PERKULIAHAN
MANAJEMEN
KEPERAWATAN
PENYUSUN :
Lucia Andi Chrismilasari,MKep
Program Studi Ilmu Keperawatan Dan Profesi Ners
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena pada akhirnya
modul pembelajaran Manajemen Keperawatan ini dapat terselesaikan. Modul Praktikum ini
disusun untuk memberikan mahasiswa berbagai gambaran/ pedoman manajemen
keperawatan khususnya dalam menstimulasi critical thinking mahasiswa berkaitan dengan
pengelolaan manajemen keperawatan
Modul ini tentunya masih banyak memiliki kekurangan, oleh sebab itu saran dan
masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan modul ini.
Semoga bermanfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...........................................................................................................i
KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
DAFTAR REFERENSI
TOPIK I
FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN
MATERI
A. Pengertian Manajemen Keperawatan
Manajemen keperawatan adalah proses bekerja dengan melibatkan anggota staff
keperawatan untuk memberikan perawatan, pengobatan dan bantuan kepada
pasien (Gillies,2000)
Manajemen merupakan proses bekerjasama dengan orang lain dan sumber daya
lainnya melalui kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi (Bateman & Snell,
2002)
B. Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang melekat di dalam proses
manajemen dan di jadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk
mencapai tujuan. Ada berbagai macam pandangan mengenai fungsi-fungsi
manajemen oleh beberapa ahli, salah satunya adalah Henry Fayol yang dikenal
dengan teori “Fungsionalisme Fayol” dimana fungsi manajemen meliputi
perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pengarahan (commanding),
pengkoordinasian (coordinating), dan Pengendalian (controling)
1. Perencanaan
Elemen fungsi perencanaan meliputi merumuskan visi misi, strategi
perencanaan, menyusun tujuan khusus, tujuan jangka pendek keperawatan,
filosofi, kebijakan peraturan kerja, struktur organiasai, uraian tugas, hak dan
kewajiban perawat, program pengembangan perawat, kebutuhan logistik
ruangan dan kendali mutu (Marquis & Huston 2013; Swanburg 2000,
Simanjuntak 2011).
Fase perencanaan dalam proses manajemen snagat penting untuk mengarahkan
senua fungsi lainnya, tanpa perencanaan yang adekuat maka proses manajemen
akan gagal. Manajemen keperawatan harus mempersiapkan ruang keperawatan
dan perawat untuk menghadapi tantangan yang akan datang baik yang dapat
diramalkan atau tidak terduga.
2. Pengorganiasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan fungsi kedua setelah perencanaan yang
menggerakkan seluruh sumber daya karyawan dengan menetapkan pembagian
kerja, hubungan kerja, slegasi wewenang, integrasi dalam bagan organisasi serta
sumber lainya (material) dalam suatu organisasi ( Suadi S & Bahtra Y 2010;
Huber 2006).
3. Kepersonaliaan (staffing)
Kepersonaliaan adalah metodologi pengaturan staf, merupakan proses yang
teratur, sistematis, berdasarkan rasional diterapkan untuk menentukan jumlah
dan jenis personel organisasi yang dibutuhkan (Marques & Huston 2013).
Manajer keperawatan merumuskan kegiatan yang berhubungan dengan
kepegawaian. Mulai dari rekruitmen, wawancara, seleksi, mengorientasikan staf,
mensosialisasikan pegawai baru, pengembangan staf hingga klasifikasi
pasien. Komponen tersebut nantinya berhubungan dengan penjadwalan silkus
waktu kerja bagi semua personel yang ada.
4. Pengarahan/penggerakan (directing/actuating)
Pengarahan merupakan proses penerapan rencana manajemen untuk
menggerkkan anggota kelompok untuk mencapai tujuan melalui berbagai
arahan (Marques & Huston 2013, Swanburg 2000)
Selain itu, tugas kepala ruangan dalam hal pengarahan adalah memberikan
kepemimpinan terhadap anggota staf untuk bantuan dalam hal ini pengajaran,
konsultasi dan evaluasi. Mempercayai anggota untuk mengikuti perjanjian yang
telah mereka sepakati, Menginterprestasikan protokol untuk berespon terhadap
hal-hal insidental, Menjelaskan prosedur yang harus diikuti dalam keadaan
darurat, Memberikan laporan ringkas dan jelas, Menggunakan proses kontrol
manajemen untuk mengkaji kualitas pelayanan yang diberikan dan
mengevaluasi penampilan kerja individu dan kelompok staf perawatan.
5. Pengedalian/evaluasi (controlling)
Pengendalian adalah proses pemeriksaan apakah segala sesuatu sesuai dengan
rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip
yang ditetapkan, bertujuan memperbaiki kekurangan atau kesalahan yang
terjadi. Manajer keperawatan melakukan penilaian kerja staf,
pertanggungjawaban keuangan, pengendalian mutu, pengendalian aspek legal
dan etik serta pengendalian profesionalisme asuhan keperawatan (Marques &
Huston 2013)
MATERI
Kepemimpinan seharusnya tidak berdasarkan power, tetapi berdasarkan pada
pengaruh timbal balik pemimpin pada pengikut dan pengikut pada pemimpin juga pada
situasi yang kuat. Tugas utama seorang pemimpin adalah menemukan tujuan
organisasi. Pemimpin harus mengkoordinasikan karyawannya bukan untuk mencapai
tujuan pribadi tetapi tujuan bersama, lahir dari minat dan aktivitas kelompok.
Pemimpin yang baik tidak meminta orang lain untuk melayaninya, tetapi melayani
tujuan bersama.
Teori kepemimpinan yang harus terbentuk dari seorang pemimpin sebagai berikut:
a. Teori Genetik, dimana bahwa pemimpin itu terlahir dengan baat yang sudah
terpendam di dalam diri seseorang.
b. Teori Sosial, menyatakan bahwa seseorang dapat menjadi pemimpin melalui
latihan, kesempatan dan pendidikan
c. Teori Ekologis. Teori ini merupakan gabungan dari dua teori di atas.
DAFTAR REFERENSI
James.L Gibson,2004.Organisasi dan Manajemen, Erlangga ;Jakarta
MATERI
Konflik merupakan kejadian yang pasti terjadi dalam lingkungan pekerjaan. Konflik
terjadi apabila dua orang atau lebih pihak yang mempunyai pandangan yang berbeda
tentang suatu situasi. Konflik tidak hanya memberikan efek negatif, tetapi juga
mempunyai efek positif bagi lingkungan kerja, tidak terkecuali di rumah sakit.
Konflik dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah orang yang terlibat konflik, yaitu
konflik personal dan konflik interpersonal (Wirawan, 2010; Robbins & Judge, 2015).
Konflik personal terjadi dalam diri seorang individu karena harus memilih dari
sejumlah alternatif pilihan yang ada atau karena mempunyai kepribadian ganda.
a. Konflik interpersonal terjadi di dalam suatu organisasi atau konflik di tempat
kerja. Konflik interpersonal terjadi tujuh macam bentuk, yaitu konflik
antarmanajer, konflik antara pegawai dan manajernya, konflik hubungan
industrial, konflik antarkelompok kerja, konflik antara anggota kelompok kerja
dan kelompok kerjanya, konflik interes, konflik antara organisasi dan pihak luar
organisasi.
Gaya manajemen konflik yang digunakan pihak-pihak yang terlibat konflik dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor tersebut di antaranya adalah:
a. Persepsi mengenai penyebab konflik
Robbins dan Judge (2015) menjelaskan persepsi merupakan sebuah proses
individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensoris untuk
memberikan pengertian pada lingkungannya. Persepsi seseorang yang
menganggap penyebab konflik menentukan kehidupan atau harga dirinya akan
berupaya untuk berkompetisi dan memenangkan konflik. Apabila seseorang
menganggap konflik tidak penting maka ia akan menggunakan pola menghindar
(Wirawan, 2010; Ellis & Bach, 2015).
b. Ekspektasi atas reaksi lawan konfliknya
Seseorang yang menyadari bahwa ia menghadapi konflik akan menyusun
strategi dan taktik untuk menghadapi lawan konfliknya. Jika mempredisksi
lawannya akan menggunakan gaya kompetisi, maka dia akan menggunakan gaya
yang sama (Wirawan, 2010).
c. Keterampilan berkomunikasi
Ellis & Bach (2015) mengungkapkan bahwa seseorang yang kemampuan
komunikasinya rendah akan mengalami kesulitan jika menggunakan gaya
manajemen kompetisi, kolaborasi atau kompromi. Ketiga gaya tersebut
memerlukan kemampuan kominikasi yang tinggi untuk berdebat dan
berargumentasi (Wirawan, 2010).
d. Kekuasaan yang dimilikinya
Kekuasaan yang dimiliki seseorang akan mengarahkan orang untuk
menempatkan kepentingannya sendiri di depan kepentingan orang lain.
Kemungkinan besar dia tidak mau mengalah dalam interaksi konflik (Wirawan,
2010; Robbins dan Judge, 2015).
e. Pengalaman menghadapi situasi konflik
Pengalaman yang panjang memberikan kontribusi kepada dalam menggunakan
manajemen konflik apa saja yang telah digunakan. Pengalaman juga dapat dilihat
dari masa kerjanya. Menurut Handoko (2010) masa kerja kategori baru ≤ 3
tahun. Masa kerja kategori lama > 3 tahun. Semakin bertambah masa waktu
seseorang bekerja akan semakin bertambah pengalaman kerjanya sehingga
pengalaman dan masa kerja ini saling terkait.
f. Usia
Umur harus mendapat perhatian karena akan mempengaruhi kondisi fisik,
mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang. Karyawan muda
umumnya mempunyai fisik yang lebih kuat, dinamis dan krestif, tetapi cepat
bosan dan kurang bertanggung jawab. Karyawan yang umurnya lebih tua kondisi
fisiknya kurang, tetapi kerja ulet, tanggung jawabnya besar (Hasibuan, 2014).
g. Jenis kelamin
Gaya manajemen konflik wanita berbeda dengan gaya manajeman konflik laki
laki, walaupun ada pempimpin wanita yang disebut wanita besi. (Wirawan,
2010). Sumijatun (2009) mengatakan bahwa wanita cenderung mengembangkan
pola kompromi dan menghargai. Wanita belajar pendekatan negosiasi dengan
perlawanan konfrontasi sedini mungkin. Melalui strategi win win solution wanita
dididik berkompromi dengan harapan memuaskan semua pihak.
h. Pengetahuan
Pengetahuan dapat dilihat dari pendidikan yang mencerminkan kemampuan
seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Melalui latar belakang
pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan
tertentu (Hasibuan, 2014).
i. Kepribadian
Kepribadian merupakan sifat pembawaan seseorang yang dapat diubah dengan
lingkungan dan pendidikan (Hasibuan, 2014). Seseorang yang memiliki pribadi
pemberani, garang, tidak sabar, dan berambisi untuk menang cenderung
memilih gaya berkompetisi. Sedangkan, orang yang penakit cenderung untuk
menghindar. Kepribadian dapat dilihat dari reaksi yang ditunjukkan oleh
seseorang (Wirawan, 2010).
j. Budaya organisasi
Budaya organisasi sistem sosial dan norma perilaku yang berbeda menyebabkan
seseorang memiliki kecenderungan untuk memilih gaya manajemen konflik yang
berbeda. Seorang manajer perlu memahami budaya organisasi mana yang harus
dipertahankan dan mana yang harus diubah (Simamora, 2012).
Patton (2014) menyampaikan bahwa efek negatif dari konflik berdampak pada pasien,
kepuasan kerja, stress kerja, kurangnya kolaborasi, meningkatnya biaya operasional,
menurunkan produktivitas dan terjadinya turnover karyawan. Efek positif dari konflik
adalah munculnya ide-ide yang bermanfaat bagi rumah sakit, adanya perubahan ke arah
yang lebih baik jika konflik dapat diselesaikan. Higazee (2015) menyampaikan bahwa
mayoritas perawat mengalami konflik level sedang dengan tipe konflik intragrup dan
konflik kompetitif. Jenis konflik ini bersifat negatif dan mempengaruhi lingkungan kerja
yang menyebabkan ketidakpuasan kerja perawat.
Peran Kepala Ruang dalam Menyelesaikan Konflik
Menurut Tappen, Weiss, Whitehead (1998, dalam Sitorus & Panjaitan, 2011) seorang
kepala ruangan dapat mencegah konflik dengan menciptakan kualitas hidup pekerjaan.
Peningkatan ini dapat dilakukan dengan dukungan teman sejawat dan supervisor.
Dukungan ini terkait dengan pengembangan profesionalisme atau kepentingan pribadi.
Kepala ruangan sebaiknya melibatkan staf dalam penetapan keputusan, mendukung
untuk berpikir kritis, mendorong ide-ide baru/pendapat staf, memberikan penghargaan
secara professional, kesediaan mencari solusi, menunjukkan rasa hormat dan rendah
hati, menyediakan lingkungan fisik yang aman dan nyaman, menata pemberian asuhan
keperawatan secara professional (Spagnol et al., 2010; Brown et al., 2011; Ellis & Bach,
2015). Perawat manajer sebaiknya menghabiskan lebih banyak waktu di ruang rawat,
sehingga dapat langsung berhubungan dengan para perawat pelaksana, membangun
tim melalui komunikasi dengan staf sehingga dapat mengurangi kesenjangan di antara
perawat menejer dan perawat pelaksana (Brown et al., 2011; Feather & Ebright, 2013).
DISKUSI
Menjadi seorang pemimpin tentunya di perlukan kemampuan dalam mengelola
masalah yang sedang dihadapi oleh anggotanya. Bagaimana jika anda berada diposisi
sebagai ketua tim dimana dalam proses pemberian asuhan keperawatan kepada pasien
terjadi kesalahan dalam pemberian obat yang dilakukan oleh salah satu perawat asosiet
LATIHAN SOAL
1. Seorang kepala ruangan melakukan rapat koordinasi untuk mengambil keputusan
dalam tugas dan target kompetensi yang harus dicapai. Hasil rapat mengundang
salah satu anggota tim melakukan interupsi terhadap keputusan tersebut. Namun
kepala ruangan mengatakan : “ saya tidak punya banyak waktu untuk membahas ini
sekarang. Silahkan saudara datang ke ruangan saya nanti. Apakah strategi
penyelesaian konflik apa yang dilakukan oleh kepala ruangan tersebut?
a. berkompromi
b. berkompetisi
c. bekerja sama
d. menghindari
e. berkolaborasi
2. Seorang kepala ruang Bangsal Penyakit Dalam pada hari yang sama harus menghadiri
beberapa kegiatan, pada pukul 08.00 WITArapat dengan direktur, kemudian Pukul
10.00 WITA memimpin Ronde keperawatan, dan pukul 08.30 WITAharus mengikuti
rapat rutin bulanan di ruangan. Apakah kemampuan yang harus dimiliki oleh
kepala ruangan tersebut?
a. Kecedasan Emosional yang bagus
b. Pengelolaan waktu yang efektif
c. Pengetahuan yang luas
d. Stamina yang bagus
e. Kerja cepat selesai
3. Di suatu rumah sakit tipe B, dengan kabid keperawatan sebagai top manager. Pada
rapat koordinasi, hampir setiap ada masalah kabid sering tidak menyelesaikan
konflik yang terjadi dan memilih untuk membicarakan topik/hal yang lain daripada
menyelesaikannya. Apakah strategi penyelesaikan konflik yang dilakukan oleh
kabid keperawatan?
a. Kompromi/negosiasi
b. Kompetisi
c. Akomodasi
d. Menghindar
e. Kolaborasi
4. Ketua Tim mendapatkan temuan dimana seorang perawat pemula melakukan
kesalahan dalam pemasangan kateter pada seorang pasien wanita. Ketika dikaji
Ketua tim mendapatkan informasi bahwa perawat tersebut adalah perawat yang
baru bekerja selama 1 bulan dibangsal tersebut, dan belum memiliki pengalaman
bekerja sebelumnya. Berdasarkan kasus diatas, pendekatan yang paling tepat yang
dapat dilakukan oleh Ketua Tim yaitu ?
a. Memotivasi perawat tersebut agar tidak mengulangi kesalahan lagi b.
Melakukan pengarahan atau pembinaan agar perawat tersebut lebih terampil c.
Melakukan komunikasit dengan staf lain untuk mendampingi
d. Mendelegasikan tugas tersebut terhadap perawat lain
e. Memnberikan hukuman terhadap perawat tersebut
5. Seorang kepala ruangan melakukan rapat koordinasi untuk mengambil keputusan
dalam tugas dan target kompetensi yang harus dicapai. Hasil rapat mengundang
salah satu anggota tim melakukan interupsi terhadap keputusan tersebut. Namun
kepala ruangan mengatakan : “ saya tidak punya banyak waktu untuk membahas ini
sekarang. Silahkan saudara datang ke ruangan saya nanti.” Apakah strategi
penyelesaian konflik apa yang dilakukan oleh kepala ruangan tersebut?
a. berkompromi
b. berkompetisi
c. bekerja sama
d. menghindari
e. berkolaborasi
TOPIK IV
TIMBANG TERIMA
MATERI
a. Pengertian
a. Evaluasi struktur
Sarana dan prasarana timbang terima yang menunjang telah disiapkan
seperti catatan timbang terima, status klien, work sheet dan kelompok shift
timbang terima, kegiatan harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
dibuat, timbang terima dilaksanakan pada pergantian shift dan dipimpin oleh
perawat primer yang berdinas saat itu.
b. Evaluasi proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan berganti shift, perawat
primer mengoperkan pada perawat primer selanjutnya yang akan berganti
shift, timbang terima dilakukan di nurse station kemudian dilanjutkan ke
samping tempat tidur klien dan kembali lagi ke nurse station, isi timbang
terima mencakup jumlah klien, masalah keperawatan, intervensi yang sudah
dan belum dilakukan, pesan khusus serta saat ke klien dan klarifikasi hanya
dilakukan tidak boleh lebih dari 5 menit.
c. Evaluasi hasil
Kegiatan dihadiri oleh satu pembimbing klinis dan supervisor, selama
kegiatan masing masing bekerja sesuai dengan tugasnya, kegiatan dimulai
sesuai dengan waktu yang ditentukan, dan kegiatan berjalan dengan
lancar serta tujuan tercapai dengan baik.
2) Prinsip timbang terima ialah pasien baru masuk dan pasien yang
dilakukan timbang terima khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum atau dapat teratasi serta yang membutuhkan
observasi lebih lanjut.
DISKUSI
Saat ini setiap rumah sakit diharuskan melakukan akreditasi, apa saja yang dapat kita
persiapkan terkait kegiatan timbang terima sehingga memiliki aspek legal dan sesuai
dengan kebutuhan akreditasi rumah sakit.
2. Seorang perawat primer bertanggung jawab pada pasien di ruang rawat. Salah satu
klien yang dirawat mengalami penurunan status gizi drastic. Intervensi telah
dilaksanakan sesuai rencana, namun belum menujukan perubahan. Kemudian
perawat tersebut merencakanan untuk mendiskusikan kasus tersebut dengan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Apakah kegiatan yang di rencanakan pada kasus tersebut di
atas?
a. Supervisi
b. Pendelegasian
c. Timbang terima
d. Dischard planning
e. Ronde keperawatan
3. Seorang perawat berdinas pagi akan mengakhiri waktu dinasnya, sebelum melakukan timbang terima
kepada perawat dinas sore maka perawat tersebut harus membuat laporan serah terima. Apakah
informasi yang harus di cantumkan pada laporan tersebut?
a. Tindakan rutin perawatan pasien
b. Tanda – tanda vital sejak masuk rumah sakit
c. Jumlah total obat yang diterima pada shif tersebut
d. Semua hasil pemeriksaan sejak masuk rumah sakit
e. Obat-obatan dan tindakan yang sudah diberikan pada shif tersebut DAFTAR RUJUKAN
Abidin, Y.Z. (2015). Manajemen komunikasi. filosofi, konsep dan aplikasi. Bandung: Pustaka
Setia.
Afiyanti, Y & Rachmawati, I.N. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam riset
keperawatan. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers.
Care
Handoko, H. (2010). Manajemen personalia dan sumber daya manusia. Edisi 2. Yogyakarta:
BPFE UGM.
Hasibuan, M.S.P. (2014). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Huber, D.L. (2010). Leadership and nursing care management. 4th Edition. Missouri: Elsevier
Health Sciences.
Julianto, M. (2016). Peran dan fungsi manajemen keperawatan dalam manajemen konflik.
Jurnal Rumah Sakit Fatmawati (Internet), April, 1 (5). Available from:
<http://202.137.25.13/ejurnal/> (Accessed 1st August 2016)
Keliat, B.A & Akemat. (2009). Model praktik keperawatan profesional jiwa. Jakarta: EGC.
Kusumaningrum, A., Sukesi, N. & Kusuma, M.A. (2013). Efektifitas fungsi manajerial
kepala ruang terhadap kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan
keperawatan di ruang rawat inap RSUD Ungaran. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan (Internet), 1 (4). Available from: <http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/e
journal/index.php/ilmukeperawatan/ article/view/162> (Accessed 13th August 2016)
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan: teori &
aplikasi. Edisi 4. Jakarta: EGC.
Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2015). Leadership roles and management functions in
nursing: theory and application. 8th Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Health.
Sigit S,A., Keliat, B.A. & Hariyati, R.T.S. (2011). Pengaruh fungsi pengarahan kepala ruang
dan ketua tim terhadap kepuasan kerja perawat pelaksana di RSUD Blambangan
Banyuwangi. Jurnal Keperawatan Indonesia (Internet), 14 (2). Available from:
<http://ejournal.narotama. ac.id/> (Accessed 3rd August 2016)
Scovell, S. (2010). Role of The Nurse To Nurse Handover In Patient Care. Nursing
Standard
Spagnol, C.A., Santiago, G.R., Campos, B.M.D.O., Badaró, M.T.M., Vieira, J.S. & Silveira,
A.P.D.O. (2010). Conflict situations experienced at hospital: the view of nursing
technicians and auxiliaries. Revista da Escola de Enfermagem da USP (Internet), 44
(3) pp.792-799. Available from: <http://www.ee.usp.br/reeusp/> (Accessed 3rd
August 2016)
Sudarta, I.W. (2015). Manajemen keperawatan: penerapan teori model dalam pelayanan
keperawatan. Sleman: Gosyen Publishing.
Sugiharto, A.S., Keliat, B.A. & Hariyati, R.T.S. (2012). Manajemen keperawatan: aplikasi
MPKP di rumah sakit. Jakarta: EGC.
Triwibowo, C. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan. Jakarta: CV. Trans Info Media.
Wirawan. (2010). Konflik dan manajemen konflik. teori, aplikasi dan penelitian. Jakarta:
Salemba Humanika.