Dosen Pengampu:
Dr. H. Dian Agus Ruchliyadi, S. Pd., M. Pd
Reja Fahlevi, S. Pd., M. Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 10
Muhammad Fauzi 2110112110008
Reynal Al Faris 2110112220011
Syafa’atin 2110112220015
Khairunnisa 2110112220020
Alma Yultiara Dewi 2110112220023
Agnes Nursani Pakpahan 2110112220036
Nur Priztia Kurnia Ananta Bella 2110112320008
Segala Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Ketuhanan Yang Maha Esa" dengan
tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Filsafat Pancasila. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai Makna Sila Pertama dan
Implikasinya dalam kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen Dr. H. Dian Agus Ruchliyadi, S.
Pd, M. Pd dan Bapak Dosen Reja Fahlevi, S. Pd, M. Pd . sebagai dosen pengampu Mata kuliah
Filsafat Pancasila. Penulis mengucapan terima kasih juga kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar.................................................................................................................................2
Daftar Isi..........................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3. Tujuan Pembelajaraan.......................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
2.1. Pengertian Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila...........................................5
2.2. Penerapan nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa..............................................................7
2.3. Makna dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa..................................................................11
2.4. Tujuan dan Dasar dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.................................................13
BAB III..........................................................................................................................................19
PENUTUP.....................................................................................................................................19
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................19
3.2. Saran................................................................................................................................19
3.3. Soal-Soal.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, bahasa
kebudayaan dan adat istiadat begitu pula agama yang dianutnya. Awal terbentuknya
Pancasila terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengalami diskusi dan perdebatan
yang panjang, artinya ada kelompok yang menerima sercara terbuka dan ada kelompok
yang menolak dengan alasan Pancasila terbentuk atas kesepakatan politik dimasa itu
tanpa pertimbangan-pertimbangan keagamaan dan spritualitas. Bahwa dalam setiap
warga negara Inonesia berhak mempunyai kebebasan beragama sesuai dengan makna
sila pertama dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa dan Undang-undang
Dasar Pasal 29 ayat 1 dan 2. Namun, sebagian kecil dari masyarakat Indonesia masih
ada yang mempercayai ideologi komunisme dan tak sedikit pula bagian masyrakatnya
intoleran terhadap masyarakat beragama minoritas.
1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1) Apa itu Sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
2) Apa saja penerapan nilai dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
3) Makna apa yang terkandung pada Sila Ketuhana Yang Maha Esa?
4) Apa tujuan dan dasar dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa?
1.3.Tujuan Pembelajaraan
Adapun Tujuan Pembelajaran Makalah ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu:
1) Untuk mengetahui Sila Ketuhanan Yang Maha Esa;
2) Untuk mengetahui penerapan nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa;
3) Untuk mengetahui Makna yang terkandung pada Sila Ketuhanan Yang Maha Esa;
4) Untuk mengetahui tujuan dan dasar dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB II
PEMBAHASAN
Sila pertama, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung pengertian bahwa
bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah
yang sesuai dengan ajaran agamanya. Sila pertama ini juga mengajak manusia Indonesia
untuk mewujudkan kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antar sesama manusia
Indonesia, antar bangsa, maupun dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Dengan
demikian, di dalam jiwa bangsa Indonesia akan timbul rasa saling menyayangi, saling
menghargai, dan saling mengayomi. Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam sila
pertama antara lain sebagai berikut.
1. Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang
Mahasempurna.
2. Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua
perintah-Nya, dan sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.
3. Saling menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda-beda.
4. Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
Sejarah mengatakan bahwa Pancasila dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) lahir pada 1 Juni 1945. Pancasila lahir didasarkan pada pemikiran tokoh
proklamator yang tidak lain adalah Bung Karno. Mungkin banyak di antara kita yang
tidak mengetahui apa dasar pemikiran Bung Karno pada waktu mencetuskan ide dasar
negara hingga tercetuslah ide Pancasila. Dasar pemikiran Bung Karno dalam
mencetuskan istilah Pancasila sebagai Dasar Negara adalah mengadopsi istilah praktek-
praktek moral orang Jawa kuno yang di dasarkan pada ajaran Buddhisme. Dalam ajaran
Buddhisme terdapat praktek-praktek moral yang disebut dengan Panca Sila (bahasa
Sanskerta/Pali) yang berarti lima (5) kemoralan yaitu: bertekad menghindari pembunuhan
makhluk hidup, bertekad menghindari berkata dusta, bertekad menghindari perbuatan
mencuri, bertekad menghindari perbuatan berzinah, dan bertekad untuk tidak minum
minuman yang dapat menimbulkan ketagihan dan menghilangkan kesadaran.
Sila pertama dari Pancasila Dasar Negara NKRI adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa. Kalimat pada sila pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa
Sanskerta ataupun bahasa Pali. Banyak di antara kita yang salah paham mengartikan
makna dari sila pertama ini. Baik dari sekolah dasar sampai sekolah menengah umum
kita diajarkan bahwa arti dari Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Satu, atau
Tuhan Yang jumlahnya satu. Jika kita membahasnya dalam sudut pandang bahasa
Sanskerta ataupun Pali, Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah bermakna Tuhan Yang
Satu.
Kata “maha” berasal dari bahasa Sanskerta/Pali yang bisa berarti mulia atau besar
(bukan dalam pengertian bentuk). Kata “maha” bukan berarti “sangat”. Jadi adalah salah
jika penggunaan kata “maha” dipersandingkan dengan kata seperti besar menjadi maha
besar yang berarti sangat besar.
Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sanskerta / Pali. Kata “esa” bukan berarti
satu atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu
pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this – Inggris).
Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sankserta maupun bahasa
Pali adalah kata “eka”. Jika yang dimaksud dalam sila pertama adalah jumlah Tuhan yang
satu, maka kata yang seharusnya digunakan adalah “eka”, bukan kata “esa”.
Setelah kita mengetahui hal ini kita dapat melihat bahwa sila pertama dari
Pancasila NKRI ternyata begitu dalam dan bermakna luas, tidak membahas apakah
Tuhan itu satu atau banyak seperti anggapan kita selama ini, tetapi sesungguhnya sila
pertama ini membahas sifat-sifat luhur / mulia yang harus dimiliki oleh segenap bangsa
Indonesia. Sila pertama dari Pancasila NKRI ini tidak bersifat arogan dan penuh paksaan
bahwa rakyat Indonesia harus beragama yang percaya pada satu Tuhan saja, tetapi
membuka diri bagi agama yang juga percaya pada banyak Tuhan, karena yang
ditekankan dalam sila pertama Pancasila NKRI ini adalah sifat-sifat luhur / mulia. Dan
diharapkan Negara di masa yang akan datang dapat membuka diri bagi keberadaan
agama yang juga mengajarkan nilai-nilai luhur dan mulia meskipun tidak mempercayai
adanya satu Tuhan.
MGR. John Liku-Ada mengatakan, “ketuhanan dalam Pancasila tidak dijabarkan
secara rinci dan sistematis oleh Sukarno dalam risalah-risalah teoritis. Dengan demikian
ia tidak maksudkan untuk membuat suatu pernyataan tentang hakikat ke-Allah-an atau
paham ketuhanan dalam agama tertentu. Ketuhanan menjadi salah satu prinsip dasar
pembentuk dan penyatu bangsa Indonesia. Pemahaman tentang ditempatkan dalam
konteks keempat sila yang lain.
Ketuhanan dalam pancasila menjadi faktor transcendental, unsur pembentuk ilahi
dari prinsip kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan sosial. Berarti ketuhanan
dalam pancasila sudah berimplikasikan pluralism dan pluralitas. Ketuhanan dalam
pancasila bukanlah teori ketuhanan, melainkan merupakan bagian hakiki perjuangan
Soekarno untuk membentuk Indonesia sebagai bangsa, nation.
Kehidupan beragama merupakan sesuatu yang yang utama dan penting bagi
masyarakat Indonesia, karena sangat jarang sekali masyarakat Indonesia yang yang
tidak punya agama atau ateis, rata rata memilikiagama masing-masing sesuai dengan
keyainannya masing masing. Sedangkan negara Indonesia menjamin dan harus
menjamin untuk kelangsungan hidup beragama. Sebagaimana dimuat dalam UUD 1945
pasal 29 ayat 1, yang berbunyi: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Berangkat dari hal tersebut, kita sebagai bangsa Indonesia telah
dijamin kebebasan dalam menjalankan agamanya masing-masing. Tidak pandang bulu
dan seharusnya tidak pandang bulu. Begitu juga dalam kandungan nilai pancasila dalam
sila pertama yakni sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini juga sangat jelas jaminan
setiap jiwa masyarakat Indonesia untuk merdeka dalam menjalankan ajaran agamanya
masing-masing. Hal ini diuraikan dalam terori atau pandangan Rukiyati dan kawan-
kawannya, sebagaimana yang telah disinggung pada bagian pendahuluan di atas.
Rukiyati dan Kawan-kawan (2013:58) menggali pelajaran berupa nilai-nilai yang
terkandung dalam sila pertama pancasila, sehingga menemukan 4 (empat) point makna
atau nilai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu sebagai berikut :
1) Menghormati Tuhan, mentaati perintah Tuhan, menjauhi larangan Tuhan,
memulyakan dan mengagungkan Tuhan.
2) Memastikan warga negara dapat memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai
agamanya masing-masing.
3) Warga negara tidak diperbolehkan atheis.
4) Negara sebagai fasilitator yang menjamin berkembangnya agama dan saling
toleransi antar umat beragama.
Berdasarkan aturan tersebut di atas, juga jelas disebutkan secara tegas tentang
mentaati perintah Allah dan meninggalkan Segala larangannya. Sedangkan orang yang
tidak menaati perintah Tuhannya, disebut sebagai seorang pendusta. Namun pada
kenyataannya dalam kehidupan sehar-hari masih terdapat penyimpangan atau
pelanggaran terhadap kelangsungan mejalankan agamanya seperti dari salah seorang
informan yang saya wawancarai mengatakan bahwa dicegad sedang melakukan ibadah di
gereja oleh Pol-PP. Padahal orang yang sedang beribadah tersebut sedang menjalankan
ajaran ibadahnya ditempat yang sudah disediakan.
3.1.Kesimpulan
Ada 4 paragraf/bagian kesimpulan karena pada pembahasan ada 4 subbab yang dibahas.
Jadi, setiap subbab ada kesimpulan yang bisa diambil.
3.2.Saran
Saran diisi jika diperlukan, jika dirasa kurang perlu tidak apa-apa tidak diisi
3.3.Soal-Soal
Soal-Soal dibuat bersama/kerjasama dengan anggota kelompok
DAFTAR PUSTAKA
Saragih, E. S. (2018). analisis dan makna teologi ketuhanan yang maha esa dalam
konteks pluralisme agama di Indonesia. Jurnal Teologi Cultivation, 2(1), 290-303.