Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN:

KEPERAWATAN JIWA – RESIKO BUNUH DIRI

A. Definisi Resiko Bunuh Diri

Bunuh diri adalah tindakan melukai diri sendiri dengan niat untuk

mengakhiri kehidupan, sedangkan percobaan bunuh diri adalah tindakan yang

dilakukan dengan niat mengakhiri kehidupan tetapi tidak berhasil dicapai, tindakan

ini juga dapat berakibat menyebabkan cidera atau tidak sama sekali (Center for

Deases Control and Prevention, 2020).

Menurut Herdman (2012), resiko bunuh diri adalah tindakan-tindakan

yang berpotensi merusak diri secara langsung dengan tujuan mengakhiri

kehidupan. Bunuh diri adalah perilaku yang mengakibatkan kehidupan berakhir

yang dilakukan dengan sadar secara sengaja (Videbeck, 2011).

B. Prevalensi Bunuh Diri

Bunuh diri adalah bentuk permasalahan sosial dikarenakan bertentangan

dengan nilai dan norma masyarakat serta agama (Mulyani & Fridiana, 2019) tetapi

faktanya penyebab kematian tertinggi no tiga di dunia adalah kejadian bunuh diri

yang didominasi oleh remaja usia 15-19 tahun (WHO,2016).

Indonesia sendiri memiliki data yang berbeda dimana menurut Budijanto

(2019) kejadian bunuh diri terbanyak didominasi pada usia 60 tahun keatas dan

usia dewasa awal (20-29 tahun). Menurut Rosso (2019) resiko bunuh diri lebih

meningkat pada orang dengan gangguan jiwa dikarenakan perilaku serta

emosional yang lebih agresif. Ada sebesar 23,3% kematian karena bunuh diri

terjadi dengan gangguan jiwa dan prevalensi bunuh diri cenderung tinggi. Tercatat
1030 orang mencoba untuk melakukan bunuh diri tiap tahunnya dan lebih kurang

705 orang diantaranya meninggal (Pusat Data Dan Informasi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, 2019).

C. Faktor Penyebab

Menurut CDC (2020) ada empat faktor penyebab perilaku resiko bunuh

diri, yaitu:

1. Individual level

Hal ini disebabkan karena adanya riwayat depresi atau gangguan psikis

seperti kehilangan harapan, kekerasan, permasalahan kesehatan, genetic dan

biologis.

2. Relationship level

Konflik dalam hubungan, rasa ingin menyendiri dan kurangnya dukungan

sosial dari keluarga atau orang yang dikasihi, riwayat orang terdekat yang pernah

melakukan bunuh diri, masalah keuangan dan tekanan pekerjaan.

3. Community level

Hubungan sosial yang tidak adekuat, kurangnya pelayanan kesehatan dan

pengobatan

4. Societal level

Pengaruh media yang tidak baik, informasi yang memudahkan cara

melukai diri sendiri, dan stigma masyarakat mengenai penyakit mental

Adapun sumber lain mengatakan secara umum alasan tindakan bunuh diri

adalah ketidakmamupan individu menangani permasalahan yang dialami. Secara

spesifik dapat disebabkan oleh:


1. Faktor genetik: sering terjadi pada kembar monozygot

2. Faktor biologis: keadaan kesehatan tertentu

3. Faktor psikososial dan lingkungan

4. Stressor lingkungan: kehilangan keluarga, penipuan (syarifah,2010)

Menurut Towsend (2009), terdapat faktor predisposisi dan faktor

presipitasi, yaitu:

1. Faktor predisposisi

 Faktor biologis

Faktor genetik : riwayat keluarga tentang perilaku bunuh diri

berkaitan dengan usaha bunuh diri

Faktor neurokimia : kekeurangan serotonin dan perubahan dalam

sistem noradrenergic

 Faktor psikologis

Kemarahan

Keputusasaan dan rasa bersalah

Riwayat agresi dan kekerasan

Rasa malu dan terhina

Stressor

 Faktor psikososial

Kehilangan

Kurangnya dukungan sosial

Perpisahan/perceraian

2. Faktor presipitasi
Perasaan terisolasi

Kegagalan beardaptasi

Perasaan marah/bermusuhan

Cara mengakhiri keputusan

D. Pencegahan perilaku bunuh diri

Ada beberapa hal yang dapat mencegah perilaku bunuh diri (CDC,

2020) yaitu:

1. Memperkuat dukungan ekonomi

2. Memperkuat akses pelayanan bunuh diri

3. Menciptakan lingkungan yang protektif

4. Mempromosikan kedekatan hubungan sosial

5. Penyuluhan penguatan koping dan skill penyelesaian masalah

6. Identifikasi dan support individu dengan resiko

7. Mengurangi kejahatan

E. Rentang Respon Protektif Diri

Rentang respon diri adalah penilaian perlindungan diri kea rah negatif atau

positif. Pada individu dengan resiko bunuh diri biasanaya rentang respon ini akan

mengarah pada arah negatif. Menurut Stuart (2016) rentang respon protektif

diri dapat digambarkan pada skema berikut:


• Peningkatan diri: seorang individu yang mempunyai pengharapan,

yakin, dan kesadaran diri meningkat

• Pertumbuhan-peningkatan beresiko : posisi pada rentang normal

dialami individu yang mengalami perkembangan perilaku

• Perilaku destruktif diri tak langsung : setiap aktifitas yang merusak

kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian

• Pencederaan diri : tindakan yang membayakan diri sendiri yang

dilakukan dengan sengaja

• Bunuh diri tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk

mengakhiri ke-hidupan

F. Jenis Bunuh Diri

Menurut AH Yusuf (2015) terdapat tiga jenis bunuh diri, yaiut:

1. Bunuh diri egoistic, akibat seseorang yang mempunyai hubungan

sosial yang buruk

2. Bunuh diri altruistik, akibat kepatuhan pada adat dan kebiasaan

3. Bunuh diri anomik, akibat lingkungan yang tidak memberi

kenyamanan

G. Asesmen Resiko Bunuh Diri


Salah satu tool penilaian resiko bunuh diri adalah menggunakan Sad

Person Scale sebagai berikut:

S-ex: laki-laki Ya 1
Tidak 0
A-ge: <19 atau >45 Ya 1
tahun Tidak 0
D-eppression: pasien Ya 1
MRS dengan depresi Tidak 0
dengan gangguan
konsentrasi, gangguan
tidu, gangguan pola
makan, dan atau gangguan
libido
P-revious suicide: Ya 1
riwayat bunuh diri atau Tidak 0
rawatan psikiatri
E-xcessive: Ya 1
ketergantungan alcohol Tidak 0
atau narkoba
R-ational thinking lose: Ya 1
kehilangan pikiran Tidak 0
rasional: psikosis, organic
brain syndrome
S-epparated: bercerai Ya 1
atau janda Tidak 0
O-rganized plan: Ya 1
menunjukkan rencana Tidak 0
bunuh diri yang
terorganisir atau niat yang
serius
Nol social support: tidak Ya 1
ada pendukung Tidak 0
S-ickness:menderita Ya 1
penyakit kronis Tidak 0

Poin penilaian:

0-2 : Dapat tinggal dirumah dengan dukungan orang terdekat dan terapi

rawat jalan
3-4 : Dukungan orang terdekat dengan asuhan rawat jalan yang lebih

intens; dapat mempertimbangkan hospitalisasi

5-6 : Hospitalisasi sangat dipertimbangkan

≥7 : Hospitalisasi direkomendasikan

H. Perilaku Resiko Bunuh Diri

Menurut AH Yusuf (2015) terdapat tiga jenis resiko bunuh diri yaitu;

isyarat bunuh diri, dimana terdapat gagasan untuk bunuh diri tetapi belum

memiliki rencana atau persiapan; ancaman bunuh diri, ada ide bunuh diri dan

memiliki rencana yang terstruktur tetapi tidak ada persiapan; percobaan bunuh

diri, yaitu ada gagasan bunuh diri, memiliki rencana yang tersetuktur da nada

perisapan bunuh diri.

Sedangkan menurut Syarifah (2010) jenis ini berkembang dalah 5 tahap

yaitu suicidal ideation, individu memiliki pikiran untuk bunuh diri tetapi tidak ada

tindakan dan ungkapan apapun; suicidal intent; individu sudah mulai memikirkan

dan mempersiapkan perencanaan untuk tindakan bunuh diri; sucicidal threat,

individu sudah mengungkapkan keinginan bunuh diri; suicidal gesture, individu

telah makukan tindakan yang menyakiti diri sendiri dengan niat mengakhiri

hidupnya; suicidal attempt, individu melakukan tindakan percobaan bunuh diri

dan tidak ingin diselamatkan; suicide, indiviu melakukan tindakan percobaan

bunuh diri dengan pengalaman percobaan bunuh diri beberapa kali sebelumnya.

I. Manifestasi Klinis

Menurut Syarifah (2010) pribadi dengan resiko bunuh diri memiliki gejala

depresi, tidak memiliki harapan, merasa tidak ada yang membantu, isolasi sosial,
menarik diri, mendengarkan atau melihat hal-hal yang menyedihkan, membenci

diri sendiri dan merasa tidak pantas hidup.

Menurut Tim Keperawatan UEA (2013) tanda dan gejalanya adalah

sebagai berikut:

Data subyektif: merasa hidupnya tidak berguna lagi, ingin mati dan pernah

melakukan percobaan bunuh diri. Mengancam bunuh diri, merasa bersalah dan

putus asa.

Data obyektif : ekspresi murung, tidak bergairah, banyak diam, ada bekas

percobaan bunuh diri

J. Asuhan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat

b. Tindakan : Melindungi pasien

Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri,

maka saudara dapat melakukan tindakan berikut:

1. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ke

tempat yang aman

2. Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya, jika

pasien mendapatkan obat

3. Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas,

tali pinggang)

4. Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi

pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri


Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri

1) Tujuan:Keluarga berperan serta melindungi anggota

keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri

2) Tindakan:

1. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan

pemah meninggalkan pasien sendirian

2. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-

barang berbahaya disekitar pasien

3. Mendiskusikan dengan keluargauntuk tidak sering melamun sendiri

4. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara

teratur

SP 1 Pasien

1. Mengidentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri

2. Mengidentfikasi dan mengamankan benda-benda berbahaya

3. Menjelaskan cara kontrol diri dari keinginan bunuh diri

4. Melatih klien mengontrol diri; membuat daftar aspek positif diri

5. Melatih klien afirmasi positif

6. Membuat jadwal latihan kegiatan mengendalikan keinginan bunuh diri

dengan membuat daftar aspek positif diri

SP 2 Pasien

1. Menjelaskan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar

aspek positif keluarga dan lingkungan

2. Melatih cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat daftar
aspek positif keluarga dan lingkungan

3. Melatih afirmasi/berpikir aspek positif keluarga dan lingkungan

4. Melatih klien memasukan latihan cara mengendalikan diri dari dorongan

bunuh diri: membuat daftar aspek positif keluarga dan lingkungan, dan melatih

afirmasi/ berpikir aspek positif keluarga dan lingkungan ke dalam jadwal kegiatan

harian klien.

SP 3 Pasien

1. Bersama klien mendiskusikan tentang pola koping yang biasa diterapkan

2. Menilai pola koping yang biasa digunakan klien

3. Mengidentifikasi apakah pola koping yang digunakan itu

konstruktif/destruktif dan mendorong klien untuk memilih pola koping yang

konstruktif

4. Menjelaskan cara menerapkan koping yang konstruktif secara bertahap

5. Melatih cara menerapkan pola koping yang konstruktif dalam kegiatan

sehari-hari

SP 4 Pasien

1. Bersamaklien mendiskusikan harapan dan masa depan

2. Bersama klien mendiskusikan cara mencapai harapan dan masa depan

3. Menjelaskan cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap

(setahap demi setahap)

4. Melatih cara-cara mencapai harapan dan masa depan secara bertahap

(setahap demi setahap)


5. Melatih klien memasukkan latihan cara-cara mencapai harapan dan masa

depan secara bertahap (setahap demi setahap)

Rencana Tindakan Keperawatan Lanjutan

Tiga jenis perilaku Tindakan Keperawatan Tindakan Keperawatan

bunuhbunuh
1. Isyarat diri diri • Mendiskusikan
Untuk Pasien cara • Untuk Keluarga
Melakukan
mengatasi keinginan pendidikan kesehatan
bunuh diri tentang cara merawat
• Meningkatkan harga anggota keluarga yang ingin
diri pasien bunuh diri
• Meningkatkan
kemampuan pasien
dalam menyelesaikan
masalah
2. Ancaman bunuh Melindungi pasien Melibatkan keluarga
diri untuk mengawasi pasien
3. Percobaan bunuh secara ketat
diri
REFERENSI

Budijanto, D., Kurniawan, R., Widianti, W., et.al., (2019). InfoDATIN Situasi dan

Pencegahan Bunuh Diri. Jakarta Selatan: Pusdatin Kemkes.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2020). Preventing Suicide.

https://www.cdc.gov/violenceprevention/suicide/fastfact.html#

Davis Yusuf, Fitriyasari R., & Nihayati E. H. (2015). Buku Ajar

Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Hidayati, NO., Badori, A., Augusto., dkk. (2021). Efek Dialectical behavior

Therapy Bagi Pasien Dengan Perilaku Kekerasan dan Resiko Bunuh Diri.

Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Vol 4 (1) e-ISSN 2621-2978

Jannah, Syarifah Rauzatul. 2010. Tinjauan penatalaksanaan kegawatdaruratan

pada pasien dengan bunuh diri. Idea Nursing Journal; Banda Aceh

Mulyani, A., & Fridiana. (2019). Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Fenomena

Bunuh Diri Di Gunungkidul. Sosietas. 8(2), 510–516

Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019).

Situasi Dan Pencegahan Bunuh Diri.

Rosso, G., Albert, U., Bramante, S., Aragno, E., Quarato, Fe., Di Salvo, G.,

Maina, G. (2019). Correlates of violent suicide attempts in patients with

bipolar disorder. Comprehensive Psychiatry, 96(152136), 1–7.

doi:10.1016/j.comppsych.2019.152136

Sari,hasmila. (2020). Modul Keperawatan Jiwa II. Banda Aceh : Fakultas

Keperawatan Universitas Syiah Kuala Indonesia.

Stuart, G. W. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.


Jakarta: Elsivier.

Tim Keperawatan Esa Unggul. 2013. Modul asuhan keperawatan pada

klien resiko bunuh diri. UNESA: Jakarta

Townsend, M. C, 2009, Psychiatric Mental Healt Nursing : Concepts of Care in

Evidence-BasedPractice (6th ed.), Philadelphia : F.A.

Videbeck, Sheila L. 2011. Buku ajar keperawatan jiwa ed 8. Jakarta: EGC

World Health Organization (WHO). (2019). Suicide.

https://www.who.int/news-room/factsheets/detail/suicide

Anda mungkin juga menyukai