Disusun oleh
30120118031
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan hikmat-Nya
yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah Kewarganegaraan ini.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak sanggup menyelesaikan dengan
baik.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ciri-ciri ideologi pancasila merupakan ideologi yang membedakan
dengan ideologi yang lainnya. Ciri-ciri tersebut yang pertama adalah Tuhan
Yang Maha Esa yang berarti pengakuan bangsa Indonesia terhadap Tuhan
sebagai pencipta dunia dengan segala isinya.Kedua adalah penghargaan
kepada sesama umat manusia, suku bangsa dan bahasanya sesuai dengan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Ketiga adalah bangsa Indonesia
menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat adalah bahwa kehidupan kita
dalam kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi.
Makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan agar dapat
menganalisis dan bersikap kristis terhadap para petinggi negara yang
menyimpang dari Ideologi bangsa dan negara Indonesia.
2
1.3.6 Mengetahui fungsi Pancasila sebagai Ideologi bangsa dan Negara
Indonesia?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
suatu sumber nilai, norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara,
dan menguasai dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun
yang tidak tertulis atau dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pancasila
mempunyai kekuatan mengingat secara hukum.
Sebagai sumber dari segala hukum atau sumber tertib hukum
Indonesia maka pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu
pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut
dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD
1945, yang pada akhirnya dikongritiskan atau dijabarkan lebih lanjut dalam
pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
yang pada akhirnya dikongritiskan atau dijabarkan dari UUD 1945 serta
hukum positif lainya, kedudukan pancasila sebagai dasar negara tersebut
dapat dirincikan sebagai berikut:
Pancasila sebagai dasar negara adalah sumber dari segala sumber
hukum (sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian pancasila
merupakan asas kerohanian tertib hukum Indonesia yang dalam pembukaan
UUD 1945 dijelmakan lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran. Meliputi
suasana kebatinan (Geistlichenhintergrud) dari UUD 1945. Mewujudkan
cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum yang tertulis maupun
tidak tertulis). Mengandung norma yang mengharuskan undang-undang
dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara negara (termasuk penyelenggara partai dan golongan
fungsional). Memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi
pelaksanaan dan penyelenggara negara, karena masyarakat dan negara
indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan
zaman dan dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan
diarahkan asas kerohanian negara. Dasar formal kedudukan pancasila dasar
Negara Republik Indonesia tersimpul dalam pembukaan UUD 1945 alinea
IV yang berbunyi sebagai berikut:” maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
5
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat, yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan permusyawaratan/perwakilan, serta
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial seluruh rakyat indonesia”.
Pengertian kata” Dengan Berdasarkan Kepada” Hal ini secara yuridis
memiliki makna sebagai dasar negara. Walaupun dalam kalimat terakhir
pembukaan UUD 1945 tidak tercantum kata ‘pancasila’ secara eksplisit
namun anak kalimat “ dengan berdasar kepada” ini memiliki makna dasar
negara adalah pancasila.
Hal ini didasarkan atas interpretasi historis sebagaimana ditentukan
oleh BPUPKI bahwa dasar negara Indonesia itu disebut dengan istila
pancasila. Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa
tujuan utama dirumuskannya pancasila adalah sebagai dasar negara
Republik Indonesia. Oleh karena itu fungsi pokok pancasila adalah sebagai
dasar Negara Republik Indonesia.
Hal ini sesuai dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD 1945, ketetapan No. XX/MPRS/1966. (Jo ketetapan MPR
No. V/MPR/1973 dan ketetapan No. IX/MPR/1978). Dijelaskan bahwa
pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum indonesia yang ada pada hakikatnya adalah merupakan suatu
pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang
meliputi suasana kebatinan serta dari bangsa indonesia. Selanjutnya
dikatakan bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan
bangsa prikemanusiaan, keadilan sosial, perdamaian nasional, cita-cita
politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara, cita-cita moral mengenai
kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai pengejawatan dari budi
nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewasa ini MPR melaui sidang istimewa
tahun 1998, mengembalikan kedudukan pancasila sebagai dasar Negara
Republik Indonesia yang tertuang dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh
6
karena itu segala agenda dalam proses reformasi, meliputi berbagai bidang
lain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat (Sila 1V) juga harus
mendasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
7
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan
dengan kesediaan berkorban.
2.3.4 Fungsi ideologi
Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan
manusia secara individual (cahyono,1986).
Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi
tua dengan generasi muda, (setiardja,2001).
Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi
individu, masyarakat,dan bangsa untuk menjalani kehidupan
dalam mencapai tujuan. (hidayat,2001).
8
terhadap pemerintahan Soekarno dan Mohammad Hatta dan terus
berkembang hingga masa pemerintahan Soeharto, sampai-sampai Carol
Gluck mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang terlalu banyak
meributkan masalah ideologi dibandingkan negara-negara lain. Melihat
pada perkembangan perumusan Pancasia sejak 1 Juni sampai 18 Agustus
1945, dapat diketahui bahwa Pancasila mengalami perkembangan fungsi.
Pada tanggal 1 dan 22 Juni, Pancasila yang dirumuskan Panitia Sembilan
dan disepakati oleh Sidang Pleno BPUPKI merupakan modus kompromi
antara kelompok yang memperjuangkan dasar negara nasionalisme dan
kelompok yang memperjuangkan dasar negara Islam. Akan tetapi, pada
tanggal 18 Agustus 1945 Pancasila yang dirumuskan kembali oleh PPKI
berkembang menjadi kompromi antara kaum nasionalis, Islam dan Kristen-
Katolik dalam hidup bernegara.
Pada era Orde Lama, dinamika perdebatan ideologi paling sering
dibicarakan oleh kebanyakan orang. Tampak ketika akhir tahun 1950-an,
Pancasila sudah bukan lagi merupakan kompromi atau titik temu bagi
semua ideologi. Dikarenakan Pancasila telah dimanfaatkan sebagai senjata
ideologis untuk melegitimasi tuntutan Islam bagi pengakuan negara atas
Islam yang kemudian pada rentang tahun 1948-1962 terjadi pemberontakan
Darul Islam terhadap pemerintah pusat. Setelah pemberontakan berhasil
ditumpas, atas desakan AH Nasution, selaku Pangkostrad dan kepala staf
AD, pada 5 Juli 1959 Ir. Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden untuk
kembali pada UUD 1945 sebagai satu-satunya konstitusi legal Republik
Indonesia dan pemerintahannya dinamai dengan Demokrasi Terpimpin.
Pada masa Demokrasi Terpimpin pun ternyata tidak semulus yang
diharapkan. Periode labil ini justru telah membubarkan partai Islam terbesar,
Masyumi, karena dianggap ikut andil dalam pemberontakan regional
berideologi Islam. Bahkan, Soekarno membatasi kekuasaan partai politik
yang ada serta mengusulkan agar rakyat menolak partai-partai politik karena
mereka menentang konsep musyawarah dan mufakat yang terkandung
dalam Pancasila. Soekarno juga menganjurkan sebuah konsep yang dikenal
9
dengan NASAKOM yang berarti persatuan antara nasionalisme, agama dan
komunisme. Kepentingan politis dan ideologis yang saling bertentangan
menimbulkan struktur politik yang sangat labil sampai pada akhirnya
melahirkan peristiwa G 30S/PKI yang berakhir pada runtuhnya kekuasaan
Orde Lama.
Selanjutnya pada masa Orde Baru, Soeharto berusaha meyakinkan
bahwa rezim baru adalah pewaris sah dan konstitusional dari presiden
pertama. Soeharto mengambil Pancasila sebagai dasar negara dan ini
merupakan cara yang paling tepat untuk melegitimasi kekuasaannya.
Berbagai bentuk perdebatan ternyata tidak semakin membuat stabilitas
negara berjalan dengan baik, tetapi justru struktur politik labil yang semakin
mengedepan dikarenakan Soeharto seringkali mengulang pernyataan tegas
bahwa perjuangan Orde Baru hanyalah untuk melaksanakan Pancasila
secara murni dan konsekuen, yang berarti bahwa tidak boleh ada yang
menafsirkan resmi tentang Pancasila kecuali dari pemerintah yang berkuasa.
Pada masa reformasi (setelah rezim Soeharto runtuh), seolah
menandai adanya jaman baru bagi perkembangan perpolitikan nasional
sebagai anti-tesis dari Orde Baru yang dianggap menindas dengan
konfrimitas ideologinya. Pada era ini timbul keingingan untuk membentuk
masyarakat sipil yang demokratis dan berkeadilan sosial tanpa kooptasi
penuh dari negara. Lepas kendalinya masyarakat seolah menjadi fenomena
awal dari tragedi besar dan konflik berkepanjangan. Tampaknya era ini
mengulang problem perdebatan ideologi yang terjadi pada masa Orde Lama,
Orde Baru, yang berakhir dengan instabilitas politik dan perekonomian
secara mendasar. Berbagai bentuk interpretasi monolitik selama ini
cenderung mengaburkan dan menguburkan makna substansial Pancasila dan
berakibat pada Pancasila yang menjadi sebuah mitos, selalu dipahami secara
politis-ideologis untuk kepentingan kekuasaan serta nilai-nilai dasar
Pancasila menjadi nilai yang distopia, bukan sekedar utopia.
10
2.5 Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa
Dan Negara
Nilai nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan. Ini
merupakan nilai dasar bagi kehidupan kewarganegaraan, kebangsaan, dan
kemasyarakatan. Nilai-nilai pancasila tergolong nilai kerohanian yang di
dalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik
nilai material, vital, kebenaran, atau kenyataan. Estetis, estis maupun
religius. Nilai-nilai-nilai Pancasila bersibat objektif dan subyektif, artinya
hakikat nilai-nilai pancasila bersifat universal atau berlaku dimanapun,
sehingga dapat diterapkan di negara lain.
2.5.1 Nilai-nilai pancasila bersifat objektif
Rumusan dari pancasila itu sendiri memiliki makna yang
terdalam menunjukkan adanya sifat umum universal dan abstrak
Inti dari nilai pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia
Pancasila dalam pembukaan UUD 1945 merupakan sumber dari
segala sumber hukum di Indonesia.
2.5.2 Nilai-nilai pancasila bersifat subjektif
Nilai- nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia
Nilai-nilai pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia
Nilai-nilai pancasila terkandung nilai kerohanian yang sesuai
dengan hati nurani bangsa Indonesia.
Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan
suatu cerminan dari kehidupan masyarakat Indonesia (nenek
moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita
sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai
tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya berbagai
upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia.
11
Upaya–upaya tersebut antara lain :
Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran
khusus pancasila pada setiap satuan pendidikan bahkan sampai
ke perguruan tinggi.
Lebih memasyarakatkan pancasila.
Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari.
Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap pancasila.
Menolak dengan tegas faham – faham yang bertentangan
dengan pancasila
12
depan yang lebih baik melalui pengalaman dalam praktik kehidupan
bersama sehari-hari.
2.6.3 Dimensi Fleksibelitas
Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu
kemampuan ideologi dalam mempengaruhi dan sekaligus
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan zaman
tanpa menghilangkan jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin
dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti pendukung ideologi itu
berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap nilai dasar dari
ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru yang muncul di
hadapan mereka sesuai perkembangan zaman.
13
BAB III
3.1 Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala
sumber hukum Indonesia.Pancasila merupakan asas kerokhanian dalam
pembukaan UUD 1945 dijelma dalam 4 pokok pikiran meliputi :
Suasana kebatinan dari UUD 1945
Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum
dasar tertulis maupun tidak tertulis)
Mengandung norma yang mengharuskan UUD yang mewajibkan
pemerintah dll, penyelenggara negara memegang teguh cita-cita moral
rakyat yang luhur, bunyinya sebagai berikut : “ Negara berdasarkan atas
ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Merupakan sumber semangat dengan perkembangan zaman dan
dinamika masyarakat dengan semangat yang bersumber pada asas
kerokhanian negara.
Sebagai pandangan hidup bangsa, maka dinamika masyarakat dan
negara akan tetap diliputi dan di arahkan atas kerohanian negara. Indonesia
mempunyai Ideologi Pancasila diharapkan mampu untuk membawa bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang lebih bagus dari sekarang. Ideologi juga
diharapkan mampu untuk membangkitkan kesadaran bangsa. Setiap
pengambilan keputusan harus berdasarkan ideologi negara Indonesia yaitu
Pancasila. Supaya dalam pengambilan keputusan keputusan tidak keluar
dari aturan dan kaidah negara Indonesia.
Tidak hanya negara yang menganut ideologi Pancasila, tetapi juga
masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia dalam bertingkah laku juga
harus berpedoman teguh pada ideologi Pancasila supaya cita-cita yang
diharapkan oleh masyarakat tersebut dapat terwujud dengan benar.
14
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16