Anda di halaman 1dari 8

HUKUM ADAT

Dosen Pengampu :
Dr. Hj. Rabiatul Adawiah, M.Si.
STUDI KASUS ADAT PERTANAHAN
“KONFLIK PEREBUTAN TANAH DIKABUPATEN BANJAR”
KELOMPOK 7
Adelia Putri 2110112220011
Elsa Elisantri Tampubolon 2110112220028
Muhammad Azhari 2110112210001
Muhammad Fadhillah 2110112110009
Pembahasan

A. Pengertian Konflik
B. Pengertian Konflik Pertanahan
C. Faktor atau Penyebab Konflik Perebutan Tanah di Kabupaten Banjar
D. Penyelesaian Kasus/Masalah
A. Pengertian Konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere
yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan
menghancurkannya atau membuatnya tidak
berdaya
B. Pengertian Konflik Pertanahan

Konflik pertanahan dapat diartikan sebagai


konflik yang lahir sebagai akibat adanya
hubungan antar orang atau kelompok yang
terkait dengan masalah bumi dan segala
kekayaan alam yang terdapat di atas permukaan
maupun di dalam perut bumi. Istilah sengketa
dan konflik pertanahan sering kali dipakai
sebagai suatu padanan kata yang dianggap
mempunyai makna yang sama. Akan tetapi
sesungguhnya kedua istilah itu memiliki
karakteristik yang berbeda.
C. Faktor atau Penyebab Konflik Perebutan Tanah di Kabupaten Banjar
Berbicara tanah tentu berbicara tentang bagaimana setiap manusia bisa
bertahan hidup karena tanah sesungguhnya menjadi tempat bagi setiap
manusia untuk melakukan aktualisasi diri (UU Agraria No. 5/1960).
Penyebab terjadinya konflik tanah di Kabupaten Banjar, terutama di
Kelurahan Gambut adalah terkait dengan dua hal, yakni waris dan
pembangunan di bidang ekonomi. Dengan pertimbangan itulah, maka
menjadi penting untuk mendesain pola penanganan konflik tanah di
daerah lahan basah di Kabupaten Banjar dalam rangka mengantisipasi
konflik-konflik laten tentang tanah yang dimungkinkan muncul suatu
waktu tertentu.
D. Penyelesaian Masalah/Kasus

Beberapa model penyelesaian konflik yang dapat digunakan untuk


mengatasi
sengketa tanah yaitu penyelesaian melalui pengadilan dan melalui luar
pengadilan.
a. Penyelesaian sengketa tanah melalui jalur pengadilan dapat
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu mulai dari pengadilan
negeri, pengadilan tinggi, kasasi, dan peninjauan kembali (PK).
Pengadilan Negeri memproses perkara selama kurang lebih enam (6)
bulan. Oleh karenanya, perkara tanah di tingkat pengadilan negeri
sudah dipastikan memakan waktu yang cukup lama yang kemudian
dapat menggantungkan perkara.
b. Penyelesaian perkara melalui luar pengadilan dapat dilakukan
dengan musyawarah(negotiation), konsiliasi, mediasi, dan arbitrase.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai