Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

7 CORE PROBLEM

DISUSUN OLEH :

AGUSTINUS SURYA PUTRA

113063J120110

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2021
PATHWAY
Asuhan Keperawatan Jiwa
RESIKO BUNUH DIRI

Definisi : Perilaku merusak diri


yang langsung dan disengaja
untuk mengakhiri kehidupan.

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

1. Diagnosis Psikiatri : Gangguan 1. Psikososial dan klinik :


afektif, skizofrenia dan Koping Individu Atau Keputusasaan, ras kulit putih,
penyalahgunaan Napza jenis kelamin laki-laki, usia lebih
Koping Keluarga tua dan hidup sendiri.
2. Sifat kepribadian : Rasa
bermusuhan, impulsif dan depresi. Inefektif 2. Riwayat : Pernah mencoba bunuh
3. Lingkungan Psikososial : Baru diri, riwayat keluarga tentang
mengalami kehilangan, perpisahan penyalahgunaan zat.
atau perceraian, kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan
sosial merupakan faktor penting 1. Isyarat Bunuh Diri : Berperilaku
yang berhubungan dengan bunuh secara tidak langsung ingin bunuh
diri. diri.
4. Riwayat keluarga : Riwayat 2. Ancaman bunuh diri : Keinginan
keluarga yang pernah melakukan untuk mati disertai dengan
bunuh diri merupakan faktor rencana untuk mengakhiri
risiko penting untuk destruktif. kehidupan dan persiapan alat
5. Faktor biokimia : Secara untuk melaksanakan rencana
serotogenik, opiatergik dan tersebut tetapi tidak disertai
dopaminergik menjadi media dengan percobaan bunuh diri.
proses yang dapat menimbulkan 3. Percobaan bunuh diri : Tindakan
perilaku merusak diri. pasien mencederai atau melukai
diri untuk mengakhiri
kehidupannya.
Adaftif Maladaftif Rentang Respon
1. Ide bunuh diri, ancaman bunuh diri, percobaan
bunuh diri, sindrom mencederai diri sendiri
Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh yang disengaja.
Diri Peningkatan Deskruktif Diri Diri
Resiko Diri Tak 2. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan,
Langsung ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini
merupakan faktor krusial terkait dengan resiko
Klasifikasi Bunuh Diri : bunuh diri.
1. Bunuh diri egoistik, akibat 3. Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan
seseorang yang mempunyai utama klien masuk kerumah sakit adalah
Tanda Dan Gejala
hubungan sosial yang perilaku kekerasan dirumah.
buruk. 4. Observasi : Muka merah, pandangan tajam, otot
2. Bunuh diri altruistik, akibat tegang, nada suara tinggi, berdebat, sering pula
kepatuhan pada adat dan klien tampak memaksakan kehendak :
Pohon Masalah : merampas makanan, memukul jika tidak
kebiasaan.
senang.
3. Bunuh diri anomik, akibat Bunuh Diri (Effect) 5. Wawancara : Mempunyai ide untuk bunuh diri,
lingkungan tidak dapat mengungkapkan keinginan untuk mati,
memberikan kenyamanan mengungkapkan rasa bersalah dan
bagi individu. keputusasaan, impulsif, menunjukkan perilaku
Resiko Bunuh Diri yang mencurigakan (Biasanya menjadi sangat
patuh, memiliki riwayat percobaan bunuh diri,
(Core Problem)
verbal terselubung (Berbicara tentang kematian,
(menanyakan tentang obat dosis mematikan),
status emosional (Harapan, penolakkan dan
Harga Diri Rendah (Cause) cemas).
Intervensi Keperawatan :

SP I :
- Identifikasi ; Perilaku bunuh diri (isyarat, ancaman, percobaan bunuh diri), benda-benda
berbahaya dan mengamankannya.
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda dari RBD
- Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri (Buat daftar aspek positif diri,
latihan berfikir aspek positif yang dimiliki).
SP II :
- Latihan cara mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri (Buat daftar aspek positif
keluarga dan lingkungan).
Rasional : Diharapkan keluarga dan lingkungan sekitar dapat membantu dalam pencegahan
RBD tersebut.
SP III :
- Diskusikan harapan dan masa depan, cara mencapai harapan dan masa depan, latihan cara
mencapai masa depan secara bertahap.
Rasional : Agar pasien dapat memiliki sebuah harapan untuk kesembuhan dan tidak
terfokus pada masalah yang terjadi.
SP IV:
- Latihan tahap kedua cara mencapai masa depan.
Rasional : Agar pasien dapat melakukan bagaimana cara untuk mencapai sebuah harapan
yang sudah dirancang oleh pasien tersebut.
SP V :
- Evaluasi tahap kegiatan mencapai harapan dan masa depan
Rasional : Melihat apakah tahapan mencapai harapan yang diinginkan sudah terlaksanakan
atau belum.
- Latih kegiatan harian
Rasional : Dengan adanya kegiatan harian pusat pikiran pasien akan terhindar dari
keinginan untuk mengakhiri hidup.
PATHWAY
Asuhan Keperawatan Jiwa
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Definisi : Suatu kondisi pada seseorang yang mengalami


kelemahan kemampuan dalam melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri.

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

1. Perkembangan Yang merupakan faktor presipitasi


Keluarga terlalu melindungi Koping Individu Atau defisit perawatan diri dalah kurang
dan memanjakan klien Koping Keluarga penurunan motivasi, kerusakan
sehingga perkembangan kognitif atau persepsi, cemas,
Inefektif
inisiatif terganggu lelah/lemah yang dialami individu
2. Biologis kurang mampu melakukan
Penyakit kronis yang perawatan diri.
menyebabkan klien tidak
mampu melakukan perawatan
diri Adaftif Maladaftif
3. Kemampuan Realitis Turun
Klien dengan gangguan jiwa
dengan kemampuan realitas Pola Perawatan Kadang Tidak Melakukan
yang kurang Diri Perawatan Diri Perawatan Diri
Kadang Tidak Saat
4. Sosial
Kurang dukungan dan latihan
kemampuan perawatan diri
lingkungannya

1. Fisik :
Rentang Respon Badan bau, pakaian kotor, rambut
dan kulit kotor, kuku panjang dan
kotor, gigi kotor disertai mulut yang
bau, penampilan tidak rapi.
Jenis Gangguan :
2. Psikologis :
Defisit Perawatan
Tanda Dan Gejala Malas, tidak ada inisiatif, menarik
Diri
diri, isolasi diri, merasa tidak
berdaya, rendah diri dan merasa
hina.
3. Sosial :
Pohon Masalah :
Interaksi kurang, kegiatan kurang,
Menurunnya Motovasi Diri (Effect) tidak mampu berperilaku sesuai
norma.

Defisit Perawatan Diri


(Core Problem)

Isolasi Sosial = Menarik Diri (Cause)


Intervensi Keperawatan :

SP I :
1. Identifikasi masalah perawatan diri, berdandan, makan dan minum serta BAB/BAK.
2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri.
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan diri.
4. Latih cara menjaga kebersihan diri.
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang perawatan diri yang baik serta
klien dapat menjaga kebersihan dirinya secara mandiri.
SP II :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, beri pujian.
2. Jelaskan cara dan alat untuk berdandan.
3. Latih cara berdandan setelah kebersihan diri.
Rasional : Untuk meingkatkan pengetahuan klien dalam berdandan diri setelah melakukan
kebersihan diri agar penampilan terlihat bersih dan rapi.
SP III :
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan, beri pujian.
2. Jelaskan cara dan alat makan dan minum.
3. Latih cara makan dan minum yang baik.
Rasional : Untuk melatih klien mengenal serta menggunakan alat makan dan minum yang
baik dan benar.
SP IV:
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, beri pujian.
2. Jelaskan cara eliminasi/toileting yang baik.
3. Latih eliminasi dan toileting yang baik.
4. Masukkan jadwal kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan dan minum
serta BAKdan BAB.
Rasional : Untuk melatih klien mengenal serta melakukan BAB/BAK yang baik dan benar.
SP V :
1. Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri : Kebersihan diri, berdandan, makan, minum,
BAB dan BAK, beri pujian.
2. Latih kegiatan harian.
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri.
4. Nilai apakah perawatan diri telah baik.
Rasional : Mengevaluasi klien dalam melakukan perawatan diri.
PATHWAY
Asuhan Keperawatan Jiwa
HARGA DIRI RENDAH

Definisi : Evaluasi diri negatif yang dikaitkan dengan perasaan


lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak
lengkap, tidak berharga dan tidak memadai.

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

1. Penolakkan orang tua, Hilangnya sebagian anggota


harapan orang tua yang Koping Individu Atau tubuh, berubahnya penampilan
Koping Keluarga atau bentuk tubuh, mengalami
tidak realistis.
kegagalan, serta menurunnya
2. Penampilan peran yang Inefektif
produktivitas.
sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam
pekerjaan dan peran yang 1. Aktualisasi diri : Pernyataan diri tentang
sesuai dengan kebudayaan. konsep diri yang positif dengan latar
3. Orang tua yang tidak belakang pengalaman nyata.
2. Konsep diri positif : Apabila individu
percaya pada anak, tekanan
mempunyai pengalaman yang positif dalam
teman sebaya dan kultur beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal
sosial yang berubah. Rentang Respon positif maupun yang negatif dari dirinya.
3. Harga diri rendah : Individu cenderung
untuk menilai dirinya negatif dan merasa
rendah diri orang lain.
4. Keracunan identitas : Kegagalan individu
mengintegritasikan aspek-aspek identitas
masa kanak-kanak kedalam kematangan
aspek psikososial kepribadian pada masa
dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : Perasaan yang tidak
realistis dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
Jenis Gangguan : Tanda Dan Gejala serta tidak dapat membedakan dirinya
Harga Diri Rendah dengan orang lain.

Resiko Perilaku Kekerasan


1. Mengkritik diri sendiri.
2. Pandangan hidup yang
pesimistis.
Halusinasil (Effect) 3. Tidak menerima pujian.
4. Penurunan produktivitas.
5. Penolakan terhadap kemampuan
Isolasi Sosial diri.
6. Lebih banyak menunduk.
7. Bicara lambat dengan suara nada
yang lemah.
Harga Diri Rendah
(Core Problem)

Koping Individu Tidak Efektif (Cause)


Intervensi Keperawatan :

SP I :
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif klien (Buat daftar kegiatan)
2. Bantu klien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (Pilih daftar kagiatan) : Buat
daftar kegiatan yang dapat dilakukan klien saat ini.
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih.
4. Latih kegiatan yang dipilih (Alat dan cara melakukannya).
5. Masukkan dalam jadwal kegiatan untuk latihan dua kali perhari.
Rasional : Membantu memilih kegiatan yang dapat dilakukan dan dilatih akan meningkatkan
harga diri.
SP II :
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih dan beri pujian.
2. Bantu klien memilih kegiatan kedua yang akan dilatih.
3. Latih kegiatan kedua ( Alat dan cara melakukannya).
Rasional : Membantu memilih dan melatih kegiatan yang dapat dilakukan merupakan upaya
untuk mengoptimalkan harga diri secara bertahap.
SP III :
1. Evaluasi kegiatan utama dan kedua yang telah dilatih dan berikan pujian.
2. Bantu klien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih.
Rasional : Kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan di evaluasi untuk menindak lanjuti
sehingga dapat diberikan tindakan lanjutan sesuai kemampuan klien.
PATHWAY
Asuhan Keperawatan Jiwa
RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Definisi : Perilaku yang rentan dimana


seseorang beresiko dapat membahayakan diri
sendiri, orang lain maupun lingkungan.

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

1. Psikoanalisis : 1. Faktor dari dalam individu meliputi kehilangan


Koping Individu Atau relasi atau hubungan dengan orang yang dicintai
Agresif, dorongan insting. atau berarti, kehilangan rasa cinta, kekhawatiran
2. Psikologis : Koping Keluarga teradap penyakit fisik, dll.
Agresivitas, peningkatan Inefektif 2. Faktor luar individu meliputi serangan terhadap
frustasi. fisik, lingkungan yang terlalu ribut, kritikan yang
mengarah pada penghinaan, tindakan kekerasan.
3. Biologis :
Faktor Kekambuhan :
Sistem limbik, otak 1. Regiment terapeutik inefektif.
(neurotransmiter). 2. Defisit pengetahuan tentang obat untuk
4. Perilaku : penyakitnya.
Retardasi mental, korban 3. Defisit pengetahuan tentang gejala kambuh.
4. Pemanfaatan layanan kesehatan yang tidak
kekerasan. optimal.
5. Sosial dan Kultural :
Norma, budaya. 1. Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa
menyakiti orang lain.
Rentang 2. Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena
Respon tidak realistis/terhambat.
3. Pasif : Respon dimana pasien tidak mampu
mengungkapkan perasaannya.
4. Agresif : Perilaku destruktif tapi masih
terkontrol.
5. Amuk : Perilaku destruktif dan tidak
terkontrol.

Jenis Gangguan : 1. Klien mengatakan benci/kesal


Resiko Perilaku Kekerasan Tanda Dan Gejala dengan seseorang.
2. Suka membentak.
3. Menyerang orang yang sedang
mengusiknya jika sedang kesal.
Resiko mencederai diri 4. Mata merah dan wajah agak
sendiri, orang lain dan merah.
lingkungan (Effect) 5. Nada suara tinggi dan keras.
6. Bicara menguasai.
7. Pandangan tajam.
Resiko Perilaku Kekerasan 8. Suka merampas.
(Core Problem) 9. Barang milik orang lain.
10. Ekspresi marah saat
membicarakan orang lain.
Harga Diri Rendah (Cause)
Intervensi Keperawatan :

SP I : Identifikasi penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan akibat
perilaku kekerasan.
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda klien kesal.
SP II : Latih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan obat (6 benar obat, guna, dosis,
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat, akibat jika obat tidak diminum sesuai program, akibat
putus asa.
Rasional : Klien mengetahui jenis, kegunaan, efek samping, prinsip dan pentingnya minum
obat.
SP III : Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara verbal.
Rasional : Memberikan simulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara
tepat.
SP IV : Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual.
Rasional : Memberikan simulasi kepada klien untuk menilai respon perilaku kekerasan secara
tepat.
PATHWAY
Asuhan Keperawatan Jiwa
ISOLASI SOSIAL

Definisi : Keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya.

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

1. Faktor tumbuh kembang 1. Faktor Eksternal :


terhambatnya tugas Koping Individu Atau Stresor budaya yaitu stress yang
Koping Keluarga ditimbulkan oleh faktor sosial budaya
perkembangan sosial pada
seperti keluarga.
tahapan tumbuh kembang Inefektif
2. Faktor Internal :
individu. Stresor psikologis yaitu stress yang
2. Faktor komunikasi keluarga terjadi akibat ansietas berkepanjangan
: Hal yang bertentangan dan terjadi bersamaan dengan
atau ekspresi emosi yang keterbatasan kemampuan individu
tinggi. untuk mengatasinya.
3. Faktor sosial budaya
seseorang yang merasa Proses terjadinya masalah suatu
diasingkan. sikap dimana individu
4. Faktor biologis : menghindari interaksi dengan
Disebabkan atropi otak, orang lain. Individu merasa bahwa
serta perubahan ukuran dan ia kehilangan hubungan akrab dan
bentuk-bentuk sel dalam tidak mempunyai kesempatan
limbik dan daerah kortikal. untuk membagi perasaan, pikiran,
prestasi atau kegagalan.

Adaftif Maladaftif Rentang Respon


1. Kurang spontan.
Menyendiri, Merasa sendiri, Menarik Diri,
2. Apatis.
Otonomi, Dependensi, Ketergantungan, 3. Tidak ada kontak mata.
Bekerjasama, Curiga Manipulasi,
Interdependen Curiga 4. Ekspresi wajah kurang berseri.
5. Tidak merawat diri dan tidak
Jenis Gangguan : memperhatikan diri.
Isolasi Sosial Tanda Dan Gejala 6. Tidak ada atau kurang komunikasi
(Menarik Diri) verbal.
7. Mengisolasi diri.
8. Tidak ada atau kurang sadar
Pohon Masalah :
terhadap lingkungan sekitarnya.
Halusinasi (Effect) 9. Asupan makan atau minum
terganggu.
10. Aktivitas menurun.
Isolasi Sosial Defisit 11. Kurang energi.
(Core Problem) Perawatan Diri 12. Rendah diri.

Harga Diri Rendah (Cause)


Intervensi Keperawatan :

SP I : Identifikasi penyebab isolasi klien.


Rasional : Dengan mengetahui penyebab klien menarik diri dapat ditemukan mekanisme
koping klien dalam berinteraksi sosial, serta strategi apa yang akan ditetapkan pada klien.
SP II : Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (Latih 2 kegiatan).
Rasional : Memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain kedalam kegiatan
harian akan membantu klien mencapai interaksi sosial secara bertahap.
SP III : Latih cara berbicara saat melakukan kegiatan harian (2 kegiatan baru).
Rasional : Akan membantu klien mencapai interaksi sosial secara bertahap.
SP IV : Latih cara bicara sosial : Meminta sesuatu, menjawab pertanyaan.
Rasional : Mendorong klien agar dapat meningkatkan dan mencapai interaksi sosial secara
bertahap.
SP V :
- Latih kegiatan harian
- Evaluasi apakah isolasi sosial teratasi.
Rasional :
- Latih sebagai upaya pembiasaan agar meningkat interaksi sosial secara bertahap.
- Evaluasi kemampuan mandiri yang telah diajarkan dan apakah isolasi sosial teratasi/sebagai
upaya untuk merencanakan kegiatan selanjutnya.
PATHWAY
Asuhan Keperawatan Jiwa
WAHAM

Definisi : Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi
dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol.

Faktor Predisposisi Faktor Presipitasi

1. FaktorPerkembangan 1. Faktor Sosial Budaya


Hambatan perkembangan akan Koping Individu Dipicu karena adanya perpisahan
mengganggu hubungan interpersonal dengan orang yang berarti atau
Atau Koping diasingkan dari kelompok.
seseorang. Hal ini dapat meningkatkan
stress dan ansietas persepsi, klien Keluarga Inefektif 2. Faktor Biokimia
menekan perasaannya sehingga Dopamine, noreepineprin, dan zat
pematangan fungsi intelektual dan halusinogen lainnya.
emosi tidak efektif. 3. Faktor Psikologis
2. Faktor Sosial Budaya Kecemasan yang memanjang dan
Seseorang merasa diasingkan dan terbatasnnya kemampuan untuk
kesepian. mengatasi masalah sehingga klien
3. Faktor Psikologis mengembangkan kping untuk
Hubungan yang tidak harmonis, peran menghindari kenyataan yang
ganda dapat menimbulkan ansietas dan menyenangkan.
berakhir dengan pengingkaran
terhadap kenyataan.
4. Faktor Biologis
Atropi otak, pembesaran ventrikel di
otak atau perubahan pada sel kortikel
limbik.
5. Faktor Genetik

Rentang Respon
Adaftif Maladaftif
1. Menolak makan
2. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
Pikiran logis Kadang proses pikir Gangguan isi pikir 3. Ekspresi wajah sedih/gembira/ketakutan
Persepsi akurat terganggu halusinasi 4. Gerakkan tidak terkontrol
Emosi konsisten Ilusi Perubahan proses
dengan pengalaman Emosi berlebihan emosi 5. Mudah tersinggung
Perilaku sesuai Berperilaku yang tidak Perilaku tidak 6. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan
biasa terorganisasi
Menarik diri Isolasi sosial Tanda Dan kenyataan
7. Tidak bisa membedakan antara kenyataan
Gejala dan bukan kenyataan
8. Menghindar dari orang lain
9. Mendominasi pembicaraan
Macam-Macam
10. Berbicara kasar
WAHAM : Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan (Effect)
11. Menjalankan kegiatan keagamaan secara
1. Waham Agama berlebihan
2. Waham Kebesaran
3. Waham Curiga Waham (Core Problem)
4. Waham Somatik
5. Waham Nihilstic

Isolasi Sosial (Cause)

Harga Diri Rendah Kronis


Intervensi Keperawatan :

SP I :
1. Identifikasi tanda dan gejala waham.
2. Bantu orientasi realita : Panggil nama. Orientasi waktu, orang dan tempat.
3. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.
4. Bantu klien memenuhi kebutuhan realistis
5. Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan kebutuhan.
Rasional : Untuk mengetahui tanda-tanda terjadinya waham.
SP II :
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan klien dan berikan pujian.
2. Diskusikan kemampuan yang dimiliki.
3. Latih kemampuan yang dipilih, berikan pujian.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan pemenuhan dan kegiatan yang telah dilatih.
Rasional : Reinforcement positif dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh klien
dan harga diri klien.
SP III :
1. Jelaskan tentang obat yang diminum.
2. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan dan kegiatan yang telah dilatih serta obat.
Rasional : Obat dapat mengontrol waham yang dialami oleh klien dan dapat membantu
penyembuhan klien.
SP IV :
1. Diskusikan kebutuhan lain dan cara memenuhinya.
2. Diskusikan kemampuan yang dimiliki dan memilih yang akan dilatih.
3. Masukkan pada jadwal pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang telah dilatih dan minum obat.
Rasional : Untuk melihat perkembangan klien sehingga dapat diberikan terapi lanjutan.
SP V :
1. Evaluasi kegiatan pemenuhan kebutuhan, kegiatan yang dilatih dan minum obat. Beri
pujian.
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri.
3. Nilai apakah frekuensi munculnya waham berkurang.
Rasional :
- Untuk mengetahui sejauh mana klien dapat melakukan pemenuhan kebutuhan klien
sehingga dapat mengontrol wahamnya.
- Pujian dapat memotivasi klien untuk meningkatkan kegiatan positifnya.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Lilik Ma’rifahtul, 2015. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :
Graha Ilmu.

Dalami, Ernawati, 2015. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.

Fitria, Nita, 2015. Prinsip Dasar Dan Aplikasi Penulisan LP & SP Tindakan Keperawatan,
Cetakan Tiga. Salemba Medika, Jakarta.

Iyus, Yosep, 2016. Keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : Refika Aditama.

Maramis, 2016. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga.

Riyadi, Sujono, 2016. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stuart dan Gail, 2015. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 5). Jakarta : EGC.

Yosep, I, 2015. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai