Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN PANCASILA

HAKIKAT SILA-SILA DALAM PANCASILA

DISUSUN OLEH:

ANDI AZIZAH AFRIANSYA (D011181308)

DZIKRI IKHLASUL NAUFAL (D011181514)

FRANSISKUS X RIWU UNA (D011181337)

YOGI KALA’ LINGGI (D011181529)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Makalah ini membahas mengenai muatan sila-sila
pancasila yang digunakan sebagai pemenuhan tugas Pendidikan Kewarganegaraan
san diharapkan menjadi salah satu referensi bagi pembaca.
Makalah ini dibuat dengan mengkaji dari berbagai sumber baik secara tertulis
maupun tidak tertulis dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan berbagai tantangan maupun hambatan selama mengerjakan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah
ini, semoga mendapat balasan yang sesuai dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, banyak
kekurangan yang mendasar yang dilakukan secara sengaja maupun tidak
disengaja. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang positif dan membangun. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Makassar, 12 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................... 1


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN PENULISAN ................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 SILA PERTAMA ............................................................................. 2


2.2 SILA KEDUA .................................................................................. 3
2.3 SILA KETIGA.................................................................................. 3
2.4 SILA KEEMPAT.............................................................................. 4
2.5 SILA KELIMA ................................................................................. 4

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN ................................................................................ 7
B. SARAN ............................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 8


BAB I
PENDAHULUAN

 Latar Belakang
Di setiap bangsa seluruh dunia pasti memiliki satu ideologi sebagai dasar
Negara .begitu juga Indonesia sebagai bangsa yang beradab juga memiliki
satu ideologi sebagai dasar negara yaitu, pancasila. Penetapan pancasila
sebagai dasar Negara bukan berasal dari pemikiran seseorang seperti halnya
ideologi-ideologi di negara lain seperti sosialis dan liberalisme. Pembentukan
dan penetapan pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia sebenarnya adalah
suatu proses panjang sejarah bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di
dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang menjadi ciri khas bangsa
Indonesia sendiri yang berasal dari adat istiadat, kebudayaan dan nilai religius
bangsa Indonesia.
Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak
terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila
lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat ditukar
tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini sesuai dengan susunan sila yang
bersifat sistematis-hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila pancasila itu
menunjukkan suatu rangkaian urutan-urutan yang bertingkat-tingkat, dimana
tiap-tiap sila mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan
kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.
Inti dari kedudukan dan fungsi pancasila adalah pancasila sebagai dasar
Negara Republik Indonesia. Tetapi perlu diketahui bahwa asal muasal
pancasila berasal dari unsur-unsur yang berasal dari bangsa Indonesia
sendiri, sehingga kedudukan pancasila dapat dikembangkan menjadi dasar
pandangan hidup. Oleh karena itu setiap warga Negara wajib menghayati
serta mengamalkan nilai-nilai atau esensi-esensi yang terkandung dalam
pancasila tersebut.

 Rumusan Masalah
Apa saja muatan dalam sila-sila pancasila?

 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui, memahami dan
menerapkan sila-sila Pancasila dalam sehari-hari, serta mampu menjelaskan
hakikat sila-sila Pancasila berdasar problem yang relevan dan kontekstual.
BAB II

PEMBAHASAN

Pancasila sebagai suatu sistem nilai dalam sistem filsafat kemanusiaan


diyakini sebagai suatu kebenaran hakiki oleh seluruh anak Bangsa Indonesia,
dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Suatu sistem filsafat
kemanusiaan yang memadukan keberadaan manusia sebagai makhluk individu
yang tidak dipisahkan dengan keberadaannya sebagai mahluk sosial, yang
didalam dirinya engandung nilai-nilai Spritual Pancasila yang harus dipahami,
dihayati, dan diamalkan. Suatu nilai yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai
luhur bangsa, terutama nilai-nilai yang bersumber dari ajaran agama yang dimiliki
bangsa Indonesia, yang melekat pada setiap sila, mulai dari sila pertama hingga
sila kelima.

2.1 Sila Pertama


“ Ketuhanan Yang Maha Esa “
Sejak zaman purbakala hingga pintu gerbang kemerdekaan negara
Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun pengaruh
agama-agama lokal, yaitu sekitar 14 abad pengaruh Hindu dan Buddha, 7 abad
pengaruh Islam, dan 4 abad pengaruh Kristen. Tuhan telah menyejarah dalam
ruang publik Nusantara. Hal ini dapat dibuktikan dengan masih
berlangsungnya sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan dalam agama-
agama yang hidup di Indonesia. Pada semua sistem religi-politik tradisional di
muka bumi, termasuk di Indonesia, agama memiliki peranan sentral dalam
pendefinisian institusi-institusi sosial (Yudi-Latif, 2011: 57--59).
Nilai-nilai ketuhanan (religiusitas) sebagai sumber etika dan spiritualitas
(yang bersifat vertical transcendental) dianggap penting sebagai fundamental
etika kehidupan bernegara. Negara menurut Pancasila diharapkan dapat
melindungi dan mengembangkan kehidupan beragama; sementara agama
diharapkan dapat memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan
etika sosial. Sebagai negara yang dihuni oleh penduduk dengan multiagama
dan multikeyakinan, negara Indonesia diharapkan dapat mengambil jarak yang
sama, melindungi terhadap semua agama dan keyakinan serta dapat
mengembangkan politiknya yang dipandu oleh nilai-nilai agama.
Sila pertama mengandung maksud agar warga negara Indonesia terus
meningkatkan keimanan dan ketakwaannya atas dasar agama dan kepercayaan
masing-masing. Hal ini sesuai dengan pandangan hidup dan perpektif
kehidupan berbangsa yang bersifat religius. Nilai-nilai yang dikembangkan
untuk membangun warga bangsa Indonesia yang bermartabat, yakni nilai
keimanan dan ketakwaan, toleransi dan kerukunan antar umat beragama,
saling hormat menghormati. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan
untuk menjamin tidak adanya diskriminasi atas dasar agama sehingga negara
harus menjamin kebebasan beragama dan pluralisme ekspresi keagamaan.
Makna Sila Pertama Pancasila
 Pengakuan dan Keyakinan
Pengakuan seluruh bangsa Indonesia terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa
sebagai pencipta jagad alam semestá. Yang telah memberikan aturan tetapnya
dalam menentukan arah serta tujuan setiap insan yang beriman.
 Taat Beragama
Menciptakan sikap seseorang untuk senantiasa taat dalam menjalankan agama
sebagimanya yang atur dalam ajaran-ajaran yang diperintahkan. Pengaturan ini
dilakukan untuk mengendalikan diri atas sikap manusia yang tidak terbatas
adanya.
 Kebebasan Beragama
Memberikan pengakuan serta kebebasan kepada setiap masyarakat Indonesia
untuk memeluk agama dan mengamalkan ajaran agamanya yang telah ditetapkan
dalam Hukum Agama dan Undang-Undang Dasar.
 Tidak Ada Paksaan Beragama
Ketidakadanya unsur paksaan dan memaksakan agama kepada orang lain.
Semuanya tergantung daripada keyakinan yang dianut oleh masyarakat dan
dilegalitaskan dalam segi hukum negara.
 Menghargai
Menciptakan pola hidup yang saling menghargai dan menghormati antarumat
beragama serta menjauhi sikap diskniminatif yang terjadi antarumat beragama,
yang dinilai bertentangan dengan keyakinannya.

2.2 Sila kedua


“ Kemanusiaan yang Adil dan Beradab “
Nilai-nilai kemanusiaan dalam masyarakat Indonesia dilahirkan dari
perpaduan pengalaman bangsa Indonesia dalam menyejarah. Bangsa
Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai bangsa maritim telah menjelajah
keberbagai penjuru Nusantara, bahkan dunia. Hasil pengembaraan itu
membentuk karakter bangsa Indonesia yang kemudian oleh Soekarno disebut
dengan istilah Internasionalisme atau Perikemanusiaan. Kemanjuran konsepsi
internasionalisme yang berwawasan kemanusiaan yang adil dan beradab
menemukan ruang pembuktiannya segera setelah proklamasi kemerdekaan
Indonesia. Berdasarkan rekam jejak perjalanan bangsa Indonesia, tampak jelas
bahwa sila kemanusiaan yang adil dan beradab memiliki akar yang kuat dalam
historisitas kebangsaan Indonesia. Kemerdekan Indonesia menghadirkan suatu
bangsa yang memiliki wawasan global dengan kearifan lokal, memiliki
komitmen pada penertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian, dan
keadilan sosial serta pada pemuliaan hak-hak asasi manusia dalam suasana
kekeluargaan kebangsan Indonesia (Yudi-Latif, 2011: 201).
Bangsa Indonesia menyadari bahwa manusia di dunia ini sama antara yang
satu dengan yang lain, tidak bangsa yang lebih tinggi kedudukannya
dibanding bangsa lain. Oleh karena itu, antarmanusia dan antarbangsa harus
saling kasih sayang, saling mencintai tidak semena-mena, tenggang rasa,
saling harga menghargai, dan saling tolong menolong, membela kebenaran
dan keadilan (Bahan Penataran UUD-45, P-4 dan GBHN, 1988).
Makna Sila Ke-2
 Kesadaran
Kesadaran sikap dan perilaku setiap penduduk Indonesia akan senantiasanya
disesuaikan dengan nilai-nilai moral dan tuntutan hati nurani yang terletak pada
sanubari setiap manusia.
 HAM
Makna yang terkadung dalam isi Pancasila kedua adalah serangkaian
pengakuan dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) inividu
lainnya, yang sejatinya selalu dibawa setiap seseorang ketika ia baru dilahirkan
dari rahim ibunya.
 Kemanusiaan
Ialah mengembangkan sikap saling mencintai atas dasar kemanusiaan. Dengan
adanya peranan ini tentusaja tidakan manusia akan diberikan batasan yang dapat
meminimalisir tindakan kejahatan.
 Keadilan
Ialah proses untuk dapat menerapkan kehidupan yang berkeadilan dan
berkeadaban. Hal ini menjadi makna penting, mengingat pembangunan yang ada
harus merata dan dilakukan dengan terus mempertimbangkan jumlah penduduk,
wilayah, dan lain sebaginya.
 Tengang Rasa
Pengalaman dalam perwujutan sikap yang ada dalam Sila Kedua Pancasila ini
akan mampu memberikan dorongan dalam memunculkan sikap tenggang rasa
dalam setiap hubungan sosial yang seseorang lakukan dalam kelompok
masyarakat.

2.3 Sila Ketiga


“ Persatuan Indonesia “
Kebangsaan Indonesia merefleksikan suatu kesatuan dalam keragaman
serta kebaruan dan kesilaman. Indonesia adalah bangsa majemuk paripurna
yang menakjubkan karena kemajemukan sosial, kultural, dan teritorial dapat
menyatu dalam suatu komunitas politik kebangsaan Indonesia. Indonesia
adalah sebuah bangsa besar yang mewadahi warisan peradaban Nusantara dan
kerajaan-kerajaan bahari terbesar di muka bumi. Jika di tanah dan air yang
kurang lebih sama, nenek moyang bangsa Indonesia pernah menorehkan tinta
keemasannya, maka tidak ada alasan bagi manusia baru Indonesia untuk tidak
dapat mengukir kegemilangan (Yudi-Latif, 2011:377).
Nilai-nilai etis kemanusiaan harus mengakar kuat dalam lingkungan
pergaulan kebangsaan yang lebih dekat sebelum menjangkau pergaulan dunia
yang lebih jauh. Indonesia memiliki prinsip dan visi kebangsaan yang kuat,
bukan saja dapat mempertemukan kemajemukan masyarakat dalam kebaruan
komunitas politik bersama, melainkan juga mampu memberi kemungkinan
bagi keragaman komunitas untuk tidak tercerabut dari akar tradisi dan
kesejarahan masing-masing. Dalam khazanah Indonesia, hal tersebut
menyerupai perspektif “etnosimbolis” yang memadukan antara perspektif
“modernis” yang menekankan unsur-unsur kebaruan dalam kebangsaan
dengan perspektif “primordialis” dan “perenialis” yang melihat unsur lama
dalam kebangsaan.
Persatuan Indonesia mengandung konsep Nasionalis, diantaranya
 Ikhlas dan rela berkorban
Rakyat Indonesia dalam hidup bermasyarakat dan bernegara terkait dalam
satu komunitas yang namanya bangsa Indonesia. Mereka mengaku dengan
ikhlas dang bangga sebagai warga bangsa Indonesia, cinta serta rela
berkorban demi negaranya.
 Loyal terhadap kepentingan umum
Tanpa mengurangi hak pribadi, loyalitas warga negara terhadap Negara
bangsanya, mengenai hal ihwal yang menyangkut kepentingan umum
(kepentingan orang banyak), diletakkan di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
 Etnis, suku, agama, adat istiadat dihormati dan ditempatkan secara
proporsional dalam menegakan persatuan dan kesatuan bangsa. Tidak
mengileminasi keanekaragaman. Kearifan local dipelihara (local wisdom)
dipelihara, dijaga dan dikembangkan. Kebudayaan lama dan asli diakuli
sebagai kebudayaan bangsa.
 Atribut Negara bangsa seperti bendera merah putih, Lagu kebangsaan
Indonesia Raya, Lambang Negara Garuda Pancasila, Bahasa, Nasional
Indonesia dan Kepala Negara dihormati dan didudukan secara
proporsional sesuai dengan kesepakatan bangsa. Siapa saja yang
mencedrai dan melecehkan atribut bangsa sama saja dengan melecehkan
diri sendiri sebagai warga bangsa.
 Bangsa Indonesia tidak menolak masuknya kebudayaan asing dengan
syarat bahwa kebudayaan tersebut menuju kearah kemajuan adab, budaya,
kestuan dan persatuan bangsa. Dan Memperkaya, serta mempertinggi
kemanusiaan bangsa Indonesia.
 Dalam mengembangkan wawasan kebangsaan, perlu dihindari
berkembangnya paham kebangsaan yang sempit, yang memandang bangsa
sendiri yang paling hebat di dunia dan memandang rendah bangsa yang
lain. Tidak menjadi paham ekspansionis (berusaha untuk mengusai Negara
bangsa lain). Indonesia memiliki misi untuk ikut melaksanakan ketertiban
dunai yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Makna Sila Ke-3
 Menghormati Perbedaan
Ialah memberikan rasa pengakuan dan menghormatan adanya perbedaan
dalam masyarakat Indonesia. Perbedaan ini bisa ditinjau dari ras, budaya, ataupun
dalam pengalaman agama.
 Kebersamaan
Ialah memberikan sejumlah jaminan untuk melakukan kerja sama yang erat
dalam kehidupan masyarakat. Prilaku ini bisa diwujudan dengan mengedepankan
sikap kebersamaan dan kogotongroyongan antar individu dalam masyarakat.
 Persatuan Bangsa
Tentang kebulatan tekad yang dilakukan dengan bersama-sama. Tujuan
kebersaaan tersebut ialah untuk mewûjudkan persatuan bangsa yang bebas dari
segela bentuk konflik masyarakat.
 Kepentingan Pribadi dan Golongan
Makna yang berkaiatan dengan inivdiu dalam pengalaman Pancasila khususnya
untuk “Persatuan Indonesia” ialah mengutamakan secara penuh dan ikhlas atas
kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan, dalam
menyelasrakan dengan tujuan pembangunan nasional.
 Rasa Nasionalisme
Menanamakan rasa bangga dan cinta terhadap komponen bangsa dan
kebudayaan yang ada di seluruh Indonesia. Perwujutan sikap ini dilakukan
sebagai upaya menjaga keutuhan kearifan lokal yang lekat dengan kehidupan
masyarakat.
 Patriotisme
Ialah adanya wujud sikap untuk rela berkorban demi kehormatan bangsa dan
negara Indonesia. Sikap ini erat kaitannya dengan patriotisme yang menjadi
bentuk kekuataan bagi kesatuan.

2.4 Sila Keempat


“ Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan “
Demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat memang merupakan fenomena baru di Indonesia, yang muncul
sebagai ikutan formasi negara republik Indonesia merdeka. Sejarah
menunjukkan bahwa kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah kerajaan feodal
yang dikuasai oleh raja-raja autokrat. Meskipun demikian, nilai-nilai
demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam budaya Nusantara,
dan dipraktikkan setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa di Jawa,
nagari di Sumatera Barat, banjar di Bali, dan lain sebagainya. Tan Malaka
mengatakan bahwa paham kedaulatan rakyat sebenarnya telah tumbuh di alam
kebudayaan Minangkabau, kekuasaan raja dibatasi oleh ketundukannya pada
keadilan dan kepatutan. Kemudian, Hatta menambahkan ada dua anasir tradisi
demokrasi di Nusantara, yaitu; hak untuk mengadakan protes terhadap
peraturan raja yang tidak adil dan hak untuk menyingkir dari kekuasaan raja
yang tidak disenangi (Yudi-Latif, 2011: 387--388).
Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, dan nilai serta cita-cita kebangsaan itu
dalam aktualisasinya harus menjunjung tinggi kedaulatan rakyat yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Dalam prinsip musyawarahmufakat,
keputusan tidak didikte oleh golongan mayoritas atau kekuatan minoritas elit
politik dan pengusaha, tetapi dipimpin oleh hikmat/ kebijaksanaan yang
memuliakan daya-daya rasionalitas deliberatif dan kearifan setiap warga tanpa
pandang bulu.
Rakyat dalam hal ini merupakan komunitas yang masingmasing individu
memiliki kedudukan yang sama, memiliki kewajiban dan hak yang sama.
Inilah inti dari kehidupan demokrasi, yang di Indonesia memiliki ciri yang
khas, yakni musyawarah untuk mufakat, yang dijalankan secara jujur dan
tanggung jawab.
Makna Sila Ke-4
 Kekuasaan Rakyat adalah Segalanya
Pengakuan bahwa rakyat Indonesia adalah pemegang kedaulatan tertinggi
dalam negara adalah sebuah kebenaran mutlak yang menjadi pedoman dalam
penyelenggaraan setiap keputusan. Dengan adanya hal ini tentusaja peranan hak
dan kewajiban warga negara akan semakin lebih besar untuk ikut berpartisipasi
dalam pembangunan.
 Demokrasi
Ialah mewujudkan demokrasi dalam berbagai sisi kehidupan bermasyarakat.
Baik dalam bidang kajian politik, hubungan ekonomi, ataupun penyelnggaraan
kebudayaan dan sosial dalam bernegara.
 Mufakat
Ialah pengambilan segala bentuk keputusan bersama yang harus
mengutamakan beragam prinsip-prinsip yang sesuai dengan idiologi kebiasaan
dalam masyarakat, yakni musyawarah mufakat.
 Menghargai Keputusan Bersama
Ialah melakukan segala bentuk penghormati serta menghargai keputusan yang
tetah disepakati bersama. Hal ini penting dilakukan, lantaran bisa menjadi salah
satu solusi konflik dalam masyarakat.
 Bertangung Jawab
Makna yang bisa diungkapkan selanjutnya dalam peranan Pancasila khususnya
sila keemapt ini ialah memberikan rasa bertanggung jawab dalam melaksanakan
keputusan. Hal ini tentusaja menjadi kemutlakan mengingat tanpa adanya rasa
tanggung jawab kebijikan akan menyimpang dari kebutuhan masyarakat.

2.5 Sila Kelima


“ Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia “
Masyarakat adil dan makmur adalah impian kebahagian yang telah
berkobar ratusan tahun lamanya dalam dada keyakinan bangsa Indonesia.
Impian kebahagian itu terpahat dalam ungkapan “Gemah ripah loh jinawi, tata
tentrem kerta raharja”. Demi impian masyarakat yang adil dan makmur itu,
para pejuang bangsa telah mengorbankan dirinya untuk mewujudkan cita-cita
tersebut. Sejarah mencatat bahwa bangsa Indonesia dahulunya adalah bangsa
yang hidup dalam keadilan dan kemakmuran, keadaan ini kemudian dirampas
oleh kolonialisme (Yudi-Latif, 2011: 493--494).
Nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai dan cita kebangsaan serta
demokrasi permusyawaratan itu memperoleh artinya sejauh dalam
mewujudkan keadilan sosial. Dalam visi keadilan sosial menurut Pancasila,
yang dikehendaki adalah keseimbangan antara peran manusia sebagai
makhluk individu dan peran manusia sebagai makhluk sosial, juga antara
pemenuhan hak sipil, politik dengan hak ekonomi, sosial dan budaya.
Sila ini memberikan semangat dan motivasi bagi pimpinan dan seluruh
rakyat Indonesia untuk mengusahakan kemakmuran dan kesejateraan yang
merata (adil) bagi bangsa Indonesia. Padi melambangkan pangan dan kapas
melambangkan sandang. Dengan lambang ini diharapkan semua rakyat
Indonesia dapat menikamati kemakmuran, kesejahteraan, cukup pangan,
cukup sandang. Oleh karena itu, sila kelima ini sekaligus memberikan
semangat dan motivasi para pimpinan dan semua unsur masyarakat untuk
mengusahakan kemakmurn dan kesejahteraan yang merata bagi seluruh rakyat
Indonesia. Inilah prinsip keadilan sosial yang perlu diwujudkan sesuai dengan
amanat sila kelima Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya antara
lain: keadilan, gotong-royong dan saling tolong menolong, tanggung jawab,
kerja keras dan kemandirian.
Sila keadilan social mengandung:
 bentuk tidak menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk
memperkaya diri atau kelompok karena penyalahgunaan kekuasaan itulah
yang menjadi faktor pemicu terjadinya korupsi.
 tercermin dalam sikap suka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana,
tidak menyolok atau berlebihan.
 pengentasan kemiskinan dan diskriminasi terhadap minoritas dan
kelompokkelompok lemah perlu dihapus dari bumi Indonesia
 mengandung nilai kepedulian dan gotong royong.
Makna Sila Ke-5
 Adil
Ialah proses pengembangan sikap adil terhadap sesama manusia, yang menjadi
unsur naluriah dalam pembentuka kedamaian masyarakat. Pengertian keadilan ini
adalah serangakain prilaku yang menempatkan sesuatu pada porsinya.

 Hak dan Kewajiban


Ialah wujud menyeimbangkan, menyelaraskan, dan menyerasikan antara hak
dan kewajiban dalam masyarakat. Contoh hak dan kewajiban warga negara dalam
hal ini misalnya saja menjaga kedaulan Indonesia dengan terus memberikan
penanaman jiwa nasionalisme.

 Bekerjasama
Ialah saling melakukan beragam bentuk kerjasama yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat. Baik dalam bidang ekonomi, politik, ataupun sosial
budaya. Upaya ini dilakukan agar mendapatkan keadilan.

 Kedermawanan
Ialah mengembangkan kedermawanan kepada sesame mahlum hidup, untuk
saling berbagai dan tolong menolong. Tujuan hal ini dilakukan agar kehidupan
semakin tertata dengam baik.

 Kerja Keras
Membiasakan diri dengan cara berhidup hemat, sederhana, dan kerja keras
menjadi salah satu pemaknaan dalam bentuk-bentuk pengamalan sila ke-5
Pancasila. Upaya ini dilakukan agar segenap masyarakat dalam menjalankan
peranan sebagai perubahan sosial.

 Penghargaan
Ialah menghargai hasih yang menjadi karya orang lain, atau memberikan
penghargaan kepada orang-orang yang telah berjasa untuk bangsa dan negara,
dalam berbagai bidang yang diperlukan. Seperti olahraga, perlombaan, dan lain
sebaginya.

 Tolong Menolong
Membiasakan dalam proses tolong-menolong kepada orang lain menjadi salah
satu bagian penting untuk pengamalam Pancasila, khususnya dalam Sila Ke-5.
Kebiasaan ini akan memberikan pengarih signifikan pada kebahagiaan yang
dilakukan individu.

 Menjauhi Sikap Negatif


Ialah menjauhi sikap negative, ataupun pemerasan terhadap orang lain. Hal ini
dilakukan agar seseorang bertangung jawab atas apa yang menjadi tugansya.
Misalnya saja melihat pada tugas Mahkamah Agung yang terlihat begitu berat
untuk menrepkan aturan perundang-undangan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dibuat dapat di simpulkan bahwa Pancasila
adalah sumber untuk mengembangkan budaya dan peradaban bangsa yang
bermartabat. Pada hakikatnya dengan menyimak makna, inti, dan arti dari
kelima sila pancasila tersebut di atas, tampaklah bahwa Pancasila secara bulat
dan utuh sangat sesuai menjadi milik bagsa Indonesia sebagai dasar negara,
juga sebagai suatu ideologi. Sila-sila dari Pancasila sebagai dasar filsafat
negara mengandung arti mutlak bahwa negara Republik Indonesia harus
menyesuaikan dengan hakikat dalam arti hakikat abstrak dari Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil.

3.2 Saran
Disarankan bahwa dalam menyusun data mengenai Pancasila dapat lebih
didalami dan diperbaiki kata-katanya dikarenakan Pancasila merupakan
ideologi bangsa Indonesia, sehingga kemungkinan kesalahan dalam
menafsirkan berakibat sangatlah fatal. Selain itu juga lebih diperluas lagi
pencarian referensi akan permasalahan yang menyangkut sila-sila Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
RISTEKDIKTI. 2016. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.
RISTEKDIKTI:Jakarta

Rakhmat, Muhammad. 2015. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.


Warta Bagja:Bandung

Rusnila. 2016. Pendidikan Pancasila. IAIN Pontianak Press:Pontianak

Anda mungkin juga menyukai