Anda di halaman 1dari 29

Kelompok 2

Christine Rotua 30120118006


Evelyn Kezia L 30120118010
Intan Medika Sari S 30120118020
Rosana Reni Wara 30120118038
Ruth Yohana 30120118039
Tian Juliannisa 30120118043

ASUHAN
KEPERAWATAN PADA
PASIEN DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI
Tujuan
Untuk mengetahui:

01 Pengertian Bunuh Diri

02 Klasifikasi Bunuh Diri

Rentang Respon Protektif


03
Diri

04 Proses Terjadinya Perilaku


Bunuh Diri

05 Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Resiko
Bunuh Diri
Pengertian Bunuh Diri
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan
dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri merupakan keputusan
terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Captain, 2008).

Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien berada


dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang
maladaptif.

Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan


keterampilan perawat yang tinggi dalam
merawat pasien dengan tingkah laku bunuh
diri, agar pasien tidak melakukan tindakan
bunuh diri (Yusuf, dkk, 2015).
Klasifikasi Bunuh Diri

Jenis Bunuh Diri Pengelompokan Bunuh Diri

Bunuh diri egoistik 01 01 Isyarat bunuh diri

Bunuh diri altruistik 02 02 Ancaman bunuh diri

Bunuh diri anomik 03 03 Percobaan bunuh diri


Rentang Respon Protektif Diri

Suatu tindakan yang


Posisi pada rentang yang membahayakan diri
masih normal dialami sendiri yang dilakukan
individu yang mengalami dengan sengaja
65% perkembangan
45% perilaku 80% 50% 90%

Seorang individu yang Setiap aktivitas yang Tindakan agresif yang


mempunyai pengharapan, merusak kesejahteraan fisik langsung terhadap diri
yakin, dan kesadaran diri individu dan dapat mengarah sendiri untuk
meningkat kepada kematian mengakhiri kehidupan
Proses Terjadinya Perilaku Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan
Pengkajian

FAKTOR PERILAKU FAKTOR PREDISPOSISI SUMBER KOPING

FAKTOR RESIKO FAKTOR LAIN FAKTOR PREPITASI MEKANISME KOPING


FAKTOR RESIKO
Menurut Hatton, Valente dan Rink, 1977
No Perilaku/ Gejala Intensitas Resiko
Rendah Sedang Tinggi
1. Cemas Rendah Sedang Tinggi atau panik
2. Depresi Rendah Sedang Berat
3. Isolasi/Menarik diri Perasaan depresi yang samar, Perasaan tidak berdaya, putus asa, Tidak berdaya, putus asa, menarik
tidak menarik diri menarik diri diri, protes pada diri sendiri

4. Fungsi sehari-hari Umumnya baik pada semua Baik pada beberapa aktifitas Tidak baik pada semua aktivitas
aktivitas
5. Sumber-sumber Beberapa Sedikit Kurang
6. Strategi Koping Umumnya konstruktif Sebagian konstruktif Sebagian besar destruktif
7. Orang penting/dekat Beberapa Sedikit atau hanya satu -
8. Pelayanan psikiatrik yang lalu Tidak, sikap positif Ya, umumnya memuaskan Bersikap negative terhadapan
pertolongan
9. Pola hidup Stabil Sedang (stabil-tidak-stabil) Tidak stabil
10. Pemakaian alcohol dan obat Tidak sering Sering Terus-menerus
11. Percobaan bunuh diri sebelumnya Tidak atau yang tidak fatal Dari tidak sampai dengan cara yang Dari tidak sampai berbagai cara
agak fatal yang fatal

12. Disorientasi dan disorganisasi Tidak ada Beberapa Jelas atau ada

13. Bermusuhan Tidak atau sedikit Beberapa Jelas atau ada


14. Rencana bunuh diri Sering, kadang-kadang ada Sering dipikirkan, kadang-kadang Sering dan konstan dipikirkan
pikiran, tidak ada rencana ada ide untuk merencanakan dengan rencana yang spesifik
FAKTOR RESIKO
Menurut SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0 :Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang
Skor 1 :Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh diri, tidak mengancam bunuh diri
Skor 2 :Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada percobaan bunuh diri
Skor 3 :Mengancam bunuh diri, misalnya, “Tinggalkan saya sendiri atau saya bunuh diri”
Skor 4 :Aktif mencoba bunuh diri (Yusuf, dkk, 2015).

Faktor Resiko Tinggi Resiko Rendah


Umur >45 tahun dan remaja 25-45 tahun atau <12
tahun
Menurut Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Stuart dan Status Cerai, pisah, janda/duda Kawin
Sundeen, perkawinan
1987 Jabatan Profesional Pekerja kasar
Perkerjaan Pengangguan Pekerja
Penyakit Kronik, terminal Tidak ada yang serius
kronis
Gangguan Depresi, halusinasi Gangguan kepribadian
mental
FAKTOR PERILAKU

Ketidakpatuhan Pencederaan Diri Perilaku Bunuh Diri


Ketidakpatuhan biasanya Pencederaan diri dilakukan Ancaman bunuh diri,
dikaitkan dengan program terhadap diri sendiri, tanpa Upaya bunuh diri, Bunuh
pengobatan yang dilakukan bantuan orang lain, dan diri mungkin terjadi
(pemberian obat) cedera tersebut cukup parah setelah tanda peringatan
untuk melukai tubuh terlewatkan atau
terabaikan
FAKTOR LAIN
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif diri (bunuh diri) oleh Stuart dan Sundeen
(1995) adalah sebagai berikut

Pengkajian lingkungan upaya 01 04 Riwayat psikososial


bunuh diri

Petunjuk gejala 02 05 Faktor-faktor kepribadian

Penyakit Psikiatrik 03 06 Riwayat Keluarga


FAKTOR PREDISPOSISI
1. Kegagalan atau adaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan terisolasi dapat terjadi
karena kehilangan hubungan
interpersonal atau gagal melakukan
hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah atau bermusuhan.
Bunuh diri dapat merupakan
hukuman pada diri sendiri.
4. Cara untuk mengakhiri
keputusasaan.
5. Tangisan minta tolong (Yusuf, dkk,
2015).
Lima faktor risiko menunjang pada
pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang
siklus kehidupan
1. Diagnosis psikiatri
2. Sifat kepribadian
3. Lingkungan psikososial
4. Riwayat keluarga
5. Faktor biokimia
FAKTOR PENYEBAB TAMBAHAN
TERJADINYA BUNUH DIRI
Menurut Cook dan Fontaine (1987) antara lain sebagai berikut (Yusuf, dkk, 2015).

1. Penyebab bunuh diri pada anak

2. Penyebab bunuh diri pada remaja

3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa

4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut


FAKTOR PREPITASI
PSIKOSOSIAL DAN RIWAYAT DIAGNOSIS
KLINIK

Pernah mencoba
bunuh diri, Riwayat
Keputusasaan, Ras keluarga tentang
kulit putih, Jenis percobaan bunuh diri, Penyakit medis
kelamin laki-laki, Usia Riwayat keluarga umum, Psikosis,
lebih tua, Hidup tentang Penyalahgunaan zat .
sendiri. penyalahgunaan zat.
SUMBER DAN MEKANISME KOPING

Ada tiga subkategori bunuh Mekanisme pertahanan


diri berdasarkan motivasi ego yang berhubungan
seseorang, yaitu sebagai dengan perilaku
berikut pengerusakan diri tak
1. Bunuh diri egoistic langsung adalah
2. Bunuh diri altruistic pengingkaran (denial).
3. Bunuh diri anomik
4. Akibat lingkungan tidak
dapat memberikan
kenyamanan bagi
individu.
Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh diri

Gangguan konsep diri; harga diri rendah

Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah


Intervensi
Strategi pelaksanaan Klien 1: Percakapan untuk melindungi klien dari percobaan
bunuh diri
1) Menemani klien terus menerus sampai ia 5) Melakukan kontrak treatment
dipindahkan ketempat yang aman
2) Menjelaskan pada Klien bahwa anda akan 6) Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh
melindungi klien sampai tidak ada keinginan untuk diri
Bunuh Diri
3) Mengidentifikasi benda-benda yang dapat 7) Melatih cara mengendalikan bunuh diri
membahayakan pasien
4) Mengamankan benda-benda yang dapat 8) Memeriksa apakah klien benar-benar telah
mengamankan pasien meminum obatnya, jika klien mendapatkan oba

“Apa yang B lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta bantuan kepada
perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. “
Intervensi
Strategi Pelaksanaan Klien 2: Percakapan melindungi klien dari isyarat bunuh diri
1) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan
bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari
keluarga atau teman

2) Meningkatkan harga diri pasien

3) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan


masalah

“Kalau keinginan itu muncul, maka untuk mengatasinya B harus langsung minta
bantuan kepada perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi
usahakan B jangan pernah sendirian ya.”.
Intervensi
Strategi Pelaksanaan Klien 3: Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien
isyarat bunuh diri

1) Mengidentifikasi aspek positif pasien “Apa yang B tidak sukai dari anggota tubuh B? Bisa
B jelaskan alasan B tidak suka dengan bagian
anggota tubuh tersebut? Jadi kalau B merasa
2) Mendorong pasien untuk berfikir positif terhadap
anggota tubuh tersebut tidak B sukai, coabalah dari
diri sendiri
sekarang B mulai mencoba menyukainya, contoh:
3) Mendorong pasien untuk menghargai diri sendiri B bisa menulis dengan teknik yang berbeda, lihat B
sebagai individu yang berharga seperti saya. Coba B lakukan seperti saya tadi, ya
begitu B…bagus…” “
Intervensi
Strategi Pelaksanaan Pasien ke 4: Percakapan mengenai mengidentifikasi pola
koping pasien
1) Mengidentifikasi pola koping yang bisa diterapkan 3) Mengidentifikasi pola koping yang konstruktif
pasien
4) Menganjurkan pasien menerapkan pola koping
2) Menilai pola koping yang bisa dilakukan konstruktif dalam kegiatan harian

“B, ketika B sedang mangalami masalah, apa yang B lakukan? Apalagi B?


Bagus sekali B ini. Jadi kalau B sedang mengalami masalah seperti itu, B bisa
melakukan hal-hal yang membuat B sibuk, tapi sibuk dengan hal-hal yang
positif, seperti apa yang B katakan tadi“
Intervensi
Strategi Pelaksanaan Pasien ke 5: Percakapan Meingkatkan kemampuan pasien
dalam menyelesaikan masalah pada klien isyarat bunuh diri

“Coba ceritakan situasi yang membuat B ingin bunuh diri. Selain bunuh diri, apalagi kira-kira jalan keluarnya.
Banyak juga yah. Nah coba kita diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita
pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut B cara yang mana? Ya, saya setuju. B bisa
dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa depan.”
Intervensi
Strategi Pelaksanaan Keluarga 1: Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan
pasien percobaan bunuh diri
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi 3) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak
pasien serta jangan pernah meninggalkan pasien sering melamun sendiri
sendirian

2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat 4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien
menjauhi barang-barang berbahaya disekitar pasien minum obat secara teratur

”Bapak/Ibu, B sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan


sahabat karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang B selalu ingin
mengakhiri hidupnya. Karena kondisi B yang dapat mengakiri kehidupannya
sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi B terus-menerus. Bapak/Ibu dapat
ikut mengawasi ya..pokoknya kalau alam kondisi serius seperti ini B tidak boleh
ditinggal sendidrian sedikitpun”
Intervensi
Strategi Pelaksanaan Keluarga 2: Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang
cara merawat anggota keluarga yang berisiko Bunuh Diri (isyarat Bunuh Diri)
“Pada umumnya orang yang akan melakukan Bunuh Diri menunjukkan tanda melalui percakapan mis., „saya
tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa saya.” “apakah anak bapak pernah mengatakannya?” “kalau
bapak/ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya bapak/ibu mendengarkan ungkapan
perasaan dari anak bapak secara serius.”

“Katakan bahwa bapak/ibu sayang pada anak bapak. Katakan juga kebaikan-kebaikan anak bapak!”. “Usahakan
sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji anak bapak dengan tulus. Tetapi kalau sudah terjadi percobaan
Bunuh Diri, sebaiknya bapak/ibu mencari bantuan orang lain.”
Intervensi
Strategi pelaksanaan Keluarga 3: Latih keluarga tentang cara merawat Klien Risiko
Bunuh Diri/ Isyarat Bunuh Diri

“Sekarang anggap saja anak bapak yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba bapak dan ibu praktikkan
cara bicara yang benar bila anak bapak sedang dalam keadaan seperti ini.”

“Bagus, betul begitu caranya. Sekarang coba praktikkan cara memberikan pujian kepada anak bapak.” “Bagus,
bagaimana kalau cara memotivasi anak bapak minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai jadwal?”.
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat anak bapak.”
Intervensi
Strategi pelaksanaan Keluarga 4: Jelaskan perawatan lanjutan (follow up) kepada
keluarga
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak bapak selama di rumah.”
“Kalau mis., anak bapak terusmenerus mengatakan ingin Bunuh Diri, tampak gelisah dan tidak terkendali serta
tidak memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain,
tolong bapak dan ibu segera hubungi saya di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi, ini nomor telepon Rumah
Sakitnya: xxxxxx.”
Evaluasi
1) Untuk pasien yang memberikan ancaman atau 4) Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat
melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan
keperawatan ditandai dengan ► keadaan pasien ditandai dengan kemampuan keluarga dalam
yang tetap aman dan selamat. merawat pasien dengan risiko bunuh diri, sehingga
keluarga mampu melakukan hal berikut
2) Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman ►Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda
atau melakukan percobaan bunuh diri, keberhasilan dan gejala bunuh diri, keluarga mampu
asuhan keperawatan ditandai dengan ► kemampuan memperagakan kembali cara-cara melindungi
keluarga berperan serta dalam melindungi anggota anggota keluarga yang berisiko bunuh diri, dan
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh keluarga mampu menggunakan fasilitas
diri. kesehatan yang tersedia dalam merawat
anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri.
3) Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan hal
berikut ► Pasien mampu mengungkapkan
perasaanya, pasien mampu meningkatkan harga
dirinya, dan pasien mampu menggunakan cara
penyelesaian masalah yang baik.
TERIMA KASIH

Peluk Online…

Anda mungkin juga menyukai