Anda di halaman 1dari 12

Kelompok

10
SILA KETUHANAN
YANG MAHA
ESA
Mata kuliah filsafat pancasila
Dosen pengampu:
Dr. H. Dian Agus Ruchliyadi, S. Pd., M. Pd
Reja Fahlevi, S. Pd., M. Pd
Achmad Syaiba 2110112110011
Muhammad Fauzi 2110112110008

Reynal Al Faris 2110112220011

Syafa’atin 2110112220015

Khairunnisa 2110112220020

Alma Yultiara Dewi 2110112220023

Agnes Nursani Pakpahan 2110112220036

Nur Priztia Kurnia Ananta Bella 2110112320008


Materi
pembahasan
01 02
Pengertian Sila Ketuhanan Penerapan nilai Sila
Yang Maha Esa dalam Ketuhanan Yang Maha
Pancasila Esa

03 04
Makna dari Sila Tujuan dari Sila
Ketuhanan Ketuhanan Yang Maha
Yang Maha Esa Esa
Pengertian Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila
Sila pertama, yakni “Ketuhanan yang Maha Esa” mengandung pengertian
bahwa bangsa Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan
menjalankan ibadah yang sesuai dengan ajaran agamanya. Sila pertama ini juga
mengajak manusia Indonesia untuk mewujudkan kehidupan yang selaras,
serasi, dan seimbang antar sesama manusia Indonesia, antar bangsa, maupun
dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Dengan demikian, di dalam jiwa
bangsa Indonesia akan timbul rasa saling menyayangi, saling menghargai, dan
saling mengayomi.

Kata “maha” berasal dari bahasa Sanskerta/Pali yang bisa berarti mulia atau
besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata “maha” bukan berarti “sangat”.
Jadi adalah salah jika penggunaan kata “maha” dipersandingkan dengan kata
seperti besar menjadi maha besar yang berarti sangat besar
Kata “esa” juga berasal dari bahasa Sanskerta / Pali. Kata “esa” bukan berarti satu
atau tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu
pada pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini” (this –
Inggris). Sedangkan kata “satu” dalam pengertian jumlah dalam bahasa Sankserta
maupun bahasa Pali adalah kata “eka”. “Menghormati Tuhan, mentaati perintah
Tuhan, menjauhi larangan Tuhan memulyakan dan mengagungkan Tuhan.”

Ketuhanan dalam pancasila menjadi faktor transcendental, unsur pembentuk ilahi


dari prinsip kemanusiaan, persatuan, demokrasi dan keadilan sosial. Berarti
ketuhanan dalam pancasila sudah berimplikasikan pluralism dan pluralitas.
Ketuhanan dalam pancasila bukanlah teori ketuhanan, melainkan merupakan bagian
hakiki perjuangan Soekarno untuk membentuk Indonesia sebagai bangsa.
Penerapan nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Nilai-nilai yang terkandung dalam sila pertama antara lain sebagai berikut.
(1) Keyakinan terhadap adanya Tuhan yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang Mahasempurna.
(2) Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan cara menjalankan semua perintah-Nya, dan
sekaligus menjauhi segala larangan-Nya
(3) Saling menghormati dan toleransi antara pemeluk agama yang berbeda-beda.
(4) Kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya

Penerapan nilai ini sudah seharunya menjadi syarat mutlak bagi setiap umat beragama yang
meyakini bahwa adanya Tuhan. Bagaimana mungkin seseorang beragama tidak taat kepada perintah
Tuhannya, sedangkan dia sudah mempunyai keyakinan denga adanya Tuhan dan dapat dibuktikan
dengan agama yang dia peluk, baik itu agama Islam, Hindu, Budha, Kristen katholik, Kristen
Protestan maupun Konghuchu. Ditambah lagi dengan aturan dan ajaran agamanya masing-masing
yang mengharukan seorang pemeluk agama untuk taat, patuh, menghormati dan memuliyakan
Tuhannya.
Makna dari Sila Ketuhanan Yang Maha
Sila Esa Maha Esa memiliki makna bahwa Indonesia adalah
Ketuhanan Yang suatu negara yang
mengakui adanya Tuhan, dan pengakuan terhadap eksistensi Tuhan ini harus tertuang dalam kehidupan
sehari-hari salah satunya yaitu harus memiliki agama. Karena agamalah yang mengajarkan manusia
untuk mengenal, mengetahui, mempelajari, nilai-nilai Ketuhanan.

Namun perlu disadari bahwa manusia sebagai warga hidup bersama berkedudukan kodrat sebagai
makhluk pribadi dan sebagai makhluk pribadi ia dikaruniai kebebasan atas segala suatu kehendak
kemanusiaannya. Sehingga hal inilah yang merupakan suatu kebebasan asasi yang merupakan karunia
dari Tuhan yang Maha Esa.

Negara Indonesia adalah negara yang mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab. Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama, karena
agama adalah merupakan suatu keyakinan bathin yag tercermin dalam hati sanubari dan tidak dapat
dipaksakan. (Kaelan, 2010:133)
Indonesia sebagai negara yang berdasar Pancasila menjamin kemerdekaan dan kebebasan bagi
setiap warganya untuk memeluk dan menganut agama sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan
masing-masing hal ini tertuang jelas dalam UUD 1945 pasal 29 ayat (2) bahwa “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing- masing dan
untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Arti dan makna sila Ketuhanan Yang
Maha Esa,13 adalah sebagai berikut:
(1) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha esa;
(2) Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat Menurut
agamanya;
(3) Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memluk agama sesuai
dengan hukum yang berlaku;
(4) Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia;
(5) Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antar umat
dan dalam beragama; dan
(6) Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara
menjadi mediator ketika terjadi konflik.
Warga negara tidak diperbolehkan atheis. Point ke empat ini ada sedikit perbedaan pendapat.
Bahwasannya dalam pandangan Rukiyati dan kawan-kawan memaknai sila pertama dalam
pancasila, negara tidak memperbolehkan atheis. Sebenarnya beragama atau tidak beragama itu
adalah pilihan warga negara itu sendiri. Hal itu sudah menjadi hak asasinya sendiri. Yang jelas
negara hanya ingin memastikan dan ingin menjamin kelangsungan dan kebebasanya dalam
memeluk agama dan menganut kepercayaan, karena atheis termasuk kepada sebuah
kepercayaan yang betul betul diyakininya.

Negara sebagai fasilitator yang menjamin berkembangnya agama dan saling toleransi antar
umat beragama.Yang dimaksud dengan negara sebagai fasilitator adalah negara atau
pemerintah menjembatani, menghubungkan dan mendukung kegiatan atau perkembangan bagi
setiap umat beragama dan antar umat beragama.
Tujuan dari Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai bahwa negara yang didirikan
adalah sebagai pengejawatahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karena itu segala hal yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara, politik negara, pemerintahan negara, hukum dan peraturan perundang-undangan
negara, kebebasan dan hak asasi warga negara harus dijiwai dengan nilai-nilai Ketuhanan
Yang Maha Esa.
Tujuannya untuk membangun toleransi agama-agama dan kepedulian terhadap isu-
isu kemanusiaan yang dilandasi dengan akar-akar teologis yang kuat. Bahkan Pancasila
merupakan sistem kebudayaan. Artinya, pancasila mestinya menjadi bagian dari laku
budaya setiap kehidupan berbangsa. Melalui hasil cipta karsa manusia terepresentasikan
dalam berbagai kehidupan, baik budaya, politik, dan agama, Pancasila mesti menjadi
kegiatan kebudayaan. Yakni, menjadi orientasi hidup dan tujuan bagi kehidupan
berbangsa.
kesimpula
Sila pertama, yakni “Ketuhanannyang Maha Esa” mengandung pengertian bahwa bangsa
Indonesia mempunyai kebebasan untuk menganut agama dan menjalankan ibadah yang sesuai
dengan ajaran agamanya. Sila pertama ini juga mengajak manusia Indonesia untuk mewujudkan
kehidupan yang selaras, serasi, dan seimbang antar sesama manusia Indonesia, antar bangsa, maupun
dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya. Kata “maha” berasal dari bahasa Sanskerta/Pali yang
bisa berarti mulia atau besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata “maha” bukan berarti
“sangat”. Jadi adalah salah jika penggunaan kata “maha” dipersandingkan dengan kata seperti besar
menjadi maha besar yang berarti sangat besar.
Tujuannya untuk membangun toleransi agama-agama dan kepedulian terhadap isu-isu
kemanusiaan yang dilandasi dengan akar-akar teologis yang kuat. Bahkan Pancasila merupakan
sistem kebudayaan. Artinya, pancasila mestinya menjadi bagian dari laku budaya setiap kehidupan
berbangsa. Melalui hasil cipta karsa manusia terepresentasikan dalam berbagai kehidupan, baik
budaya, politik, dan agama, Pancasila mesti menjadi kegiatan kebudayaan. Yakni, menjadi
orientasi hidup dan tujuan bagi kehidupan berbangsa.
T ERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai