DISUSUN OLEH :
SELFA HARSAI
PO.71.20.2.19.004
TAHUN 2019
Asuhan Keperawatan Risiko Bunuh Diri
A. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan (Wilson dan Kneisl, 1988). Bunuh diri merupakan kedaruratan
psikiatri karena pasien berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping
yang maladaptif. Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara
berulang tanpa rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang
spesifik untuk bunuh diri. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan dan keterampilan
perawat yang tinggi dalam merawat pasien dengan tingkah laku bunuh diri, agar pasien
tidak melakukan tindakan bunuh diri.
Menurut Stuart dan Sundeen (2007), faktor penyebab bunuh diri adalah perceraian,
pengangguran, dan isolasi sosial. Sementara menurut Tishler (1981) (dikutip oleh Leahey
dan Wright, 1987 dalam Yusuf dkk, 2015) melalui penelitiannya menyebutkan bahwa
motivasi remaja melakukan percobaan bunuh diri, yaitu 51% masalah dengan orang tua,
30% masalah dengan lawan jenis, 30% masalah sekolah, dan 16% masalah dengan
saudara.
2) Faktor Perilaku
a) Ketidakpatuhan
3) Faktor Lain
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien destruktif diri
(bunuh diri) adalah sebagai berikut (Stuart dan Sundeen, 1995).
a) Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.
a. Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
b. Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan,
mengatur rencana, membicarakan tentang bunuh diri,
memberikan barang berharga sebagai hadiah, catatan
untuk bunuh diri.
c. Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih mematikan.
d. Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
e. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
b) Petunjuk gejala
a. Keputusasaan.
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak berharga.
c. Alam perasaan depresi.
d. Agitasi dan gelisah.
e. Insomnia yang menetap.
f. Penurunan berat badan.
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
c) Penyakit psikiatrik
a. Upaya bunuh diri sebelumnya.
b. Kelainan afektif.
c. Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
d. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
e. Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
f. Kombinasi dari kondisi di atas.
d) Riwayat psikososial
a. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
b. Hidup sendiri.
c. Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang baru
dialami.
d. Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus
hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman
terhadap krisis disiplin).
e. Penyakit medis kronis.
f. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.
e) Faktor-faktor kepribadian
a. Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
b. Kekakuan kognitif dan negatif.
c. Keputusasaan.
d. Harga diri rendah.
e. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
f) Riwayat keluarga
a. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
b. Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau keduanya
C. Faktor Predisposisi
Mengapa individu terdorong untuk melakukan bunuh diri? Banyak pendapat tentang
penyebab dan atau alasan termasuk hal-hal berikut.
1) Kegagalan atau adaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2) Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal
melakukan hubungan yang berarti.
3) Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri.
4) Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
5) Tangisan minta tolong.
Lima domain faktor risiko menunjang pada pemahaman perilaku destruktif diri sepanjang
siklus kehidupan, yaitu sebagai berikut.
1) Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan
penyalahgunaan zat.
2) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya risiko bunuh diri
adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3) Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian, kehilangan yang dini,
dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan
dengan bunuh diri.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor risiko
penting untuk perilaku destruktif.
5) Faktor biokimia
6) Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan dopaminergik
menjadi media proses yang dapat menimbulkan perilaku merusak diri.
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai berikut (Cook
dan Fontaine, 1987).
D. Faktor Presipitasi
1) Psikososial dan klinik
a) Keputusasaan
b) Ras kulit putih
c) Jenis kelamin laki-laki
d) Usia lebih tua
e) Hidup sendiri
2) Riwayat
a) Pernah mencoba bunuh diri.
b) Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
c) Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
3) Diagnostis
a) Penyakit medis umum
b) Psikosis
c) Penyalahgunaan zat
E. Pohon Masalah
Bunuh diri
Isolasi Sosial
Diagnosa Keperawatan: Risiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah.
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka Anda
dapat melakukan tindakan berikut.
a) evaluasi kegiatan berpikir positif tentang diri sendiri, beri pujian. Kaji
ulang risiko bunuh diri.
b) Latih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri : buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan, latih afirmasi/ berpikir aspek
positif keluarga dan lingkungan
c) Masukkan pada jadwal latihan berpikir positif tentang diri, keluarga dan
lingkungan.
Keliat, Budu Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC.
Keliat, Farida K. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Nevid, Jeffrey S, dkk. 2002. Psikologi Abnormal, Ed.5, Jilid.1. Jakarta: Erlangga.
Stuart & Laraia. 2005. Prinsip dan Praktek Keperawatan Psikiatri, Ed.8. St. Louis: Mosby
Book INC.
Stuart & Sundeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Ed.5. Jakarta: EGC.
Yusuf, Ah, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.