Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANAGEMEN KEPERAWATAN

NAMA : Natalia Adriani Uku Hipir

NIM : 113063C117022

TOPIK : Disharge Planing

JUDUL JURNAL : Evaluasi Pelaksanaan Discharge Planning Di Rumah


Sakit Pku Muhammadiyah Gamping Yogyakarta

SUMBER/LINK JURANAL : Cynthia-Hardivianty_Page-21-34.pdf (umy.ac.id)

1. Metodologi penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi
kasus. Data yang terkumpul berupa data primer dan sekunder.

2. Hasil penelitian
- input; SDM (Perawat kurang memahami tentang discharge planning dan sikap
serta pengendalian emosi perawat dalam memberikan pelayanan didapatkan
36,4% masih menyatakan kurang baik). Rumah sakit tidak memiliki SOP khusus
pelaksanaan dan form discharge planning yang belum sesuai. Proses; Perawat
belum membuat discharge planning sesuai waktunya, Pemberi dan penerima
pelayanan discharge planning sudah sesuai. Dan proses pelaksanaan discharge
planning belum dilakukan secara maksimal.
- Output; faktor readmisinya yaitu dari 11 pasien readmisi didapatkan 6 pasien
readmisi (54,5%) terkait proses dari penyakit sebelumnya dan 5 pasien readmisi
yang bukan dari proses penyakit sebelumnya. pemahaman pasien dan keluarga
dalam perawatan lanjutan pasien masih kurang baik. Kelengkapan form discharge
planning pasien readmisi pada form bagian depan kurang lengkap dalam
pengisiannya (15,7%) namun pada lembar bagian belakang terisi dengan lengkap
(90,5%), dan hambatan pelaksanan berasal dari faktor personil; pemberi dan
penerima pelayanan discharge planning

3. Dampak positif penelitian ini dilakukan


Dengan dilakukan penelitian ini maka akan diketahui apa saja yang menjadi
penghambat dalam pelaksanaan discharge planning dapat dari perawat atau tenaga
kesehatan lainnya dan juga bisa dari pasien atau kondisi pasiennya. Dengan melihat
hasil penelitian yang dilakukan ini ditemukan bahwa Penerapan pelaksanaan
discharge planning di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta belum
berjalan secara maksimal dikarenakan hal-hal seperti Sumber daya manusia yang
melaksanakan discharge planning kurang memahami tentang pentingnya discharge
planning, Belum tersedianya SOP dan panduan rencana pemulangan yang sesuai,
serta Belum tersedianya form discharge planning yang sesuai.Melihat dari hasil
penelitian ini maka menjadi bahan evaluasi khususnya bagi rumah sakit tersebut.

4. Dampak negatif jika penelitian ini tidak dilakukan


Apabila tidak dilakukan penelitian ini maka akan berdampak buruk pada
kualitas pelayanan yang ada di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta dimana akan tidak diketahuinya seberapa tinggi pengetahuan tenaga
perawat dalam melakukan discharge planning dan juga dari kurangnya pemahaman
mengenai discharge planning oleh perawat dapat menimbulkan Pasien atau keluarga
pasien rawat ulang kebanyakan tidak mendapatkan pelayanan pendidikan kesehatan
yang harusnya diberikan oleh perawat yang telah merencanakan pemulangan pasien
sehingga pengetahuan pasien maupun keluarga pasien kurang paham terhadap
perawatan pasien setelah pasien dipulangkan. Selain itu apabila tidak diteliti maka
tidak akan diketahui bahwa ternya Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
Yogyakarta ternyata belum tersedianya form discharge planning yang sesuai. Hal ini
penting untuk di evaluasi karna apabila Rumah sakit tidak memiliki form discharge
planning yang sesuai maka akan mengalamin kesulitan nantinya karena Kelengkapan
isi dari berkas rekam medis menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan sarana kesehatan.

5. Hal baru yang anda dapatkan setelah menelaah jurnal


Setelah saya bolak-balik mebaca jurnal dari penelitian yang dilakukan oleh
Cynthia Hardivianty saya memahami hal baru dimana ternyata pelaksanaan
discharge planning merupakan sebuah kegiatan yang penting untuk dilakukan dalam
sebuah rumah sakit khususnya bagi tenaga keperawatan dan ternyata Dalam proses
pelaksanan discharge planning di hari kepulangan pasien ada sembilan tahapan yang
harus dilakukan oleh perawat yaitu: Memeriksa order dokter tentang resep, perubahan
tindakan pengobatan atau alat-alat khusus yang di butuhkan; Menanyakan transportasi
pasien ketika pulang; menawarkan kepada pasien dan keluarga untuk mempersiapkan
seluruh barangbarang pribadi untuk dibawa pulang; Memeriksa seluruh ruang rawat
inap termasuk kamar mandi dan carilah salinan daftar-daftar barang berharga yang
dimiliki pasien; Memberikan pasien resep atau obat-obat sesuai dengan pesan dokter;
Menghubungi bagian keuangan untuk menentukan apakah pasien atau keluarga sudah
bisa mengurus administrasi; Memberi tawaran kepada pasien untuk menggunakan
kursi roda sampai kendaraan yang akan membawa pasien pulang; Mencatat format
ringkasan pulang pasien (dibeberapa institusi, pasien juga mendapat salinan format
ringkasan pemulangan tersebut); Dokumentasi status masalah kesehatan pasien
pulang.
Apabila tidak dilakukan discharge planing dengan baik akan menimbulkan
dampak bagi pasien. Dampak tersebut adalah meningkatnya angka rawat ulang dan
pada akhirnya pasien akan menanggung pembiayaan untuk biaya rawat inap di rumah
sakit, jika pasien dirawat ulang kembali dengan masalah yang sama atau akibat dari
penyakit sebelumnya itu akan mengakibatkan penambahan biaya bagi pasien. Hal
baru lain yang juga saya dapat dari penelitian ini yaitu tidak saja perawat yang
melakukan discharge planing ini namun rumah sakit juga harus memfasilitaskan
pelayanan ini diantaranya membuat SOP sesuai dengan standar yang berlaku serta
menyediakan form discharge planning yang sesuai.
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

EVALUASI PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI


RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADIYAH GAMPING YOGYAKARTA
Cynthia Hardivianty
Program Studi Manajemen Rumah Sakit Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Muhamadiyah Yogyakarta
cynthiahardivianty@gmail.com
ABSTRACT
Latar belakang: Discharge Planning merupakan suatu proses dalam mempersiapkan pasien untuk
mendapatkan kontinuitas perawatan baik dalam proses penyembuhan maupun dalam
mempertahankan derajat kesehatan sampai pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungan dan
harus dibuat sejak awal pasien datang ke pelayanan kesehatan. Meningkatkan perawatan
terhadap pasien dan mengurangi pasien readmission atau rawat ulang dalam kurun waktu kurang
dari 30 hari adalah prioritas nasional bagi rumah sakit. Jenis penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif dengan rancangan studi kasus. Data yang terkumpul berupa data primer dan sekunder.
input; SDM (Perawat kurang memahami tentang discharge planning dan sikap serta pengendalian
emosi perawat dalam memberikan pelayanan didapatkan 36,4% masih menyatakan kurang baik).
Rumah sakit tidak memiliki SOP khusus pelaksanaan dan form discharge planning yang belum
sesuai. Proses; Perawat belum membuat discharge planning sesuai waktunya, Pemberi dan
penerima pelayanan discharge planning sudah sesuai. Dan proses pelaksanaan discharge planning
belum dilakukan secara maksimal. Output; faktor readmisinya yaitu dari 11 pasien readmisi
didapatkan 6 pasien readmisi (54,5%) terkait proses dari penyakit sebelumnya dan 5 pasien
readmisi yang bukan dari proses penyakit sebelumnya. pemahaman pasien dan keluarga dalam
perawatan lanjutan pasien masih kurang baik. Kelengkapan form discharge planning pasien
readmisi pada form bagian depan kurang lengkap dalam pengisiannya (15,7%) namun pada
lembar bagian belakang terisi dengan lengkap (90,5%), dan hambatan pelaksanan berasal dari
faktor personil; pemberi dan penerima pelayanan discharge planning. Kesimpulan: Penerapan
pelaksanaan discharge planning di rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
belum berjalan secara maksimal.

Kata kunci: discharge planning, rencana pemulangan pasien, perawat, rawat ulang, readmisi.
©2017 Proceeding Health Architecture. All rights reserved
PENDAHULUAN
Discharge Planning atau perencanaan ulang3. Keberhasilan discharge planning
pemulangan merupakan suatu proses dalam dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor
mempersiapkan pasien untuk mendapatkan tersebut antara lain: keterlibatan dan partisipasi,
kontinuitas perawatan baik dalam proses komunikasi, waktu, perjanjian dan konsensus serta
penyembuhan maupun dalam mempertahankan personil discharge planning4. Tipe rumah sakit
derajat kesehatan sampai pasien merasa siap (pendidikan atau umum), kompleksitas pasien, dan
untuk kembali ke lingkungan dan harus dibuat sejak kompetensi perawat ikut mempengaruhi
awal pasien datang ke pelayanan kesehatan1. keberhasilan pelaksanaan discharge planning5.
Pemberian discharge planning dapat meningkatkan Discharge planning yang belum optimal
kemajuan penyembuhan, membantu pasien untuk menimbulkan dampak bagi pasien. Dampak
mencapai kualitas hidup yang lebih optimum tersebut adalah meningkatnya angka rawat ulang
sebelum dipulangkan2. dan pada akhirnya pasien akan menanggung
Disscharge planning yang berhasil pembiayaan untuk biaya rawat inap di rumah sakit6.
dilaksanakan dengan baik maka kepulangan pasien Kondisi kekambuhan pasien atau rawat ulang
dari rumah sakit tidak akan mengalami hambatan pasien tentunya sangat merugikan pasien beserta
serta dapat mengurangi hari atau lama perawatan keluarga dan juga rumah sakit7. Beberapa
dan mencegah kekambuhan, namun sebaliknya penelitian dilakukan untuk meneliti dampak
bila discharge planning yang tidak dilaksanakan pelaksanaan discharge planning yang kurang
dengan baik dapat menjadi salah satu faktor yang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Moore, et al
memperlama proses penyembuhan yang akan (2003)8 menunjukkan 49% pasien kembali ke klinik
mengalami kekambuhan dan dilakukan perawatan atau rumah sakit setelah dinyatakan pulang karena

Page | 21
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

mempunyai masalah dengan kesehatan. Penelitian jumlah pasien rawat ulang bulan oktober sebanyak
senada juga diungkapkan oleh Fox, et al (2013)9, 19 pasien, selanjutnya dilakukan penelusuran
yang menyatakan terdapat hubungan yang dokumen lembar discharge planning pasien rawat
bermakna antara discharge planning dengan ulang pada bulan oktober sebanyak 18 rekam
penurunan angka rawat ulang pasien dalam satu medis pasien yang tidak memiliki lembar discharge
sampai 12 bulan indeks pemulangan pasien di planning dan dari 18 rekam medis pasien tersebut
pelayanan kesehatan. didapatkan 12 rekam medis yang tidak diisi pada
Rawat ulang/ readmisi pasien telah bagian skrining discharge planning pada lembar
mendapatkan perhatian yang lebih karena rawat asesmen awal keperawatan. Hasil wawancara dari
ulang pasien mencerminkan efektivitas kinerja dari salah satu petugas rekam medik menyatakan
suatu pelayanan kesehatan dan kualitas perawatan bahwa pengisian lembar sejak tahun 2014,
pasien tersebut di rumah. Efektivitas suatu sehingga kebanyakan lembar discharge planning
discharge planning salah satunya ditandai dengan pasien tidak terisi.
angka pasien rawat ulang menurun. Sejumlah Dari uraian diatas peneliti ingin mengetahui
penelitian menyoroti bahwa discharge planning penerapan pelaksanaan discharge planning di
yang efektif sangat penting untuk meningkatkan rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping
kesehatan pasien dan mengurangi rawat ulang. Yogyakarta. discharge planning tidak begitu
Salah satu hasil penelitian yang telah dilakukan ditekankan
Philips, et al (2004)10 bahwa discharge planning
secara signifikan mengurangi kunjungan ulang atau METODE
rawat ulang pasien di rumah sakit. Studi kasus merupakan penelitian dimana
Readmisi merupakan salah satu indikator peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus)
mutu pelayanan di rumah sakit, oleh karena itu dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even
penguatan pendidikan kesehatan kepada pasien atau proses) serta mengumpulkan informasi secara
dan keluarga melalui perencanaan discharge terperinci dan mendalam dengan berberapa
planning dapat menurunkan angka readmisi prosedur pengumpulan data selama priode
dirumah sakit. Meningkatkan perawatan terhadap tertentu13.
pasien dan mengurangi pasien readmission atau Penelitian ini dipilih karena untuk menggali
rawat ulang dalam kurun waktu kurang dari 30 hari secara mendalam mengenai permasalahan pada
adalah prioritas nasional bagi rumah sakit11. aspek input, process dan output dalam penerapan
Sedangkan Indikator kejadian pasien jiwa readmisi pelaksanaan discharge planning di Rumah Sakit
tidak kembali dalam perawatan pada kurun waktu ≤ PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.
1 bulan adalah 100%12. Metode pengolahan data tersebut dengan
Rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping menggunakan analisis deskriptif. Data yang
Yogyakarta telah melakukan discharge planning terkumpul berupa data primer dan sekunder. Data-
atau perencanaan pemulangan pasien. Dari survey data primer diperoleh dengan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti pemberian health mendalam dan observasi, sedangkan data
education kepada keluarga di rumah sakit PKU sekunder diperoleh dari hasil telaah dokumen yang
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta masih belum telah dibuat di RS PKU Muhammadiyah Gamping
optimal diberikannya. Pemberian perencanaan Yogyakarta. Informan penelitian ini adalah pasien
pulang kebanyakan diberikan hanya pada saat rawat ulang pada bulan desember yang berjumlah
pasien pulang saja yang berupa petunjuk 19 pasien namun sampel dipilih berdasarkan
perawatan dirumah dan waktu kontrol serta jika ada pertimbangan bahwa yang dipilih merupakan para
pertanyaan dari pasien dan keluarga saja. pembuat discharge planning dan dapat
Setelah dilakukan studi pendahuluan di memberikan informasi yang dibutuhkan yang
rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping didapatkan 11 informan perawat dan 11 informan
Yogyakarta didapatkan jumlah kunjungan pasien dari pasien rawat ulang atau keluarga pasien
rawat inap tahun 2015 sebanyak 10.450 pasien dan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
jumlah pasien rawat inap dari tanggal 1 januari
2016 sampai dengan 30 september 2016 sebanyak HASIL
10.103 pasien. Dari data diatas di dapatkan angka 1. Kondisi input pelaksanaan discharge planning di
kejadian pasien rawat ulang (readmission) dalam Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
waktu tiga bulan (mei - juli 2016) sebanyak 108 Yogyakarta.
pasien selanjutnya jumlah pasien rawat ulang bulan a. SDM
agustus – september sebanyak 61 pasien dan

Page | 22
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

Ratio antara jumlah perawat dan jumlah matang.


7. Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal.
tempat tidur sebagai berikut: Kerugian :
Tabel 1.1. Data ratio jumlah pasien rawat inap dan perawat 1. Adanya pasien rawat ulang < 30 hari
No Ruang rawat Jumlah Jumlah Ratio 2. Meningkatnya jumlah kekambuhan
inap perawat tempat tidur 3. Meningkatnya length of stay pasien dirumah sakit.
1 Firdaus 14 orang 27 1 : 0,52 4. Penambahan cost bagi pasien maupun rumah sakit.
2 Na’im 15 orang 19 1 : 0,79 (Kozier, 2004)14
3 Wardah 17 orang 19 1 : 0,89
4 Zaitun 16 orang 19 1 : 0,84
Berdasarkan hasil penelitian diatas
5 Ar-royan 21 orang 31 1 : 0,67 tentang pengetahuan perawat yang dilihat dari
6 Al-kausar 20 orang 23 1 : 0,87 manfaat serta kerugian dari discharge planning
Jumlah 103 138 1 : 0,75 didapatkan secara keseluruhan informan
Hasil dari perbandingan antara jumlah perawat kurang memahami tentang discharge
perawat dengan jumlah tempat tidur secara planning
keseluruhan di rumah sakit PKU Sikap dan pengendalian emosi perawat
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta adalah dalam memberikan pelayanan kurang baik
103 : 138 atau (1 : 0,75). Ruang rawat inap (36,4%) dilihat dari masih ada perawat yang
yang perbandingan paling rendah adalah ruang bersikap judes dan ketus dan menampakan
rawat inap firdaus yaitu 1 : 0,52. ekspresi yang berbeda bila pasien atau
Perawat yang menjalankan discharge keluarga terlalu banyak tetapi agar pasien dan
planning di rumah sakit PKU Muhammadiyah keluarga pasien merasa lebih puas terhadap
Gamping Yogyakarta memiliki latar belakang pelayanan yang diberikan.
pendidikan D3 keperawatan S1 keperawatan Tabel 1.4. Perbandingan Hasil Penelitian Sikap dan Pengendalian
atau sarjana profesi sebagai berikut: Emosi Perawat
Tabel 1.2. Data terakhir perawat Subtema Tema
No Pendidikan Jumlah Jumlah informan 1. Dari 11 pasien rawat ulang, 4 pasien Sikap & pengen-
1. D3 73 orang 8 orang (36,4%)menyatakan sikap dan dalian emosi
pengendalian emosi yang diberikan perawat kurang
2. S1 profesi 30 orang 3 orang
oleh perawat masih kurang baik, dilihat baik.
Jumlah 103 orang 11 orang
dari masih ada pera-wat yang bersikap
judes dan ketus.
2. Dari 11 pasien rawat ulang, 7 pasien
(63,6%) menyatakan bahwa sikap dan
pengendalian emosi perawat sudah
Pengetahuan perawat tentang discharge baik yang dilihat dari sopan santunnya,
planning sebagai berikut: keramahannya, telaten, penanganan
Tabel 1.3. Perbandingan hasil penelitian dan teori tentang segera, dan mengguna-kan bahasa
Pengetahuan Perawat yang mudah dimengerti serta pasien
merasa puas terhadap pelayanan yang
Subtema Tema
telah diberikan.
Manfaat : Perawat kurang
Berdasarkan teori:
1. Memberikan informasi kepada pasien memahami tentang
Sikap dan pengendalian emosi yang baik akan mengarahkan
maupun keluarga tentang perawatan discharge planning.
perawat untuk lebih bersikap sabar, sopan, hati-hati dan juga
lanjutan pasien dirumah
telaten Sebaliknya sikap yang tidak baik yang dimiliki oleh
2. Kelengkapan dokumentasi
perawat dalam menyampaikan segala bentuk informasi akan
3. Kelengkapan dokumen akre-ditasi
mempengaruhi penerimaan informasi yang diberikan kepada
4. Legalitas bila terjadi tuntutan maupun
pasien maupun keluarga serta berpengaruh terhadap
komplain
kepuasan pasien.
Kerugian:
(Notoatmojo, 2012)15
1. Pasien maupun keluarga tidak
mengerti dan tidak paham tentang b. Petunjuk teknis (SOP)
perawatan lanjutan dirumah Berdasarkan hasil telaah dokumen yang
2. Dokumentasi yang tidak lengkap
sehingga tidak memiliki bukti jika ada telah dilakukan petunjuk teknis atau dapat juga
tuntutan dari pasien/keluarga, disebut sebagai SOP pelaksanaan discharge
3. Ketidakpuasan pasien planning di rumah sakit PKU Muhammadiyah
4. Advice dokter tidak tercapai
5. Terjadi pasien rawat ulang Gamping Yogyakarta masih berpedoman
6. Ketidakpuasan pasien kepada Surat Keputusan direktur rumah sakit
Berdasarkan teori :
Manfaat:
PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Nomor:
1. Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned 0444/PS.1.2/IV/2015. SOP khusus pelaksanaan
admission). discharge planning tidak dimiliki oleh rumah
2. Mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan setelah kembali
kerumah. sakit ini.
3. Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit. Panduan rencana pemulangan pasien ini
4. Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan. telah dibuat sejak bulan april 2015, namun pada
5. Menghemat biaya selama proses perawatan.
6. Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar pelaksanaanya belum maksimal. Selain
rumah sakit atau di masyarakat karena perencanaan yang pelaksanaanya yang belum maksimal, panduan

Page | 23
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

rencana pemulangan pasien hanya bersifat 1. Unsur-unsur yang 1. Pengobatan di rumah, mencakup resep
tidak ada pada form baru, pengobatan yang sangat
himbauan agar para perawat atau tim discharge planning dibutuhkan, dan pengobatan yang
kesehatan yang bertugas untuk membaca dan di rumah sakit pada harus dihentikan.
mempelajari berupa soft file yang terdapat poin nomor 1, 2, 3, 2. Daftar nama obat harus mencakup
6 dan 8. nama, dosis, frekuensi, dan efek
didalam komputer pada setiap bangsal dan 2. Ada dan sesuai samping yang umum terjadi.
belum berbentuk hard copy. Selain itu pihak unsur yang ada 3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium
pada form yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
menejemen rumah sakit juga belum melakukan discharge plann-ing dengan petunjuk bagaimana untuk
sosialisasi khususnya tentang pelaksanaan pada poin nomor 4 memperoleh pelayanan dan waktu
discharge planning, akibatnya membuat dan 7 pelaksanaannya.
3. Ada, tetapi kurang 4. Bagaimana melakukan pilihan gaya
pegawai mengalami kesulitan dalam lengkap pada poin hidup dan tentang perubahan aktivitas,
pelaksanaan discharge planning maupun nomor 5 (hanya latihan, diet makanan yang dianjurkan
pendokumentasian pada lembar discharge ada perawatan luka dan pembatasannya.
dan pemakaian alat 5. Petunjuk perawatan diri (perawatan
planning. hal ini diungkapkan oleh seluruh kesehatan). luka, perawatan kolostomi, ketentuan
informan perawat dengan simpulan hasil insulin, dan lain-lain).
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau
penelitian sebagai berikut: pengobatan selanjutnya yang akan
Tabel 1.5. Hasil Penelitian petunjuk teknis (SOP) dihadapi setelah dipulangkan, nama
Subtema Tema pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
1. Rumah sakit ini memiliki SOP discharge Perawat lokasi setiap janji untuk control.
planning beranggapan 7. Apa yang harus dilakukan pada
2. Seluruh informan perawat belum pernah panduan rencana keadaan darurat dan nomor telepon
membacanya pemu-langan yang bisa dihubungi untuk melakukan
3. SOP tersebut berupa softfile yang ada di pasien adalah peninjauan ulang petunjuk
komputer setiap ruang rawat inap. SOP. pemulangan.
4. SOP dapat diakses oleh petugas 8. Bagaimana mengatur perawatan
5. Tidak pernah ada sosialisasi tentang lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
pentingnya discharge planning dan cara perawat yang menjenguk, penolong,
pengisian lembar discharge planning pembantu jalan/ walker, kanul, oksigen,
6. Hanya ada himbauan bahwa lembar dan lain-lain) beserta dengan nama
discharge planning kembali diisi sejak bulan dan nomor telepon setiap institusi yang
november lalu bertanggung jawab untuk menyediakan
Berdasarkan teori: pelayanan.
Standar operasional prosedur (SOP) merupakan panduan yang (Discharge Planning Association, 2008)17
digunakan untuk memastikan kegiatan operasional yang berupa
dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara Berdasarkan hasil telaah dokumen diatas
kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan unsur yang tidak ada pada form discharge planning
untuk memperoleh hasil kerja yang maksimal. yang dimiliki rumah sakit adalah 5 unsur (62,5%)
(Seilendra, 2015)16
Berdasarkan hasil penelitian diatas dan hanya 3 unsur yang ada pada form discharge
planning namun setelah melakukan telaah
didapatkan petunjuk teknis atau dapat juga
dokumen lainnya pada lembar resume pasien
disebut sebagai SOP pelaksanaan discharge
didapatkan ketiga unsur diatas yang tidak ada di
planning di rumah sakit PKU Muhammadiyah
Gamping Yogyakarta tidak memiliki SOP form discharge planning. hal ini senada dengan
hasil wawancara yang disampaikan oleh informan
khusus pelaksanaan discharge planning.
dari perawat dengan simpulan sebagai berikut:
Menurut hasil penelitian perawat beranggapan
“Daftar nama obat, dosis serta frekuensi pemberan
panduan rencana pemulangan pasien adalah
sudah ada diresume pasien yang nanti lembar
SOP dan sebagian besar informan perawat
resume pasien ini dibawa pulang oleh pasien
belum pernah membaca panduan rencana
pemulangan pasien tersebut. sehingga di lembar discharge planning tidak ada
daftar nama obat-obatan. Selain itu jadwal kontrol
c. Form discharge planning
pasien secara lengkap juga di lembar resume
Hasil dari telaah dokumen didapatkan
pasien serta data petugas atau perawat yang akan
berberapa unsur-unsur yang sudah sesuai dan
melakukan perawatan dirumah juga sudah ada di
ada berberapa unsur yang tidak sesuai atau
tidak ada di lembar form discharge planning rsume pulang pasien”
yang dimiliki rumah sakit PKU Muhammadiyah Selain ke tiga unsur diatas, unsur lain yang
Gamping Yogyakarta. Hal tersebut sesuai tidak ada pada form discharge planning yang
dimiliki oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah
dengan hasil telaah dokumen yang telah
Gamping Yogyakarta adalah Pengobatan di rumah,
dilakukan sebagai berikut:
Tabel 1.6. Hasil Penelitian form discharge planning mencakup resep baru, pengobatan yang sangat
Hasil penelitian Berdasarkan teori dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan;
Hasil telaah Unsur-unsur yang harus ada pada sebuah dan kebutuhan test yang dianjurkan (laboraturium,
dokumen: form perencanaan pemulangan antara
lain: rongen, CT scan, dll; petunjuk pelaksana; waktu

Page | 24
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

pelaksana), hal ini dapat dilihat tidak ada poin yang 2. Keluarga pasien
Berdasarkan teori:
menjelaskan tentang hal tersebut pada lembar form Pemberi:
discharge planning yang dimiliki rumah sakit. Proses discharge planning harus dilakukan secara
Selain hasil telaah dokumen form discharge komperhensif dan melibatkan staf medis rumah sakit yang
berfungsi sebagai konsultan. Perawat menempatkan posisi
planning didapatkan hasil wawancara dengan yang penting dalam proses perawatan pasien dan proses
salah satu informan bagian manajemen yang keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan
pelayanan kontiniutas melalui discharge planning.
menyatakan bahwa formulir discharge planning Penerima:
saat ini belum ada pembaharuan dan tidak memiliki Discharge planning atau rencana pemulangan pasien tidak
sumber dan form ini masih mencontoh form hanya melibatkan pasiennya saja, tetapi keluarga juga turut
andil dalam pelaksanaannya.
discharge planning yang dimiliki rumah sakit lain. (Potter & Perry, 2005)6.
Hal ini disampaikan pada simpulan hasil Berdasarkan hasil penelitian diatas
wawancara dengan bagian manajemen yaitu: pemberi pelayanan rencana pemulangan
“Untuk formulirnya belum memiliki sumber, dan pasien di rumah sakit PKU Muhammadiyah
belum mengacu pada teori-teori karena form ini Gamping Yogyakarta adalah staf medis
juga masih menyontek dari form perencanaan rumah sakit yang meliputi perawat, ahli gizi,
pulang rumah sakit lain” dokter dan fisioterapi. Sedangkan yang
2. Kondisi prosess pelaksanaan discharge menerima pelayanan tersebut adalah
planning di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah pasien maupun keluarga pasien.
Gamping Yogyakarta c. Proses pelaksanaan
a. Waktu pembuatan rencana pemulangan Pada saat pasien pertama kali masuk
pasien ruang rawat inap berberapa proses
Pada prinsipnya discharge planning pelaksanaan discharge planning yang
atau perencanaan pemulangan pasien harus dilakukan adalah pengkajian tentang
dibuat pada saat pasien masuk untuk kebutuhan pelayanan kesehatan untuk
mengidentifikasi kebutuhan perencanaan pasien dilakukan sejak waktu penerimaan
pulang pasien. Berdasarkan hasil penelitian pasien di ruang rawat inap, pengkajian
pada dasarnya perawat sudah mengetahui kebutuhan pendidikan kesehatan untuk
waktu pembuatan rencana pemulangan pasien dan keluarga, dan pengkajian
pasien adalah pertama kali ketika pasien faktor-faktor lingkungan di rumah yang
masuk ke ruang rawat inap, tetapi pada dapat mengganggu perawatan diri. Namun
pelaksanaanya perawat masih melakukan Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan
pengisian rencana kepulangan pasien pada discharge planning pada saat pasien
saat pasien akan dipulangkan atau setelah pertama kali masuk ruang rawat inap
pasien pulang. Bukan hanya itu saja, belum dilaksanakan secara maksimal
perawat juga meminta tanda-tangan (20,2%). Hal yang dilakukan perawat
kepada pasien atau keluarga pada lembar ketika pasien baru masuk ruang rawat
penerimaan discharge planning tanpa inap, perawat hanya memberikan
memberikan pelayanan discharge planning penjelasan tentang bagaimana jika
yang dibutuhkan memerlukan bantuan, orientasi ruangan,
b. Pemberi dan penerima memberikan bag mandi (jika ada),
Proses pelaksanaan discharge memberikan kartu tunggu, dan meminta
planning melibatkan dua belah pihak yaitu tanda-tangan kepada pasien atau keluarga
pemberi pelayanan discharge planning tanpa melakukan pengkajian yang
dan penerima pelayanan, hal ini sesuai diperlukan untuk proses discharge
dengan hasil penelitian sebagai berikut: planning dan tidak melakukan pemberian
Tabel 1.7. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Teori
tentang pemberi dan Penerima informasi terkait perawatan apa saja yang
Subtema Tema Hasil observasi akan dilakukan untuk pasien. maka
Pemberi: Pemberi dan Pemberi: kesimpulan dari hasil keseluruhan
1. Dokter penerima 1. Perawat
2. Ahli gizi pelayanan 2. Bagian gizi penelitian diatas didapatkan pelaksanaan
3. Fisioterapi discharge 3. Fisioterapi discharge planning pada saat pasien
4. Seluruh perawat planning sudah
(tidak hanya sesuai. Penerima:
pertama kali masuk ruang rawat inap
Perawat 1. Pasien belum dilakukan sesuai dengan yang
primer/PPJP) 2. Keluarga seharusnya.
Penerima: pasien
1. Pasien

Page | 25
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

Persiapan sebelum hari pasien sudah dilaksanakan secara


kepulangan pasien ada tiga tahapan yang keseluruhan (90,5%) oleh perawat
biasanya dilakukan oleh perawat kepada walaupun pelaksanaanya tidak berurutan.
pasiennya yaitu memberikan informasi Namun pada tahapan melakukan
tentang sumber pelayanan kesehatan, penawaran kepada pasien dan keluarga
melakukan pendidikan kesehatan untuk untuk mempersiakan seluruh barang-
pasien dan keluarga sesegera mungkin barang pribadi hanya dilakukan kepada 1
setelah pasien di rawat di rumah sakit pasien dan tahapan memeriksa seluruh
(contoh: tanda dan gejala, komplikasi, ruang rawat inap termasuk kamar mandi
informasi tentang obat-obatan yg dan mencari salinan daftar-daftar barang
diberikan, dll) dan memberikan leaflet atau berharga yang dimiliki pasien tidak
buku saku. Berdasarkan hasil penelitian dilaksanakan kepada seluruh pasien,
pelaksanaan discharge planning pada saat pemeriksaan itu biasaya dilakukan oleh
persiapan sebelum hari kepulangan cleaning service setelah pasien pulang
pasien belum berjalan secara maksimal dan ruangan akan dibersihkan sehingga
(19,2%). Pemberian pendidikan jika ada barang-barang pasien ada yang
kesehatan hanya kepada sebagian pasien tertinggal cleaning service memberikan
(24,7%) tentang tanda-gejala penyakit, barang-barang tersebut kepada perawat
komplikasi penyakit, informasi obat-obatan bangsal agar suatu saat nanti apabila
yang diberikan, penggunaan perawatan pasien atau keluarga balik lagi kerumah
medis dan lanjutan, diet makanan, latihan sakit dan menanyakan hal tersebut bisa
fisik, dan hal-hal yang dihindari atau dikembalikan.
pantangan kepada pasien. Perawat tidak 3. Kondisi output pelaksanaan discharge
memberikan leaflet atau buku saku planning di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
kepada pasien setelah memberikan Gamping Yogyakarta.
pendidikan kesehatan. a. Faktor readmisi
Dalam proses pelaksanan Pasien rawat ulang (readmisi) adalah
discharge planning di hari kepulangan pasien rawat inap yang sebelumnya telah
pasien ada sembilan tahapan yang harus dirawat di rumah sakit tetapi pasien
dilakukan oleh perawat yaitu: Memeriksa tersebut kembali dirawat sebelum 30 hari
order dokter tentang resep, perubahan masa perawatan sebelumnya. Pasien
tindakan pengobatan atau alat-alat khusus yang mendapatkan perawatan ulang
yang di butuhkan; Menanyakan kembali sebelum 30 hari masa memiliki
transportasi pasien ketika pulang; dua penyebab yaitu proses penyakitnya
menawarkan kepada pasien dan keluarga dan bukan dari proses penyakitnya. Kedua
untuk mempersiapkan seluruh barang- faktor readmisi ini dilihat dari diagnosa
barang pribadi untuk dibawa pulang; pasien yang dirangkum dalam hasil
Memeriksa seluruh ruang rawat inap penelitian melalui telaah dokumen sebagai
termasuk kamar mandi dan carilah salinan berikut:
daftar-daftar barang berharga yang dimiliki Tabel 1.8. Hasil Telaah Dokumen Faktor Readmisi
Faktor readmisi Jumlah pasien
pasien; Memberikan pasien resep atau Proses penyakit 6 pasien
obat-obat sesuai dengan pesan dokter; Bukan dari proses penyakit 5 pasien
Menghubungi bagian keuangan untuk Jumlah 11 pasien
menentukan apakah pasien atau keluarga Dari hasil telaah dokumen yang telah
sudah bisa mengurus administrasi; dilakukan didapatkan 11 pasien rawat
Memberi tawaran kepada pasien untuk ulang (54,5%) yang memiliki berberapa
menggunakan kursi roda sampai diagnosa. 6 pasien rawat ulang terkait
kendaraan yang akan membawa pasien proses dari penyakit sebelumnya dan 5
pulang; Mencatat format ringkasan pulang pasien bukan dari proses penyakit
pasien (dibeberapa institusi, pasien juga sebelumnya.
mendapat salinan format ringkasan Dari data yang didapatkan tersebut
pemulangan tersebut); Dokumentasi serupa dengan simpulan hasil wawancara
status masalah kesehatan pasien pulang. dengan perawat yang bertugas dan pasien
Berdasarkah hasil penelitian pelaksanaan ataupun keluarga pasien, sebagai berikut
Tabel 1.9. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Teori
discharge planning hari kepulangan tentang Faktor Readmisi

Page | 26
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

Subtema Tema 4. Bila pasien butuh 3. Tidak melakukan


Proses penyakitnya Faktor readmisi pasien informasi penkes lainnya.
Menurut perawat: terdiri dari 2 yaitu pasien/keluarga inisiatif
“Pasien rawat ulang biasanya dikarenakan proses sendiri untuk bertanya
dikarenakan proses penyakitnya, penyakitnya dan Tema : Pemahaman pasi-en dan keluarga dalam
pasien tidak patuh, dan juga bukan karena proses perawatan lanjutan setelah pasien dipulang-kan masih
karena faktor lainnya” penyakit-nya. kurang baik
Menurut pasien/keluarga: Berdasarkan teori :
“Pasien dirawat ulang karena Pendidikan kesehatan harus diberikan secara dini agar
karena penyakit dari pasien itu pasien dan keluarga mendapatkan pemahaman terkait
sendiri seperti sesak nafas/sulit informasi kesehatan dan cara perawatan pasien setelah
bernafas, drop, panas dipulangkan, selain itu agar pasien maupun keluarga
berkepanjangan” mengetahui terkait obat-obatan yang dikonsumsi, dan
Bukan karena proses mengetahui tentang tanda-tanda komplikasi. (Kleinpell,
penyakitnya 2014)18
Menurut perawat: Berdasarkan hasil penelitian diatas
“pasien di rawat lagi karena
pasiennya ngeyel tidak mau di Informasi-informasi yang didapatkan oleh
operasi dan hanya mau minum pasien maupun keluarga pasien biasanya
obat herbal; pasien terjadi infeksi;
pasien jatuh; pasien drop; gds
didapatkan dari dokter, perawat maupun
pasien tinggi” tenaga kesehatan lainnya yang bertugas
Menurut pasien/keluarga: dirumah sakit. Pemahaman pasien dan
“karena sakitnya kambuh, obat
herbalnya tidak berpengaruh dan keluarga dalam perawatan lanjutan setelah
harus operasi, pasien jatuh dan pasien dipulangkan masih kurang baik, hal
luka operasi sebelumnya terbuka, ini dapat dilihat dari kurangnya pemberian
pasien ngedrop, dan luka pasien
tidak kering” edukasi kepada pasien dalam perawatan
Berdasarkan teori: lanjutan setelah pasien dipulangkan,
Discharge planning yang belum optimal menimbulkan
dampak bagi pasien. Dampak tersebut adalah meningkatnya
edukasi yang diberikan oleh perawat
angka rawat ulang dan pada akhirnya pasien akan ketika pasien akan pulang saja dan itu
menanggung pembiayaan untuk biaya rawat inap di rumah tentang jadwal kontrol pasien dan obat-
sakit, jika pasien dirawat ulang kembali dengan masalah yang
sama atau akibat dari penyakit sebelumnya itu akan obatan yang dikonsumsi pasien. dan
mengakibatkan penambahan biaya bagi pasien berdasarkan hasil dari observasi yang
(Perry & Potter, 2005)6. telah dilakukan pemberian pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian kesehatan tentang tanda-gejala,
diatas ini, Faktor readmisi pasien rawat komplikasi, latihan fisik, dan hal-hal yang
ulang < 30 hari yang terjadi karena dari harus dihindari jarang dilakukan oleh
proses perjalanan penyakitnya dan bukan perawat.
dari proses penyakitnya. Faktor readmisi c. Kelengkapan form
yang bukan dari proses penyakitnya dapat Form discharge planning yang
disebabkan berbagai faktor yaitu: dimiliki oleh rumah sakit PKU
kurangnya pengetahuan, pasien yang Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
tidak patuh, tidak terpajan informasi dan mempunyai berberapa poin kegiatan pada
faktor lainnya. bagian depan yang dalam pengisiannya
b. Pemahaman pasien atau keluarga pemberi pelayanan dapat menuliskan
Pemahaman pasien atau keluarga tanggal dan jam pada setiap pelaksanaan
pasien yang menerima pelayanan kegiatan yang telah diberikan dan juga
kesehatan terkait informasi kesehatan terdapat kolom untuk nama dan tanda-
pasien maupun informasi tentang tangan pemberi maupun penerima
perawatan selanjutnya setelah pasien pelayanan pelaksanaan discharge
dipulangkan adalah salah satu tujuan dari planning tersebut. Selanjutnya pada kolom
pelaksanaan discharge planning. dibawah terakhir samping kanan terdapat tabel
ini simpulan hasil wawancara dengan tidak dilakukan (alasan), tabel ini untuk
informan dari pasien: pengisian jika tidak melakukan kegiantan
Tabel 1.10. Hasil Penelitian Pemahaman Pasien
Subtema Hasil observasi yang berupa poin-poin tersebut serta
Edukasi yang diberikan: 1. Melakukan edukasi harus mencantumkan alasannya.
1. Dokter dan petugas gizi ketika pasien akan Kemudian pada bagian belakang lembar
tentang diet makanan pulang.
2. Latihan fisik diberikan 2. Penjelasan yang ini yang diisinya saat pasien menjelang
oleh fisioterapi diberikan yaitu jadwal pulang terdapat berberapa poin yang
3. Perawat hanya kontrol dan obat-
menjelaskan jadwal obatan yang harus
harus diisi, cara mengisinya hanya dengan
kontrol dan obat-obatan dikonsumsi. mencontreng salah satu pilihan yang ada,

Page | 27
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

dan bagian paling bawah pada lembar juga bisa berasal dari pasiennya, sehingga
belakang form discharge planning terdapat hambatan pelaksanaan discharge
kolom untuk tanda tangan perawat dan planning berasal dari faktor personil yaitu
pasien/keluarga yang telah mendapatkan pemberi dan penerima pelayanan
pelayanan discharge planning. Tabel 1.11. Hasil Penelitian Hambatan Pelaksanaan
Subtema Tema
Berdasarkan hasil penelitian yan 1. Terbatasnya waktu Hambatan
telah dilakukan form discharge planning 2. Kurangnya pengetahuan pelaksanan
yang dimiliki rumah sakit PKU 3. Tergantung dari kesadaran berasal dari
individu perawatnya: faktor personil;
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta - Kepatuhan pemberi dan
pada pasien rawat ulang didapatkan - Lupa penerima
4. Tergantung dari pasien yaitu: pelayanan.
semua form discharge planning pasien - Pasien kurang kooperatif
readmisi kurang lengkap dalam - Pasien belum tenang
pengisiannya. Bagian yang hampir tidak - Kepercayaan pasien
- Kepatuhan pasien
terisi adalah diskusi tentang pengawasan Berdasarkan teori:
pada pasien setelah pulang tentang obat, Keberhasilan discharge planning dipengaruhi oleh
diet, aktivitas dan peningkatan status beberapa faktor yaitu: keterlibatan dan partisipasi,
komunikasi, waktu, personil pelaksanaan discharge
fungsional; diskusi tentang kondisi planning dan perjanjian dan konsensus.
kegawatan, tanda dan gejala yang perlu (Poglitsch, et al, 2011)4
diwaspadai, penanganan sebelum ke Keberhasilan pelaksanaan discharge planning
rumah sakit, dan nomer telpon yang bisa dipengaruhi oleh tipe rumah sakit (pendidikan atau
dihubungi saat pasien membutuhkan umum), kompetensi perawat, dan kompleksitas pasien.
(Coleman dan Chalmers, 2006)5
bantuan; dan diskusi tentang support
system keluaarga, finansial dan alat
transportasi yang digunakan. Bagian yang PEMBAHASAN
selalu terisi tetapi sesuai dengan 1. Kondisi input pelaksanaan discharge planning
kebutuhan pasien adalah penkes di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
modifikasi gaya hidup (pengaturan diet, Gamping Yogyakarta.
aktifitas fisik, dan merokok); diskusi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
tentang modifikasi lingkungan setelah hasil yang kurang baik pada komponen input
pulang dari rumah sakit; dan diskusi dikarenakan banyak kekurangan pada
tentang rencana perawatan lanjutan komponen input:
pasien (bantuan adl, perawatan luka, a. SDM (sumber daya manusia)
pemakaian alat kesehatan, jadwal kontrol). SDM yang didalamnya ada ratio antara
Serta hasil telaah dokumen lainnya jumlah perawat dan jumlah tempat tidur,
tentang kelengkapan form pada lembar tingkat pendidikan perawat yang
bagian belakang yang hasilnya semua melaksanakan discharge planning,
form discharge planning pasien rawat pengetahuan perawat terhadap discharge
ulang terisi cukup baik dan ditandatangai planning, dan sikap dan pengendalian
oleh perawat sebagai pemberi dan emosi.
pasien/keluarga sebagai peneria Ratio antara jumlah perawat dan
pelayanan. jumlah tempat tidur didapatkan perawat di
seluruh ruang rawat inap di rumah sakit
PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
d. Hambatan pelaksanaan berjumlah 103 orang perawat dan jumlah
Hambatan dalam pelaksanaan tempat tidur diseluruh ruang rawat inap
discharge planning dapat dari perawat berjumlah 138 tempat tidur. Berdasarkan
atau tenaga kesehatan lainnya dan juga Peraturan Menteri Kesehatan Republik
bisa dari pasien atau kondisi pasiennya. Indonesia No. 262/Men.Kes/VII/ 197918
Hal ini senada disampaikan oleh bahwa perbandingan antara tenaga
berberapa informan yang telah keperawatan dan tempat tidur pada
disimpulkan pada hasil penelitian dibawah sebuah rumah sakit tipe C adalah 1 : 1
ini yaitu (tabel 1.9 ): yang artinya 1 tenaga keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian berbanding 1 tempat tidur. Tetapi hasil dari
didapatkan hambatan tidak hanya dari perbandingan antara jumlah perawat
personal seorang perawat tetapi hambatan dengan jumlah tempat tidur di rumah sakit

Page | 28
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Selanjutnya penilaian sikap dan


adalah 103 : 138 atau 1 : 0,75 yang pengendalian emosi dalam memberikan
kebutuhannya belum sesuai dengan pendidikan kesehatan kepada pasien
peraturan tersebut. Hasil lain ditemukan maupun keluarga pasien didapatkan sikap
bahwa ruang rawat inap yang memiliki yang ditunjukan kurang baik dan
perbandingan paling rendah adalah ruang menimbulkan ketidakpuasan kepada
rawat inap firdaus. Jumlah perawat 14 pasien dalam menerima pelayanan.
orang dan jumlah tempat tidur 27 orang Walaupun hanya 4 orang dari 11 orang
sehingga perbandingan antara perawat pasien (36,4%) tetapi masih ditemukan hal
dan jumlah tempat tidur berbanding 1 : yang kurang baik sehingga perlu
0,52 dan jumlah kebutuhan belum sesuai ditingkatkan cara komunikasi perawat agar
dengan peraturan diatas. pasien maupun keluarga merasa lebih
Selanjutnya, hasil penelitian yang puas terhadap pelayanan. Sikap yang baik
melihat tingkat pendidikan perawat di mempengaruhi penerimaan informasi yang
dapatkan perawat-perawat yang disampaikan, semakin baik sikap dan
melaksanakan perencanaan pemulang-an pengendalian emosi yang dimunculkan
pasien sudah sesuai dengan tenaga maka semakin baik pula penjelasan yang
profesional dan kompetensinya masing- disajikan sehingga semakin mudah
masing. Menurut Peraturan Menteri penerimaan informasi yang diberikan21.
Kesehatan Republik Indonesia No. Kepuasan pasien dipengaruhi oleh sikap,
971/Menkes/per/XI/200919 kom-petensi komunikasi dan attitude para pemberi
adalah kemampuan dan karakteristik yang pelayanan. Para pemberi pelayanan
dimiliki oleh seseorang pegawai yang tersebut yaitu para tim kesehatan maupun
berupa pengetahuan, skill atau staf yang ada dirumah sakit22.
keterampilan, dan sikap perilaku sesuai b. Petunjuk teknis (SOP)
dengan bidangnya agar dapat Petunjuk teknis atau standar
melaksanakan tugasnya secara oprasional prosedur (SOP) adalah salah
profesional, efektif dan efesien. satu dari kondisi input yang dilihat dari
Pengetahuan perawat dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang
pelaksanaan discharge planning didapatkan untuk petunjuk teknis/SOP di
didapatkan seluruh informan perawat rumah sakit ini mengacu pada SK direktur
kurang memahami terkait discharge rumah sakit PKU Muhammadiyah
planning. Hal ini dapat dilihat dari paham Yogyakarta Unit II Nomor:
tidaknya perawat tentang manfaat dan 0444/PS.1.2/IV/2015. Rumah sakit ini tidak
kerugian pelaksanaan discharge planning. memiliki Petunjuk teknis/ SOP khusus
Dari 7 poin manfaat dari pelaksanaan tentang pelaksanaan discharge planning.
discharge planning hanya 1 poin yang SOP biasanya terdiri dari manfaat, kapan
sesuai dari jawaban seluruh informan dibuat atau direvisi, metode penulisan
perawat dan dari 4 poin kerugian prosedur, serta dilengkapi oleh bagan
pelaksanaan discharge planning hanya 1 flowchart di bagian akhir23.
poin yang sesuai dari jawaban seluruh Berdasarkan hasil penelitian terdapat
responden. Pengetahuan merupakan ketidaksesuaian jawaban yang
kunci ke-berhasilan dalam pendidikan disampaikan informan perawat dan
keseha-tan20. Perawat harus memiliki informan bagian manajemen. Hal ini dapat
pengetahuan yang baik untuk memberikan dilihat dari perawat tidak mengetahui
pendidikan kesehatan kepada pasien rumah sakit PKU Muhammadiyah
maupun keluarga. Pengetahuan yang baik Gamping Yogyakarta tidak memiliki SOP
akan mengarahkan perawat pada kegiatan melainkan adalah SK panduan rencana
pembelajaran pasien dan pasien maupun pemulangan pasien. Berberapa faktor
keluarga akan banyak menerima informasi penyebab hal tersebut dapat terjadi yaitu:
sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga perawat tidak pernah membaca SOP;
sangat diperlukan perawat lebih perawat tidak paham antara SOP dan
memahami tentang pelaksanaan panduan; tidak ada sosialisasi
discharge planning. sebelumnya; hanya berbentuk softfile;

Page | 29
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

kesadaran dari perawat dan faktor-faktor terapi fisik, kerja sosial, gizi yang memiliki
lainnya. tugas sesuai kompetensinya26.
Selain itu berdasarkan hasil
penelitian, perawat adalah salah satu yang
c. Form discharge planning memiliki peranan penting dalam
Berdasarkan hasil penelitian yang pembuatan rencana kepulangan pasien
telah dilakukan ada 5 unsur yang tidak ada dan juga memiliki tugas memberikan
di form discharge planning yang dimiliki pendidikan kesehatan kepada pasien.
oleh rumah sakit PKU Muhammadiyah Namun dari hasil penelitian tidak hanya
Gamping Yogyakar-ta, sehingga harus perawat yang memiliki jabatan perawat
dilengkapi sesuai dengan unsur-unsur primer (PP) atau PPJP tetapi perawat
yang harusnya ada disebuah lembar pelaksana (PA) juga melakukan hal yang
discharge planning. Selain itu berdasarkan sama dalam pelaksanaan discharge
hasil penelitian lainnya, form discharge planning. Tugas dan tanggung jawab
planning yang dimiliki oleh rumah sakit perawat primer (PP) dalam pelaksanaan
PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta discharge planning adalah menerima
tidak memiliki sumber dan masih pasien baru rawat inap diruangan tersebut,
mengadop form discharge planning yang membuat perencanaan discharge planning
dimiliki oleh rumah sakit lain. Setiap dan melakukan pelaksanaan discharge
penulisan yang baik harus memiliki bukti planning yang dimulai dari pengkajian
atau sumber terbaik yang bertujuan kepada pasien tentang kebutuhan
sebagai landasan teori, sebagai pelayanan kesehatan dan kebutuhan
penjelasan dan sebagai penguat pendapat pendidikan kesehatan yang berhubungan
atau tulisan yang kita miliki24. dengan penyakitnya sampai dengan
2. Kondisi prosess pelaksanaan discharge memberikan pendidikan kesehatan kepada
planning di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah pasien, sedangkan tugas dari perawat
Gamping Yogyakarta pelaksana (PA) adalah membantu
a. Waktu pembuatan rencana pemulangan melaksanakan agenda perencanaan
Hasil penelitian yang didapatkan discharge planning yang telah dibuat32.
terkait waktu pembuatan discharge Penerima pelayanan discharge
planning di rumah sakit PKU planning di rumah sakit PKU
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
adalah ketika pasien sudah akan pulang adalah pasien dan melibatkan keluarga
atau ketika pasien sudah pulang, tetapi pasien. Semua pasien yang di rawat inap
perawat mengetahui waktu di rumah sakit memerlukan discharge
pelaksanaannya atau pembuatan rencana planning17. Namun terdapat berberapa
kepulangan pasien yaitu ketika pasien kondisi dimana pasien beresiko tidak
pertama kali dirawat di ruang rawat inap mendapatkan kebutuhan yang
namun pada kenyataanya berbanding berkelanjutan setelah apsien dipulangkan,
terbalik. seperti pasien yang menderita penyakit
Discharge planning dibuat pada awal terminal atau pasien dengan kecacatan
pasien masuk dan pada saat itu dilakukan permanen6. Perencanaan pulang tidak
diskusi untuk tindakan yang akan berfokus pada kebutuhan perawat atau
dilakukan dan perawatan lanjutan25. tenaga kesehatan atau hanya pada
b. Pemberi dan penerima pelayanan kebutuhan fisik pasien, namun
discharge planning. perencanaan pulang berfokus pada
Pemberi pelayanan discharge kebutuhan pasien dan keluarga secara
planning di rumah sakit PKU komprehensif sebagai penerima
Muhammadiyah Gamping Yogyakarta pelayanan . 12

adalah perawat dan paramedis lainnya c. Proses pelaksanaan discharge planning


seperti ahli gizi, farmasi, dan fisioterapi. 1) Pada saat pasien pertama kali masuk
Discharge planning dilakukan oleh ruang rawat inap
berbagai disiplin ilmu yaitu dari bidang Berdasarkan hasil penelitian
keperawatan, kedokteran, farmasi, ahli pelaksanaan yang dilakukan pada
saat pasien pertama kali masuk

Page | 30
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

ruang rawat inap adalah peneliti tidak perawatan pasien setelah pulang dari
menemukan adanya pelaksanaan rumah sakit. pendidikan kesehatan
pengkajian-pengkaji-an terhadap yang ditujukan ke pasien atau
pasien yang baru masuk ruang rawat keluarga pasien pada hakikatnya
inap dan perawat juga tidak membuat adalah suatu kegiatan atau usaha
perencanaan pulang terhadap menyampaikan pesan kesehatan
pasien6. Pengkajian terhadap pasien kepada pasien dengan harapan
dilakukan sejak awal pasien dan pasien atau keluarga memperoleh
keluarga datang ketempat pelayanan pengetahuan tentang kesehatan
kesehatan, pengkajian yang yang lebih baik. Materi pendidikan
dilakukan adalah mengkajian tentang yang disampaikan harus sedikit dan
kebutuhan pelayanan kesehatan mudah dipahami dan agar pasien
untuk pasien pulang dengan atau keluarga mudah mengingatnya
menggunakan riwayat keperawatan, serta menggunakan alat bantu
rencana keperawatan dan pengkajian berupa leaflet dengan tujuan dapat
kemampuan fisik dan fungsi kognitif, dibaca sewaktu-waktu pasien atau
mengkaji kebutuhan pendidikan keluarga pasien lupa20.
kesehatan untuk pasien dan 3) Pada hari kepulangan pasien
keluarga, dan mengkaji faktor-faktor Berdasarkan hasil hasil
lingkung-an dirumah yang dapat penelitian yang telah dilakukan
mengganggu perawatan diri, serta didapatkan hasil pelaksanaan
mengkaji persepsi kesehatan pasien discharge planning pada hari
dan keluarga terhadap perawatan kepulangan pasien sudah
yang berkelanjutan setelah keluar dilaksanakan secara keseluruhan
dari rumah sakit. oleh perawat walaupun
Discharge planning yang efektif pelaksanaanya tidak berurutan akan
seharusnya mencakup pengkajian tetapi ada tahapan yang tidak
berkelanjutan untuk mendapatkan dilakukan yaitu tahapan memeriksa
informasi yang komperehensif seluruh ruang rawat inap termasuk
tentang kebutuhan pasien yang kamar mandi dan mencari salinan
berubah-ubah, pernyataan diagnosa daftar-daftar barang berharga yang
keperawatan, perencanaan untuk dimiliki pasien. Proses pelaksanaan
memastikan kebutuhan pasien sesuai discharge planning pada tahap
dengan apa yang dilakukan oleh pelaksanaan atau pada hari
pemberi layanan kesehatan14. kepulangan pasien perawat harus
2) Persiapan sebelum hari kepulangan memastikan kembali barang-barang
pasien pasien agar tidak ada yang tertinggal
Berdasarkan hasil penelitian melalui salinan daftar-daftar barang
diatas tentang persiapan sebelum yang dimiliki oleh pasien6.
hari kepulangan pasien adalah 3. Kondisi output pelaksanaan discharge
perawat tidak memberikan informasi planning di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
tentang sumber pelayanan kesehatan Gamping Yogyakarta
di masyarakat kepada pasien dan a. Faktor readmisi
keluarga, Melakukan pendidikan Berdasarkan hasil penelitian yang
kesehatan kepada pasien dan telah dilakukan faktor readmisi didapatkan
keluarga, dan memberikan leaflet 2 faktor yaitu faktor pertama adalah proses
atau buku saku. Program dari penyakitnya.Keberhasilan program
perencanaan pulang (discharge rencana pemulangan tergantung pada
planning) pada dasarnya merupakan enam variabel yaitu: 1) proses penyakit, 2)
program pemberian pendidikan hasil yang diharapkan dari perawatan, 3)
kesehatan kepada pasien maupun durasi perawatan yang dibutuhkan, 4)
keluarga, sehingga pendidikan jenis-jenis pelayanan yang diperlukan, 5)
kesehatan atau edukasi tentang15 komplikasi tambahan dan 6) ketersediaan
.kebutuhan pasien itu sangat sumber-sumber27. Selanjutnya faktor
diperlukan untuk persiapan readmisi kedua adalah rawat ulang yang

Page | 31
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

bukan dari proses penyakit yang pertanggungjawaban dan laporan sarana


disebabkan oleh kurangnya pengetahuan kesehatan29.
baik penerima maupun pemberi, pasien d. Hambatan Pelaksanaan
yang tidak patuh, tidak terpajan informasi Berdasarkan hasil penelitian
dan faktor lainnya. Pasien rawat ulang hambatan dalam pelaksanaan discharge
yang bukan dari proses penyakitnya planning di rumah sakit PKU
memiliki berberapa penyebab diantaranya: Muhammadiyah Gamping Yogyakarta
dampak dari penyakit; kurang berasal dari faktor personil yaitu pemberi
pengetahuan; dan faktor lainnya22. dan penerima pelayanan. Faktor personil
Discharge planning yang belum optimal pelaksanaan dari pemberi pelayanan yaitu
menimbulkan dampak bagi pasien6. perawat yang telah memiliki peranan
Dampak tersebut adalah meningkatnya penting dalam pelaksanaan discharge
angka rawat ulang dan pada akhirnya planning. Hal tersebut tidak akan terjadi
pasien akan menanggung pembiayaan bila perawat dapat mengatur waktu
untuk biaya rawat inap di rumah sakit, jika dengan baik dan bekerja sama dengan
pasien dirawat ulang kembali dengan perawat lainnya sesuai dengan tugas nya
masalah yang sama atau akibat dari masing-masing serta berkerja sesuai
penyakit sebelumnya itu akan dengan prosedur30. Salah satu faktor
mengakibatkan penambahan biaya bagi resiko pasien readmisi adalah
pasien6. keterampilan dari seorang perawat dalam
melaksanakan discharge planning.
selanjutnya faktor personil lainnya berasal
b. Pemahaman pasien dan keluarga dari penerima pelayanan yaitu pasien yang
Dari hasil penelitian yang telah memiliki wewenang terhadap dirinya
dilakukan didapatkan pemahaman pasien sendiri dalam mendapatkan pelayanan
dan keluarga pasien readmisi kurang yang diberikan31. Keberhasilan discharge
paham dengan informasi-informasi yang planning dipengaruhi oleh beberapa faktor
harusnya didapatkan. Pasien atau yaitu: keterlibatan dan partisipasi,
keluarga pasien rawat ulang kebanyakan komunikasi, waktu, perjanjian dan
tidak mendapatkan pelayanan pendidikan konsensus dan personil pelaksanaan
kesehatan yang harusnya diberikan oleh discharge planning4.
perawat yang telah merencanakan
pemulangan pasien sehingga KESIMPULAN
pengetahuan pasien maupun keluarga Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian
pasien kurang paham terhadap perawatan pada bab sebelumnya maka dapat diambil
pasien setelah pasien dipulangkan. simpulan sebagai berikut:
Perencanaan perawatan pasien yang 1. Penerapan pelaksanaan discharge planning di
bertujuan untuk memberdayakan dan rumah sakit PKU Muhammadiyah Gamping
memaksimalkan potensi pasien untuk Yogyakarta belum berjalan secara maksimal
hidup secara mandiri melalui dukungan- dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
dukungan yang ada dalam keluarga a. Sumber daya manusia yang melaksanakan
sehingga pemahaman dari pasien maupun discharge planning kurang memahami
keluarga sangat diperlukan28. tentang pentingnya discharge planning.
c. Kelengkapan formulir b. Belum tersedianya SOP dan panduan
Berdasarkan hasil penelitian tentang rencana pemulangan yang sesuai.
kelengkapan formulir discharge planning c. Belum tersedianya form discharge planning
didapatkan form discharge planning tidak yang sesuai.
terisi dengan lengkap. Pada dasarnya 2. Hambatan dalam pelaksanaan discharge
kelengkapan selembar formulir sangat planning di rumah sakit PKU Muhammadiyah
penting karena dapat menilai pelaksanaan Gamping Yogyakarta berasal dari faktor personil
apa saja yang telah dilakukan melalui hasil yaitu pemberi dan penerima pelayanan.
dokumentasi26. Kelengkapan isi dari
berkas rekam medis menjadi sumber SARAN
ingatan yang harus didokumentasikan dan 1. Bagi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
dipakai sebagai bahan Gamping Yogyakarta

Page | 32
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

a. Melakukan pembinaan dan sosialisasi


tentang pentingnya pelaksanaan discharge 10. Phillips CO, Wright SM, Kern D, Singa RM,
planning bagi pasien maupun bagi rumah Sheppert S& Rubin HR. (2004). Comprehensive
sakit kepada seluruh pelaksana discharge Discharge Planning With Post Discharge Support
for Older Patient Congestive Heart failure: Meta-
planning.
Analysis. NHS. National Institute For Health
b. Merumuskan SOP khusus tentang Research.
pelaksanaan discharge planning agar 11. Phillips CO, Wright SM, Kern D, Singa RM,
pelaksana memiliki prosedur pelaksanaan. Sheppert S& Rubin HR. (2004). Comprehensive
c. Melakukan redisign form discharge Discharge Planning With Post Discharge Support
planning yang mengacu pada teori. for Older Patient Congestive Heart failure: Meta-
2. Untuk peneliti selanjutnya Analysis. NHS. National Institute For Health
Bagi peneliti selanjutnya agar meneliti Research.
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan 12. Keputusan Mentri Kesehatan. (2008), Tentang
discharge planning terhadap pasien readmisi standar pelayanan minimal rumah sakit. Jakarta:
Kemenkes RI.
di rumah sakit lainnya.
13. Herdiansyah, H. (2012). Metodologi Penelitian
Kualitatif: Untuk ilmu-ilmu socia. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA Huamnika
14. Kozier, B., et al. (2004). Fundamentals of Nursing
1. Cawthorn, L. (2005). Discharge planning under the Concepts Process and Practice. 1 st volume, 6 th
umbrella of advanced nursing practice case edition. New Jersey : Pearson/prentice Hall.
manager. Nursing Leadership, 18(4). 15. Notoadmodjo. (2012). Promosi Kesehatan dan
2. Almborg, A. H., Ulander, K., Thulin, A., & Berg, S. Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
(2010). Discharged after stroke–important factors 16. Sailendra, Annie. (2015). Langkah-Langkah Praktis
for health‐related quality of life. Journal of clinical Membuat Standar Oprasional Prosedur.
nursing, 19(15‐16), 2196-2206. Yogyakarta. Cetakan Pertama. Trans Idea
3. Pemila, U. (2011). Konsep Discharge Planning. Publishing.
Jakarta: Salemba Medika. 17. Discharge Planning Association. (2008). Discharge
4. Poglitsch, L, A., Emery, M., & Darragh, A. (2011).A Planning di http: www. Discharge
qualitative study of determinant of successful planning.org.au/index.htm.diunduh pada tanggal
discharge for older adult inpatient.Journal of 10 agustus 2016
American Physical Therapy Association.(ISSN 18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
1538-6724). No. 262/Menkes/per/VII/1979
5. Coleman, E & Chalmers, S. (2006). The care 19. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
transition intervention: Results of randomized No. 971/Menkes/per/XI/2009
controlled trial. Archives of Internal Medicine. 166. 20. Machmoed S, Suryani E. (2008). Pendidikan
1822-1828. http://www.archintermed.com/. Kesehatan Bagian dari Promosi
6. Perry A. G., & Potter P. A. (2005). Buku ajar Kesehatan.Yogyakarta. Salemba Medika.
fundamental keperawwatan: Konsep, proses, & 21. Moran, G., Semansky, R., Quinn, E., Noftsinger,
praktik. (Volume 1, Edisi 4). (Alih bahasa: Yasmin R., & Koenig, T. (2005). Evaluability assessment of
Asih, et al: Editor edisi bahasa Indonesia Devi discharge planning and the prevention of
Yuliati, Monica Ester). Jakarta: Penerbit Buku homelessness. Rockville, Maryland: Westat.
Kedokteran EGC. 22. Zhijian Li, Jiale Hou, Lin Lu, Shenglan Tang &Jin
7. Hariyati, R. T. S., Afifah, E., & Handiyani, H. Ma. (2012). On residents satisfaction with
(2010). Developing prototype model of discharge community health services after health care system
planning with CD learning media in Indonesia. reform in Sanghai, China, 2011. BMC Public
Scientifics Research and Essays. Vol 5 (12), pp Health 2012, 12(suppl 1):59. From:
1463-1469. ISSN 1992-2248. http:www.biomedcentral.com/1471-2458/12/S1/S9.
http://www.academicsjournals.org/SRE. 23. Laksmi, Fuad dan Budiantoro. (2008). Manajemen
8. Moore., Ligget., & Pierson. (2003). Medical errors Perkantoran Modern. Jakarta: Penerbit Pernaka.
related to discontinuity of care from an patient to an 24. Kusumaningrum, N. S. D., & Kusuma, H. (2014).
outpatient setting. Journal General Internal Proceeding Seminar Ilmiah Nasional Keperawatan"
Medicine. 18:646-65. 2nd Adult Nursing Practice: Using Evidence in
9. Fox, M. T., Persaud, M., Maimets, I., Brooks, D., Care"“Aplikasi Evidence Based Nursing dalam
O’Brien, K., & Tregunno, D. (2013). Effectiveness Meningkatkan Patient Safety”.
of early discharge planning in acutely ill or injured 25. Altfeld, S. J., Shier, G. E., Rooney, M., Johnson, T.
hospitalized older adults: a systematic review and J., Golden, R. L., Karavolos, K., ... & Perry, A. J.
meta-analysis. BMC Geriatrics, 13, 70. (2013). Effects of an enhanced discharge planning
http://doi.org/10.1186/1471-2318-13-70 intervention for hospitalized older adults: a

Page | 33
Proceeding Health Architecture, 1(1) 17 Mei 2017 ISBN: 978-602-19568-6-1
Website: http://mmr.umy.ac.id/artikel/proceeding/

randomized trial. The Gerontologist, 53(3), 430- Jalan Dan Instalasi Rawat Darurat di Poli Bedah
440. RSUP Dr. Kariadi. Semarang. Yogyakarta.
26. Nadya, Famela T. (2014). Kelengkapan Pengisian Megister Menejemen Rumah Sakit. Universitas
Berkas Rekam Medis Pelayanan Medis Rawat Muhammadiyah Yogyakarta.
Jalan dan Patient Safety di RSGMP UMY. 30. Bull, M.J. (2013). Discharge planning for older
Yogyakarta. Megister Menejemen Rumah Sakit. people: A Review of Current Research. British
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Journal of Community Nursing.
27. Mubarak ., Wahid. E., Iqbal. (2011). Buku ajar 31. Bernatz, J. T., Tueting, J. L., & Anderson, P. A.
kebutuhan dasar manusia: Teori dan aplikasi (2015). Thirty-day readmission rates in
dalam praktik, Jakarta: ECG orthopedics: a systematic review and meta-
28. NCSS.(2008). Care and discharge planning: A analysis. PloS one, 10(4), e0123593.
guide for service providers. Serial No: 32. Nursalam, (2011). Manajemen Keperawatan:
032/SDD19/DEC06. Singapore: National Council of Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional.
Social Service. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.
29. Erfavira, Avita. (2012). Perbedaan Kelengkapan
Pengisian Rekam Medis Antara Instalasi Rawat

Page | 34

Anda mungkin juga menyukai