendengarkan pendapat orang lain
perlu dibudayakan dimasyarakat kita. Hal ini berkenaan denga pengakuan adanya hak berbicara
bagi masyarakat yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945, sehingga aspirasi masyarakat
benar-benar dapat dipahami oleh pemimpin. Ini merupakan langkah penting dalam proses
pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil oleh pemimpin dengan memperhatikan aspirasi
masyarakat, yang diperoleh melalui interaksi pemimpin dengan masyarakat, akan meningkatkan
kesediaan masyarakat untuk menerima dan melaksanakan keputusan, karena keputusan itu
merefleksikan keinginan masyarakat. Sikap kebersamaan didasarkan atas keyakinan bahwa
pemecahan masalah secara bersama selalu lebih baik daripada dipecahkan sendiri. Harus
senantiasa diupayakan adanya alternatif pemecahan, sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Ini adalah tugas seorang cendekiawan, karena cendekiawan adalah seseorang yang
mampu menginternalisasikan cara berpikir alternative, termasuk para mahasiswa sebagai
cendekiawan muda.bKebersamaan membawa kepada partisipasi pemikiran berbagai pihak yang
menguntungkan bagi pengambilan keputusan yang bijaksana. Kebersamaan berkaitan pula
dengan kebersamaan antara generasi tua dan generasi muda dengan dasar saling menghargai dan
saling mempercayai.

5. Sikap Budaya Harmoni

Sikap budaya Indonesia yang sama dalam semua kebudayaan Indonesia adalah bahwa manusia
Indonesia menegakkan harmoni dalam hubungannya dengan alam semesta dan masyarakat.
Harmoni atau keselarasan istilah yang tergambar dalam Pancasila berupa Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawatan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia. Sebagaimana dibuktikan sejarah sikap budaya harmoni bukan sesuatu yang
pasif dan status quo. Itu terlihat dalam sejarah Indonesia dengan kesediaan menerima agama
Hindu, Budha, diikuti Islam dan Kristen. Sikap budaya harmonis adalah toleran. Itu dapat dilihat
saat berbagai umat beragama yang berbeda, khususnya Islam dan Kristen, bereksistensi dengan
baik dan penuh gotong royong antara pemeluknya.
PENUTUP

• Kesimpulan
Sila Persatuan Indonesia merupakan pedoman dan kunci keberlangsungan bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku, agama dan ras serta kebudayaan ini,
terutama dalam mendongkrak semangat generasi pemuda Indonesia untuk
mempertahankan keutuhan Bangsanya.
Dimana masyarakat makhluk sosial yang ada dalam kehidupan kampus dimana
dalam kehidupan kampus yang juga merupakan lingkungan sosial, mahasiswa akan
dibentuk sistem pergaulannya untuk membentuk kepribadiannya.
Untuk memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-
Bhineka Tunggal Ika, masyarakat dapat menerapakan sila persatuan Indonesia dalam
kehidupan kampus, misalnya dengan berorganisai. Karena dalam beorganisasi mahasiswa
dapat bekerja sama sehingga timbul kebersamaan. Apabila semua masyarakat memiliki
jiwa kebersamaan yang kuat, tanpa memandang adanya perbedaan, tentunya hal ini akan
membawa kepada sebuah kemajuan dan dobrakan baru baik dalam lingkungan kampus
maupun secara global.
DAFTAR PUSTAKA

Ohmae, Kenichi. 1995. The End of the Nation-State: the Rise of Regional Economies. New

York: Simon and Schuster Inc.

____________. 2002. Hancurnya Negara-Bangsa: Bangkitnya Negara Kawasan dan Geliat

Ekonomi Regional di Dunia tak Berbatas. Yogyakarta: Qalam.

Direktor Jenderal dan Kemahasiswaan.2016.Pendidikan Pancasila untuk Perguruan

Tinggi. Jakarta : RISTEKDIKTI.

Anda mungkin juga menyukai